Anda di halaman 1dari 15

TEORI, KONSEP DASAR, DAN STANDAR AUDITING

Makalah Ini Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


Pengauditan 1

Dosen Pengajar :
Drs. Syamsul Bahri, M.Si,Ak,CA

Disusun oleh :
 Elsa Devara 191622019152321
 Mia Firiyal Nindita 191622019152322

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


AKUTANSI REGULAR B
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

TAHUN AJARAN 2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Teori, Konsep Dasar, Dan Standar Auditing”.
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengauditan 1 dengan tepat waktu.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami sadar dalam penyusunan makalah ini tentunya ditemukan berbagai kesalahan, baik
mengenai bahasa, susunan atau penulisannya. Untuk itu kami sebagai manusia yang tidak
pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan serta keterbatasannya kemampuan kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian makalah ini kami susun, akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan kami makalah ini dapat
membantu dalam proses belajar mengajar dan bermanfaat bagi kita semua.

Malang, Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Dan Konsep Dasar Auditing................................................................................ 5
2.2 Standar Dalam Auditing................................................................................................ 8
2.3 Hubungan Antara Standar Auditing dengan Prosedur Auditing................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 12
3.2 Saran.............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai akuntan publik, profesionalisme merupakan syarat utama profesi ini. Karena
selain profesi yang bekerja atas kepercayaan masyarakat, kontribusi akuntan publik terhadap
ekonomi sangatlah besar. Peran auditor untuk meningkatkan kredibilitas dan reputasi
perusahaan sangatlah besar. Selain itu beberapa peneliti seperti Peursem (2005) melihat
bahwa auditor memainkan peranan penting dalam jaringan informasi di suatu perusahaan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Gjesdal (1981) dalam Suta dan Firmanzah (2006) juga
mengatakan bahwa peranan utama auditor adalah menyediakan informasi yang berguna untuk
keperluan penyusunan kontrak yang dilakukan oleh pemilik atau manajer perusahaan.
Logika sederhananya bahwa agar mesin perekonomian suatu negara dapat
menyalurkan dana masyarakat kedalam usaha-usaha produktif yang beroperasi secara efisien,
maka perlu disediakan informasi keuangan yang andal, yang memungkinkan para investor
untuk memutuskan kemana dana mereka akan di investasikan. Untuk itu dibutuhkan akuntan
publik sebagai penilai kewajaran informasi yang disajikan manajemen. Jadi jelas bahwa
begitu besarnya peran akuntan publik dalam perekonomian, khususnya dalam lingkup
perusahaan menuntut profesi ini untuk selalu profesional serta taat pada etika dan aturan yang
berlaku.
Tidak terlepas dari pembahasan di atas bahwa untuk memulai dan mengatur beberapa
tugas auditor maka yang pertama kali diperlukan yakni teori, konsep dan standar dalam
melakukan auditing terhadap suatu perusahaan atau bidang jasa keuangan lainnya. Maka dari
itu kami fokuskan dalam pembahasan makalah ini mengenai konsep serta dasar dari
mengaudit yang pembahasannya dapat kami rumuskan sebagai berikut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa teori dan konsep dasar yang digunakan dalam auditing?
2. Apa saja standar dalam auditing?
3. Apa hubungan Standar Auditing Dengan Prosedur Auditing?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mendeskripsikan teori dan konsep dasar yang digunakan dalam auditing.
2. Mendeskripsikan standar dalam auditing.
3. Menjelaskan hubungan Standar Auditing Dengan Prosedur Auditing.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Dan Konsep Dasar Auditing


Teori dapat di klasifikasikan berdasarkan sifat menjadi dua, yaitu teori normatif, dan
teori deskriptif. Teori normatif merupakan teori yang seharusnya di laksanakan. Teori
deskriptif merupakan teori yang sesungguhnya di laksanakan.
Tidak seperti pada akuntansi, pada auditing tidak banyak orang yang berbicara tentang
teori auditing sebagai lawan kata praktik auditing. Pada umumnya, orang menganggap
auditing hanya suatu rangkaian prosedur, metode dan teknik. Auditing tidak lebih dari
pada sekedar suatu cara untuk melakukan sesuatu dengan sedikit penjelasan, uraian,
rekonsiliasi, dan argumentasi. Meskipun demikian telah di coba untuk meyakinkan
perlunya suatu teori normatif pada auditing. Professor R. K. Mautz dan H. A. Sharaf
dengan bukunya “ The Philosophy of Auditing “, merupakan tokoh pertama yang
melakukan usaha tersebut.
Profesor C. W. Schandl pada tahun 1978 yang mengembangkan pemikiran dari Mautz
dan Sharaf, mengemukakan elemen-elemen dasar teori adalah sebagai berikut :
1. Postulat yaitu : Konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian. Sebagai
syarat penting dalam pengembangan disiplin,tidak perlu di periksa kebenaranya lagi,
sebagai dasar pengambil kesimpulan,sebagai dasar membangun struktur teori dan
bisa juga dimodifikasi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Teori yaitu : Dalil yang diterangkan oleh postulat.
3. Struktur yaitu : Komponen disiplin tertentu dan hubungan antar komponen tersebut.
4. Prinsip yaitu : Kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktik
5. Standar yaitu : Kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.
Menurut Lee dalam bukunya Corporate Audit Theory ada tiga kelompok postulat sebagai
dasar teori dalam auditing yaitu :
1. Postulat yang berkaitan dengan aspek keberadaan audit.
2. Postulat yang berfokus pada tindakan auditor dan aspek perilaku.
3. Postulat yang berfokus pada prosedur audit atau fungsional audit.
Teori Auditing merupakan tuntunan untuk melaksanakan audit yang bersifat normatif.
Konsep adalah abstraksi-abstraksi yang diturunkan dari pengalaman dan observasi, dan

5
dirancang untuk memahami kesamaan-kesamaan di dalam suatu subyek, dan perbedaan-
perbedaannya dengan subyek yang lain. Standar Auditing adalah pengukur kualitas, dan
tujuan sehingga jarang berubah. sedangkan Prosedur Audit adalah metode-metode atau
teknik-teknik rinci untuk melaksanakan standar, sehingga prosedur akan berubah bila
lingkungan auditnya berubah.
Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar,yaitu:
1. Bukti (evidence)
Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh pengertian
sebagai dasar untuk memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang di tuangkan
dalam pendapat auditor. Secara umum usaha untuk memperoleh bukti dilakukan
dengan cara, yaitu :
a. Authoritarianisme, Bukti diperoleh berdasar informasi dari pihak lain. Misalnya
keterangan lisan manajemen dan karyawan, dan pihak luar lainnya, serta
keterangan lisan tertulis berupa doklumen.
b. Mistikisme, Bukti dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku besar, dan
penelaahan terhadap keterangan dari pihak luar.
c. Rasionalisasi, Merupakan pemikiran asumsi yang diterima. Misalnya
penghitungan kembalioleh auditor, dan pengamatan terhadap pengendalian intern.
d. Emperikisme, Merupakan pengalaman yang sering terjadi. Misalnya perhitungan
dan pengujian secara fisik.
e. Pragmatisme, Merupakan hasil praktik. Misalnya kejadian setelah tanggal
selesainya pekerjaan lapangan.
2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (due audit care)
Artinya melakukan pekerjaan dengan sangat hati-hati dan selalu mengindahkan
norma-norma profesi dan norma moral yang berlaku. Konsep kehati-hatian yang di
harapkan auditor yang bertanggung jawab. Dalam auditing tersebut sebagai prudent
auditor. Tanggung jawab yang di maksud adalah tanggung jawab profesional dalam
melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih di kenal dengan konsep konservatif.
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar (fair presentation)
Konsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak
memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan,hasil operasi, dan aliran kas
perusahaan. Konsep ini dijabarkan lagi dalam 3 sub konsep, yaitu :
a. Accounting Propriety : berhubungan dengan penerapan prinsip akuntansi tertentu
dalam kondisi tertentu.

6
b. Adequate Disclosure : berkaitan dengan jumlah dan luas pengungkapan atau
penyajian informasi
c. Audit Obligation : berkaitan dengan kewajiban auditor untuk independen dalam
memberikan pendapat.
4. Independensi
Merupakan suatu sikap mental yang di miliki auditor untuk tidak memihak dalam
melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa auditor akan
independen terhadap laporan keuangan yang di periksanya, dari pembuat dan pemakai
laporan keuangan. Jika posisi auditor terhadap kedua hal tersebut tidak independen
maka hasil kerja auditor menjadi tidak berarti sama sekali. Untuk dapat menjadi
independen seorang auditor harus benar-benar jujur. Dan untuk dapat diakui sebagai
auditor yang independen, maka seorang auditor harus bebas dari kewajiban apapun
atau bebas dari kepentingan apapapun dari klien, baik kepentingan manajemen atau
kepentingan para pemilik perusahaan atau organisasi.
a. Practioner Independence
Merupakan pikiran, sikap tidak memihak, dan percaya diri yang mempengaruhi
pendekatan auditor dalam pemeriksaan. Untuk itu auditor harus independen dalam
menggunakan teknik dan prosedur audit (programming independece). Harus
independen dalam memilih aktivitas, berhubungan secara profesional, dan kebijakan
manajemen yang akan diperiksannya (investigation independence), dan harus
independen dalam mengemukakan fakta hasil pemeriksaannya yang tercemin dalam
pemberian pendapat dan rekomendasi yang diberikan.
b. Profession Independence
Merupakan persepsi yang timbul dari anggota masyarakat kauangan/bisnis dan
masyarakat umum tentang profesi akuntan sebagai kelompok.
5. Etika perilaku
Dalam auditing berkaitan dengan perilaku yang ideal seorang auditor profesional yang
independen dalam melaksanakan audit.

7
2.2 Standar Dalam Auditing
Standar Auditing, merupakan salah satu ukuran kualitas pelaksanaan auditing.
Setiap standar dalam standar auditing ini saling berkaitan dan saling tergantung antara
yang satu dengan yang lainnya. Standar Audit berfungsi mengatur semua aktivitas
pekerjaan audit akuntan publik mulai dari persyaratan seorang auditor yang harus
memiliki kompetensi, independensi, profesionalisme auditor sampai bagaimana membuat
laporan audit.
Standar auditing harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan kauangan yang
dilakukan oleh auditor independen, tanpa memandang besar kecilnya skala perusahaan,
bidang usahanya, bentuk organisasi bisnisnya, berorientasi laba ataupun tidak. Penerapan
keseluruhan standar auditing ini sangat dipengaruhi oleh konsep materialitas dan risiko.
Konsep Materialitas, bersifat bawaaan dalam pekerjaan auditor independen. Dasar yang
lebih kuat harus dicari sebagai landasan pendapat auditor independen atas unsur-unsur
yang secara relatif lebih penting dan unsur-unsur yang mempunyai kemungkinan besar
salah saji material. Misalnya, dalam perusahaan dengan jumlah debitur yang sedikit,
dengan nilai piutang yang besar, secara individual piutang itu adalah lebih penting dan
kemungkinan terjadinya salah saji material juga lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan lain yang mempunyai jumlah nilai piutang yang sama tetapi terdiri dari debitur
yang banyak dengan nilai piutang yang relatif kecil. Dalam perusahaan manufaktur dan
perusahaan dagang, persediaan umumnya mempunyai arti penting, baik bagi posisi
keuangan maupun hasil usaha perusahaan, sehingga secara relatif persediaan memerlukan
perhatian auditor yang lebih besar dibandingkan dengan persediaan dalam perusahaan
jasa. Begitu pula, piutang umumnya memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan
dengan premi asuransi dibayar di muka.
Konsep risiko, Pertimbangan atas risiko audit berkaitan erat dengan sifat audit. Transaksi
kas umumnya lebih rentan terhadap kecurangan jika dibandingkan dengan transaksi
persediaan, sehingga audit atas kas harus dilaksanakan secara lebih konklusif, tanpa harus
menyebabkan penggunaan waktu yang lebih lama. Transaksi dengan pihak tidak terkait
biasanya tidak diperiksa serinci pemeriksaan terhadap transaksi antarbagian dalam
perusahaan atau transaksi dengan pimpinan perusahaan dan karyawan, yang tingkat
kepentingan pribadi dalam transaksi yang disebut terakhir ini sulit ditentukan.

8
Pengendalian intern terhadap lingkup audit mempengaruhi besar atau kecilnya risiko salah
saji terhadap prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor. Semakin efektif pengendalian
intern, semakin rendah tingkat risiko pengendalian.

Standar Auditing terdiri dari 3 bagian:


 Persyaratan pribadi auditor (standar umum).
 Pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan dalam pelaksanaan audit (standar dalam
pekerjaan lapangan).
 Pertimbangan-pertimbangan dalam penyusunan laporan audit (standar pelaporan) .

Standar tersebut dengan segala bahasa di tuangkan ke dalam sebuah buku yaitu buku Standar
profesional Akuntan Publik (SPAP). Standar auditing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Standar Umum
a. Audit harus di laksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.standar pertama menuntut kompetensi
teknis seorang auditor di tentukan oleh tiga faktor yaitu:
 Pendidikan formal dalam pendidikan akuntansi di suatu perguruan tinggi
termasuk ujian profesi auditor.
 Pelatihan bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing.
 Pendidikan profesional berkelanjutan selama menekuni karir auditor
profesional.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor. Independen merupakan hal yang sangat
penting dalam melakukan audit, dimana dalam pelaksanaan audit, seorang harus
menerapkan lima konsep utama salah satunya adalah independensi. Ada 3 aspek
independesi, yaitu :
 Independensi senyatanya (independent in fact) yaitu kemampuan yang
terdapat dalam diri auditor seperti, kemampuan auditor bersikap jujur, objektif
dan bebas.

9
 Independensi dalam penampilan (independent in appearance) yaitu
independen jika dilihat pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
yang diaudit yang mengetahui hubungan antara auditor dan kliennya.
 Independensi dari sudut keahliannya atau kompetensinya. Adapun hasil dari
laporan yang diaudit diharapkan terbebas dari salah saji, dapat dipertanggung
jawabkan dan juga dapat dipercaya kebenarannya untuk kemudian dijadikan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang tentunya telah sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku.
Beberapa benturan atau hal-hal yang mengurangi independensi auditor:
1. Apabila auditor mempunyai kepentingan dalam perusahaan klien.
2. Auditor menjadi direktur atau pemegang hak suara di perusahaan yang
diauditnya.
3. Apabila pengungkapan tidak memadai dan tidak wajar.
4. Apabila pendapat auditor bergantung kepada klien.
5. Apabila akuntan mempunyai ikatan yang kuat dengan akuntan lainnya
yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan klien.
6. Apabila klien menjamin auditor terhadap kerugian.
7. Apabila auditor bertindak sebagai promotor bagi klien.
8. Apabila ada hubungan keluarga antara auditor dengan pihak yang diaudit
atau para karyawan atau para pemiliknya.
9. Apabila presentase terbesar dari pendapatan auditor diperoleh dari satu
klien.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan. dalam hal ini pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien
akan di gunakan untuk:
 Mengidentifikasi salah satu yang potensial.

10
 Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah satu yang
material.
 Merancang pengujian substantif.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang
dipikul oleh auditor.
2.3 Hubungan Antara Standar Auditing Dengan Prosedur Auditing
 Prosedur auditing adalah metode-metode yang digunakan serta tindakan yang
dilakukan oleh auditor selama audit berlangsung. Prosedur audit meliputi
langkah-langkah seperti menghitung kas kecil, memeriksa rekonsiliasi bank
yang disusun oleh klien, mengamati perhitungan persediaan dll.
 Berbeda dengan standar auditing yang bisa diterapkan pada setiap audit
laporan keuangan, maka prosedur auditing dapat berbeda antara satu klien
dengan klien lainnya, karena adanya perbedaan salam skala suatu entitas
dengan entitas lainnya, perbedaan karakteristik, serta sifat dan kompleksitas
operasi, dsb.

11
Pada intinya, Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur”
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar”
berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui
penggunaan prosedur tersebut.
.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas bahwa Teori di klasifikasikan berdasar
sifatnya menjadi dua yaitu :
a. Teori Normatif adalah Teori yang seharusnya dilaksanakan
b. Teori Deskriptif adalah Teori yang sesungguhnya dilaksanakan.
Menurut Prof. C.W. Schandl pada tahun 1978 yang mengembangkan pemikiran dari
Mautz dan Sharaf, mengemukakan elemen-elemen dasar teori adalah sebagai berikut :
1. Postulat yaitu : Konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian.
2. Teori yaitu : Dalil yang diterangkan oleh postulat.
3. Struktur yaitu : Komponen disiplin tertentu dan hubungan antar komponen tersebut.
4. Prinsip yaitu : Kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktik.
5. Standar yaitu : Kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.
Menurut Lee dalam bukunya Corporate Audit Theory ada tiga kelompok postulat
sebagai dasar teori dalam auditing yaitu :
1. Postulat yang berkaitan dengan aspek keberadaan audit.
2. Postulat yang berfokus pada tindakan auditor dan aspek perilaku.
3. Postulat yang berfokus pada prosedur audit atau fungsional audit.
Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar yaitu :
1. Bukti (evidence)
2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (Due Audit Care)
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar (Fair Presentation)
4. Independensi (Independence)
5. Etika Perilaku (Ethical Conduct)
Standar Auditing merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat dicapai
sebagaimana mestinya yang harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan yang
dilakukan auditor independen.
Standar auditing terdiri atas tiga bagian yaitu :
1. Standar Umum
2. Standar Pekerjaan
3. Standar Pelaporan

13
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur” berkaitan
dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan
dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut.

3.2 SARAN
Setelah kami menyimpulkan materi makalah, maka adapun saran kami kepada teman-
teman dan dosen-dosen kiranya memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
kemajuan makalah-makalah selanjutnya. Serta kepada tim auditing agar kiranya tidak bosan-
bosannya mengkaji dan mengkaji serta berteori untuk pengembangan ilmu auditing dimasa-
masa yang akan datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

 http://masphatar.blogspot.com/2013/03/teori-konsep-dasar-standar-auditing.html
 oleh Rina_Sweet di 03.13 http://memoryofokta.blogspot.com/2010/06/teori-konsep-
dasar-dan-standar-auditing.html
 Auditng 1 Dasar-Dasar Auditing Dan Laporan Keuangan
 https://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Auditing
 http://www.lpminstitut.com/2019/07/independensi-bagi-auditor-dalam.html
 https://www.jtanzilco.com/blog/detail/1274/slug/fungsi-standar-audit-untuk-mendukung-
pekerjaan-akuntan-publik

15

Anda mungkin juga menyukai