Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Ilmu Dakwah
Tentang
“Hakekat Da’i ( Pelaksana Dakwah )”

Dosen Pengampu:
Dr. Mastori, M. Kom. I

Disusun oleh:
Septian Dwi Saputra
Adhimmas Aji Nugroho
Muhammad Jauharul Fuadiy

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PERGURUAN TINGGI DAKWAH ISLAM INDONESIA

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah ‫ ﷻ‬Tuhan semesta alam, sembahan manusia pertama dan
manusia yang akan datang kemudian. Semoga shalawat dan salam, rahmat dan
berkahnya tercurahkan kepada manusia pilihannya,penutup para Nabi dan
Rasulnya,yaitu teladan panutan kita semua,Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬,kepada
keluarganya dan segenap para sahabatnya. Semoga rahmat dan maghfirahnya
diberikan pula kepada para tabi’n dan segenap para pengikutnya yang setia hingga
hari pembalasan kelak.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui konsep cara dan syarat
kita berdakwah. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang ilmu dakwah.

Makalah yang disusun dan dibuat atas dasar tugas yang diberikan dan sebagai
tanggung jawab untuk mata kuliah fiqih ibadah. Tidak lupa saya ucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Bpk Dr. Mastor, S. Sos, I. M. Kom
dan seluruh pihak yang telah membantu saya menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dibuat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi nilai
ibadah bagi yang membaca dan membuat. Hanya kepada Allah ‫ ﷻ‬kita menghamba
dan hanya kepadanya kita memohon pertolongan.

Jakarta,30 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………..…….....................i
Daftar isi................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................……………………………………….2
C. Tujuan Penulisan.........………………………………………………......2

BAB II Pembahasan………………………………………………......................3
A. Dakwah Sebagai Kewajiban Bagi Seluruh Umat Islam............................3
B. Syarat Da’i ................................................................................................5
C. Kepribadian Da’i........................................................................................9

BAB III Penutup..................................................................................................13


A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13

Daftar Pustaka......................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan aktivitas dakwah terdapat beberapa unsur dakwah
yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan, unsur-unsur tersebut yaitu
da’I ( pelaksanan dakwah ), mad’u ( penerima dakwah ), maddah ( materi dakwah
), wasilah ( media dakwah ), thariqah ( metode dakwah ), dan atsar ( efek dakwah
). Da’i adalah orang yang mengerjakan kegiatan dakwah baik bil lisan ( berbicara
), bil kitabah ( melalui tulisan ) maupun bil hal ( melalui perbuatan ) yang
dilakukan baik secara perorangan, berjemaah maupun melalui organisasi/lembaga
dakwah. Mad’u adalah perorangan kelompok/jamaah yang menjadi objek/sasaran
dakwah, bagi perorangan/jamaah yang belum masuk islam maka tujuan
dakwahnya adalah agar mereka mengikuti ajaran Islam, sedangkan bagi mereka
yang sudah masuk Islam maka tujuan dakwahnya adalah peningkatan kualitas
keimanan dan ketaqwaan.

Setiap da’i atau penyuluh agama Islam baik di pusat perkotaan maupun di
daerah merupakan komponen utama yang mempengaruhi kinerja tugas
operasional dakwah/bimbingan penyuluhan agama Islam karena fungsinya yang
strategis itu, memiliki tanggung jawab untuk membawa masyarakat binaanya
kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, lahiriyah maupun batiniyah,
sesuai dengan ajaran Islam.

Tugas dakwah atau penyuluhan dakwah Agama Islam sekarang ini


berhadapan dengan suatu kondisi masyarakat yang berubah dengan cepat yang
mengarah pada masyarakat fungisional, masyarakat teknologis, masyarakat
saintifik dan masyarakat terbuka. Dengan demikian, setiap da’i/penyuluh agama
secara terus menerus perlu meningkatkan pengetahuan, wawasan dan
pengembangan diri, dan juga perlu memahami “visi da’i/penyuluhan agama

1
Islam” serta penguasaan yang optimal terhadap materi penyuluhan agama itu
sendiri maupun tehnik menyampaikan.

Setiap da’i/penyuluh agama dalam menunaikan tugas boleh tidak hanya


terpaku pada pengetahuaan yang telah dimilikinya saja, melainkan harus kaya
dengan pengetahuan dan wawasan sosial kemasyarakatan agar penyuluhan yang
disampaikan memberikan solusi terhadap problema kehidupan mereka.

Sehubungan dengan hal tersebut maka pelaksanaan dakwah harus dengan


berbagai upaya yang perlu dilakukan antara lain adalah penggabungan antara
unsure-unsur dakwah dengan fungsi-fungsi dalam manajemen yang di dalam
buku ini disajikan secara praktis dan sederhana agar mudah dimengerti dan
dipahami pelaku dakwah. Fungsi-fungsi manajemen dalam pembahasan ini
bersifat dasar-dasar dalam praktek yang sangat diperlukan antara lain masalah
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dakwah/bimbingan
penyuluhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dakwah sebagai kewajiban bagi seluruh umat Islam?
2. Apa syarat-syarat da’i?
3. Bagaimana kepribadian da’i?

C. Tujuan
1. Mengetahui dakwah sebagai kewajiban bagi seluruh umat Islam
2. Mengetahui syarat-syarat da’i
3. Mengetahui kepribadian da’i

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dakwah Sebagai Kewajiban Bagi Seluruh Umat Islam


Melaksanakan dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Setiap
pribadi muslim yang telah baligh dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan
memiliki kewajiban untuk mengemban tugas dakwah. Setiap individu dari umat
Islam dianggap sebagai penyambung tugas Rasulullah ‫ﷺ‬ untuk menyampaikan

dakwah.

Berdakwah adalah tugas mulia dalam pandangan Allah ‫ ﷻ‬sehingga dengan


dakwah tersebut Allah ‫ ﷻ‬menyematkan predikat khoiru ummah ( sebaik-baiknya

umat ) kepada umat Nabi Muhammad ‫ﷺ‬ :

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeluruh
kepada ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah “ (
QS : Ali Imron Ayat 110 )

Di dalam ayat ini terkandung dua hal; pertama mulianya umat Islam adalah
dengan dakwah. Kedua, tegak dan eksisnya umat Islam adalah dengan
menjalankan konsep amar ma’ruf nahi munkar.

Apapun profesi dan pekerjaan seorang muslim, tugas dakwah tidak boleh
dia tinggalkan. Setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan dakwah sesuai
dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa dakwah adalah jalan hidup seorang mukmin yang senantiasa mewarnai
setiap pelaku dan aktifitasnya.1

1
https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2016/07/18/97857/kewajiban-
berdakwah-atas-setiap-muslim.html, Tanggal 01 Oktober 2021, Pukul 15.40 Wib

3
“Katakanlah inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, maha suci Allah, dan
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (QS: Yusuf Ayat 108)

Dalam ayat diatas, seorang mukmin mengikuti tuntunan Rasulullah ‫ ﷺ‬atas dasar

bashirah yaitu ilmu dan keyakinan. Ini artinya dakwah merupakan tuntunan iman.
Yang jika seorang mukmin meninggalkan kewajiban dakwah berarti ada masalah
dengan keimananya.

Tentang ayat ini Imam Ibnu Katshir mengatakan dalam tafsirnya. Allah ‫ﷻ‬

berkata kepada Rasulnya ‫ﷺ‬ agar memberitahu umat manusia bahwa ini adalah

jalanya, tempat berpijak dan sunnahnya, yaitu mendakwahkan tauhid bahwa tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Allah ‫ﷻ‬ dan menyeru kepada Allah ‫ﷻ‬ di

atas ilmu dan keyakinan.

Apakah dakwah hanya kewajiban para ulama dan mubaligh saja?


Jawabanya tentu tidak, karena dakwah adalah kewajiban atas setiap individu
muslim dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. Adapun para ulama
dengan keilmuan yang dimiliki bertugas menyampaikan dan menjelaskan secara
rinci tentang hukum-hukum dan permasalahan seputar agama. 2

Bukankah semua umat Islam sepakat bahwa dakwah adalah amalan yang
disyariatkan dan masuk kategori fardhu kifayah. Tidak boleh kategori diabaikan,
diacuhkan, dan dikurangi bobot kewajibannya. Hal itu disebabkan terd apat
sedemikian banyak perintah dalam Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah ‫ﷺ‬ untuk

berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar.


“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar” (QS : Ali Imaran Ayat 104)

2 Ibid.,

4
Maksud ayat ini adalah jadilah kamu sekelompok orang dari umat yang
melaksanakan kewajiban dakwah. Di mana kewajiban ini berlaku bagi setiap
muslim.

Dakwah merupakan pekerjaan terbaik, sesuai firman Allah ‫ﷻ‬.


“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada

Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang berserah diri” (QS: Fushhilat Ayat 33)

Ayat ini dikukuhkan oleh sabda Rasulullah ‫ﷺ‬ yang artinya.

“Sesungguhnya jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang malalui engaku


(dakwah engaku) maka itu lebih baik bagimu dari pada engaku memiliki onta
merah. (HR. Muslim).

Dari ayat dan hadits ini, menjadi jelaskan bahwa dakwah merupakan
perbuatan terbaik dan pelakunya akan dibalas dengan balasan yang besar. Maka
dengan segara Rasulullah ‫ﷺ‬ tetap tegar dalam dakwah, walau diganggu,

dipersulit dan meskipun akan dibunuh tidaklah hal itu menghalangi beliau dalam
berdakwah demi tegaknya agama Islam. 3

B. Syarat Da’i
Da’i atau pelaku dakwah adalah seseorang yang menyampaikan dan
mengajarkan Islam serta berusaha untuk mewujudkan ajaran tersebut dalam
kehidupan. Firman Allah ‫ﷻ‬.

” Hai Nabi, Sesunggunya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar
gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah

3
https://islam.nu.or.id/post/read/12815/kewajiban-berdakwah-bagi-setiap-muslim, Tanggal
01 Oktober 2021, Pukul 16.00 Wib

5
dengan izinya dan untuk jadi cahaya yang menerangi” (QS Al-Ahzab Ayat 45-
46).

Dari segi pesan atau materi yang disampaikan, pelaku dakwahnya


sasngatlah penting dan mulia karena dia merupakan penyeru kepada Allah ‫ﷻ‬

dengan izinya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.4

Dari segi pesan atau materi yang disampikan, pelaku dakwah sangatlah
penting dan mulia karena dia merupakan penyeru kepada Allah ‫ﷻ‬ serta

mengantarkan manusia kepada RidhaNya.

Kemudian dari sudut pekerjaan, jelas merupakan pekerjaan paling mulia


karena menyeru kepada Allah ‫ ﷻ‬adalah merupakan tugas dan pekerjaan para nabi,

para nabi adalah pribadi-pribadi yang agung dan mulia, maka tugasnya juga
sangat mulia.

Adapun pahala bagi pelaku dakwah sudah dijanjikan Allah ‫ﷻ‬ bahwa ia

akan mendapatkan pahala yang besar. Sebagaimana disampikan dalam hadis


Rasul ‫ﷺ‬ bahwa orang yang menyeru kepada hidayah Allah ‫ﷻ‬ maka baginya

pahala serta pahala orang lain yang mengamalkannya. 5


“Barangsiapa menyeru kepada hidayah baginya pahala sebanyak pahala mereka
yang mengikutinya, dan tidak mengurangi pahala pengikutnya sedikitpun. Dan
barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa para pengikutnya,
dan tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)

Sebagai penyeru atau pengajur kepada hidayah (Kebenaran), seorang da’i


harus memiliki sifat-sifat terpuji sebagai persyaratan dalam menjalankan
tugasnya. Hal ini diperlukan supaya pesan yang disampaikan dan tugas yang

4 Dr. M. Tata Taufik, Dakwah Era Digital, (Kuningan: Dakwah Era Digital, 2013 ), Hal. 62
5 Ibid., Hal. 63

6
diemban bisa bermanfaat dan memiliki efek yang kuat dalam menpengaruhi sikap
dan prilaku sasaran dakwah.

Da’i ilallah (yang mengajak ke jalan Allah) mereka mengerjakan salah


satu aktifitas yang paling terbaik Allah ‫ ﷻ‬berfirman;

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal salah, dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang menyerah diri” (QS: Fushilat Ayat 33)

Namun untuk menjadi seorang da’i harus memenuhi beberapa hal:6


1. Hendaknya ia mengilmu apa yang ia dakwahkan. Yaitu ia memiliki ilmu
tentang syariat Allah ‫ﷻ‬ hingga ia tidak mendakwahkan orang kepada

kesesatan dalam keadaan tidak menyadari atau tidak mengetahui. Maka


seorang da’i itu harus belajar terlebih dahulu mengenai apa-apa yang hendak
ia dakwahkan dan mempelajari amalan-amalan yang akan ia dakwahkan,
mempelajari pendapat-pendapat yang akan ia dakwahkan, mempelajari apa
saja amalan-amalan yang dilarang agama, dan semisalnya.
2. Hendaknya ia memahami kondisi orang-orang yang didakwahi. Karena objek
dakwah itu bermacam-macan keadaannya. Di antara mereka ada yang
memiliki ilmu sehingga da’i membutuhkan kekuatan ilmu dalam debat dan
diskusi. Di antara mereka ada yang tidak berilmu. Di antara mereka ada yang
keras kepala, dan ada pula yang tidak keras kepala. Intinya keadaan mereka
berbeda-beda, bahkan penerapan hukumnya juga akan berbeda karena
perbedaan kondisinya. Oleh karena itu etika Nabi ‫ﷺ‬ mengutus Muadz ke

yaman beliau bersabda :


” Engkau akan mendatangi sebuah kaum dari ahlul kitab “

6https://muslim.or.id/26662-syarat-syarat-menjadi-dai.html, Tanggal 02 Oktober 2021, Pukul


09.00 Wib

7
Rasulullah ‫ﷺ‬ menjelaskan kepada muadz mengenai keadaan objek

dakwahnya, sehingga ia siap untuk menyikapi mereka dengan sikap yang


sesuai.
3. Hendaknya bersikap hikmah dalam dakwahnya. Yaitu ia menyikapi orang
yang didakwahi dengan sikap yang sesuai dan menyikapi setiap persoalan
dengan sikap yang sesuai pula. Kemudian ia memulai dakwahnya dari hal
yang paling urgen baru setelah itu hal yang urgensinya dibawahnya. Karena
Nabi ‫ ﷺ‬ketika mengutus Muadz Yaman beliau bersabda :

“Hendaklah yang pertama engaku sampaikan kepada mereka ialah syahadat


la ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Jika mereka telah mematuhi apa yang
engaku dakwakan itu, maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka
telah mematuhi apa yang kamu dakwahkan itu, maka ajarkanlah kepada
mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari
orang-orang kaya di antara mereka diberikan kepada orang-orang faqir di
antara mereka” (HR. Bukari-Muslim).

Nabi ‫ﷺ‬ mengurutkan prioritas dakwah sesuai dengan tingkat urgensinya.

Bukan sikap yang hikmah jika engaku melihat orang yang kafir sedang
merokok lalu engkau larang ia merokok sebelum mengajaknya kepada Islam.
Ini adalah poin yang sangat penting dilalaikan pada da’i karena banyak
diantara mereka begitu terikat pada perkara-perkara parsial tanpa melihat
secara komprehensif.7
4. Hendaknya da’i memiliki akhlak yang baik dalam perkataan, perbuatan, dan
penampilan yang baik. Maksudnya penampilan yang baik adalah penampilan
yang layak untuk seorang da’i. Juga perbuatannya dan perkataannya layak
untuk seorang da’i yaitu hendaknya ia berhati-hati dan tenang dalam berkata
dan berbuat, memiliki pandangan yang mendalam, sehingga ia tidak
mengesankan bahwa agama itu sulit, selama masih bisa untuk dihindari kesan

7 Ibid.,

8
tersebut. Dan hendaknya ia tidak mengambil sikap yang keras selama masih
bisa berlemah lembut.
5. Seorang da’i harus benar-benar istiqomah dalam keimanannya serta percaya
dengan seyakin-yakinnya akan kebenaran agama Islam yang dianutnya
kemudian diteruskan kepada umatnya.8
6. Seorang da’i harus menyampaikan dakwahnya dengan lidah sendiri, seorang
muslim yang telah mantap untuk menyampaikan kebenaran ( risalah agama )
kepada orang lain sedangkan ia mampu melakukkan, maka dia berdosa, dan
dia harus mempertanggung jawabkannya di akhirat kelah.
7. Seorang da’i harus menyampaikan kesaksian itu tidak saja dengan lidahnya,
akan tetapi juga dengan amalnya perbuatanya.
8. Seorang da’i harus berdakwah di atas semua aliran dan golongan muslimin,
bukan atas yang dianutnya semata.

Demikianlah semestinya seorang insan ketika ia hendak berdakwah


kepada orang-orang kepada agama Allah karena banyak orang yang berdakwah
kepada orang-orang terkadang ia perbuatan dan perkataanya tidak mencerminkan
apa yang ia dakwahkan, karena selama masih bisa berlemah lembut.

C. Kepribadian Da’i
Dakwa kepada agama Allah ‫ﷻ‬ merupakan tugas utama para Rasul dan

pengikut-pengikutnya tanpa terkecuali. Yaitu mengeluarkan manusia dari


kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Dari kekufuran menuju
keimanan, dari kesyrikan menuju tauhid, dan dari neraka menuju surge dakwah
ini ditegakkan di atas pilar-pilar dan prinsip-prinip yang tidak bisa terlepas
darinya. Di saat salah satu pilarnya lapuk, maka dakwah tersebut menjadi tidak
benar dan tidak akan bisa membuatkan hasil ( sebagaimana ) yang diharapkan
walaupun upaya dan kesungguhan telah dicurahkan serta waktu telah dikorbankan

8Drs. H. Mustain. MM, Manajemen Dakwah, ( Jakarta : KEMENAG RI Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, 2011 ), Hal. 79

9
sebagaimana realita dan fenomena yang terjadi pada kebanyakan gerakan dakwah
masa kini yang tidak ditegakkan di pilar dan prinsip tersebut.

Dalam berdakwah seorang da’i harus mempunyai kepribadian yang harus ia


miliki agar dakwah berjalan sesuai dengan apa yang ia sampaikan antara lain:
1. Mengetahui apa yang didakwahkan
Orang jahil ( bodoh ) tidaklah layak untuk menjadi seorang da’i Allah ‫ﷻ‬

berfirman kepada Nabinya yang artinya


” katakanlah ini jalan ( agama ) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak ( kamu ) kepada Allah dengan hujjah yang nyata….( QS : Yusuf
Ayat 108 )

Yang dimaskud dengan bashirah ( di sini ) adalah ilmu sudah menjadi


keharusan bagi seorang da’i bahwa ia akan menghadapi para pembesar
kesesatan yang akan melontarkan berbagai syubhat ( kerancuan ) kepadanya.
Mereka akan mendebatkan dengan kebathilan agar menundukkan kebenaran. 9

Jika seorang da’i tidak dipersenjatai dengan ilmu guna menghadapi segala
syubhat tersebut dan membatahkanya dalam setiap perdebatan, sungguh ia
akan kalah di awal pertemuan, dan ia hanya mampu berdiri di awal jalan.

2. Merealisasikan apa yang didakwahkannya, sehingga ia akan menjadi


suri tauladan.
Perbuatan selaras dengan perkataannya, sehingga tidak aka nada ruang
lagi bagi orang-orang bathil untuk mengeluarkan hujjah mereka.

3. Ikhlas
Yaitu dengan menjadikan dakwah tersebut murni untuk mencari wajah
Allah ‫ ﷻ‬semata. Tidak ada unsure riya mencari popularitas, martabat, jabatan

9 Prof. Dr. Rabi Bin Hadi Al-Madkhali, Fiqih Dakwah Para Nabi, ( Bogor : Media Tarbiyah, 2006 ), Hal. 2

10
dan segala ambisi dunia lainnya. Kalau seandainya ia disusupi oleh tujuan
tujuan diatas, maka dakwah tersebut tidaklah murni karena Allah ‫ﷻ‬. Ia

hanyalah berupa seruan individu dan untuk ambisi yang dimaksud ( semata
).10

4. Mengawali dari hal yang paling penting kemudian kepada yang penting.
Pertama kali yang didakwahkan adalah upaya perbaikan aqidah, dengan
memerintahkan keikhlasan ibadah kepada Allah ‫ﷻ‬ semata dan melarang

perbuatan syirik. Kemudian perintah untuk menegakkan perkara-perkara yang


diwajibkan dan meninggalkan segala hal yang haram. Semua ini merupakan
dari seluruh para Rasul.

5. Bersabar terhadap segala ujian yang menimpa di dalan dakwah kepada


agama Allah dan segala tekanan manusia.
Tidaklah jalan dakwah berhamparkan bunga mawar, akan tetapi jalan ini
dikelilingi dengan sesuatu yang dibenci dan penuh dengan marabahaya.

Demikian juga yang dialami oleh para pengikut Rasul. Mereka


mendapatkan banyak penderitaan dan tekanan sesuai dengan bakti ( kontribusi
) mereka dalam berdakwah kepada agama Allah. Semua ini adalah sebagai
upaya napak tilas para Rasul terdahulu.11

6. Berhias diri dengan akhlak yang baik adalah sebuah keharusan bagi
seorang da’i.
Seorang da’i hendaknya mempergunakan jalan yang hikmah bijaksana
dalam dakwah. Dengan jalan inilah maka dakwahnya akan lebih mudah untuk
diterima. Sebagaimana perintah Allah kepada kedua Nabinya yang mulia,

10 Ibid., Hal. 5
11 Ibid., Hal. 7

11
musa dan harun ketika keduanya menhadapi manusia yang paling kufur di
muka bumi ini yaitu fir’aun

7. Seorang da’i hendaknya memiliki cita-cita yang kuat.


Tidaklah ia berputus asa dengan pengaruh dakwah dan hidayah kaumnya.
Ia juga tidak berputus asa dari kemenangan dan pertolongan dari Allah ta’ala
meskipun waktu tersasa begitu panjang dan masa penantianya begitu lama.
Para utusan Allah adalah sebaik-baiknya suri tauladan dalam masalah
tersebut.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Melaksanakan dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Setiap
pribadi muslim yang telah baligh dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan
memiliki kewajiban untuk mengemban tugas dakwah. Setiap individu dari umat
Islam dianggap sebagai penyambung tugas Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk menyampaikan
dakwah.
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang da’i diantaranya;
hendaknya ia mengilmu apa yang ia dakwahkan, hendaknya ia memahami kondisi
orang-orang yang didakwahi, hendaknya bersikap hikmah dalam dakwahnya,
hendaknya da’i memiliki akhlak yang baik dalam perkataan, perbuatan, dan
penampilan yang baik.
Seorang da’i harus pula memiliki beberapa kepribadian yang baik agar
dakwahnya dapat diterima oleh orang yang dia dakwahkan, diantaranya;
mengetahui apa yang didakwahkan, merealisasikan apa yang didakwahkannya,
sehingga ia akan menjadi suri tauladan, ikhlas, mengawali dari hal yang paling
penting kemudian kepada yang penting dan bersabar terhadap segala ujian yang
menimpa di dalan dakwah kepada agama Allah dan segala tekanan manusia.

B. Saran
Hakekat da’i adalah suatu hal yang harus dipelajari oleh seorang da’i,
karena hakekat da’i adalah bekal bagi seorang da’i untuk melakukan dakwah
kepada umat. Apabila seorang da’i tidak mempelajari tentang hakekat da’i
sebelum dia melakukan sebuah kegiatan dakwah, maka kegiatan dakwah tersebut
dapat menjadi tidak maksimal dan bahkan hasilnya dapat berkebalikan dari apa
yang diharapkan oleh da’i tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://muslim.or.id/26662-syarat-syarat-menjadi-dai.html, Tanggal 02 Oktober 2021,


Pukul 09.00 Wib

https://islam.nu.or.id/post/read/12815/kewajiban-berdakwah-bagi-setiap-muslim,
Tanggal 01 Oktober 2021, Pukul 16.00 Wib

https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2016/07/18/97857/kewajiban-
berdakwah-atas-setiap-muslim.html, Tanggal 01 Oktober 2021, Pukul 15.40
Wib

Al-Madkhali, Rabi Bin Hadi, Fiqih Dakwah Para Nabi, (Bogor: Media Tarbiyah, 2006)

Mustain, Manajemen Dakwah, (Jakarta: KEMENAG RI Direktorat Jenderal Bimbingan


Masyarakat Islam, 2011)

Tata, M Taufik, Dakwah Era Digital, (Kuningan: Dakwah Era Digital, 2013)

14

Anda mungkin juga menyukai