Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nuraeni Tri W

NIM : 21030386
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam
Tugas Bahasa Inggris-Identitas Jurnal

Tuliskan Identitas Jurnal!


Pengarang Munawir Yusuf, Sasmoko, Yasinta
Indrianti

Tahun : 4th November 2017


Judul Jurnal Proceeding of 2nd International Conference of Arts Language And
Culture
Nama Jurnal
: INCLUSIVE
EDUCATION
MANAGEMENT MODEL TO
IMPROVE PRINCIPAL AND
TEACHER PERFORMANCE IN
PRIMARY SCHOOLS
Volume : ISBN 978-602-50576-0-1
(Nomor/Edisi/Issue)
Halaman : 226-237
doi (jika ada) :

1. Apakah masalah yang diusung dalam jurnal tersebut?

Jawab : Untuk mengetahui apakah pendidikan inklusi model manajemen di Sekolah Dasar(SD) yang
dikembangkan dapat membantu kepala sekolah dan guru dalam meningkatkan efektivitas sekolas inklusi
manajemen di Sekolah Dasar

2. Bagaimana metode (jika ada) yang dipilih dalam jurnal tersebut?

Jawab :

Penelitian ini menggunakan pendekatan Research & Development (R&D), yaitu penelitian

metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut/
atau proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk.

Prosedur penelitian meliputi tiga tahap, yaitu tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan model,
panggung validasi
3. Bagaimana pembahasan dalam jurnal tersebut? (silakan tulis minimal 2 paragraf)

Jawab :

Jurnal tersebut menejelaskan tentang model manajamen inklusif untuk meningkatkan kinerja
kepala sekolah dan guru dalam sekolah dasar . Disitu djelaskan bahawa Pendidikan inklusif telah
berkembang pesat di seluruh dunia. Pendidikan inklusif merupakan salah satu agenda internasional
Education for All (EFA). Dari berbagai sumber, diketahui bahwa Amerika Selatan, 90-98% anak-anak
penyandang cacat (selanjutnya disebut anak berkebutuhan khusus), telah mengikuti pendidikan inklusi.
Hanya persentase kecil, 2-10% anak berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan segregatif di sekolah-
sekolah khusus. Model pendidikan inklusif diyakini menjadi salah satu kebijakan dalam
mengimplementasikan konsep Education for All (Miles & Singal, 2010). Pendidikan inklusif juga telah
menjadi agenda utama UNESCO, yaitu untuk memastikan bahwa tidak ada anak yang terlantar untuk
mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas (UNESCO, 1994).

Produk akhir model manajemen inklusif yang dikembangkan menuntut sekolah untuk
melakukan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanab, pengendalian
dalam meningkatkan integritas Sembilan aspek manajemen sekolah. Hasil model dan tes aktifitas
bimbingan oleh kepala sekolah dan guru menunjukan bahwa Model manajemen pendidikan inklusif
yang dikembangkan memiliki efektivitas yang tinggi. Berdasarkan hasil tersebut direkomendasikan agar
pendidikan inklusif . buku panduan manajemen disebarluaskan untuk digunakan sebagai panduan dalam

pengelolaan sekolah inklusi di sekolah dasar di Indonesia.

4. Apa saja hasil/solusi yang dikemukakan dalam jurnal tersebut?

Jawab :

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep pendidikan inklusif pada dasarnya

belum berjalan di sekolah sesuai dengan harapan yang ada. kinerja dari

kepala sekolah dan guru pada level sedang dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi

program menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan di lapangan dalam melaksanakan inklusi

pendidikan. Dengan jumlah anak berkebutuhan khusus rata-rata 12,52% per

sekolah, dengan 45% sekolah inklusi tanpa bantuan guru khusus, menyebabkan

kepala sekolah dan guru tidak dapat bekerja secara maksimal. Banyak faktor di balik inklusif

pendidikan belum dilaksanakan secara optimal. (1) pendidikan inklusif sebagai pendidikan baru

paradigma, masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat (lihat Sunardi, 1997), dan Depdiknas

(2010); (2) pendidikan inklusif dipandang menambah beban baru bagi kepala sekolah dan guru

(lihat Sunaryo, 2009), (3) tidak adanya kompensasi yang jelas bagi sekolah yang memberikan

pendidikan inklusif dan non-eksistensi (lihat Sunaryo, 2009); dan (4) tidak tersedianya
bimbingan manajemen dan bimbingan yang terukur untuk menentukan berhasil tidaknya pendidikan
inklusif (Yusuf, 2012).

Kajian sistem pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi dilakukan

oleh Valeo dari Ryerson University (2008), antara lain menemukan bahwa ada

perbedaan persepsi antara guru dan pengelola dalam pelaksanaan

pendidikan inklusif. Guru frustrasi oleh tuntutan kurikulum dan waktu

kendala. Kerjasama antara guru kelas dan pembimbing khusus juga tidak

optimal. Temuan ini diperkuat oleh Fox dan Ysseldyke dalam Valeo (2008) yang mencatat

kurangnya waktu sebagai perhatian di kalangan guru.

5. Bagaimana simpulan dari jurnal tersebut?

Jawab : Berdasarkan hasil analisis dan penyajian data sebelumnya dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil studi pendahuluan: (a) rata-rata nilai prestasi sekolah dasar

kepala sekolah dalam melaksanakan pendidikan inklusi adalah 65,5% termasuk sedang

kategori, dan rata-rata skor kinerja guru adalah 62,2% termasuk sedang

kategori; (b) tidak ada persepsi yang sama di antara sekolah-sekolah inklusi tentang langkah-langkah

keberhasilan penyelenggaraan pendidikan inklusif; (c) tidak ada sekolah yang memiliki inklusi

standar manajemen pendidikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan inklusi

pendidikan; (d) semua sekolah inklusi memerlukan manajemen pendidikan inklusi

panduan.

2. Model manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar dan

Buku pedoman yang dihasilkan dalam penelitian ini, memuat dua hal, yaitu (a) sekolah

fungsi manajemen, termasuk perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

mengendalikan; Dan (b) aspek manajemen sekolah, meliputi: aspek kelembagaan,

kurikulum, pembelajaran, penilaian, siswa, personel, infrastruktur dan masyarakat

partisipasi, dan pembiayaan.

3. Hasil validasi lapangan, model manajemen pendidikan inklusif dan buku panduan
yang dihasilkan memiliki efektivitas yang sangat tinggi berdasarkan persepsi kepala sekolah

dan guru di sekolah dasar. (1) buku panduan sangat penting bagi sekolah

(88%), (2) buku panduan sangat penting untuk sekolah (88%), (3) buku panduan adalah

sangat berguna (95%), (4) buku panduan sangat mudah digunakan (92%), (5) buku panduan

sangat memudahkan sekolah (88%), (6) buku panduan sangat berguna untuk keperluan sekolah

(92%), (7) buku panduan sangat efektif digunakan (88%), dan (8) Bantuan sekolah (88%).

Hasil Pengembangan Model

Model manajemen pendidikan inklusif yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: (1) ada 9 aspek manajemen sekolah yang harus

disesuaikan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah reguler, yaitu kelembagaan

aspek, aspek kurikulum, aspek pembelajaran, kemahasiswaan, aspek sarana prasarana, aspek

aspek personel, aspek partisipasi masyarakat, dan aspek pembiayaan; (2) untuk

meningkatkan kinerja kepala sekolah dan guru dalam mengelola inklusi

sekolah, sekolah perlu melakukan evaluasi diri secara berkala minimal setiap tahun dengan

mengacu pada 9 aspek manajemen sekolah yang telah ditetapkan; (3) disana

Ada 3 instrumen evaluasi diri sekolah inklusi yang digunakan untuk mengukur

efektivitas manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar yaitu Form-1

Instrumen: Identitas Sekolah, Instrumen Formulir-2: Profil Sekolah, dan Instrumen Formulir-3:

Manajemen Sekolah Inklusif; (4) Hasil uji coba lapangan terbatas dan luas,

model manajemen pendidikan inklusif yang dikembangkan dipersepsikan secara positif oleh sekolah

kepala sekolah dan guru calon pengguna buku. Penilaian efektivitas

buku termasuk kategori tinggi dengan rincian (1) manual yang dibutuhkan sekolah (88%), (2)

buku panduan sekolah penting (88%), (3) berguna (95%), (4) (92%), (7) buku panduan adalah

sangat berguna untuk digunakan (88%), (7) buku panduan sangat efektif digunakan (88%), dan (8)

buku panduan sangat membantu sekolah (88%).

6. Apa saran (jika ada) yang diusulkan pada jurnal tersebut?

Jawab :
Berdasarkan hasil tersebut direkomendasikan agar pendidikan inklusif . buku panduan manajemen
disebarluaskan untuk digunakan sebagai panduan dalam pengelolaan sekolah inklusi di sekolah dasar di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai