Anda di halaman 1dari 8

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.1, Maret.

2014: 75-82

KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI TANAMAN


PADA SISTEM KALIWU DI PULAU SUMBA
(Plant Biodiversity Conservation on Kaliwu System at Sumba Island)

Gerson N. Njurumana1,2,*, Djoko Marsono3, Irham4 dan Ronggo Sadono3


1
Program Doktor Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan UGM, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
2
Balai Penelitian Kehutanan Kupang, Jl. Untung Suropati No. 7, Po.Box. 67 Kupang NTT 85115
3
Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
4
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Kompleks Agro Bulaksumur, Yogyakarta 55281
*
Penulis korespondensi. Telp. 0380-823357; Fax. 0380-831068; Email: njurumana@gmail.com

Diterima: 11 September 2013 Disetujui: 28 Desember 2013

Abstrak

Konservasi keanekaragaman hayati tanaman di lahan rakyat memiliki peluang strategis mendorong masyarakat
melakukan konservasinya, karena akumulasi lahan rakyat lebih luas dibandingkan dengan kawasan konservasi alam
yang tersedia. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai sudut pandang masyarakat dan penerapannya dalam
konservasi keanekaragaman hayati tanaman, yang tercermin pada berbagai bentuk dan sistem pengelolaannya oleh
masyarakat. Penelitian bertujuan mengetahui sudut pandang masyarakat terhadap keanekaragaman hayati tanaman, dan
penerapannya melalui pengelolaan sistem Kaliwu di Pulau Sumba. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pemahaman
masyarakat terhadap keanekaragaman hayati tanaman sangat komprehensif, karena nilai dan manfaatnya menyentuh
aspek-aspek kehidupan masyarakat yaitu aspek ekonomi-pendapatan, aspek ekologi-konservasi, aspek sosial-budaya
dan aspek spiritual. Manifestasi dari sudut pandang masyarakat diterapkan melalui pengelolaan keanekaragaman hayati
tanaman pada sistem Kaliwu yang mencapai 145 spesies, termasuk spesies terancam punah dan langka yang berasal dari
52 Famili. Nilai dan prinsip dasar dari konservasi keanekaragaman hayati tanaman oleh masyarakat pada sistem Kaliwu
bersimpul pada keselarasan dan keberlanjutan antara kegiatan pemanfaatan dan konservasinya.

Kata kunci: sudut pandang, konservasi, keanekaragaman hayati tanaman, sistem Kaliwu.

Abstract

Plant biodiversity conservation on communities land has a strategic opportunity in encouraging community to
carry out plant conservation due to the higher accumulation of people’s land compared to the conservation area
available. Therefore, understanding is required on the community perspective and its implementation in the plant
biodiversity conservation shown in the various managerial forms and systems that the community performs. This
research aimed to identify the community perspective on plant biodiversity and its implementation through the
management of Kaliwu system at Sumba Island. The results shows that community understanding on plant biodiversity
is highly comprehensive since its values and benefits have reached the community life aspects including economic-
income, ecological-conservation, socio-cultural and spiritual aspects. Based on the community perspective,
manifestation is implemented through the plant biodiversity management in the Kaliwu system of 145 species, including
endangered and rare species from 52 families. The basic values and principles of plant biodiversity conservation that
the community has conducted on the Kaliwu system are based on the harmony and sustainability between utilization
and conservation.

Keywords: perspective, conservation, plant biodiversity, Kaliwu system.

PENDAHULUAN konvensi dan kesepakatan mengenai skema


pelestarian lingkungan hidup dan konservasi
Pengelolaan sumberdaya alam yang tidak keanekaragaman hayati tanaman terus digalakan.
memperhatikan prinsip keberlanjutan telah Keanekaragaman hayati tanaman memiliki peran
menyebabkan terjadinya krisis lingkungan, strategis mengendalikan krisis lingkungan, karena
perubahan iklim, krisis pangan dan krisis air bersih. potensi penggunaannya sebagai sumber bahan
Krisis lingkungan telah menjadi persoalan serius pangan dan obat-obatan untuk manusia, serta jasa
masyarakat internasional, sehingga berbagai lingkungannya menjaga keseimbangan ekosistem
76 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 21 No. 1

alam (Frison dkk., 2006; Walters dan Mulder, 2009; konservasi keanekaragaman hayati tanaman
Nesbitt dkk., 2010 dan Robinson dkk., 2013). berbasis masyarakat di Pulau Sumba.
Pemanfaatan potensi keanekaragaman tanaman
yang besar mendorong kegiatan konservasinya METODE PENELITIAN
secara luas pada kawasan hutan milik negara
maupun pada lingkungan binaan manusia seperti Pengumpulan Data
kebun, pekarangan, hutan rakyat dan hutan Penelitian menggunakan metode deskriptif-
keluarga. Konservasi keanekaragaman hayati kualitatif dan deskriptif-kuantitatif untuk
tanaman pada kawasan hutan negara diharapkan menggambarkan data dan informasi mengenai
lebih efektif karena berbagai instrumen keadaan obyek penelitian pada saat sekarang sesuai
pendukungnya seperti status lahan, kebijakan dan fakta di lokasi penelitian. Pengumpulan data
regulasi, unit organisasi pengelola dan sumber lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 –
pendanaan rutin tersedia. Pada pihak lain, bulan Februari 2013.
konservasi keanekaragaman tanaman pada Penentuan sampel wilayah penelitian
lingkungan binaan manusia umumnya dilakukan dilakukan secara acak untuk memperoleh sebanyak
pada lahan milik, organisasi pengelola adalah 7 unit desa sampel dari total 65 desa di Kabupaten
kepala keluarga (KK) dengan sumber pendanaan Sumba Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
berasal dari swadaya masyarakat. Sasaran penelitian adalah unit KK yang memenuhi
Salah satu bentuk lingkungan binaan dua kriteria, yaitu memiliki lokasi Kaliwu yang
masyarakat di Pulau Sumba adalah sistem Kaliwu, masih aktif dikelola sebagai hak milik
yaitu usahatani terpadu yang mengintegrasikan pribadi/keluarga, dan merupakan unit KK mandiri.
aneka-ragam jenis tanaman pada suatu unit lahan Tahapan pengumpulan data mencakup penentuan
kering. Berdasarkan data BPS (2012), rerata sebaran responden secara proporsional random
penguasaan lahan kering di Sumba Tengah sampling, inventarisasi responden potensial pada
mencapai 9,20 ha/KK, merupakan salah satu setiap desa sampel dengan bantuan informasi dari
peluang meningkatkan partisipasi masyarakat untuk perangkat desa setempat, penentuan responden
konservasi keanekaragaman tanaman. secara acak sebanyak 10 unit KK/desa, sehingga
Pertimbangannya adalah kebutuhan masyarakat diperoleh responden sebanyak 70 unit KK, dan
terhadap produksi tanaman untuk berbagai tujuan penentuan secara acak sebanyak 10 unit sistem
penggunaan meningkat, akumulasi lahan milik Kaliwu milik responden sebagai sampel melakukan
masyarakat lebih luas dibandingkan kawasan pengukuran dan analisis keanekaragaman hayati
konservasi yang hanya mencapai 28% dari luas tanaman.
Kabupaten Sumba Tengah, atau 17% dari luas Pengumpulan data untuk mengetahui,
pulau Sumba (BPS, 2012), dan 15% dari luas lahan mendeskripsikan dan menginterpretasikan sudut
di dunia (Indrawan dkk., 2007), serta sebaran pandang masyarakat terhadap keanekaragaman
ekologi-geografis tanaman sangat luas (Polunin, hayati tanaman dilakukan dengan wawancara
1994) melampaui batasan administrasi dan terstruktur dan semi terstruktur terhadap 70 unit KK
ekosistem kawasan konservasi. terpilih. Untuk mengetahui peran sistem Kaliwu
Pengembangan konservasi keanekaragaman dalam konservasi keanekaragaman hayati tanaman
hayati tanaman pada lingkungan binaan masyarakat dilakukan observasi dan pengukuran lapangan
sangat diperlukan, dan supaya berjalan efektif menggunakan teknik analisis vegetasi. Jumlah
diperlukan pengetahuan dan pemahaman mengenai sampel mencapai 120 plot, terdiri dari 30 plot
aneka-ragam bentuk praktek pengelolaan ukuran (2x2) m untuk tingkat semai (tanaman
keanekaragaman hayati tanaman berbasis dengan tinggi ≤ 1,5 m), 30 plot ukuran (5x5) m
masyarakat seperti sistem Kaliwu. Salah satu untuk tingkat pancang (tinggi ≥ 1,5 m, berdiameter
kendala dalam pengembangan sistem Kaliwu adalah < 10 cm), 30 plot ukuran (10x10) m untuk tingkat
belum tersedianya data dan informasi yang relevan tiang (pohon muda berdiameter 10-19 cm) dan 30
dengan sudut pandang masyarakat terhadap plot ukuran (20x20) m untuk tingkat pohon dewasa
keanekaragaman hayati tanaman dan penerapannya. (berdiameter >20 cm).
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui
sudut pandang masyarakat terhadap Analisis Data
keanekaragaman hayati tanaman, dan mengetahui Data dan informasi sudut pandang masyarakat
peran penerapan sistem Kaliwu dalam konservasi terhadap keanekaragaman hayati tanaman dianalisis
keanekaragaman hayati tanaman. Data dan secara deskriptif-kualitatif dan deskriptif-kuantitatif
informasi tersebut diharapkan menjadi referensi untuk aspek pendapatan, sedangkan data peran
ilmiah perumusan kebijakan pengembangan penerapan sistem Kaliwu dalam konservasi
Maret. 2014 NJURUMANA, G.N., DKK.: KONSERVASI 77

keanekaragaman hayati tanaman dianalisis secara pendapatan dan kepentingan ekologi (konservasi
kualitatif-deskriptif dan kuantitatif dengan sumberdaya hayati tanaman) memiliki proporsi
menghitung proporsi sebaran spesies tanaman, yang sepadan. Hal ini terjadi karena masyarakat
menghitung nilai kerapatan (K) dan kerapatan sudah menyadari bahwa fungsi ekonomi
relatif (KR), nilai dominansi (D) dan dominansi (pemanfaatan sumberdaya hayati tanaman) dapat
relatif (DR), nilai frekuensi (F) dan frekuensi relatif dipertahankan ketika fungsi ekologi dan pelestarian
(FR) untuk menentukan indeks nilai penting (INP) keanekaragaman sumberdaya hayati tanaman dapat
setiap spesies tanaman. Perhitungan INP dilakukan dipertahankan atau ditingkatkan. Manfaat ekonomi
berdasarkan rumus Dombois dan Ellenberg (1974) keanekaragaman hayati tanaman sangat bergantung
sebagai berikut: pada kelestarian berbagai spesies tanaman itu
Ʃ Individu sendiri.
K = (1) Evaluasi terhadap sudut pandang masyarakat
Luas Contoh
KR Kerapatan Suatu Jenis mengenai manfaat ekonomi-pendapatan dari
= X 100 (2)
Kerapatan Seluruh Jenis keanekaragaman spesies tanaman diukur dari nilai
Ʃ Bidang Dasar rupiah yang disumbangkan terhadap pendapatan
D = (3)
Luas Contoh
Kerapatan Suatu Jenis
masyarakat. Potensi keanekaragaman spesies
DR = X 100 (4) tanaman pada sistem Kaliwu memberikan manfaat
Kerapatan Seluruh Jenis
Ʃ Petak Suatu Jenis ekonomi melalui produksi bahan pangan, obat-
F = (5)
Ʃ Seluruh Petak obatan, buah-buahan, kayu bangunan dan kayu
Frekuensi Suatu Jenis bakar yang mendukung diversifikasi pendapatannya
FR = X 100 (6)
Frekuensi Seluruh Jenis
INP = KR + FR + DR (7)
(Gambar 1). Beberapa spesies tanaman penghasil
Ʃ Responden Ditemukan Jenis pangan diantaranya talas (Colocasia esculenta
PS = X 100 (8) Schott) dan gembili (Discorea aculcata Linn) telah
Ʃ Seluruh Responden
Rumus perhitungan Proporsi Sebaran (PS) tanaman membantu diversifikasi sumber bahan pangan.
dimodifikasi dari rumus perhitungan Frekuensi (F) Rerata pendapatan perkapita masyarakat
oleh Dombois dan Ellenberg (1974). sebesar Rp.476.100/kapita/bulan, dan rerata
kontribusi sistem Kaliwu sebesar Rp.220.500
HASIL DAN PEMBAHASAN /kapita/bulan atau 46% terhadap total pendapatan

Sudut Pandang Masyarakat Terhadap


Keanekaragaman Hayati Tanaman
Masyarakat menempatkan keanekeragaman
hayati tanaman sebagai salah satu sumber hidup,
karena manfaatnya yang tercermin dalam empat
aspek utama yaitu aspek ekonomi-pendapatan,
aspek ekologi-konservasi, aspek sosial-budaya dan
aspek religius (Tabel 1). Aneka-ragam manfaat
yang diperoleh mendorong masyarakat melakukan
domestikasi keanekaragaman hayati tanaman pada
lingkungan binaan, salah satunya sistem Kaliwu. Gambar 1. Struktur rerata pendapatan/kapita/
Berdasarkan struktur sudut pandang dan bulan pengelola Kaliwu di Sumba Tengah.
pengetahuan masyarakat, kepentingan ekonomi-
Tabel 1. Sudut pandang dan pengetahuan masyarakat mengenai nilai penting pengelolaan keanekaragaman
sumberdaya hayati tanaman (n = 70).
No. Kriteria dan indikator pengukur Nilai rerata (%)
1. Keanekaragaman tanaman memiliki nilai ekonomi-pendapatan bagi masyarakat 99
2. Kelestarian keanekaragaman tanaman sangat menentukan kelestarian manfaatnya bagi masyarakat 99
3. Keanekaragaman tanaman berperan meningkatkan jasa lingkungan (mencegah banjir, penyediaan 90
air tanah, oksigen dan kestabilan iklim)
4. Keanekaragaman tanaman berperan penting bagi kehidupan manusia 87
5. Keanekaragaman tanaman berperan menjaga keseimbangan alam 84
6. Keanekaragaman tanaman memiliki nilai sosial budaya bagi masyarakat 81
7. Keanekaragaman tanaman memiliki nilai spiritual bagi masyarakat 71
Sumber : Hasil wawancara, 2013
78 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 21 No. 1

perkapita masyarakat. Kontribusi sistem Kaliwu tanaman menjadi dasar pembentuk persepsi
paling tinggi di Desa Wangga Waiyengu sebesar masyarakat mengenai manfaat ekologi-konservasi
59%, kemudian Desa Makata Keri sebesar 56%, dari keanekaragaman hayati tanaman.
sesudah itu Desa Matawai Kajawi sebesar 52%, Salah satu contoh aspek ekologi-konservasi
selanjutnya Desa Umbu Kawolu sebesar 43%, spesies tanaman dari Famili Moraceae sebagai
setelah itu Desa Anajiaka sebesar 40%, kemudian spesies kunci, karena berperan sebagai pohon
Desa Kabela Wuntu sebesar 37% dan Desa sarang dan pohon pakan dari beberapa spesies
Anakalang sebesar 32%. Tingginya kontribusi burung endemik Sumba seperti burung dara
sistem Kaliwu disebabkan oleh produksi kayu (Ptilinopus doherty), rangkong (A. Everetti), nuri
pertukangan dalam setahun terakhir dengan rerata (Trichoglosus haematodus) dan sriwang (Tersipon
kontribusi sebesar 24% terhadap total pendapatan Paradise). Burung tersebut membantu penyebaran
masyarakat. Ketika produksi kayu pertukangan biji tanaman sehingga memperkaya
tidak diperhitungkan, terjadi penurunan nilai keanekaragaman spesies tanaman pada lingkungan
kontribusinya rerata sebesar Rp.103.100/kapita/ pemukiman, berkembang membentuk struktur,
bulan. komposisi dan stratifikasi tajuk yang kompleks,
Perspektif ekonomi dari keanekaragaman sehingga berperan sebagai penyangga dan koridor
hayati tanaman didekati dari struktur pendapatan pembatas lingkungan pemukiman dengan
masyarakat. Kontribusi pendapatan dari lingkungan luarnya, serta mendukung konservasi
keanekaragaman spesies tanaman yang diusahakan lahan disekitarnya.
pada sistem Kaliwu, sawah dan kebun sangat Perspektif sosial-budaya keanekaragaman
mendominasi dibandingkan sumber pendapatan dari hayati tanaman pada masyarakat Sumba didekati
jasa, ternak dan buruh. Sistem Kaliwu memiliki dari dua aspek yaitu sebagai atribut simbolik pada
kontribusi tinggi karena produksi beberapa spesies lingkup individu (perorangan) dan lingkup kolektif
tanaman buah-buahan yang bernilai ekonomi seperti (kabihu atau klan). Atribut simbolik menekankan
kopi (Coffea arabica L.), kemiri (Aleurites penggunaan praktis produk tanaman melalui
moluccana L. Willd.), pinang (Arecha cathecu L.) pertukaran sumberdaya yang bersifat resiprositas,
dan sirih (Piper betle L.), avokad (Persea untuk memperkuat hubungan, kekerabatan dan
gratissima Gaertn.f.), nanas (Ananas comosus jaringan sosial dengan mitra pertukaran yang
MERR), jeruk (Citrus maxima (Burm.) Merr.) dan sepadan dalam struktur sosial masyarakat Sumba.
kelapa (Cocos nucifera). Produksi kayu Produk dari aneka-ragam spesies tanaman
pertukangan berasal dari tanaman mahoni merupakan salah satu instrumen utama
(Swietenia machrophylla King), jati (Tectona terpeliharanya sistem pertukaran resiprositas yang
grandis) dan gmelina (Gmelina arborea). bermanfaat terhadap pelaku pertukaran, termasuk
Akumulasi kontribusi sistem Kaliwu, sawah dan aneka-bentuk sistem pertukaran dalam tradisi adat
kebun dengan keanekaragaman hayati tanaman istiadat orang Sumba sebagaimana dinyatakan oleh
sebagai komponen utamanya membuktikan realitas Vel (2010).
dari persepsi masyarakat mengenai dimensi Salah satu bentuk penerapan atribut simbolik
ekonomi dari keanekaragaman hayati tanaman. dalam lingkup individu melalui penggunaan
Perspektif ekologi-konservasi didekati dari beberapa spesies tanaman dalam tradisi happa atau
sejarah persebaran penduduk di Sumba yang ma’ma (nginang), yaitu menyuguhkan buah sirih
membentuk unit-unit pemukiman (kampung) di atas (Piper betle L.) dan buah pinang (Arecha cathecu
bukit. Kondisi alam sekitarnya didominasi savana L.) serta kapur sebagai suguhan awal dalam tradisi
dan semak belukar, sehingga memiliki kerentanan penghormatan dan penerimaan terhadap pihak lain.
tinggi terhadap badai dan kebakaran. Strategi Sikap moderat ditunjukan kepada pihak yang tidak
mengantisipasi resiko tersebut dengan menanam menghidupi tradisi tersebut melalui simbol
berbagai spesies tanaman yang berfungsi sebagai penghormatan dalam tutur budaya “kamahung
tanaman pelindung, tanaman peneduh, tanaman hias ndewa”, yaitu penghormatan terhadap jiwa atau roh
dan tanaman multiguna. Tanaman pelindung seseorang sebagai esensi atau vitalitas
didominasi dari Famili Moraceae seperti Ficus kehidupannya. Nilai penting dari atribut simbolik
benyamina, Ficus variegata Blume, Ficus dalam komunitas masyarakat Sumba adalah sebagai
glomerata Roxb., dan spesies dari Famili Poaceae salah satu sarana penghargaan terhadap nilai
seperti Dendrocalamus asper dan Bambusa kemanusiaan dan relasi sosialnya.
blumeana Bl. ex Schul. f., serta spesies penghasil Penerapan atribut simbolik secara kolektif
kayu-kayuan dan bukan kayu. Kesatuan fungsi berkaitan dengan penggunaan sejumlah spesies
ekologi dan jasa lingkungan dari berbagai spesies tanaman sebagai spesies kunci budaya dengan nilai
Maret. 2014 NJURUMANA, G.N., DKK.: KONSERVASI 79

prestisius tinggi, dan oleh Mace dkk., (2012) tanaman pada lingkungan binaannya, salah satunya
dikategorikan sebagai nilai intrinsik atau kharisma. sistem Kaliwu.
Kabihu (klan) adalah unit-unit sosial masyarakat
patrilinear, memiliki otoritas atas sumberdaya Peranan sistem Kaliwu dalam konservasi
lahan, membentuk unit pemukiman dan rumah adat keanekaragaman hayati tanaman
(uma ba’kul) sebagai rumah induk merumuskan dan Berdasarkan hasil analisis keanekaragaman
mengambil keputusan adat. Setiap kabihu memiliki hayati tanaman pada sistem Kaliwu diketahui
spesies tanaman tertentu sebagai komponen utama potensi tanaman mencapai 145 spesies dan tersebar
konstruksi rumah adat, bersifat sakral, eksklusif pada 52 Famili, terbagi dalam dua kelompok besar
dengan penggunaan terbatas. Beberapa spesies yaitu tanaman tidak berkayu sebanyak 48 spesies
tersebut diantaranya adalah Artocarpus glaucus dan tanaman berkayu sebanyak 97 spesies.
BL., Intsia bijuga (Colebr.) Kuntze, Agalia Keanekaragaman tanaman tersebut menggambarkan
odoratissima Bl., dan Aglaia argentea Bl., yang kehendak dan kepentingan masyarakat untuk
digunakan sebagai tiang utama rumah adat, dan memenuhi kebutuhan hidupnya, karena terdapat 20
terdapat spesies lain sebagai pasangannya secara spesies tanaman tidak berkayu dan 20 spesies
permanen. Kelestarian spesies tersebut berkorelasi lainnya tanaman berkayu yang menghasilkan buah-
dengan keberadaan kabihu atau klan penggunanya, buahan, serta sebanyak 11 spesies menghasilkan
sehingga berimplikasi terhadap keberlanjutan nilai umbi-umbian dan sebanyak 7 species lainnya
sosial-budaya dan nilai adat istiadat yang dihidupi menghasilkan serat. Potensi penggunaan lain dari
dan menghidupi masyarakat. spesies tanaman tersebut diantaranya untuk kayu
Perspektif spiritual keanekaragaman hayati bakar, kayu bangunan, pakan ternak, tanaman obat
tanaman dalam ranah spiritual didekati dari dimensi dan konservasi lingkungan. Potensi tanaman pada
masa lampau dan masa kini. Dimensi masa lampau setiap unit sistem Kaliwu memiliki variasi jumlah
didominasi oleh pengalaman masyarakat spesiesnya, termasuk jumlah tanamannya yang
memanfaatkan sejumlah spesies tanaman sebagai didominasi oleh semai (seeds), kemudian pancang
salah satu atribut spiritual, terutama untuk penganut (saplings), setelah itu tiang atau pohon muda
marapu, yaitu kepercayaan asli orang Sumba. Salah (poles) dan terakhir pohon dewasa (trees) (Gambar
satu wujud penerapannya adalah terbentuknya 2).
beberapa situs religius berbasis sumberdaya alam, Berdasarkan sebaran spesiesnya pada setiap
diantaranya hutan marapu, kampung marapu dan unit sistem Kaliwu, dilakukan pengelompokan
tanah biha/paita (tanah suci atau tanah larangan dalam 4 (empat) kategori, yaitu sangat tinggi
(forbiden space)) dengan pemanfaatan terbatas atau (≥76%), tinggi (51-75%), rendah (26-50%) dan
bahkan terlarang. Penghargaan terhadap situs sangat rendah (≤25%) (Gambar 3). Rata-rata
tersebut cenderung menurun, karena jumlah sebanyak 51% dari seluruh spesies tanaman
penganut marapu diperkirakan tinggal 10,41% dari memiliki sebaran merata pada setiap unit sistem
penduduk Sumba Tengah (BPS, 2010). Kaliwu, sebagian besar merupakan spesies utama
Dimensi masa kini, nilai penting dengan preferensi pemanfaatan tinggi oleh
keanekaragaman hayati tanaman lebih universal masyarakat. Selain itu, sebanyak 49% merupakan
melalui internalisasi manfaatnya sebagai salah satu spesies tanaman alternatif, pengembangannya
instrumen meningkatkan pengamalan nilai spiritual, bersifat personal karena penggunaannya spesifik
salah satunya melalui sumbangan keagamaan secara sebagai tanaman obat dan spesies kunci budaya.
rutin dan berkala. Hasil produksi tanaman Keberadaan spesies tanaman tersebut memberikan
memberikan manfaat terhadap peningkatan nilai komparatif tersendiri untuk setiap unit sistem
pendapatan masyarakat dan ketersediaan Kaliwu, karena beberapa diantaranya termasuk
sumberdaya yang diperlukannya, sehingga kategori jarang (rare) seperti Santalum album Linn.
meningkatkan kapasitas setiap individu untuk Kerr., Mallotus sp., Tetrameles nudiflora, Agalia
mengamalkan nilai-nilai spiritualnya. Sinergisitas odoratissima Bl., Aglaia argentea Bl. dan
nilai spiritual dari sumberdaya hayati tanaman di Indigofera trifoliata L.
masa lampau dan masa kini mendorong masyarakat Kategori tanaman dengan sebaran sangat
mewujudkan spiritualitas kehidupan yang tinggi berasal dari Famili Cannaceae,
bermartabat melalui kearifan spiritual (manusia Convolvulaceae, Solanaceae, Zingiberaceae,
dengan penciptanya), kearifan sosial (manusia Bromeliaceae, Caricaceae, Musaceae, Asteraceae
dengan sesamanya) dan kearifan ekologis (manusia dan Cyperaceae. Kategori tanaman dengan sebaran
dengan alamnya) dengan aneka-ragam bentuk tinggi berasal dari Famili Annonaceae,
penerapannya, antara lain menjaga dan memelihara Moringaceae, Poaceae, Moraceae, Apocinaceae,
80 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 21 No. 1

Gambar 2. Potensi tanaman di setiap plot pengamatan pada sistem Kaliwu.

Gambar 3. Jumlah dan persentase sebaran tanaman Gambar 4. Sebaran indeks nilai penting tanaman
pada sistem Kaliwu. pada sistem Kaliwu.
.
Piperaceae, Bursareceae, Sterculiaceae, utilissima Pohl., Musa parasidiaca Linn., Persea
Arecaceae, Dioscoriaceae, Cucurbitaceae, gratissima Gaertn., dan Solanum torvum Swartz.
Mimosaceae, Malvaceae, Araceae, Verbenacea, Nilai manfaat melalui anekaragam produksi dari
Rubiaceae dan Leguminoceae. Kategori tanaman spesies tanaman tersebut membuktikan persepsi
dengan sebaran rendah berasal dari Famili masyarakat yang menempatkan sistem Kaliwu
Santalaceae, Rhamnaceae, Myrtaceae, Rutaceae, sebagai salah satu sumber hidup.
Panicoldea, Pandanaceae, Meliaceae, Bombaceae, Berdasarkan kategori sebarannya terdapat 8
Lamiaceae, Fabaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae Famili (15%) berada dalam posisi transisi karena
dan Anacadiaceae. Kategori tanaman dengan memiliki kecenderungan perubahan populasi
sebaran sangat rendah berasal dari Famili padakategori setingkat lebih tinggi atau rendah.
Podocarpaceae, Tilliaceae, Ulmaceae, Lythraceae, Kondisi transisi adalah gambaran proses adaptasi
Thymelaeaceae, Alangiaceae, Icacinaceae, dan toleransi tanaman mengisi dan memanfaatkan
Dattisaceae, Gnetaceae, Sapotaceae, Oxalidaceae, ruang tumbuh, memberikan input keharaan melalui
Menispermaceae dan Sapindaceae. serasah daun, ranting, buah, cabang dan batang
Tanaman pada kategori sangat tinggi dan yang terurai. Kondisi transisi dapat dipahami dari
kategori tinggi didominasi spesies dengan dua indikator penting yaitu indikator ekologis yang
preferensi penggunaan utama oleh masyarakat menggambarkan dinamika tanaman, dan indikator
seperti Ananas comosus Merr., Anona muricata, sosial-ekonomi yang menggambarkan nilai manfaat
Artocarpus communis Forst., Artocarpus tanaman dan pilihan masyarakat untuk memelihara
heterophyllus Lamk., Artocarpus integra Merr., atau tidak memeliharanya. Posisi transisi
Canna edulis Ker., Carica papaya L. Citrus menentukan keanekaragaman tanaman dan
maxima (Burm.) Merr., Colocasia esculenta produksinya untuk masyarakat, termasuk
Schott., Cocos nucifera, Dioscorea hispida Dennst., peranannya mendukung ketersediaan unsur hara dan
Discorea aculcata Linn., Discorea alata Linn., mineral pada sistem Kaliwu.
Ipomoea batatas Poir., Mangifera indica, Manihot Daya dukung dan peranan setiap spesies
tanaman pada sistem Kaliwu ditentukan oleh indeks
Maret. 2014 NJURUMANA, G.N., DKK.: KONSERVASI 81

nilai penting (important value index) sebagai ditempatkan secara proporsional agar kepentingan
akumulasi nilai kerapatan, nilai frekuensi dan nilai konservasi tercapai dan kepentingan masyarakat
dominansi spesies tanaman. Berdasarkan hasil tidak terabaikan. Aneka-ragam kearifan lingkungan
analisis data diketahui terdapat deviasi nilai INP perlu disinergikan sebagai mitra konservasi
yang sangat besar antara spesies dengan INP paling sumberdaya hayati tanaman, sebagaimana
rendah dan paling tinggi pada semua tingkat dilakukan di Nepal, India dan wilayah lainnya,
pertumbuhan (Gambar 4). Satu hal menarik bahwa Acharya dkk., (2004); Ramakrishnan (2007); dan
sekalipun deviasi nilai cukup besar, tetapi rerata Charnley dkk., (2007).
nilai INP untuk semua tingkat pertumbuhan
cenderung tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa KESIMPULAN
mayoritas spesies tanaman pada setiap kategori
pertumbuhan memiliki nilai kerapatan relatif, Sudut pandang mengenai konservasi
frekuensi relatif dan dominansi relatif yang tinggi. keanekaragaman hayati tanaman yang dilakukan
Mahoni (Swietenia machrophylla King) masyarakat pada sistem Kaliwu merupakan refleksi
merupakan salah satu spesies dominan dengan dari pemahaman nilai pentingnya terhadap aspek
indeks nilai penting tertinggi pada setiap kategori ekonomi-pendapatan, aspek ekologi-konservasi,
pertumbuhan, yaitu 20,77-41,88 untuk kategori aspek sosial-budaya dan aspek spiritual. Aspek
semai, 23,31-42,30 untuk kategori pancang, 31,32- ekonomi-pendapatan dan aspek ekologi-konservasi
59,12 untuk kategori tiang dan 39,84-63,24 untuk disandingkan secara sepadan, sebuah kesadaran dan
kategori pohon. Hal ini menggambarkan tanaman pemahaman bahwa fungsi ekonomi-pendapatan
mahoni memiliki peran lebih dominan sangat bergantung pada fungsi ekologi-konservasi
dibandingkan spesies lain, dan berpotensi merubah sumberdaya hayati tanaman yang memberikan
tatanan komponen sistem Kaliwu dari polikultur manfaat positif untuk kepentingan sosial-budaya
menjadi monokultur di masa depan. Oleh karena itu dan spiritual.
sangat perlu dilakukan intervensi pengelolaan Sistem Kaliwu berperan sebagai unit-unit
terutama pada kategori semai dan kategori pancang konservasi keanekaragaman hayati tanaman, karena
untuk mengatur dinamika keseimbangan jumlah menjadi habitat dari 145 spesies tanaman yang
spesies tanamannya. berasal dari 52 Famili. Sebanyak 51% dari jumlah
Intervensi pengelolaan dimaksudkan untuk spesies tersebut ditemukan secara merata pada
mempertahankan potensi keanekaragaman spesies setiap unit sistem Kaliwu, beberapa diantaranya
tanaman dan produksinya, sehingga tercipta termasuk spesies yang telah mengalami kelangkaan
peluang subsidi silang diantara komoditi yang (vurnerable) di alam.
tersedia untuk memperkecil resiko kegagalan Sistem Kaliwu berperan besar terhadap
produksi akibat serangan hama dan penyakit. masyarakat, sehingga memerlukan dukungan
Tujuan intervensi pengelolaan adalah intervensi pemerintah daerah memfasilitasi dan
mempertahankan bahkan meningkatkan mendorong masyarakat melakukan intensifikasi dan
heterogenisitas tanaman sebagai strategi ekstensifikasi pengelolaannya sebagai model
mengamankan kelestarian produksinya, konservasi keanekaragaman hayati tanaman
menghindari kerentanan terhadap hama dan berbasis masyarakat. Pengembangannya dapat
penyakit seperti yang sering terjadi pada usahatani diintegrasikan dengan program yang relevan seperti
berbasis monokultur (Marsono, 2004). hutan rakyat, hutan keluarga, Gerakan Penghijauan
Salah satu pembelajaran dari konservasi Berbasis Masyarakat dan program Tiga Gerakan
keanekaragaman hayati tanaman pada sistem Moral di Kabupaten Sumba Tengah.
Kaliwu adalah nilai kebermanfaatannya melalui
paduserasi aneka kepentingan masyarakat untuk UCAPAN TERIMA KASIH
pendapatan, jasa lingkungan, sosial-budaya dan
spiritual. Kondisi ini berbeda dengan penerapan Penelitian ini merupakan salah satu aspek dari
konservasi selama ini yang mengalami reduksi disertasi penulis di Fakultas Kehutanan, Universitas
pemaknanaan bahwa konservasi seolah-olah hanya Gadjah Mada. Penulis mengucapkan terima kasih
ditujukan untuk kepentingan konservasi, sehingga kepada tim promotor atas bantuan dan
belum menempatkannya sebagai sebuah aktivitas bimbingannya, International Tropical Timber
eksplorasi peluang pemanfaatan sumberdaya hayati Organization (ITTO) Freezailah Fellowship
tanaman untuk aneka-ragam kepentingan manusia. Program atas hibah pendanaan riset, dan pengulas
Untuk mewujudkan konservasi sumberdaya hayati anonim yang memberi masukan untuk
tanaman, prinsip dan pemaknaan konservasi harus penyempurnaannya.
82 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 21 No. 1

Multilayered Relationship. Trends Ecol. &


DAFTAR PUSTAKA Evol. 27(1):19-26.
Marsono, D., 2004. Konservasi Sumberdaya Alam
Acharya U., Petheram R.J., dan Reid, R., 2004. dan Lingkungan Hidup. BIGRAF Publishing
Concepts and Perceptions of Biodiversity in bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknik
Community Forestry, Nepal. Small Scale Lingkungan (STTL) Yogyakarta. Yogyakarta.
Forest Economics, Management and Policy, Nesbitt M., R.P.H. McBurney, M. Broin dan H.J.
3(3):401-410. Beentje. 2010. Linking Biodiversity, Food and
BPS, 2010. Sumba Tengah Dalam Angka. Nutrition: The Importance of Plant
Kerjasama BPS Kabupaten Sumba Barat dan Identification and Nomenclature. Food
BAPPEDA Kabupaten Sumba Tengah. Compos. & Anal. 23:486-498.
Waikabubak. Polunin, N., 1994. Pengantar Geografi Tanaman
BPS, 2012. Sumba Tengah Dalam Angka. dan Beberapa Ilmu Serumpun. Gadjah Mada
Kerjasama BPS Kabupaten Sumba Barat dan University Press. Yogyakarta.
BAPPEDA Kabupaten Sumba Tengah. Ramakrishnan, P.S., 2007. Traditional Forest
Waikabubak. Knowledge and Sustainable Forestry : A
BPS, 2012. Indikator Kesejahteraan Rakyat Sumba North-East India Perspective. Forest Ecol. &
Tengah. Kerjasama BAPPEDA Kabupaten Manag. 249:91-99.
Sumba Tengah dan BPS Kabupaten Sumba Robinson D.A., Hockley, N., Cooper, D.M.,
Barat. Waikabubak. Emmett, B.A., Keith, A.M., Lebron, I.,
Charnley S., Fischer, A.P., dan Jones, E.T., 2007. Reynolds, B., Tiping, E., Tye, A.M., Watts,
Integrating Traditional and Local Ecological C.W., Whalley, W.R., Black, H.I.J., Warren,
Knowledge into Forest Biodiversity G.P., dan Robinson,J.S., 2013. Natural Capital
Conservation in the Pacific Northwest. Forest and Ecosystem Services, Developing an
Ecol. & Manag.246:14-28. Appropriate Soils Framework as a Basis for
Dombois, D.M dan Ellenberg, H., 1974. Aim and Valuation. Soil Biol. & Biochem. 57:1023-
Methods of Vegetation Ecology. John Willey 1033.
& Sons. Toronto. Vel, J., 2010. Ekonomi-Uma : Penerapan adat
Frison E.A., Smith, I.F., Johns, T., Cherfas, J., dan dalam dinamika ekonomi berbasis
Eyzaguirre, P., 2006. Agricultural kekerabatan. (judul asli : The Uma-Economy:
Biodiversity, Nutrition and Health : Making Indigenous economics and development work
Difference to Hunger and Nutrition in the in Lawonda, Sumba (Eastern Indonesia). Alih
Developing World. Food & Nutri. Bull. bahasa oleh Myrne Tehubijuluw-Umboh. Ed.1.
27:167-179. HuMa; Vollenhoven Institute; KITLV. Jakarta.
Indrawan M., Primack, R.B., dan Supriatna, J., Walters J.L., dan Mulder, I., 2009. Valuing Nature,
2007. Biologi Konservasi (Edisi Revisi). the Economics of Biodiversity. Nature Conser.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 17:245-247.
Mace G.M., Norris, K. dan Fitter, A.H., 2012.
Biodiversity and Ecosystem Services : A

Anda mungkin juga menyukai