Disusun oleh :
1. Khilmi Anam (2619084)
2. Nurul Aulia (2619090)
3. Fitria Ana Fadlilah (2619097)
KELAS B
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Pendekatan Sosiologi............................................................................................3
B. Pendekatan Antropologi........................................................................................6
C. Pendekatan Pendidikan dalam Studi Islam............................................................8
D. Contoh Aplikatif pendekatan..............................................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................................12
A. Kesimpulan.............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................140
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan dalam pendidikan Islam merupakan suatu proses,
perbuatan dan cara mendekati peserta didik dan mempermudah
pelaksanaan pendidikan Islam itu sendiri. Metode Pembelajaran
merupakan cara atau tekhnik pengkajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh guna saat pengkajian bahan pelajaran, baik secara
individual maupun kelompok.
Dalam proses pembelajaran yang berlangsung pasti akan didukung
oleh metode dan pendekatan pembelajaran, karena dalam pembelajaran,
apabila sudah menggunakan kedua sistem diatas maka komponen-
komponen pendidikan akan berjalan dengan baik, khususnya
pendidikan Islam baik secara efektif dan efisien. Dalam pembelajaran
metode dan pendekatan tidak bisa dipisahkan karena kedua unsur ini
merupakan alat dan cara yang digunakan untuk menunjang kelancaran
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pendekatan sosiologi dalam studi islam?
2. Bagaimana pendekatan Antropologi dalam studi islam?
3. Bagaimana Pendekatan Pendidikan dalam studi islam?
4. Bagaimana Aplikatif pendekatan sosiologi,antropologi,dan
pendidikan?
C. Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana Pendekatan sosiologi dalam studi islam?
2. Mengetahui bagaimana pendekatan Antropologi dalam studi islam?
1
3. Mengetahui bagaimana Pendekatan Pendidikan dalam studi islam?
4. Mengetahui bagaimana Aplikatif pendekatan sosiologi, antropologi,
dan pendidikan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu
disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada diatas manusia. Tahap
metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap
gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya
akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap
cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk
menemukan hukum-hukum alam yang seragam. Tahap positif; adalah
tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.Comte kemudian
membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi
statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi
dasar adanya masyarakat. 1
b. Karakteristik Dasar Pendekatan Sosiologis
Secara epistemologis, ilmu sosial, dalam perkembangannya lebih
berkiblat pada tradisi ilmu alam dari pada humaniora. Hal ini berakibat
pada pendekatan-pendekatan kuantitatif dan bahkan matematik
statistikal dengan parameter yang terukur juga dipakai untuk mengamati
objek sosial. Berangkat dari pendekatan positivisme dan empirisisme,
mereka memanfaatkannya untuk tujuan melakukan rekayasa sosial,sama
seperti ilmu alam. Namun dalam perkembangan selanjutnya,ilmu sosial
memperlihatkan adanya kecenderungan pada ilmu-ilmu humaniora. Hal
ini disebabkan karena para ahli sosiologi sendiri akhirnya menyadari
bahwa objek yang diteliti bukanlah benda-benda organik maupun non-
organik yang dapat dihitung, diukur, maupun diotak-atik sesuai
keinginan peneliti. Akan tetapi, objek ilmu sosial adalah manusia, yang
selain merupakan bagian dari alam fisik, manusia juga memiliki
keinginan, nafsu, akal budi, perilaku dan keyakinan yang kompleks.
Dari sini, jelas kajian sosiologis tidak bisa dilakukan dengan pendekatan
ilmu-ilmu alam.
Teorisasi sosiologis tentang watak agama serta kedudukan dan
signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong ditetapkannya
1
Ismah, “Studi Islam Dengan Pendekatan Sosiologis (Pemikiran Ali Syari’ati)”.
Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman, Vol.8 No.1,2020,hal.142-143
4
serangkaian kategori-kategori sosiologis, meliputi: a) Stratifikasi sosial,
seperti kelas dan etnisitas. b) Kategori biososial, seperti seks, gender,
perkawinan, keluarga,masa kanak-kanak, dan usia. c) Pola organisasi
sosial meliputi politik, produksi ekonomis sistem-sistem pertukaran, dan
birokrasi. d) Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup,
interaksi personal, penyimpangan, dan globalisasi. (Peter Connoly,
2002: 279). Peran kategori-kategori itu dalam studi sosiologis terhadap
agama ditentukan oleh pengaruh paradigma-paradigma utama tradisi
sosiologis dan oleh refleksi atas realitas empiris dari organisasi dan
perilaku keagamaan. Paradigma fungsionalis yang mula-mula berasal
dari Durkheim dan kernudian dikembangkan oleh sosiolog Amerika
Utara Talcott Parsons, secara khusus memiliki pengaruh kuat dalam
sosiologi agama. Parsons memandang masyarakat sebagai suatu sistem
sosial yang dapat disamakan dengan ekosistem. Bagian-bagian unsur
sistem sosial memiliki fungsi esensial kuasi organik yang memberi
kontribusi terhadap kesehatan dan vitalitas sistem sosial dan menjamin
kelangsungan hidupnya (Peter Connoly, 2002: 279).
Adapun paradigma yang dikembangkan dalam penelitian sosial-
agama dikategorikan dalam 3 macam: a) Paradigma Positivistik, yaitu
dengan menempatkan fenomena sosial dipahami dari perspektif luar
(other perspective) yang bertujuan untuk menjelaskan mengapa suatu
peristiwa terjadi,proses kejadiannya,hubungan antar variabel, bentuk dan
polanya. b) Paradigma Naturalistik, yaitu berdasarkan subjek perilaku
yang bertujuan untuk memahami makna perilaku,simbol-
simbol&fenomena-fenomena. c) Paradigma Rasionalistik (verstehen),
yaitu melihat realita sosial sebagaimana yang dipahami oleh peneliti
berdasarkan teori-teori yang ada dan didialogkan dengan pemahaman
subjek yang diteliti (data empirik). Paradigma ini sering digunakan dala
penelitian filsafat, bahasa, agama (ajarannya) dan komunikasi yang
menggunakan metode semantik, filologi, hermeneutika adan conyent
analysis. (Sahiron Syamsudin, 2007: 51). 2
2
Ida Zahara Adibah, Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam, Jurnal Inspriasi
Vol.1 No.1, 2017, hal.12-14
5
B. Pendekatan Antropologis
a. Sekilas tentang Pendekatan Antropologis
Kata Antropologi berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan
logos. Anthropos berarti manusia dan logos berarti pikiran atau ilmu.
Secara sederhana, Antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang
mempelajari manusia. Menurut William A. Haviland, seorang
antropolog Amerika, Antropologi adalah ilmu yang pengetahuan yang
mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya. Dengan
mempelajari kedua hal tersebut, Antropologi adalah studi yang berusaha
menjelaskan tentang berbagai macam bentuk perbedaan dan persamaan
dalam aneka ragam kebudayaan manusia. Koentjaraningrat, bapak
Antropologi Indonesia, mendukung definisi Antropologi yang diberikan
oleh Haviland. la menyatakan bahwa
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat,
serta kebudayaan yang dihasilkannya. Melalui pendekatan antropologis
di atas, kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja
dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika
kita ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang, maka
dapat dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaannya.
Selanjutnya, melalui pendekatan antropologis ini, kita dapat melihat
agama dalam hubungannya dengan mekanisme sosial organization juga
tidak kalah menarik untuk diketahui oleh para peneliti sosial
keagamaan.3
b. Objek Kajian Pendekatan Antropologis
Objek Kajian dalam Pendekatan Antropologi Berdasarkan
uraian tentang perkembangan antropologi di atas, maka secara
umum obyek kajian antropologi dapat dibagi menjadi dua bidang,
yaitu antropologi fisik yang mengkaji makhluk manusia sebagai
organisme biologis, dan antropologi budaya dengan tiga cabangnya:
3
RozalI H.M, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin
Keilmuwan, Depok : PT Rajawali Buana Pusaka, 2020,hal.85-87
6
arkeologi, linguistik dan etnografi. Meski antropologi fisik
menyibukan diri dalam usahanya melacak asal usul nenek moyang
manusia serta memusatkan studi terhadap variasi umat manusia,
tetapi pekerjaan para ahli di bidang ini sesungguhnya menyediakan
kerangka yang diperlukan oleh antropologi budaya. Sebab tidak ada
kebudayaan tanpa manusia. Antropologi Islam yang kita gagas
nantinya akan memberikan objek kajiannya pada topiktopik berikut
ini:
1) Penciptaan manusia. Dalam point ini, akan dikaji tentang awal
penciptaan manusia dan bagaimana manusia kemudian
berkembang. Tentu saja teori evolusi Darwin akan menjadi
bagian kajian point ini. Juga pertanyaan tentang apakah sebelum
Adam AS. ada Adam-Adam lain.
2) Susunan manusia. Akan dikaji tentang susunan yang membentuk
manusia; tubuh, jiwa, ruh, akal, hati, mata hati dan nurani.
Sehingga dapat didapatkan konsep manusia yang utuh sesuai
dengan konsep Islam. Sehingga dengannya manusia akan
berbeda dengan malaikat, jinn, hewan, tumbuhan dan benda
mati. Sambil menjelaskan perbedaan manusia dengan makhluk-
makhluk tersebut.
3) Macam-macam manusia. Meneliti tentang perbedaan manusia
antara lelaki dan perempuan, suku-suku, bangsa-bangsa,
perbedaan bahasa, dan hikmah dibalik perbedaan ini.
4) Tujuan diciptakannya manusia. Mengkaji tujuan diciptakan
manusia dan apa misi yang dibawanya di atas bumi. Sambil
menjelaskan tentang pengertian ibadah, khilafah, pembumi
dayaan dunia dan sebagainya.
5) Hubungan manusia dengan semesta. Pada point ini akan diteliti
tentang konsep taskhir alam semesta bagi manusia. Apakah
dengan konsep tersebut manusia adalah pusat semesta ini.
dengan semesta dengan segala isinya. Hal ini akan berkaitan
dengan ilmu lingkunngan hidup.
7
6) Hubungan manusia dengan Tuhan-nya. Akan dikaji apakah
beragama adalah fithrah dalam diri manusia? Juga tentang peran
nabi-nabi, kitab-kitab suci dan ibadah dalam hubungan ini.
7) Manusia masa depan. Di sini akan dikaji tentang rekayasa
manusia masa depan. Antara lain tentang pembibitan buatan,
bioteknologi, manusia robot dan hal-hal lainnya.
8) Manusia setelah mati. Pada point ini akan dikaji tentang
bagaiman manusia setelaha mati, serta apa yang harus ia
persiapkan di dunia ini bagi kehidupannya di akherat nanti. Jika
budaya tersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang
dipelajari adalah agama sebagai fenomena budaya, bukan ajaran
agama yang datang dari Allah. Antropologi tidak membahas
salah benarnya suatu agama dan segenap perangkatnya, seperti
kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sacral.4
8
berdasarkan skill yang dimilikinya.
b. Macam-Macam Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan
dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
1. pendekatan psikologis yang tekanannya diutamakan pada
dorongan- dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu
suatu dorongan yang mampu menggerakan daya kognitif
(mencipta hal-hal baru), konotatif (daya untuk berkemauan
keras), dan afektif (kemampuan yang menggerakkan daya
emosional).5 ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam
ruang lingkup penghayatan dan pengamalan ajaran agama di
mana faktor-faktor pembentukan kepribadian yang berproses
melalui individualisasi dan sosialisasi bagi hidup dan
kehidupannya menjadi titik sentral perkembangannya.
2. pendekatan sosial-kultural,yang ditekankan pada usaha
pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan
masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang
semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal ini
banyak menyentuh permasalahan-permasalahan inovasi ke arah
sikap hidup yang alloplastis (bersifat membentuk lingkungan
sesuai dengan ide kebudayaan modern yang dimilikinya),
bukannya bersifat auto plastis (hanya sekedar menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang ada)
3. pendekatan religi,yakni suatu pendekatan yang membawa
keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang
cenderung ke arah komprehensif intensif dan ekstensif
(mendalam dan meluas). Pandangan yang demikian, terpancar
dari sikap bahwa segala, ilmu pengetahuan itu pada hakikatnya
adalah mengandung nilai-nilai ke- Tuhanan. Sikap yang
demikian harus di internalisasikan (dibentuk dalam pribadi) dan
dieksternalisasikan (dibentuk dalam kehidupan di luar diri
5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka, 1999, h. 218
9
pribadinya.
4. pendekatan historis, yang ditekankan pada usaha pengembangan
pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses
kesejarahan. Dalam hubungan ini penyajian serta faktor waktu
secara kronologis menjadi titik tolak yang dipertimbangkan dan
demikian pula faktor keteladanan merupakan proses identifikasi
dalam rangka mendorong penghayatan dan pengamalan agama.
5. pendekatan komparatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan
membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum
agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan zamannya.
Pendekatan komparatif ini sering diwujudkan dalam bentuk
komparatif studi, baik di bidang hukum agama maupun juga
antara hukum agama itu sendiri, dengan hukum lain yang
berjalan, seperti hukum adat, hukum pidana/perdata, dan lain-
lain.
6. pendekatan filosofis, yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan
atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada
usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal atau rasio.
Pendekatan filosofis sering dipergunakan sekaligus dengan pola
berpikir yang rasional dan membandingkan dengan pendapat-
pendapat para ahli filsafat dari berbagai kurun zaman tertentu
beserta aliran filsafatnya.
10
digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalammelihat suatu masalah
digunakan dalm disiplin ilmu agama.
6
Dedi Mahyudi: Pendekatan Antropologi dan Sosiologi dalam Studi Islam
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan
sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud
praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Antropologi adalah salah satu disiplin ilmu dari cabang ilmu
pengetahuan sosial yang memfokuskan kajiannya pada manusia.
Pendekatan sosiologis digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam memahami agama. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara
manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti
sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta
berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaan,
keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu
dalam tiap persekutuan hidup manusia
Dengan hal itu maka dapat dipahami antropologi dan sosiologi
agama sangat berperan penting dalam kehidupan yang nyata untuk
mensosialisasikan kehidupan beragama. Dalam al-Qur‟an misalnya,
kita jumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia lainnya,
sebab-sebab yang menyebabkan kesengsaraan. Semua itu jelas baru
dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial
pada saat ajaran agama itu diturunkan. Jadi antropologi dan sosiologi
agama sangat perlu dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih banyak
kesalahan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang
12
lebih baik lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14