Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN KASUS ABDOMINAL PAIN DI RUANG MELATI

RSUD BANYUMAS

RENALDI MAESA PUTRA

2111040110

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ABDOMINAL PAIN

A. PENGERTIAN
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di
abdomen. Nyeri di perut adalah gejala paling penting dari proses patologis perut akut.
Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
1. Nyeri Abdomen
Akut Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi
nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan yang
menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa nyeri perut dapat
disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen seperti organ-
organ di rongga toraks.
2. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut,baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri
kronis dapat berhubungan dengan ekserbasi akut. (Nurarif,2015).

B. ETIOLOGI
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau di berbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a.Ulkus yang mengalami perforasi
b.Irritable bowel syndrome (gangguan jangka panjang pada sistem
pencernaan yang umum terjadi.)
c.Apendisitis
d.Pankreasitis
e.Batu empedu
(Nurarif,2015)

C. KOMPLIKASI
1. Porporasi gastriintestinal
2. Obstruksi gastriintestinal

D. MANISFESTASI KLINIS
Nyeri abdomen, mual, muntah tidak nafsu makan, lidah dan mukosa bibir
kering ,turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat, lemah dan kelelahan.
(Tanto,2014)

E. PHATOFISIOLOGI

Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber
pada: visera abdomen (organ yang ada di abdomen), organ lain di lua abdomen, lesi pada
susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen
berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum ke ujung saraf,
yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri
daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya
akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik
pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh
tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri
abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus ( syaraf diafragma),
misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah
abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul
dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada
saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jarak
syaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih
menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.
Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls
nyeri dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem
empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genetalia perempuan,
impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri
dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum.
Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut
aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan
metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan
patogenesisnya. Jadi permasalahan keperawatannya adalah nyeri dan ketika nyeri muncul
akan mengakibatkan pola tidur pasien terganggu (Nurarif,2015)
F. PATHWAY

Idopatik Makanan tidak tratur Kerja Fisik yang Keras

Masa Keras Feses

Edema Konsipasi feses

Diapesis Bakteri

Ulserasi Mukosa

Gangguan pola Nyeri Abdomen pada


Spasmen Abdomen
Tidur kuadran kanan bawah

Nyeri Distensi Abdomen

Menekan Gaster

Peningkatan Produksi HCL

Mual Muntah
Hipovolemi

Nafsu Makan berkurang

Resiko Perubahan Nutrisi


kurang dari kebutuhan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan
diagnostik pankreatitis.
d. β-hcg(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-hcg dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri : Asidosis metabolic (iskemia usus, peritonitis,
pankreatitis)
f. Urin
g. EKG:Infark miokard
h. Rotgen thorak:viskus perforasi(udara bebas),pneumonia
i. Rotgen Abdomen :Usus iskemik (dilatasi,usus yang edema dan
menebal),pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas
sentimel),kolangitis(udara dalam cababg bilier),kolitis akut(kolon
mengalami dilatasi,edema dan gambaran menghilang),obstruksi akut(usus
mengalami dilatasi,tanda string of pearl ) Batu Ginjal (Radioopak dalam
saluran ginjal )
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi
peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang
didiagnosis bandingnya luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk
dilakukan laparotomi dan diagnosis belum pasti,,pankreatitis,trauma
hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal
(Nurarif,2015) (Tanto,2014)

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pemberian Analgetik dan pembedahan (Nurarif,2015)

I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (Pola Fungsi Kesehatan)
Menurut Pengkajian Virginie Henderson, masalah yang ditemui pada
pasien dengan masalah Abdominal pain hanya yang muncul beberapa dari
14 pengkajian tersebut
a. Pola Oksigenasi
Biasanya ditemukan kondisi pada pasien seperti pernafasan dangkal
karena nyeri pada abdomen, RR meningkat
b. Pola Persepsi Kesehatan (Pemahaman klien tentang kesehatan dan
bagaimana kesehatan mereka diatur)
c. Pola Nutrisi Metabolik (Konsumsi relatif terhadap kebutuhan
metabolik)
d. Pola Eliminasi (Menggambarkan pola fungsi eliminasi dalam
kehidupan sehari – hari apakah ada gangguan atau tidak)
e. Pola Aktivitas dan Latihan (Menggambarkan pola aktivitas dalam
kehidupan sehari - hari)
f. Pola Istirahat dan Tidur (Menggambarkan pola tidur dan istirahat
pasien) Biasanya ditemukan permasalahan yaitu gangguan pola tidur
yang diakibatkan nyeri
g. Pola Nyeri / Kenyamanan
Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis nyeri, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri,
kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada
diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
h. Pola Konsep Diri (Menggambarkan cara menggambarkan diri sendir,
bagaimana cara seseorang memandang dirinya)
i. Pola Peran – Hubungan (Keterikatan peran dan hubungan)
j. Pola Reproduksi (Kepuasan atau tidaknya seks)
k. Pola Koping (Menggambarkan pola koping pada umumnya)
l. Pola Nilai Kepercayaan (Keyakinan spiritual pasien)
m. Pola Gerak dan Ketahanan Tubuh
n. Suhu Tubuh
(Nurarif,2015) (Tanto,2014)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
Domain 12 Kenyamanan
Kelas 1 Kenyamanan Fisik (Kode 00132)
b. Gangguan Pola Tidur
Domain 4 Aktivitas Istirahat
Kelas 1 Tidur/Istirahat (Kode 000198)
(Nanda,2015)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1. Nyeri Akut Domain Setelah diberikan asuhan Pain management
12 Kenyamanan keperawatan selama 3 x 24 1. Lakukan
Kelas 1 Kenyamanan jam masalah nyeri akut pengkajian nyeri
Fisik (Kode 00132) dapat teratasi dengan secara komprehensif
kriterial hasil: termasuk lokasi
 Mampu mengontrol karakteristik,durasi,
nyeri dipertahankan pada frekuensi
tidak pernah menunjukkan 2. Kontrol lingkungan
(skala 1) ditingkatkan yang dapat
menjadi kadang – kadang mempengaruhi nyeri
menunjukkan (skala 3) 3. Anjurkan pasien
Mampu menggunakan untuk istirahat
tindakan pengurangan 4. Monitor TTV
nyeri tanpa analgetik
dipertahankan pada tidak
pernah menunjukkan
(skala 1) ditingkatkan
menjadi kadang – kadang
menunjukkan (skala 3)
2. Gangguan Pola Tidur Setelah diberikan asuhan Peningkatan Tidur
Domain 4 Aktivitas keperawatan selama 3 x 24 1. Kaji jumlah jam
Istirahat Kelas 1 jam diharapkan masalah tidur pasien
Tidur/Istirahat (Kode pola tidur teratasi dengan 2. Mengobservasi
000198) kriteria hasil intensitas tidur pasien
Jam tidur sangat 3. Ciptakan lingkungan
terganggu dipertahankan yang nyaman
pada sangat terganggu 4. Jelasakan
(skala 1) ditingkatkan ke pentingnya tidur yang
sedikit terganggu (skala 4) adekuat untuk
Gangguan nyeri kesehatan
dipertahankan pada sangat 5. Kolaborasikan
terganggu (Skala 1) dengan dokter tentang
ditingkatkan ke ringan perlunya meninjau
(skala 4) kembali program
pengobatan jika
berpengaruh pada pola
tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. (2013). Nursing Interventions Classification. Indonesia: Elsevier.


Heardman, H. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10. Jakarta: RGC.
Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classifications. Indonesia: Elsevier.
Nururarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC Jilid 3. Yogyakarta:
MediAction.
Tanto, C., Liwang, Sonia, & Adip, E. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke
4. Jakarta: Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai