Dalam mengukur kesehatan Koperasi Syariah ada dua faktor utama yang dijadikan tolak
ukur, yaitu faktor keuangan dan faktor non keuangan. Faktor keuangan diukur secara
kuantitatif melalui analisis rasio keuangan atas laporan keuangan. Sedangkan faktor non-
keuangan diukur secara kualitatif yang meliputi aspek Manajemen dan aspek Kepatuhan
Syariah.
Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kemenkop RI No. 07 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penilaian Kesehatan KSPPS/USPPS menjelaskan bahwa ruang lingkup penialian
kesehatan Koperasi Syariah mencakup 8 aspek : permodalan, kualitas aktiva produktif,
manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi, dan prinsip
syariah.
Dari 8 aspek tersebut, 2 diukur secara kualitatif yaitu aspek manajemen dan aspek kepatuhan
syariah, sedangkan 6 sisanya diukur secara kuantitatif melalui rasio keuangan yang angkanya
bersumber dari laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan adalah teknik analisis dengan cara membandingkan antar pos pada
laporan keuangan yang memiliki hubungan.
Berikut ini akan dibahas 6 rasio keuangan untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan
koperasi syariah yang mesti dipahami oleh manajemen koperasi syariah.
1. RASIO PERMODALAN
Aspek pertama penilaian kesehatan Koperasi Syariah adalah rasio permodalan. Penilaiannya
dilakukan dengan menggunakan dua rasio permodalan yaitu perbandingan modal sendiri
dengan total aset dan rasio kecukupan modal (CAR).
Ket :
Modal Sendiri pada koperasi syariah terdiri dari : Simpanan Pokok, Simpanan Wajib,
dan Cadangan.
Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap jumlah piutang dan
pembiayaan atau yang biasa disebut Non-Performing Financing (NPF)
Penilaian rasio piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap piutang dan pembiayaan adalah
untuk mengukur piutang dan pembiayaan bermasalah dibandingkan dengan piutang dan
pembiayaan Semakin kecil rasio piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap piutang dan
pembiayaan terhadap pinjaman yang diberikan, maka semakin tinggi nilai kreditnya atau
kualitasnya semakin baik. Artinya, semakin baik kualitas pinjaman yang diberikan.
Kategori optimal piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap piutang dan pembiayaan
adalah kurang dari 5%
.
Rumusnya:
Ket :
Pembiayaan Bermasalah adalah pembiayaan yang secara kolektabilititas masuk
kategori Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3), dan Macet (Kol 4).
Rasio Portofolio terhadap piutang berisiko dan pembiayaan berisiko PAR (Portfolio
Asset Risk)
Penilaian terhadap rasio ini dimaksudkan untuk mengukur perbandingan antara jumlah
piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap piutang dan pembiayaan yang dilihat dari
kategori masa waktu keterlambatan pembayaran semakin rendah nilai rasio ini maka semakin
baik kualitas rasionya.
Kategori optimal rasio Cadangan Risiko Terhadap Pinjaman Bermasalah adalah kurang
dari 21%
Rumusnya
Perhitungan PPAPWD
Apabila nilai jaminan tidak dapat ditaksir/diketahui maka nilai agunan sebagai pengurang
adalah sebesar 50% dari baki debet.
3. RASIO EFISIENSI
Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Aset
Rasio aktiva tetap terhadap total modal merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan
total modal. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal
untuk mendanai aset tetap Semakin rendah nilai aktiva tetap terhadap total modal
menunjukkan semakin baik nilai aspek efisiensi koperasi.
Kategori aktiva tetap terhadap total modal adalah lebih kecil atau sama dengan 25%
Rumusnya:
4. RASIO LIKUDITAS
Rasio likuiditas koperasi digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas (kelancaran) koperasi
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Cash Rasio
Rasio kas terhadap kewajiban lancar ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
USP/KSP koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengukuran tersebut
dilakukan dengan cara membandingkan antara kas dan bank dengan kewajiban lancar.
Kategori optimal rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar adalah 26 % sampai 34 %.
Rumusnya
Kategori optimal rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima adalah >99%
Rumusnya
Penilaian terhadap jatidiri koperasi dimaksudkan untuk melakukan penilaian yang berkenaan
dengan seberapa besarkah koperasi dapat mencapai tujuannya dalam mempromosikan
anggotanya.
Rasio Partisipasi Bruto
Rasio partisipasi bruto ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam
mengaktifkan anggotanya perihal simpan pinjam. Pengukuran tersebut dilakukan dengan cara
membandingkan antara partisipasi bruto dengan partisipasi bruto ditambah pendapatan.
Partisipasi bruto juga merupakan kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan
penyerahan jasa kepada anggota, yang mencakup beban pokok dan partisipasi netto. Rasio
partisipasi bruto yang semakin tinggi/besar persentasenya semakin baik.
Kategori optimal rasio partisipasi bruto adalah 75% atau lebih besar
Rumusnya
Rasio promosi ekonomi anggota ini untuk mengukur kemampuan USP/KSP koperasi dalam
memberikan manfaat partisipasi dan biaya koperasi melalui simpanan pokok dan simpanan
wajib. Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan antara promosi ekonomi anggota
dengan simpanan pokok ditambah simpanan wajib Rasio promosi ekonomi anggota semakin
tinggi/besar persentasenya semakin baik.
Kategori optimal rasio partisipasi bruto adalah 12% atau lebih besar
Rumusnya
Rumusnya
Rentabilitas Ekuitas (ROE)
Rasio rentabilitas modal sendiri ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan modal sendiri
untuk menghasilkan SHU. Pengukuran tersebut dilakukan dengan cara membandingkan
antara SHU bagian anggota dengan total modal sendiri Semakin tinggi nilai rasio rentabilitas
ekuitas menunjukkan semakin baik kemandirian dan pertumbuhan koperasi.
Rumusnya
Rumusnya
Contoh Laporan :
Hasil:
1.429.743.081 x 100% = 18,46722
7.742.060.097