Anda di halaman 1dari 2

Indonesia telah bergerak memasuki revolusi 4.0, dan dikenal dengan era digital.

tidak
dengan hal itu tentunya prospek pada bidang science, technology, engineering,
mathematics dan market online semakin menjanjikan. Pada bagian yang lain,
perkembangan digital juga telah menggerus setidaknya 12,5% bidang pekerjaan yang
pernah ada. Hal tersebut terjadi karena revolusi digital atau revolusi 4.0 adalah zaman
yang dipenuhi dengan era super komputer, kecerdasarn buatan, rekayasa genetika,
inovasi dan cepatnya perubahan sehingga berpengaruh pada ekonomi, industri,
pemerintahan dan politik. Gejala ini ditandai dengan banyak dan mudahnya mengakses
informasi melalui media sosial.

Bersama dengan era digital, pandemi covid kini tepat satu tahun telah berlangsung di
dunia dan Indonesia khususnya. Menurut wakil ketua MPR RI, Lestari Moerdijat
(Minggu, 07/03/21) dalam news.detik.com tantangan yang harus dihadapi perempuan di
masa pandemi covid 19 semakin kompleks, sehingga perempuan harus mampu
meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya untuk menjawab berbagai tantangan saat
ini. Dilain sisi berdasarkan data menurut Pusat Hukum Wanita Nasional (NWLC) antara
Agustus hingga September hampir 1,1 juta pekerja usia 20 tahun keatas keluar dari
pekerjaan, dan sebanyak 865.000 diantaranya adalah perempuan. Ini menujukan
sebanyak 4 kali lipat lebih tinggi resiko perempuan untuk mengalami PHK dibanding
laki-laki. Melihat hal tersebut, bukan tidak mungkin semakin bertambah jumlah
perempuan yang menganggur.

Sayangnya ditengah tantangan yang sedang dialami perempuan, berdasarkan laporan


International Telecommunication Union (ITU) dalam mediaindonesia.com, Lin Taylor
mengungkapkan bahwa secara global pada tahun 2017 pengguna internet perempuan
lebih rendah 12% daripada pengguna laki-laki. Sedangkan menurut UN Women dapat
diprediksi bahwa 90% pekerjaan dimasa depan akan memerlukan keterampilan
teknologi, informasi dan komunikasi. Pekerjaan lama yang mulanya dijangkau dan
terlihat oleh fisik, akan digantikan oleh pekerjaan berbasis teknologi informasi.

Maka bukan tidak mungkin ditengah situasi pandemi dan eras digital, perempuan
dituntut meningatkan kemampuan demi memasuki pasar industri kerja atau dunia
usaha masa depan. Terlebih beberapa usaha UMKM yang dijalani oleh perempuan
saat ini masih menggunakan metode konvensional, meskipun juga terdapat yang sudah
melakukan marketing secara digital untuk tetap menjalankan usaha dan suskes di era
revolusi digital, maka dari itu perempuan perlu untuk meningkatkan keterampilan
dibidang teknologi yang juga didukung dengan kemampuan komunikasi dan leadership.

Menurut data yang dirilis oleh McKinsey Global Institute, yang diacu dalam e-jurnal
An.Nisa’, Vol. 12, No.1, (2009) pada 2030 Indonesia berpotensi menjadi negara dengan
tingkat ekonomi terbesar ke -7. Salah satunya dengan meningkatkan pemberdayaan
perempuan di sektor ekonomi. Untuk menunjang hal tersebut maka tentunya
keterlibatan perempuan dengan pemanfaatan TIK tidak dapat dipisahkan, misalnya
bagaimana internet dapat digunakan untuk rumusan strategi pemasaran melalui web,
blog, vlog, atau situs jual belanja online.

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) peran perempuan dalam bidang
industri sains, teknologi, teknik dan matematik hanya sebesar 30%. Padahal dalam era
revolusi digital seharusnya dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh
perempuan karena memiliki prospek kedepan yang menjanjikan dan sangat
mempermudah dalam memasakan produk atau usahnya melalui digital marketing. Hal
tersebut terjadi karena tantangan dan hambatan yang dialami oleh perempuan pada
saat ini yaitu anatara lain:

1. PHK yang telah mengakibatkan banyak perempuan muda indonesia kehilangan


pekerjaannya.
2. Ketersedian lapangan pekerjaan yang sedikit.
3. Sebagain besar perekonomian menggunakan teknolgi informasi
4.

Anda mungkin juga menyukai