Anda di halaman 1dari 2

Para ulama menetapkan bahwa larangan terhadap riba bukan hanya larangan agama,

melainkan juga integral dalam ekonomi Islam yang mencakup etos, tujuan, dan juga nilai-
nilai yang ada didalamnya. Larangan terhadap riba adalah penolakan risiko finansial
tambahan yang ditetapkan dalam transaksi yang mana risiko tersebut hanya dibebankan
kepada satu pihak saja, sedangkan pihak lain dijamin keuntungannya. Inilah yang disebut
kezaliman yang terdapat pada riba dan keuangan syariah dan ekonomi Islam sangat melarang
adanya riba.
‫اط ِل َۚوأَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل َكافِ ِرينَ ِم ْنهُ ْم َع َذابًا أَلِي ًما‬
ِ َ‫اس بِ ْالب‬
ِ َّ‫َوأَ ْخ ِذ ِه ُم الرِّ بَا َوقَ ْد نُهُوا َع ْنهُ َوأَ ْكلِ ِه ْم أَ ْم َوا َل الن‬

“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (Q.S
An-Nisa : 161).

Menurut pandangan Qardhawi bahwa dalam larangan riba memiliki hikmah yang,
yaitu menumbuhkan keadilan yang sama di antara pemilik dana (modal) dengan usaha, serta
persamaan keharusan menanggung resiko secara berani dan penuh rasa tanggung jawab.
Dalam hal ini, dalam prinsip Islam tidak memihak hanya pada satu pihaknya, melainkan
adanya keseimbangan dengan memihak pada keduanya. Adanya pelarangan riba dalam Islam
dapat dilihat dari kelebihannya dalam perekonomian dibandingkan dengan konsep ekonomi
konvensional.
Berdasarkan pendapat Imam Malik dan Hanafi bahwa fungsi dan nilai uang kertas
sama dengan emas dan perak sehingga wajib dibayarkan zakatnya dan dilarang untuk
digunakan transaksi yang mengandung riba nasiah. Sementara pendapat menurut Imam
Syafi'i dan Hambali tentang uang bahwa tidak sama dengan emas dan perak, sehingga tidak
dikenakan zakat. Kecuali dengan adanya faktor lain, seperti emas dan perak tersebut dipakai
untuk perniagaan atau pertanian maka harus dikenakan zakat nya.
Berdasarkan pandangan Imam Syafi'i dan Hambali yang wajib dibayarkan zakatnya
hanya emas dan perak. Adapun pendapat yang paling kuat adalah pendapat menurut
pandangan Imam Malik dan Hanafi, karena untuk pendapat Imam Syafi'i dan Hambali
dikhawatirkan akan menimbulkan riba.
Adapun ayat Al-Qur’an yang menjelaskan penghapusan praktik riba.

ۗ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَأْ ُكلُوْ نَ الر ِّٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْال َم‬
‫سِّ ٰذلِكَ بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل‬
‫فَ َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن عَا َد‬ ۗ َ‫ فَلَهٗ َما َسل‬u‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنت َٰهى‬ۗ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الر ِّٰب‬
ۘ ‫الرِّب‬ٰ
ٰۤ ُ
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬
ِ َّ‫ك اَصْ ٰحبُ الن‬ َ uِ‫ول ِٕٕى‬ ‫فَا‬

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli
sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S Al-Baqarah
: 275)

Prinsip inilah yang menjadi dasar dalam penciptaan lembaga keuangan tanpa bunga
dengan dua produk unggulan, yakni mudharabah dan bai' al-murabahah. Permasalah uang
sangat berhubungan dengan persoalan riba. Sebagai bandingan dengan teori ekonomi
konvensional. Islam menjelaskan bahwa uang sebagai alat tukar dan penyimpan nilai, dimana
uang bukanlah barang dagangan. Bergunanya uang hanya ketika ditukar dengan benda yang
nyata atau dipakai untuk pembelian jasa. Maka dari itu, uang tidak bisa dijual atau dibeli
secara kredit. Perlunya memahami kebijakan Rasulullah SAW., bahwa tidak hanya
memberitahukan bunga atas pinjaman sebagai sesuatu yang tidak sah tetapi juga melarang
pertukaran uang dan beberapa benda bernilai lainnya untuk pertukaran yang tidak sama
jumlahnya, serta memundurkan waktu ketika ada kesamaan barang jualan dan mata uangnya.
Dampaknya adalah menghambat bunga uang yang masuk ke perekonomian.

َ‫ َما بَقِ َي ِمنَ الرِّ ٰب ٓوا اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّم ْؤ ِمنِ ْين‬u‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو َذرُوْ ا‬

ْ ‫ب ِّمنَ هّٰللا ِ َو َرسُوْ لِ ٖ ۚه َواِ ْن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُرءُوْ سُ اَ ْم َوالِ ُك ۚ ْم اَل ت‬


ْ ُ‫َظلِ ُموْ نَ َواَل ت‬
َ‫ظلَ ُموْ ن‬ ٍ ْ‫ بِ َحر‬u‫فَاِ ْن لَّ ْم تَ ْف َعلُوْ ا فَأْ َذنُوْ ا‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu.
Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (Q.S Al-Baqarah : 278-279)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah swt dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun
jenis tambahan yang diambil dari penangguhan dalam pembayaran yang dijanjikan
sebelumnya (pinjaman).

Anda mungkin juga menyukai