Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu
Dr. Maria Poppy H., MSc.
Disusun Oleh
Amelia Sapitri (1021211002)
Rahma Hayatun Nufus (1021211009)
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti nukleus pada kepala sperma akan
membesar dan ekor sperma akan mengalami degenerasi, kemudian terjadi penyatuan inti sperma
yang mengandung kromosom haploid dan ovum yang haploid sehingga terbentuk zigot yang
mengandung kromosom diploid atau 46 buah kromosom.
Kurang lebih 24 jam setelah fertilisasi, zigot mengalami proses pembelahan (cleavage) menjadi
morula dan selanjutnya menjadi blastula. Mula-mula zigot membelah menjadi beberapa buah sel
dengan ukuran sama berbentuk bulat menyerupai buah arbei yang disebut morula. Morula terus
membelah hingga membentuk rongga yang disebut blastocoel, pada fase ini embrio disebut
blastula. Blastula akan menempel dan terimplantasi pada endometrium. Sel-sel bagian dalam
blastula akan berkembang menjadi embrio yang terdiri atas tiga lapis jaringan yaitu ektoderm,
mesoderm dan endoderm. Ketiga lapis jaringan tersebut akan mengalami organogenesis atau
berkembang menjadi berbagai macam organ.
b. Spermatozoa
Bentuk sperma seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong
sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala
dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi
sehingga dapat bergerak). Pada saat berhubungan seksual dikeluarkan
sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40-60 juta sperma setiap cc.
c. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti sperma disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot. proses konsepsi dapat berlangsung
seperti berikut :
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, dilindungi oleh korona
radiata, yang mengandung persediaan nutrisi.
2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah
sitoplasma yng disebut vitelus.
3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang, nutrisi yang
dialirkan kedalam vitelus, melalui saluran pada zona pelusida.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas
yang dindingnya penuh dengan jonjot dan tertutup sel yang
mempunyai silia. Ovum mempunyai hidup terlama di dalam ampula
tuba.
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Sperma
menyebar, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri.
Pada kavum uteri, terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan
9
lipoprotein dari sperma sehingga mampu mengadakan fertilisasi.
Sperma melanjutkan perjalanan menuju tuba falopi. Sperma hidup
selama tiga hari di dalam genetalia interna. Sperma akan
mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona
radiata dan zona pelusida dengan proses hialurodinase. Melalui
stoma, sperma mamasuki ovum. Setelah kepala sperma masuk
kedalam ovum, ekornya lepas dan tertinggal diluar. Inti ovum dan
inti sperma bertemu dengan membentuk zigot.
Embrio berupa blastula bergerak dari oviduct menuju uterus akhirnya tertanam (mengalami
implantasi/nidasi) dalam dinding endometrium. Setelah implantasi embrio terjadilah kehamilan.
Sel-sel bagian luar blastula disebut trofoblas mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi
untuk melisiskan sel-sel endometrium, kemudian membentuk tonjolan-tonjolan sebagai alat kait
untuk menempel pada endometrium. Sel-sel di bawah trofoblas dengan cepat membelah
(berproliferasi) membentuk plasenta dan selaput/kantung kehamilan
Macam-macam membran kehamilan:
1. sakus vitelinus atau kantung telur adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali
dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam blastosit). Sakus vitelinus
merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama
embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion.
2. korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion membentuk
vili korion atau jonjot-jonjot di dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah
embrio yang berhubungan dengan darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium
uterus. Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta, yang
merupakan organ pemberi nutrisi embrio.
3. amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam suatu ruangan
yang berisi cairan amnion (air ketuban). Cairan amnion dihasilkan dari membran amnion,
cairan ini berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas, menjaga
suhu lingkungan embrio dan menjaga dari pengaruh goncangan.
4. alantois merupakan membran pembentuk tali pusat. Didalam alantois terdapat 2 macam
pembuluh darah: arteri pusar dan vena pusar. arteri pusar mengalirkan darah dari jantung
fetus menuju plasenta mengandung sisa metabolisme dan karbondioksida. Vena pusar
mengalirkan darah dari plasenta menuju jantung fetus mengandung nutrisi dan oksigen.
Sel-sel bagian dalam blastula disebut embrioblas atau bakal embrio. Mula-mula terdapat 2
lapisan embrioblas yaitu ektoderm (lapisan luar) dan endoderm (lapisan dalam), lapisan luar
akan melekuk membentuk lapisan tengah atau mesoderm. Pada fase 3 lapisan ini embrio disebut
gastrula. Selanjutnya ketiga lapisan ini akan berkembang membentuk berbagai macam organ
(organogenesis) pada minggu ke empat sampai ke delapan; lapisan ektoderm membentuk kulit
dan rambut, saraf, hidung, mata dsb. Mesoderm berkembang menjadi tulang, otot, jantung,
pembuluh darah, ginjal, limpha dan kelenjar kelamin. Sedangkan endoderm akan membentuk
organ-organ pernafasan dan pencernaan. Selanjutnya mulai minggu ke sembilan hingga
menjelang kelahiran terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh terjadi
sangat pesat, pada masa ini disebut fetus atau janin.
Masa kehamilan adalah masa sejak terjadinya fertilisasi/konsepsi dan embrio terimplantasi dalam
endometrium hingga terjadi kelahiran. Rata-rata berlangsung selama 266 hari (38 minggu) dari
konsepsi atau 40 minggu dari permulaan siklus menstruasi terakhir. Kehamilan manusia dibagi
menjadi 3 trisemester, masing-masing 3 bulan lamanya;
1. Trisemester pertama
Terjadi perubahan zigot menjadi embrio (morula, blastula, gastrula). Selanjutnya gastrula
mengalami deferensiasi dan organogenesis sehingga akhir trisemester pertama telah
terbentuk fetus (janin) dengan panjang kurang lebih 5 cm. Embrio memberikan sinyal
kehadirannya berupa hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang bertindak
seperti LH pituitari untuk mempertahankan sekresi progesteron dan estrogen oleh korpus
luteum. Tingginya kadar HCG dalam darah ibu menyebabkan sebagian diekskresikan
bersama urine dan dapat dideteksi melalui uji kehamilan. Sedangkan kadar progesteron
yang tinggi menyebabkan perubahan sistem reproduksi wanita yang hamil seperti: sekresi
mukosa dalam servix yang membentuk sumbatan pelindung, pertumbuhan plasenta,
pembesaran uterus, penghentian ovulasi dan menstruasi (karena memberikan efek negatif
terhadap hipotalamus dan pituitari) dan pembesaran payudara. Diakhir trisemester
pertama denyut jantung fetus dapat dideteksi dengan stetoskup.
2. Trisemester kedua
Diawal trisemester kedua ibu telah dapat merasakan pergerakan janin dalam
kandungannya. Kadar hormon akan stabil ketika HCG menurun, korpus luteum akan
rusak dan perannya akan digantikan oleh plasenta untuk mensekresikan hormon
progesteron yang berfungsi mempertahankan kehamilan. Selama trisemester kedua,
pertumbuhan fetus sangat cepat hingga mencapai panjang sekitar 30 cm.
3. Trisemester ketiga
pertumbuhan fetus sangat cepat, hingga akhir trisemester ketiga panjang fetus dapat
mencapai kurang lebih 50 cm dan berat mencapai sekitar 3 kg. Aktifitas fetus agak
berkurang karena ruangan yang tersedia didalam selaput kehamilan terisi tubuh fetus
yang telah membesar. Hal ini menyebabkan organ-organ disekitar uterus terdesak dan
tertekan, sehingga ibu hamil sering buang air kecil, mengalami hambatan saluran
pencernaan dan merasa pegal pada otot punggung. Kepala fetus merupakan organ yang
berukuran paling besar dan berat dari organ tubuh lainnya, sehingga karena gaya
gravitasi; kepala fetus telah turun ke bawah masuk kedalam rongga pelvis ibunya untuk
siap dilahirkan.
- Perubahan Anatomi dan Fisiologis pada Kehamilan Trimester III
Menurut Romauli (2011), perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu
hamil trimester III antara lain :
a. Sistem Reproduksi
1) Vagina dan vulva
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan
persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan
dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan
ikat, dan hipertropi sel otot polos. Perubahan ini menyebabkan
bertambah panjangnya dinding vagina.
2) Serviks Uteri
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih
lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara
nyata dari keadaan relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi).
Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus
kehamilan yang berikutnya akan berulang.
3) Uterus
Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga
pelvis danseiring perkembangannya uterus akan menyentuh dinding
abdomen, mendorong usus ke samping dan ke atas, terus tumbuh
hingga menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan berotasi
ke arah kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya
rektosigmoid di sebelah kiri pelvis.
4) Ovarium
Pada trimester akhir kehamilan korpus luteum sudah tidak
berfungsi lagi karena telah digantikan oleh plasenta yang telah
terbentuk.
b. Sistem Payudara
Pada trimester akhir kehamilan pertumbuhan kelenjar mammae
membuat ukuran payudara semakin meningkat. Pada kehamilan 32
minggu warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari
kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang keluar lebih
kental, berwarna kuning dan banyak mengandung lemak. Cairan ini
disebut kolostrum.
c. Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada
saat persalinan akibat hiperplasia kelenjar dan peningkatan
vaskularisasi. Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat
dengan magnesium, fosfat, hormon pada tiroid, vitamin D dan kalsium.
Aksi penting dari hormon paratiroid ini adalah untuk memasok janin
dengan kalsium yang adekuat. Selain itu, juga diketahui mempunyai
peran dalam produksi peptida pada janin, plasenta dan ibu.
d. Sistem Perkemihan
Pada kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul,
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kemih akan
mulai tertekan kembali. Pada kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan
dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus
yang berat ke kanan. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan
ureter mampu menampung urine denganvolume yang lebih besar dan
memperlambat laju aliran urin.
e. Sistem Pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron
yang meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya
tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut khususnya saluran
pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral.
f. Sistem muskuloskeletal
Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit bergerak. Perubahan
tubuh secara bertahan dan peningkatan berat wanita hamil
menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara
menyolok. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul
miring ke depan, penurunan tonus otot dan peningkatan beban berat
badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang. Pusat
gravitasi wanita bergeser ke depan.
g. Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar
antara 5000-12000 dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan
masa nifas berkisar 14000-16000. Penyebab peningkatan ini belum
diketahui. Respon yang sama diketahui terjadi selama dan setelah
melakukan latihan yang berat. Distribusi tipesel juga akan mengalami perubahan. Pada
kehamilan, terutama trimester III terjadi peningkatan
jumlah granulosit dan limfosit dan monosit.
h. Sistem Integumen
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha, perubahan ini dikenal dengan striae gravidarum.
Pada multipara selain striae kemerahan itu sering kali ditemukan garis
berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae
sebelumnya. Pada kebanyakan perempuan kulit di garis pertengahan
perut akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea
nigra. Kadang-kadang muncul dalam ukuran yang bervariasi pada
wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau melasma
gravidarum, selain itu pada areola dan daerah genitalia juga akan
terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan ini
biasanya akan hilang setelah persalinan.
i. Sistem Metabolisme
Pada wanita hamil Basal Metabolic Rate (BMR) meninggi. BMR
meningkat hingga 15-20% yang umumnya terjadi pada triwulan
terakhir. Bila dibutuhkan dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan
kalori dalam pekerjaan sehari-hari. BMR kembali setelah hari ke-5 atau
ke-6 pasca partum. Peningkatan BMR mencerminkan kebutuhan
oksigen pada janin, plasenta, uterus serta peningkatan konsumsi
oksigen akibat peningkatan kerja jantung ibu. Dengan terjadinya
kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,
dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan memberikan ASI.
j. Sistem Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh
Kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg dan sampai akhir kehamilan
11-12 kg. Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut
tinggi badan dengan menggunakan indeks masa tubuh yaitu dengan
rumus berat badan menurut tinggi badan adalah dengan menggunakan
indeks masa tubuh yaitu dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan
pangkat 2.
k. Sistem Persyarafan
1) Kompresi saraf panggul atau statis vaskular akibat pembesaran
uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah.
2) Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada
saraf atau kompresi akar saraf.
3) Edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal
tunel syndrome selama trimester akhir kehamilan. Edema menekan
saraf median bagian bawah ligamentum karpalis pergelangan tangan.
Sindrom ini ditandai oleh parestesia (sensasi abnormal seperti rasa
terbakar atau gatal akibat gangguan pada sistem saraf sensori) dan
nyeri pada tangan yang menjalar ke siku.
4) Akroestesia (gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu yang
membungkuk. Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen
fleksus brakialis.
5) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul pada saat ibu merasa
cemas dan tidak pasti dengan kehamilannya.
6) Hipokalsemia dapat menyebabkan timbulnya masalah
neuromuskular seperti kram otot dan tetani.
l. Sistem pernapasan
Pada usia kehamilan 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan
uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga difragma kurang
leluasa bergerak mengakibatkan wanita hamil kesulitan bernafas.
1. berhenti menstruasi
2. timbul rasa mual dan muntah (nyidam)
3. payudara membesar dan warna kulit sekitar puting bertambah gelap
4. rahim membesar sehingga sering ingin buang air kecil
5. timbul garis gelap dari daerah pusar hingga vagina
6. gigi mudah terinfeksi dan berlubang
7. persendian terasa lebih kaku
2.2 PROSES LAKTASI
Laktasi adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil
dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan
refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.
Laktasi merupakan teknik menyusui mulai dari ASI dibuat sampai pada keadaan bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian kelengkapan dari siklus
reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi berguna untuk menambah
pemberian ASI dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun dengan
baik dan benar serta anak memperoleh kekebalan tubuh secara alami (Wiji &
Mulyani, 2013). Proses laktasi menurut (Wiji & Mulyani, 2013) mempengaruhi
hormonal, adapun hormon-hormon yang berperan dalam proses laktasi adalah:
F. Oksitosin, aktif untuk mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan pasca melahirkan, seperti halnya juga dalam orgasme. Pasca
melahirkan oksitosin berperan untuk mengencangkan otot halus di sekitar alveoli
untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya
susu let down atau milk ejection reflex.
2) Laktogenesis II
Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya
tingkat hormon progesteron, estrogen, dan human placental
lactogen (HPL) secara tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap
tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang
dikenal dengan fase Laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah
meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian
kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian.
Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi
ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI
itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin
dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu
sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah
saat payudara terasa penuh.
3) Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI
selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara
akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian
berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara
menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan
demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan
seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara
dikosongkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/43466/3/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_-.pdf
http://repository.unimus.ac.id/3375/4/BAB II.pdf
http://pewidya.blogspot.com/p/blog-page.html
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100029/13._BAB_2_.pdf