Askep Cedera Kepala Sedang
Askep Cedera Kepala Sedang
25
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Cedera kepala adalah trauma yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan
otak, dan cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius diantara
penyakit neurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan
Cedera Kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. (Arief
Cedera kepala adalah gangguan traumatik pada daerah kepala yang menggangu
fungsi otak dengan atau menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan kepala yang
biasanya disebabkan oleh trauma keras (Sylvia A. Price, 2006 : hal. 1173).
Dari pengertian-pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa cedera
kepala adalah traumatik pada daerah kepala yang dapat mengganggu fungsi otak yang
biasanya disebabkan oleh trauma keras sebagai hasil kecelakaan jalan raya.
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya.
Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut akan mudah sekali terkena cedera dan
mengalami kerusakan. Selain itu, begitu rusak, neuron tidak dapat diperbaiki lagi. Cedera
merupakan akibat langsung dari cedera dan banyak lainnya terjadi sekunder akibat
cedera.
meninges adalah dura meter, araknoid, dan pia meter. Masing-masing mempunyai fungsi
tersendiri dan strukturnya berbeda dari struktur lain. Dura meter adalah membran luar
yang liat, semitranslusen, dan tidak elastis. Fungsinya untuk (1) melindungi otak, (2)
menutupi sinus-sinus vena (yang terdiri atas dura meter dan lapisan endotelial saja tanpa
jaringan vascular), dan (3) membentuk periosteum tabula interna. Dura meter erat
dengan permukaan bagian dalam tengkorak. Bila dura robek dan tidak diperbaiki dengan
sempurna dan dibuat kedap udara, akan menimbulkan berbagai masalah, fungsi
terpenting dura kemungkinan adalah sebagai pelindung. Di dekat dura (tetapi tidak
melekat pada dura) terdapat membrane fibrosa halus dan elastis yang dikenal sebagai
araknoid. Membran ini tidak melekat pada dura meter. Perdarahan antara dura dan
araknoid (ruang subdural) dapat menyebar dengan bebas, dan hanya terbatas oleh sawar
falks serebri dan tentorium. Vena-vena otak yang melewati ruangan ini hanya
mempunyai sedikit jaringan penyokong dan oleh karena itu mudah sekali terkena cedera
dan robek pada trauma. Diantara araknoid dan pia meter terdapat ruang subaraknoid.
Ruangan ini melebar dan mendalam pada tempat tertentu, dan memungkinkan sirkulasi
cairan serebrospinal (CSS). Pada sinus sagitalis superior dan tranversal, araknoid
membentuk tonjolan villus yang bertindak sebagai lintasan untuk mengosongkan cairan
serebrospinal kedalam sistem vena. Sedangkan lapisan terakhir atau pia meter adalah
membrane halus yang memiliki sangat banyak pembuluh darah halus dan merupakan
satu-satunya lapisan meningeal yang masuk kedalam sulkus dan membungkus semua
adalah :
(terjatuh, dipukul).
c. Berdasarkan Morfologi
1) Fraktur tengkorak :
2) Lesi Intrakranial :
a. Komosio
tidak sadarkan diri dalam waktu yang berakhir selama beberapa menit. Getaran otak
sedikit saja hanya akan menimbulkan pusing atau berkunang-kunang, atau dapat juga
b. Kontusio
memar, dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi. Pasien berada pada periode
tidak sadarkan diri. Gejala akan muncul dan lebih khas. Pasien terbaring kehilangan
gerakan, denyut nadi lemah, pernafasan dangkal, kulit dingin dan pucat. Sering terjadi
defekasi dan berkemih tanpa disadari. Pasien dapat diusahakan bangun tetapi segera
c. Hematome intracranial
1) Hematom Epidural
2) Hematom Subdural
Hematom subdural adalah pengumpulan darah di antara dura dan dasar otak,
suatu ruang ini pada keadaan normal diisi oleh cairan. Paling sering disebabkan
oleh trauma, tetapi juga terjadi kecenderungan perdarahan yang serius dan
aneurisma. Hemoragi subdural lebih sering terjadi pada vena dan merupakan
Trauma yang merobek duramater dan arachnoid sehingga darah dan CSS
masuk ke dalam ruang subdural. Gangguan neurologik progresif disebabkan
oleh tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang otak. Keadaan ini
menimbulkan berhentinya pernafasan dan hilangnya kontrol denyut nadi dan
tekanan darah. Cedera ini menunjukkan gejala dalam 24 – 48 jam setelah
trauma. Diagnosis dibuat dengan arteriogram karotis dan echoensefalogram /
CT Scan. Pengobatan terutama tindakan bedah.
3) Hemoragi intraserebral
kepala sampai daerah kecil. Hemoragi ini di dalam otak mungkin juga diakibatkan
4. Etiologi
Etiologi / penyebab dan terjadinya Cedera Kepala adalah kecelakaan lalu lintas,
5. Patofisiologi
Derajat kerusakan yang terjadi pada penderita cedera kepala bergantung pada
kekuatan yang menimpa, makin besar kekuatan, makin parah kerusakan. Kekuatan
tersebut terbagi menjadi 2, yaitu pertama cedera setempat yang disebabkan oleh benda
tajam berkecepatan rendah yang dapat merusak fungsi neurologik pada tempat tertentu
karena benda atau fragmen tulang menembus dura. Kedua, cedera menyeluruh, yang
menimbulkan masalah pada beberapa tingkat. Beberapa lokasi pada hemisfer serebral
mengatur control volunter terhadap otot yang digunakan pada pernafasan, pada
sinkronisasi dan koordinasi serebelum pada upaya otot. Serebrum juga mempunyai
beberapa kontrol terhadap frekuensi dan irama pernafasan. Nucleus pada pons dan area
otak tengah dari batang otak mengatur otomatisasi pernafasan. Sel-sel pada area ini
bertanggunga jawab pada perubahan kecil dari pH dan kandungan oksigen sekitar darah
dan jaringan. Pusat ini dapat dicederai oleh peningkatan TIK dan hipoksia serta oleh
trauma langsung. Trauma serebral yang mengubah tingkat kesadaran biasanya
menimbulkan gagal nafas, yang mengakibatkan laju mortalitas tinggi pasien dengan
cedera kepala, sedangkan pola pernafasan berbeda dapat diidentifikasi bila terdapat
disfungsi intracranial.
Akibat utama dari cedera otak dapat mempengaruhi gerakan tubuh. Hemisfer atau
hemiplegia dapat terjadi sebagai akibat dari kerusakan pada area motorik otak. Selain itu,
pasien dapat mempunyai control volunter terhadap gerakan dalam menghadapi kesulitan
atau kontraktur.
Gangguan area motorik dan sensorik dari hemisfer serebral akan merusak
kemampuan untuk mendeteksi adanya makanan pada sisi mulut yang dipengaruhi dan
untuk memanipulasinya dengan gerakan pipi dan lidah. Selain itu, refleks menelan dari
batang otak mungkin hiperaktif atau menurun sampai hilang sama sekali.
terjadi secara tersendiri. Disfungsi ini paling sering menyebabkan kecacatan pada
seseorang yang mengalami cedera kepala. Pasien yang telah mengalami trauma pada area
Skema Patofisiologi
(Hudak & Gallo, 2000)
6. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala yang muncul pada cedera lokal tergantung pada jumlah dan distribusi
cedera otak. Nyeri yang menetap atau setempat, bisanya menunjukkan adanya fraktur.
a. Fraktur Kubah Kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur, dan atas alasan ini
diagnosis yang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar-x.
Cenderung melintas sinus paranasal pada tulang frontal atau lokasi tengah
1) Hemoragi dari hidung, faring, atau telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva
d. Penurunan kesadaran
e. Nyeri kepala
f. Mual, muntah
g. Brill Hematom
h. Pingsan
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan Kepala
b. MRI
c. Angiografi
d. EEG
e. Sinar X
Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan
TIK
mental
k. Pemeriksaan Toksikologi
Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi
kejang
8. Penatalaksanaan
tulang servikal segaris dengan badan dengan memasang kolar servikal, pasang
gudel bila dapat ditolerir. Jika cedera orofasial mengganggu jalan nafas, maka
2) Menilai Pernafasan
Tentukan apakah pasien bernafas spontas atau tidak. Jika tidak, beri oksigen
melalui masker oksigen. Jika pasien bernafas spontan, selidiki dan atasi cedera
3) Menilai sirkulasi
Otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan dengan
menekan arterinya. Perhatikan secara khusus adanya cedera intra abdomen atau
dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pasang alat
pemantau atau EKG. Pasang jalur intravena yang besar, ambil darah vena untuk
pemeriksaan darah perifer lengkap ureum, elektrolit, glukosa dan AGD, serta
4) Obati Kejang
Kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati. Mula-mula
kali bila masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan penitoin 15 mg/kg BB
GCS 13-15 (sadar penuh, atentif, dan orientif); tidak ada kehilangan
kesadaran; tidak ada intoksikasi alcohol atau obat terlarang; pasien tidak
mengeluh nyeri kepala dan pusing; pasien tidak menderita abrasi, laserasi,
GCS 9-12 (konfusi, letargi, stupor); konkusi amnesia pasca trauma; muntah;
neurologist fokal; cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium.
b. Pedoman penatalaksanaan
1) Pada semua pasien dengan cedera kepala dan / atau leher, lakukan foto tulang
servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1-C7
normal.
2) Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan prosedur
berikut :
a) Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal (NaCl 0,9%) atau larutan
daripada cairan hipotonis, dan cairan ini tidak menanbah edema serebri.
kimia darah, glukosa, ureum, dan kreatinin, masa protrombin atau masa
c) Lakukan CT Scan dengan jendela tulang : foto rontgen kepala tidak diperlukan
jika CT Scan dilakukan, karena CT scan ini lebih sensitif untuk mendeteksi
fraktur. Pasien dengan cedera ringan , sedang atau berat, harus dievaluasi
adanya :
3) Pada pasien yang koma (skor GCS < 8) atau pasien dengan tanda-tanda herniasi,
b) Hiperventilasi
c) Berikan manitol 20% 1 gram / kg intravena dalam 20-30 menit. Dosis ulangan
dapat diberikan 4-6 jam kamudian yaitu sebesar ¼ dosis semula setiap 6 jam
e) Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi (hematom epidural besar,
hematom subdural, cedera kepala terbuka, dan fraktur impresi > 1 diploe)
4) Penatalaksanaan khusus
a) Cedera kepala ringan : Pasien dengan cedera kepala ringan ini umumnya dapat
(1). Hasil pemeriksaan neurologist (terutama status mini mental dan gaya
(3). Adanya orang yang bertanggung jawab untuk mengamati pasien selama
(1). Adanya darah intrakrnial atau fraktur atau fraktur yang tampak pada CT
Scan
(6). Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati pasien di
rumah
b) Cedera kepala sedang : pasien yang menderita konkusi otak (komosio otak),
dengan skala koma Glasgow 15 (sadar penuh, orientasi baik dan mengikuti
perintah) dan CT Scan normal, tidak perlu dirawat. Pasien ini dapat
muntah, pusing, atau amnesia. Resiko timbulnya lesi intracranial lanjut yang
dilakukan di unit rawat intensif. Hal yang harus diperhatikan pada pasien
mengeksaserbasi serebri.
laktat) yang diberikan kekpada pasien dengan cedera kepala karena air
sesegera mungkin.
mungkin
mg/hari intravena.
(8).Steroid : tidak terbukti mengubah hasil pengobatan pasien dengan cedera
komplikasi lain.
9. Komplikasi
edema serebral progresif, dan herniasi otak. (Brunner & Suddarth, 2002 : hal. 2215)
b. Herniasi otak adalah perubahan posisi ke bawah atau lateral otak melalui atau terhadap
struktur kaku yang terjadi menimbulkan iskemia, infark, kerusakan otak ireversibel,
dan kematian.
e. Infeksi bedah neuron (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis, abses otak)
f. Osifikasi heterotopik (nyeri tulang pada sendi-sendi yang penunjang berat badan)
Menurut Arief Mansjoer (2000), komplikasi dari cedera kepala berat, yaitu:
b. Fistel karotis kavernosus ditandai dengan trias gejala: eksolftalmus, kemosis, dan bruit
c. Diabetes insipidus dapat disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisis,
d. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam), dini(minggu pertama) atau
B. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah factor penting dalam survival klien dan aspek-aspek
hal. 6).
Dari seluruh dampak masalah di atas, maka diperlukan suatu asuhan keperawatan yang
komprehensif. Dengan demikian pola asuhan keperawatan yang tepat adalah melalui proses
perawatan yang dimulai dari pengkajian yang diambil adalah merupakan respons klien, baik
perawatan untuk menuntun tindakan perawatan. Dan untuk menilai keadaan klien, diperlukan
kesehatan pasien dan untuk mengidentifikasi semua masalah kesehatan yang actual atau
Adapun pengkajian pada klien dengan trauma kepala (Marlyn E. Doenges. 2000 :
a. Aktivitas / Istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsive
d. Eliminasi
e. Makanan / Cairan
Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar,
disfagia)
f. Neuro Sensori
Gejala : kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope,
tinnitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada eksremitas
Tanda : perubahan kesadaran bias sampai koma, perubahan status mental (orientasi,
kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh
emosi / tingkah laku dan memori), perubahan pupil, deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti, kehilangan pengindraan, penciuman dan
pendengaran, wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang,
refleks tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia, hemiparese,
quadraplegi, postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang, sangat sensitive
terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh,
kesulitan dalam menentukan posisi.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah tidak bisa beristirahat, merintih..
f. Pernapasan
Tanda : perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas
berbunyi, stridor, tersedak, ronki, mengi positif.
g. Keamanan
h. Interaksi Sosial
Tanda : afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang,
disartria, anomia.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik klien serta respons terhadap masalah aktual dan resiko tinggi
Adapun Diagnosa Keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan cedera
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah oleh
SOL (hemoragi, hematome) ; edema serebral (respons local atau umum pada cedera,
b. Resiko tinggi terhadap pola nafas tak efektif berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler (cedera pasa pusat pernafasan otak), kerusakan persepsi atau kognitif,
obstruksi trakeobronkial
f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kulit rusak,
prosedur invasive, penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh, kekurangan nutrisi,
respons inflamasi tertekan (penggunaan steroid), perubahan integritas system tertutup
(kebocoran CSS)
g. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
hipermetabolik
keterbatasan kognitif.
3. Perencanaan
dengan penghentian aliran darah oleh SOL (hemoragi, hematome) ; edema serebral
(respons local atau umum pada cedera, perubahan metabolic, takar lajak obat /
2) Kriteria Hasil : tanda-tanda vital dalam batas normal ( TD, nadi, RR, dan suhu
tubuh), pupil isokor, klien tidak gelisah, GCS 15, tidak ada tanda
peningkatan TIK
3) Intevensi :
c) Naikkan kepala dengan sudut 15o-45o tanpa bantal dan posisi netral.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan anti edema seperti
manitol, gliserol dan lasix.
Rasional: dapat digunakan pada fase akut untuk menurunkan air dari sel otak,
menurunkan edema otak dan TIK.
b. Diagnosa Keperawatan kedua : Resiko tinggi terhadap pola nafas tak efektif
3) Intervensi:
c) Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati selama 10-15 detik. Catat sifat,
warna dan bau sekret. Lakukan bila tidak ada retak pada tulang basal dan
robekan dural.
perubahan persepsi sensori, transmisi dan / atau integrasi (tauma atau deficit
neurologist)
2) Kriteria hasil : tingkat kesadaran normal, fungsi alat-alat indra baik, klien
kooperatif kembali dan dapat berorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu.
3) Intervensi:
a) Kaji respon sensoris terhadap raba/sentuhan, panas atau dingin, tajam dan
tumpul dan catat perubahan-perubahan yang terjadi.
b) Kaji persepsi klien, beri umpan balik dan koreksi kemampuan klien berorientasi
terhadap orang, tempat dan waktu.
e) Berikan pengamanan klien dengan pengamanan sisi tempat tidur, bantu latihan
jalan dan lindungi dari cedera.
Rasional: fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dulu oleh
adanya gangguan sirkulasi, oksigenasi.
g) Kaji perhatian dan cara klien mengalihkan perhatiannya dan catat tingkat
cemas.
i) Ajarkan tehnik relaksasi, jangan berikan tantangan berfikir keras dan beri
aktivitas sesuai kemampuan.
2) Kriteria hasil : melakukan kembali orientasi mental dan realitas adanya, mengenali
3) Intervensi :
berontak
1) Tujuan : mampu melakukan aktivitas fisik, tidak terjadi komplikasi dekubitus dan
kontraksi sendi.
2) Kriteria hasil : klien mampu dan pulih kembali setelah pasca akut dan gerak,
mampu melakukan aktivitas ringan pada tahap rehabilitasi sesuai
dengan kemampuan.
3) Intervensi:
c) Atur posisi klien dan ubahlah secara teratur tiap dua jam sekali bila tidak ada
kejang.
g) Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan sesuai
kebutuhan.
h) Pantau pola – pola eliminasi dan bantu untuk dapat berdefekasi secara teratur
jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasive, penurunan kerja silia, stasis cairan
2) Kriteria hasil : tidak terdapatnya tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, calor,
tumor,pus di daerah kulit yang rusak
3) Intervensi:
g. Diagnosa keperawatan ketujuh : Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari
2) Kreteria hasil : BB klien normal, tanda-tanda malnutrisi tidak ada, Hb tidak kurang
dari 10 gr%.
3) Intervensi:
b) Auskultasi bising usus dan catat bila terjadi penurunan bising usus.
d) Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering baik melalui NGT maupun
oral.
e) Tinggikan kepala klien ketika makan dan buat posisi miring dan netral setelah
makan.
3) Intervensi
a) Catat bagian-bagian dari unit keluarga, keberadaan / keterlibatan sistem
pendukung
yang diperlukan
Rasioanl : keluarga mungkin percaya bahwa pasien akan sembuh dan hidup,
e) Tentukan dan anjurkan penggunaan cara-cara koping tingkah laku yang cukup
3) Intervensi:
a) Evaluasi kemampuan dan kesiapan untuk belajar dari klien juga keluarganya.
4. Pelaksanaan
diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat sesuai dengan apa
Kepala sedang meliputi pencapaian perfusi jaringan serebral adekuat, status nutrisi
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item atau perilaku
yang diamati dan dipantau, untuk menentukan pencapaian hasil dalam jangka waktu yang
Evaluasi bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh intervensi keperawatan
yang telah dilakukan, dengan cara yang berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya, dituliskan dalam catatan perkembangan yang berfungsi untuk
Evaluasi ini dapat bersifat formatif yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus, untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan, yang juga disebut tujuan jangka
pendek. Dan dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada
akhir dari semua tindakan keperawatan, yang disebut dengan mengevaluasi pencapaian
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan
cedera kepala sedang adalah tidak ada tanda-tanda peningkatan intra kranial seperti
tekanan darah meningkat, denyut nadi lambat, pernapasan dalam dan lambat, pupil
Yang diharapkan adalah pasien mampu dan pulih setelah pasca akut dalam
sedang, tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, kalor, tumor. Klien tampak
Tambahkan komentar
Bruder Aras
Beranda
Feb
18
Khanza and I
Jan
23
Halohaaa....
Kali ni iseng aja habis pulang main badminton..baring di kamar trus utak atik gadget ni...nah
iseng dah mau upload photo...
Poto pertama itu poto lingkungan tempat kerjaku yang tampak dari belakang bagian tengah
(bingung kan.?)...hahah
Trus poto yang kedua itu poto q pas lagi dinas malam...
Oct
22
My Hobby
Aug
21
Me with my Racket....
Sebelum pergi main badminton in court.. foto dulu lah utk dokumentasi kelak utk diliat anak
cucu... hahahah
So enjoy my pict...
Aug
21
Hahaha
May
27
Pict Of The Day....
Boleh lah....
Jan
27
Ni foto gue tadi sianh, ni lagi di rawat inap puskesmas...mau makan siang bareng temen2...
Sebenarnya gue udh laper buanget... but we were still waiting others...
Wenak temam, menune iwak bakar, iwak goreng, tempe, tahu...suambale, pudes pisan....
Dec
26
Jun
15
Gila Badminton
Halo semua...lama ga update blog nih...maklum lah sibuk kerja (pdhl di pustu cuma tidur aja)
hahaha...
Feb
14
…..
Memuat
Template Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.