Karya ilmiah akhir ini adalah hasil kaiya saya sendiri dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyalakan dengan benar
Karya Ilmiah rat telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing serta teIah
dipertahankan di hadapan tim penguji. Karya llmiah Akhir Spesialis
Keperawatan sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
gelar Spesialis Keperawatan Jiwa pada Program Studi Ners Spesialis
Keperawatan, Fakultas llmu
Keporawatun Unive sitas [ndnnesia
SUPERVISOR
Disefujui di npoi
Tanggal
Karya Ilmiah ini telah telah berhasiJ dipertahankan di hudapan tim penguj i dan
diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Spesialis Keperawatan Jiwa padn Program Slndi Ners Spesialis Keperawatan,
Fakultas Ihnu Kepernwatan Univcrsitas Indonesia
DE WAN PENGUJI
Diserujui di - Depok
Tanggal
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak mcnyimpan,
mengalihmedia/formotkan, mengelola dalam bentuk pnngknlan data
{database), merawat, don mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nams saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Pemilik Hak
Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juli
2015
E i is% Su iynnto
m
The healthstatus attention of the familly membcrs is one ot the stcssor which effected to
the family.Family coping is one of the effort to solvc this problem.’ldc unability of the
family to solve the stressor, caused familly burden. Some cffons needed to support ihe
familly to solves the problem. Thc purpuse of this essay is to gct the explanation about
“Psychiatric Specialist Nursing Caro Management at The Family with Ineffective Coping
by The modification of Roy Adaptation Model and Henderson’s Banic Needs”. TheRoy's
Adaptation Slodel and virginia Henderson’s Basic Needs give us the explanation about
the uneffective coping piocccss and the family unabilily to take cam of them.There are 24
families that have been analyzed. The result is indicated the decreation of the uncffectivc
family coping, and showed the recreation of the family ability to take care the family
member while showed the increation of family burden management. This final project
recommended the application of ihe family nursing care management in hospitasl Io
increased the ability of family member nursing either to increased the ability of family
burden management.
key Words: Uneffcciive Coping Family, Roy's Adaptation Model, Virginia Henderson's
Basic Human Needs
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Penulisan karya ilmiah akhir ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners Spesialis
(Sp.1) Keperawatan Jiwa pada Program Studi Ners Spesialis (Sp.1) Keperawatan
Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa,
tanpa bantuan, kerjasama dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terima kasih saya kepada:
(1) Ibu Prof. Achir Yani S. Hamid, MN., DNSc., selaku Pembimbing I yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan saya dengan penuh kesabaran dalam rangka penyusunan karya
ilmiah akhir ini;
(2) Ibu Yossie Susanti Eka Putri, SKp, MN., selaku Pemimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan saya dengan penuh kesabaran dalam rangka penyusunan karya
ilmiah akhir ini;
(3) Ibu Junaiti Sahar,S.Kp.,M.App.Sc.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
(4) Ibu Dr. Novy Helena CD, SKp, MSc., selaku ketua program studi Magister
dan Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia;
(5) Direktur Rumah Sakit dr Marzoeki Mahdi Kota Bogor beserta jajaranya
yang telah memberikan kesempatan, ijin, dan dukungan selama penyusunan
karya ilmiah akhir ini;
(6) Teman-teman sejawat perawat Ruang Gayatri RSMM Kota Bogor yang
telah memberikan semua dukungan dan bantuan material dan moral selama
penyusunan karya ilmiah akhir ini;
(7) Suami, anak-anaku dan keluarga besarku yang selalu memberikan kasih
sayang, bantuan, dan dukungan material serta moral selama menempuh
pendidikan ini;
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Depok, Juli 2015
Penulis
Henderson.. ............................................................................................. 33
2.2.3.1 Respon Adaptif ........................................................................... 34
2.2.3.2 Respon Inefektif .......................................................................... 34
Henderson.. ................................................................................................ 69
5.4 Kendala ...................................................................................................... 70
5.5 Rencana Tindak Lanjut .............................................................................. 70
5.6 Rekomendasi .............................................................................................. 71
BAB 6 Simpulan dan Saran ............................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Bagan 2.1 Model Adaptasi Roy dan Kebutuhan Dasar Henderson pada
Asuhan Keperawatan Koping Keluarga Tidak Efektif.....................11
BAB 1
PENDAHULUAN
Status sehat sakit menjadi salah satu contoh bentuk interaksi yang terjadi dalam
keluarga sebagai sebuah sistem dalam mencapai sebuah keseimbangan untuk
menjalankan peran dan fungsinya. Penyakit akan mempengaruhi seluruh anggota
keluarganya dan sebaliknya, keluarga juga dapat mempengaruhi jalanya suatu
penyakit dan status kesehatan keluarganya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh McCubbin, Patterson dan Wison (1983), dalam Friedman (2010)
dari 71 kategori peristiwa hidup penuh stres, yang diukur menggunakan Family
Inventory of Life Event and Change Scale (FILE) sebuah keluarga yang memiliki
anggota keluarga yang sakit fisik maupun sakit kronis dapat mempengaruhi stress
dalam keluarga, peristiwa sakit dilihat sebagai bentuk stresor langsung yang
dialami oleh keluarga sehingga secara tidak langsung keluarga akan berespon
terhadap kejadian tersebut untuk tetap mampu menjalankan fungsinya. Salah satu
perisiwayangberhubungandenganpenyakitkronisantaralainadalah
Hospitalisasi.
Beban perawatan keluarga menjadi salah satu kondisi yang muncul akibat ketidak
mampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarganya yang sakit.
Stuart & Sundeen, (2009) Beban keluarga didefinisikan sebagai suatu keadaan
Universitas Indonesia
Manajemen asuhan ..., Emilia Puspitasari Sugiyanto, FIK UI, 2016
yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan keluarga dengan
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Davidson, (2007)
menjelaskan tentang keluarga mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan
mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit, hal tersebut depengaruhi oleh
cemas dan depresi keluarga. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa ketidak
mampuan keluarga dalam mengatasi beban keluarga akan berdampak pada
kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit.
Data tersebut menunjukan bahwa koping keluarga tidak efektif merupakan salah
satu masalah psikososial yang ditemukan di ruangan tersebut. Tanda gejala yang
ditunjukan oleh keluarga antara lain perasaan tertekan, kawatir sampai panik,
sulit tidur, tidak nafsu makan, pusing lelah capek dan sebagian menyatakan
aktifitas terganggu. Kondisi tersebut menggambarkan adanya interaksi yang
terjadi antara kondisi sakit fisik yang dialami keluarga berpengaruh terhadap
anggota keluarga yang lain. Upaya yang dilakukan oleh mahasiswa adalah dengan
memberikan tindakan generalis dan psikoedukasi keluarga. Psikoedukasi keluarga
adalah suatu program yang dirancang untuk pendidikan dan dukungan bagi
keluarga, sehingga hasilnya keluarga dapat menolong dirinya sendiri. Tujuan dari
terapi ini adalah untuk memberi pengetahuan bagi keluarga tentang masalah
yang dialami klien
/keluarga, mengajarkan pada anggota keluarga saat dihadapkan pada kondisi
yang
Pendekatan
dialami klien,teori yang digunakan
dan meningkatkan adalah keluarga.
kekuatan dengan menggunakan modifikasi tiga
teori yaitu Model Adaptasi Roy dan Kebutuhan Dasar Manusia Virginia
Henderson. Roy dalam Friedman (2010) menjelaskan keluarga sebagai suatu
sistem yang adaptif dimana keluarga akan berespon terhadap suatu
kejadian
stresor yaitu anggota keluarga yang sakit dengan memunculkan gejala yang
dialami oleh keluarga baik gejala fisik maupun gejala psikososial. Kondisi
tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan keluarga dalam berespon mengatasi
masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarganya termasuk didalamnya
adalah fungsi keluarga. Emilia, 2014 menjelaskan bahwa fungsi keluarga
mempengaruhi beban keluarga, dimana beban keluarga akan meningkat
bersamaan dengan fungsi keluarga yang menurun.
Perawat berperan dalam peningkatan kemampuan keluarga merawat dan
memandirikan keluarga dalam mengatasi beban keluarga dan merawat anggota
keluarga yang sakit. Henderson dalam Alligood, 2014 mendefinisikan
keperawatan sebagai “penolong klien, saat sehat atau sakit, dalam melakukan
kegiatan tersebut perawat yakin klien akan dapat melakukannya sendiri jika
mereka mempunyai kekuatan, keinginan, atau pengetahuan. Koping keluarga
Tujuan
Tujuan Umum
Manfaat
Manfaat Aplikatif
1.3.1.1 Hasil karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat menjadi panduan perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan koping keluarga tidak efektif
dengan menggunakan modifikasi Model Adaptasi Roy dan Kebutuhan
Dasar Manusia Virginia Henderson.
1.3.1.2 Meningkatkan kemampuan dalam kerjasama antara perawat spesialis dan
generalis di ruangan dalam pelaksanaan rawat bersama terutama dalam
membudayakan perilaku baru yang adaptif pada keluarga untuk mengatasi
masalah keperawatan koping keluarga tidak efektif dengan menggunakan
Modifikasi Model Adaptasi Roy dan Kebutuhan Dasar Manusia Virginia
Henderson.
1.3.1.4 Masukan bagi pengelola program kesehatan jiwa RSMM Bogor dalam
merencanakan program-program yang lebih efektif dan dasar dalam
merumuskan kebijakan dalam memberikan asuhan keluarga diruang rawat
umum
1.3.3.1 Menerapkan model teori Model Adaptasi Roy dan Kebutuhan Dasar
Manusia Virginia Henderson secara benar dan baik untuk meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah koping keluarga tidak
efektif
1.3.3.2 Hasil penulisan ilmiah ini berguna sebagai data dasar Model Adaptasi Roy
dan Kebutuhan Dasar Manusia Virginia Henderson secara benar dan baik
untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
koping keluarga tidak efektif
kasus spesialis terkait dengan manajemen pelayanan kesehatan jiwa dan asuhan
keperawatan jiwa di tatanan rumah sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penulisan karya ilmiah ini menggunakan Modifikasi Model Teori Adaptasi Roy
dan kebutuhan dasar manusia Virginia Henderson di ruang Gayatri RSMM Bogor.
Kerangkan teori sebagai dasar penulisan ini dimulai dengan menjelaskan keluarga
sebagai sebuah sistem terbuka dengan pendekatan input, proses dan output. Input
Universitas Indonesia
Manajemen asuhan ..., Emilia Puspitasari Sugiyanto, FIK UI, 2016
11
Umpan Balik
Bagan 2.1
Model Adaptasi Roy, Kebutuhan Dasar Henderson Dalam Asuhan
Keperawatan pada Keluarga dengan Koping Tidak Efektif
dalam Kaakine, (2010) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
saling bergantung satu sama lain dalam hal hubungan emosional, fisik, dan
dukungan ekonomi. Bailon & Maglaya 1978 dalam Friedman (2010), individu di
dalam keluarga akan saling berinteraksi satu sama lainnya dalam menjalankan
perannya dan menciptakan mempertahankan suatu budaya. Dilihat dari sudut
pandang kesehatan menunjukan bahwa status kesehatan keluarga dipengaruhi
dan mempengaruhi setiap status kesehatan anggotanya. Kaaken, 2010
menjelaskan tentang status kesehatan keluarga sebagai sebuah sistem terbuka
dimana struktur, fungsi, dan proses keluarga saling mempengaruhi status
kesehatan anggota keluarga masing-masing dan status kesehatan secara
keseluruhan dari keluarga itu sendiri, sehingga pada perkembangannya
keperawatan menganggap keluarga
merupakan sebuah unit yang penting dalam pelayanan perawatan.
jelaskan tentang stimulus sehat sakit pada pasien yang dirawat di rumah sakit
menggunakan pendekatan adaptasi Roy, dan kebutuhan Henderson.
Roy, (2009) Stimulus diartikan sebagai penyebab atau pencetus respon klien
dimana stimulus ini merupakan awal adanya interaksi dalam sebuah sistem klien.
Stimulus tersebut dibagi menjadi tiga antara lain stimulus fokal, kontekstual, dan
residual.
Stimulus Fokal
Roy, (2009) Stimulus fokal adalah stimulus internal atau eksternal langsung yang
mempengaruhi sistem klien, dalam hal ini stimulus fokal merupakan hal yang
berhubungan kondisi keluarga yang sakit. Yosiana, (2012) menjelaskan bahwa
keluarga yang anggotanya dirawat dirumah sakit mengalami tingkatan stress yang
bervariasi, stress ditunjukan dengan perasaan cemas dengan kondisi fisik
Universitas Indonesia
Manajemen asuhan ..., Emilia Puspitasari Sugiyanto, FIK UI, 2016
keluarga. Anggota keluarga yang sakit menjadi faktor pencetus utama koping
keluarga tidak efektif.
Faktor keluarga yang berhubungan dengan koping keluarga tidak efektif atau stress
keluarga meliputi jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, status sosial,
pengalaman sosial, latar belakang budaya, agama dan keyakinan, dan kondisi
politik (Stuart & Laraia, 2005). Ennis, (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi
beban keluarga antara lain seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, status
perkawinan dan pendapatan rumah tangga secara signifikan berpengaruh pada
beban keluarga.
1.) Jenis kelamin
Sebagian besar pemberi asuhan adalah wanita dibanding laki –laki. Prucno &
Resch, (1989), dalam Fredman (2010), pemberi perawatan wanita lebih banyak
mengalami efek negatif dari pada pemberi asuhan laki-laki. Dylis, (2003)
dalam penelitianya
menjelaskan bahwa jenis kelamin secara signifikan mempengaruhi
stress keluarga. Panganiban, (2011) penelitian yang dilakukan
menjelaskan ibu muda menunjukan tingkat stress lebih tinggi
dalam merawat anggota keluarganya yang sakit.
2.) Pendidikan
Dukungan sosial seseorang dapat diperoleh dari pasangan hidupnya. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Notoatmodjo, (2003) seseorang yang memiliki
pasangan hidup atau sudah menikah akan mempengaruhi ketenangan atau
pengambilan keputusan dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
kognitif dalam menghadapi suatu masalah atau tekanan hidup.
5.) Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga diantaranya adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak, yang kedua adalah extended family yaitu keluarga yang terdiri dari
keluarga inti dan anggota keluarga yang lainya ( kakek, nenek, adik, atau anggota
keluarga yang lain), dan yang ketiga adalah keluarga orang tua tunggal. Friedman,
(2010) menjelaskan orang tua tunggal mempunyai beban peran dan konflik peran
dan perubahan peran orang tua tunggal. Hal tersebut mempunyai peran terhadap
perkembangan keluarga khususnya stress keluarga. Kozier, (2010) juga
menjelaskan bahwa ada
Waktu atau lamanya terpapar stresor, yaitu sejak kapan, sudah berapa lama dan
berapa kali kejadian (frekuensi) akan memberikan dampak adanya keterlambatan
dalam mencapai kemampuan dan kemandirian (Stuart & Laraia, 2005). Mariam
(2008) juga menemukan bahwa tingkat kecemasan keluarga dipengaruhi oleh lama
rawat klien semakin lama semakin cemas berkaitan dengan biaya perawatan di
rumah sakit. Lama rawat dapat meningkatkan stresor pada anggota keluarga.
Kecemasan merupakan salah satu bebankeluarga yang timbul akibat dari koping
keluarga tidak
Sukoco, (2002) dalam Mariam (2008) Reaksi cemas yang timbul akibat hospitalisasi
berbeda pada setiap orang, karena tinggal di rumah sakit bukanlah suatu
pengalaman yang menyenangkan, dimana klien harus mengikuti peraturan serta
rutinitas ruangan salah satunya adalah tindakan invasif yang diberikan ke klien.
Tindakan tersebut tidak sedikit yang menimbulkan sakit pada anggota keluarga,
kondisi tersebut yang menjadi salah satu
Stimulus residual
Rangsangan Residual adalah faktor lingkungan dengan atau tanpa efek yang jelas
pada sistem manusia dalam situasi saat ini. Stimulus residual sering tidak disadari
dan secara tidak jelas juga mempengaruhi kondisi manusia (Roy dan Andrews,
2009). Stimulus residual berupa sikap, norma, keyakinan dan pemahaman individu
yang mempengaruhi keadaan yang tidak efektif (Alligood, 2014). Stimulus residual
dalam bab ini menjelaskan tentang kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi
kondisi keluarga.
Norma masyarakat
Norma yang sering berhubungan dengan pemberian asuhan adalah peran siapa
yang harusnya merawat dan siapa yang harusnya dirawat, seperti anak merawat
orang tua, orang tua merawat anak istri merawat suami, suami merawat istri,
menjelaskan faktor lain yang mempengaruhi beban situasi pemberi asuhan adalah
pelanggaran norma social. Friedman, (2010)
Keyakinan/kepercayaan masyarakat tentang penyakit
Proses koping merupakan cara bawaan atau yang dari interaksi dengan lingkungan
yang berubah (Alligood, 2014). Berikut akan dijelaskan tentang subsistem yang ada
di individu dan keluarga.
Subsistem regulator
Subsistem regulator merupakan proses koping mayor yang melibatkan saraf, kimia,
dan sistem endokrin (Alligood, 2014). Stimulus dari lingkungan internal dan
eksternal (atau melalui penginderaan) yang bekerja sebagai input pada sistem
saraf dan mempengaruhi cairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa, dan
sistem endokrin. Informasi ini disalurkan secara otomatis dalam bentuk perilaku
otomatis, terjadi tanpa disadari, input pada subsistem regulator
yang tepat dan
berperan alam bentuk persepsi (Roy, 2009).
b. Subsistem kognator
selektif, koding, dan memori (Roy, 2009). Individu dapat menilai adanya suatu
masalah atau potensi yang dipengaruhi oleh persepsi individu, dan persepsi atau
penilaian seseorang akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap adanya
perubahan dan kemampuan mengontrol diri terhadap pengaruh lingkungan.
Menurut Stuart (2013) penilaian kognitif merupakan suatu mediator bagi interaksi
antara individu dan lingkungan.
b. Proses pembelajaran (learning)
d. Proses emosi
Proses adaptasi keluarga dalam sebuah sistem keluarga dapat dilihat dari fungsi
keluarga. Roy dalam Alligod, (2014) menjelaskan klien dilihat sebagai suatu
kesatuan yang saling berhubungan antara unit - unit fungsionil atau beberapa
unit fungsional yang mempunyai tujuan yang sama. Proses adaptasi dimulai
saat
keluarga merasa bahwa ada perubahan fungsi yang dimiliki oleh karena adanya
stimulus yang ada. Mc. Cubbin (1993) dalam Friedman (2014) menjelaskan
adaptasi adalah proses yang melibatkan adanya restrukturisasi pola fungsi.
Friedman, (2010) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga,
fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk
mencapai tujuan keluarga tersebut. Definisi tersebut menjelaskan bahwa fungsi
keluarga merupakan subsistem dari keluarga. Berikut akan dijelaskan mengenai
komponen dari fungsi keluarga.
Berkaukas, 2002 dalam Stuart (2009) menjelaskan tentang instrumen yang
digunakan untuk menilai fungsi keluarga yang dikenal dengan APGAR terdiri
dari: Resouce, Decision, Fleksibilitas peran dan Emotional Experience. Resouce,
yaitu sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga. Sumber koping merupakan bagian
dari kekuatan individu dalam menghadapi suatu stressor dan digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Sumber koping meliputi kemampuan dan ketrampilan
diri (personal abilities), dukungan sosial (social support), ketersediaan materi
(material aset) (financial dan pelayanan kesehatan), kepercayaan (positive beliefs)
terhadap penggunaan pelayanan kesehatan yang dapat mengurangi masalah
(Stuart, 2013). Decision, yaitu kemampuan keluarga dalam komunikasi dan
pemecahan masalah. Komunikasi adalah proses pertukaran perasaan, keinginan,
kebutuhan, informasi, dan pendapat (Mc. Cubbin & Dahl, (1985) dalam
Friedman, (2014)). Satir, menjelaskan bahwa semakin disfungsional komunikasi
keluarga, maka semakin disfungsional keluarga tersebut.
Roy, 2009 menjelaskan proses kontrol koping stabiliser memiliki dua tujuan utama,
satu terkait dengan stabilitas, yang kedua untuk berubah, Subsistem stabilizer
melibatkan struktur yang terbangun, nilai-nilai, dan kegiatan sehari-hari dimana
klien mencapai tujuan utamanya dan berkontribusi terhadap tujuan umum dari
kelompok dan masyarakat.
Proses kontrol koping inovator
Pada proses koping inovator faktor kognitif dan emosional lebih berperan dalam
merespon stressor yang ada . Alligood, (2014) Stressor yang ditemukan pada
lingkungan akan dipersepsikan sebagai hal positif atau hal negatif. Sistem
innovator melibatkan struktur proses untuk perubahan dalam sistem sosial
manusia. Roy, (2009) Proses ini melibatkan strategi kognitif dan emosional menuju
perubahan pada tingkat yang lebih tinggi dan potensial dilakukan, dalam hal ini
strategi jangka panjang dan jangka pendek digunakan dalam perubahan itu. Proses
kontrol koping dengan mempertahankan penggunaan mekanisme
koping atau perilaku adaptif dan melakukan inovasi atau memodifikasi
perilaku inefektif dilakukan untuk memperkaya sumber koping (Roy,
2009). Perilaku yang adaptif akan berdampak pada penurunan tanda dan
gejala yang lebih optimal (Alligood, 2014).
Roy & Andrews dalam Alligood, (2014) menjelaskan mekanisme koping terdiri
dari: Mekanisme koping bawaan dimana mekanisme koping bawaan ini
ditentukan secara genetik yang umumnya dipandang sebagai proses otomatis,
manusia tidak harus berpikir tentang mekanisme koping tersebut. Roy (2009)
menyampaikan mekanisme koping bawaan adalah mekanisme koping yang
prosesnya tidak disadari klien yang dapat ditentukan secara genetik atau
secara
turun menurun dipandang sebagai proses yang otomatis pada tubuh. Mekanisme
koping yang dipelajari adalah mekanisme koping yang dikembangkan melalui
strategi seperti belajar. Berbagai pengalaman yang muncul sepanjang hidup
berkontribusi terhadap tanggapan terhadap rangsangan/stimulus tertentu.
merupakan sebuah interaksi simbolik dimana dalam keluarga akan ada proses
interpretasi dan modifikasi yang akan digunakan dalam menghadapi suatu
stressor. Dapat disimpulkan mekanisme koping terbentuk oleh karena adanya
stimulus yang menuntut keluarga untuk mengatasi masalah yang muncul yang
diakibatkan oleh stimulus yang ada.
Stuart & Sundeen, (1998) menjelaskan proses koping merupakan suatu upaya
pada penguatan kehidupan keluarga atau hubungan, dan pada masa depan
orang tua pada anak sakit kronis. Pola koping yang kedua perilaku pemeliharaan
lingkungan adalah perilaku memelihara dukungan sosial, harga diri, dan stabilitas
psikologis, pola ini menggambarkan upaya keluarga untuk mengembangkan
hubungan dengan orang lain, perilaku yang meningkatkan harga diri dan
identitas, dan perilaku untuk mengelola tekanan psikologis, dan yang terakhir
perilaku memahami perawatan adalah tentang kemampuan keluarga dalam
memahami situasi perawatan kesehatan melalui komunikasi dengan orangtua
lain dan konsultasi dengan tim kesehatan atau profesional kesehatan lainya.
McCubbin,
Patterson (1983).
Stimulus yang ada akan mempengaruhi fungsi sebuah keluarga. Keluarga sebagai
sebuah unit fungsional akan berupaya untuk mempertahankan fungsinya. Roy
mengungkapkan bahwa adanya perubahan stimulus pada lingkungan ekternal
maupun internal klien menyebabkan respon untuk melakukan adaptasi melalui
proses koping (Roy, 2009). Koping keluarga tidak efektif merupakan sebuah
wujud ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi fungsinya. Perawat
berperan
dalam mengatasi beban keluarga dan merawat anggota keluarga yang sakit.
dalam peningkatan kemampuan keluarga merawat dan memandirikan
Henderson dalam Alligood, 2014 mendefinisikan keperawatan sebagai “penolong
keluarga
klien, saat sehat atau sakit, dalam melakukan kegiatan tersebut perawat yakin
klien akan dapat melakukannya sendiri jika mereka mempunyai kekuatan,
keinginan, atau pengetahuan. Koping keluarga tidak efektif terjadi karena ketidak
mampuan, ketidaktauan dan ketidakinginan keluarga memenuhi fungsi perawatan
untuk anggota keluarganya. Konsep tersebut menjelaskan bagian yang mengalami
gangguan dari proses koping keluarga.
Tanda gejala koping keluarga tidak efektif antara lain depresi, penyangkalan
kondisi yang dialami klien, pengabaian, sikap bermusuhan, melakukan rutinitas
tidak biasa, agitasi, perkembangan ketergantungan klien, perubahan perilaku
keluarga yang mengganggu, meninggaalkan, acuh, intoleransi, gejala
psikosomatis, penolakan, keprihatinan yang mendalam pada klien (NANDA, 2014;
Carpenito, 2007). Tanda gejala tersebut merupakan bentuk dari proses
adaptasi yang dihadapi oleh keluarga terhadap anggota yang sakit.
meliputi perasaan kehilangan, kesedihan, cemas dan malu dalam situasi sosial,
koping stress terhadap gangguan prilaku dan frustrasi yang disebabkan karena
perubahan hubungan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa tanda gejala koping keluarga tidak efektif
merupakan respon yang muncul akibat adanya stimulus atau stressor yang ada.
Tanda gejala koping tidak efektif dapat berupa beban yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien. Stuart & Laraia, (2005) Penilaian terhadap stresor
menggambarkan arti dan makna sumber stress pada suatu situasi yang dialami
individu, penialian stressor dapat dilihat dari respon fisiologis, Kognitif, afektif,
perilaku dan sosial. Respon fisiologis adalah Respon fisiologis merefleksikan
interaksi beberapa neuroendokrin seperti hormon pertumbuhan, prolaktin,
ACTH, luteinizing dan follicle-stimulating hormone, TSH, vasopresin, oksitosin,
insulin, epineprin, norepineprin, dan beberapa neurotransmiter dalam otak.
Respon kognitif adalah respon yang berhubungan dengan persepsi penilaian yang
berfokus pada ancaman, bahaya, prtumbuhan dan perkembangan. Respon
afektif adalah Respon afektif adalah pemunculan dari perasaan. Dalam penilaian
yang selanjutnya diekspresikan sebagai emosi. Hal ini diantaranya adalah
stressor
respon afektif yang
kegembiraan, utamaketakutan,
kesedihan, adalah reaksi ansietas yang
kemarahan, non spesifik
penerimaan, atau umum,
ketidakpercayaan,
antisipasi, atau terkejut. Respon perilaku adalah Respon perilaku adalah hasil dari
respon emosional dan respon fisiologis, seiring dengan analisis kognitif seseorang
mengenai situasi yang menyebabkan stres.
2.2.2.4 Intervensi Keperawatan Koping Keluarga Tidak Efektif.
Berikut adalah intervensi yang diberiakan pada koping keluarga tidak efektif
meliputi tindakan generalis dan spesialis. Tindakan generalis meliputi mengenal
masalah yang terjadi dalam keluarga, melakukan cara penyelesaian masalah
dalam keluarga, tindakan Keperawatan untuk Pasien dengan koping keluarga
tidak efektif, mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga, mengidentifikasi
koping yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tindakan atau koping yang
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, mendiskusikan alternatif koping
atau cara penyelesaian masalah yang baru, melatih menggunakan koping atau
cara mengatasi masalah yang baru, mengevaluasi kemampuan keluarga
menggunakan
koping yang efektif.
Tindakan spesialis Stuart, (2009) psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen
program perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan
edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan
pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatik. Intervensi kepada keluarga
diberikan untuk memperkuat sistem keluarga, mencegah atau menghambat
kekambuhan, dan mempertahankan klien di masyarakatnya. Program
psikoedukasi ini memperlakukan keluarga sebagai sumber, bukan sebagai
stressor, dengan berfokus pada penyelesaian masalah yang konkrit, dan perilaku
menolong yang spesifik untuk beradaptasi dengan stress. Dengan memberikan
informasi pada keluarga tentang penyakit dan menyarankan tentang mekanisme
koping yang efektif, program psikoedukasi mengurangi kecenderungan klien
untuk kambuh dan mengurangi pengaruh penyakit ini pada keluarga yang lain
(Townsend, 2009). Psikoedukasi ini terbukti memperbaiki gejala umum dan
mengurangi penolakan serta beban keluarga (Stuart, 2009).
Pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terdiri dari 5 sesi, adapun urutan dari
terapi ini adalah sebagai berikut: sesi 1: Pengkajian Masalah Keluarga, sesi II:
Perawatan Klien Gangguan Jiwa, sesi III: Manajemen Stress Keluarga untuk
membantu mengatasi masalah masing-masing individu keluarga yang muncul
karena merawat klien, sesi IV: Manajemen Beban Keluarga dan sesi V
Pemberdayaan Komunitas Untuk Membantu Keluarga.
Efektifitas terapi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyati (2010);
Setiawan (2012) Kemampuan keluarga merawat klien yang mendapatkan terapi
psikoedukasi keluarga lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak
mendapatkan terapi psikoedukasi keluarga. Waluyo (2014) menyimpulkan bahwa
terapi psikoedukasi dapat meningkatkan pengetahuan responden dan
menurunkan tingkat depresi. Terapi psikoedukasi dapat digunakan sebagai terapi
alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi perawatan keluarga
dan
kemampuan keluarga dalam mengatasi beban perawatan.
2.2.3. Komponen Output Sistem Asuhan Keperawatan
Respon yang tidak efektif, di sisi lain, adalah mereka yang tidak mempromosikan
integritas atau berkontribusi pada tujuan adaptasi dan integrasi orang dengan
bumi. Respon tidak adaptif tersebut ditunjukan dengan tidak adanya penurunan
tanda gejala dan tidak ada peningkatan kemampuan perawatan keluarga untuk
klien yang sakit dan untuk perawatan dirinya sendiri.
35
BAB 3
MANEJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KOPING KELUARGA
TIDAK EFEKTIF DI RUANG GAYATRI RUMAH SAKIT DR. H.
MARZOEKI MAHDI BOGOR
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi mempunyai Visi “menjadi rumah sakit jiwa
rujukan nasional dengan unggulan layanan rehabilitasi psikososial pada tahun
2019”. Dalam rangka mencapai visi tersebut RSMM memiliki Misi1)
Mewujudkan layanan kesehatan jiwa dengan unggulan rehabilitasi psikososial, 2)
Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan riset unggulan dalam
bidang kesehatan jiwa, 3) Meningkatkan peran strategis dalan program kesehatan
35
Universitas Indonesia
Manajemen asuhan ..., Emilia Puspitasari Sugiyanto, FIK UI, 2016
36
Rumah Sakit Marzoeki Mahdi bogor guna melaksanakan visi dan misi yang
tertera di atas terus berupaya meningkatkan pelayanan bekerjasama dengan
berbagai pihak termasuk Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK
UI). Pelayanan kesehatan kepada klien baik yang mengalami masalah fisik
maupun psikiatri mencoba ditangani secara komprehensif dan holistik. Guna
mencapai hal tersebut maka RSMM Bogor telah menyiapkan satu ruang untuk
Consultation Liaison Psychiatric (CLP) yaitu ruang Basudewa yang mulai dibuka
pada tanggal 12 Juli 2012. Pelayanan psikososial saat ini juga telah dikembangkan
diseluruh ruang RSMM Bogor. Sebagai langkah awal RSMM Bogor telah
menyusun standar operasional prosedur (SOP) dan standar asuhan keperawatan
(SAK) baik untuk unit umum psikiatri termasuk didalamnya adalah SOP dan SAK
yang berkaitan dengan masalah psikososial.
Upaya lain juga dilakukan oleh RSMM, diantaranya adalah asuhan yang ditujukan
untuk keluarga klien yang dirawat di RSMM. . Sebagai langkah awal RSMM
Bogor telah menyusun standar operasional prosedur (SOP) dan standar asuhan
keperawatan (SAK) baik untuk unit umum psikiatri termasuk didalamnya adalah
SOP dan SAK yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan perawatan
anggota keluarga yang sakit. SOP dan SAK yang disusun juga berkaitan dengan
masalah yang dialami keluarga, seperti SOP dan SAK koping keluarga tidak
efektif. Program pelatihan dilakukan dalam upaya sosialisasi SOP dan SAK
tersebut. Program pelatihan tersebut telah dilaksanakan hampir merata di seluruh
unit rumah sakit. Pembentukan kelompok swabantu baik di unit psikiatri dan
umum merupakan bentuk upaya lain yang ditujukan untuk keluarga yang dirawat
diRSMM. Terakhir kelompok swabantu yang dibentuk adalah kelompok
swabantu keluarga yang menjalani haemodialisa di RSMM Bogor.
Universitas Indonesia
Manajemen asuhan ..., Emilia Puspitasari Sugiyanto, FIK UI, 2016
3.2 Gambaran Pengembangan Manajemen Asuhan Keperawatan Koping
keluarga tidak efektif di Ruang Gayatri.
Ruangan Gayatri adalah salah satu ruangan yang menjadi focus tanggung jawab
penulis. Gayatri merupakan ruang MPKP sejak tahun 2009 ruang rawat umum
kelas 2 dengan spesifikasi penyakit dalam dan bedah dewasa dan lansia dengan
kapasitas 15 tempat tidur dengan 1 ruang isolasi. Manajemen ruangan MPKP,
Terdiri dari tim 1 dan 2. Jumlah tenaga keperawatan 14 (S1: 3, D3: 11) dan tenaga
non keperawatan 2 orang. Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan MPKP pada
ruangan Gayatri rata-rata telah mencapai nilai batas lulus yaitu 75.
Berdasar indikator mutu ruangan Gayatri di bulan Maret 2015 angka pemakaian
tempat tidur (BOR) menunjukan dalam batas standar indikator nasional yaitu
74.3%. Nilai rata–rata hari tempat tidur tidak ditempati (TOI) adalah sekitar 2 hari
dengan kata lain TOI ruangan Gayatri masih dalam batas ideal. Hasil survei
diagnosis keperawatan yang paling banyak muncul diantaranya adalah diagnosis
fisik nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sebesar 19.2 % dilanjutkan pada
diagnosis pola nafas tidak efektif sebesar 12.4%. Diagnosi psikososial terbanyak
Ansietas 64.8%, koping keluarga tidak efektif 24.18%,. Diagnosis medis
terbanyak pada rung gayatri adalah DM, dispepsi, CKD, CHF, dan PPOK.
BAB 4
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN SPESIALIS JIWA PADA
KELUARGA DENGAN KOPING TIDAK EFEKTIF MENGGUNAKAN
MODEL ADAPTASI ROY DAN KEBUTUHAN DASAR HENDERSON
Pada bab ini dijelaskan mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa pada
keluarga dengan koping tidak efektif. Pelaksanaan asuhan keperawatan melalui
proses keperawatan dengan pendekatan model adaptasi Roy dan Kebutuhan
dasar Henderson. Manajemen asuhan keperawatan spesialis jiwa pada keluarga
dengan koping tidak efektif ini dilakukan pada tanggal Februari sampai dengan 17
April 2015 di Ruang Gayatri RS Dr Marzoeki Mahdi (RSMM), Bogor. Jumlah
keluarga yang mengalami koping tidak efektif untuk ruang Gayatri adalah
sebanyak 24
Keluarga.
Bagian pertama pada bab ini akan menjelaskan tentang Input Proses Asuhan
keperawatan koping keluarga tidak efektif. Input merupakan Stimulus yang
menyebabkan kejadian koping keluarga tidak efektif yang meliputi stimulus fokal,
konstektual, dan residual. Stimulus fokal adalah faktor pencetus (Predisposisi)
yang menyebabkan kejadian koping keluarga tidak efektif dalam hal ini adalah
anggota keluarga yang sakit. Stimulus konstektual merupakan faktor penyebab
(Presipitasi) kejadian koping keluarga tidak efektif yang meliputi Karakteristik
keluarga,karakteristik klien kondisi sakit yang dialami oleh keluarga meliputi
diagnosis medis, diagnosis keperawatan, tindakan invasif, dan lama rawat.
Stimulus residual meliputi nilai yang dianut dan norma keluarga.
Bagian kedua pada bab ini akan menjelaskan tentang proses asuhan keperawatan.
Identifikasi dilakukan dengan menganalisa ketidak efektifan adaptasi dari proses
koping Adaptasi Roy dan Kebutuhan Dasar Henderson. Bagian yang ketiga akan
40
Universitas Indonesia
Manajemen asuhan ..., Emilia Puspitasari Sugiyanto, FIK UI, 2016
40
Tabel 4.1
Stimulus Fokal Keluarga dengan Koping Keluarga Tidak Efektif di
Ruang Gayatri RS Marzoeki Mahdi Bogor
16 Februari – 17 April 2015 (n=24)
Karakteristik Juml Presentase
ah (%)
Anggota keluarga 24 100
sakit
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa stimulus fokal semua keluarga
adalah anggota keluarga yang sakit. Penjelasan spesifik tentang diagnosis medis
terkait dengan gangguan fisik yang dialami oleh klien, dijelaskan pada table 4.6.
tabel 4.2 dapat dijelaskan tentang karakteristik keluarga klien dimana sebagian
besar berjenis kelamin perempuan yaitu 92%, dengan status pekerjaan sebagian
besar tidak bekerja sebanyak 83% dan pendidikan terbanyak adalah SMA yaitu
Universitas Indonesia
Manajemen asuhan ..., Emilia Puspitasari Sugiyanto, FIK UI, 2016
88%. Sebagian besar keluarga adalah keluarga inti sebanyak75% dengan
penghasilan terbanyak rata-rata Rp 1000.000,00-Rp2000000,00 sebanyak 88%
Tabel 4.2
Karakteristik Keluarga Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Status
Perkawinan Keluarga di Ruang Gayatri
RS Marzoeki Mahdi Bogor 16 Februari – 17 April 2015 (n=24)
Tabel 4.3 menunjukan rata - rata usia keluarga adalah 47 tahun dengan
umur
Karakteristik Me Min-
an Maks
Usia 47 33-58
Tabel 4.4 menjelaskan tentang karakteristik klien. Sebagian besar klien adalah
berjenis kelamin laki-laki yaitu 41.6 % dengan tingkat pendidikan
terbanyakSLTA. Sebagian besar klien menikah yaitu 41.7 % dan status pekerjaan
bekerja sebanyak 58.4%.
Tabel 4.4
Karakteristik Klien Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan,
dan Status Perkawinan Klien dengan Koping Keluarga Tidak Efektif
diruang Gayatri RS Marzoeki Mahdi Bogor
16 Februari – 17 April 2015 (n=24)
Tabel 4.5
Karakteristik Lama Rawat Klien dan Usia Klien dengan Koping Keluarga
Tidak Efektif diruang Gayatri RS Marzoeki Mahdi Bogor
16 Februari – 17 April 2015 (n=24)
Tabel 4.5 menunjukan rata –rata hari rawat yaitu 2-3 hari dengan lama rawat
paling sedikit 1 hari dan paling lama 7 hari. Rata - rata usia pasien adalah umur
55.7 tahun dengan umur paling muda adalah 27 tahun dan tertua adalah umur 80
th.
Tabel 4.6
Diagnosis Medis Klien dengan Koping Keluarga Tidak Efektif diruang
Gayatri RS Marzoeki Mahdi Bogor
16 Februari – 17 April 2015 (n=24)
Tabel 4.7
Diagnosis psikososial Klien Dengan Koping Keluarga Tidak Efektif diruang
Gayatri RS Marzoeki Mahdi Bogor
16 Februari – 17 April 2015 (n=24)
Tabel 4.8
Diagnosis Fisik Klien dengan Koping Keluarga Tidak Efektif diruang
Gayatri RS Marzoeki Mahdi Bogor
16 Februari – 17 April 2015 (n=24)
Tabel 4.8 menujukan diagnosis fisik terbanyak adalah gangguan perfusi jaringan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu sebanyak 58.3%. Sebagian besar pasien
tidak hanya mempunyai satu diagnosis Keperawatan tapi lebih dari satu
Tabel 4.9 menujukan tindakan invasif terbanyak adalah pemasangan infus dan
injeksi yaitu sebanyak 100%.
Tabel 4.9
Tindakan Invasif Klien dengan Koping Keluarga Tidak Efektif diruang
Gayatri RS Marzoeki Mahdi Bogor
16 Februari – 17 April 2015 (n=24)
Obyektif
1 Perubahan pola tidur/ tidur kurang 15 62
2 Merasa letih dan lesu 12 50
3 Pusing/sakit kepala 18 75
4 Tidak selera makan 17 70
5 perubahan tanda-tanda vital 4 16
6 Keluarga mengalami kemunduran
dalam melakukan aktivitas 18 75
Tabel 4.12 menunjukan adanya gambaran beban keluarga dimana beban
subyektif ditunjukan adanya perasaan cemas khawatir dan tertekan. Beban
obyektif ditunjukan adanya perubahan atau kesulitan dalam melakukan aktifitas
sebelumnya, lelah, letih, sulit tidur tidak nafsu makan. Tanda gejala subyektif
terbanyak adalah perasaan cemas yang dirasakan oleh 100% keluarga. Beban
obyektif terbanyak ditunjukan dengan adanya perubahan fisiologis yang dialami
keluarga antara lain tidak bisa tidur 62%, pusing 75%, tidak nafsu makan
sebanyak 75%, letih lesu 50% dan penurunan dalam beraktifitas sebanyak 75%.
4.3 Out Put Asuhan Keperawatan Koping Keluarga Tidak Efektif diruang Gayatri
dan Basudewa RS Marzoeki Mahdi Bogor
Tabel 4.13
Kemampuan Keluarga dalam Mengatasi Koping Tidak Efektif Setelah Tindakan
Generalis Diruang Gayatri RS Marzoeki Mahdi Bogor
16 Februari – 17 April 2015 (n=24)
Kemampuan Keluarga Pre Post pers
en
%
Mampu menyadari masalah kesehatan yang terjadi
dalam keluarga 12 24 50
Mampu manajemen konflik diantara anggota
keluarga dengan mengembangkan komunikasi
efektif 5 24 79
dukungan sosial 15 24 38
spiritual 24 24 0
aktivitas lain 1 24 96
Mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarga
termasuk pengobatan anggota keluarganya yang
sakit.
0 24 100
Rata rata 8 21 52
Table 4.13 menunjukan rata –rata 52% kemampuan keluarga meningkat setelah
dilakukan tindakan generalis dalam mengatasi masalah koping keluarga tidak
efekti. Kemampuan tersebut diukur dengan menggunakan format kemampuan
tindakan generalis koping keluarga tidak efektif.
Tabel 4.14
Gambaran Beban Keluarga Setelah Tindakan Generalis diruang Gayatri
Marzoeki Mahdi Bogor 16 Februari – 17 April 2015 (n=24)
Tanda p po selisih
Gejala r st
e
Subyektif J J j %
m ml m
l l
1 Ikut merasakan tanda dan gejala yang dialami klien 9 9 0 0
2 Mengungkapkan ketidakmampuan membangun kehidupan
yang bermakna untuk diri sendiri 6 2 4 1
6
3 Merasa tertekan 1 9 2 8,
1 3
4 Khawatir sampai panik tentang klien 2 2 0 0
4 4
Obyektif
1 Perubahan pola tidur/ tidur kurang 1 1 0 0
5 5
2 Merasa letih dan lesu 1 1 0 0
2 2
Tabel
3 4.14 menunjukan
Pusing/sakit kepala penurunan beban keluarga setelah tindakan
1 1 generalis
5 yaitu
2
8 3 0
rata-
4 rata
Tidaksebanyak
selera makan13.7%. Penurunan beban keluarga 1 tidak 1 menunjukan
4 1
7 3 6
penurunan
5 secara
perubahan signifikan
tanda-tanda vital hal tersebut berkontribusi terhadap
4 4 tanda
0 gejala
0
6 Keluarga mengalami kemunduran dalam melakukan aktivitas 1 1 2 8,
koping keluarga tidak efektif. 8 6 3
Tabel 4.15
Rata-rata 3 1
Kemampuan Keluarga Setelah tindakan Psikoedukasi Diruang Gayatri Marzoeki 3,
7
Mahdi Bogor 16 Februari – 17 April 2015
(n=24)
Tabel 4.17
Perubahan Tanda Gejala Keluarga dengan Koping Tidak Efektif Setelah
Tindakan FPE diruang Gayatri dan Basudewa Marzoeki Mahdi Bogor 16
Februari – 17 April 2015 (n=36)
Obyektif
1 Perubahan pola tidur/ tidur kurang 24 2 22 91
2 Merasa letih dan lesu 18 1 17 94
3 Pusing/sakit kepala 28 3 25 89
4 Tidak selera makan 25 1 24 96
5 perubahan tanda-tanda vital 8 0 8 100
6 Keluarga mengalami kemunduran
dalam melakukan aktivitas 2 4 21 84
5
7 Mengabaikan perawatan pasien dan
pemenuhan kebutuhann dasar 5 3 2 40
Rata-rata 87
BAB 5
PEMBAHASAN
Bagian kedua pada bab ini akan menjelaskan tentang analisis diagnosis koping
keluarga tidak efektif dengan menggunakan pendekatan teori kebutuhan dasar
Henderson. Bagian yang ketiga akan menjelaskan tentang intervensi,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan yang diberikan pada keluarga dengan
menggunakan
pendekatan ke dua teori tersebut.
5.1 Input Asuhan Keperawatan Koping Keluarga Tidak efektif
sebuah sistem klien. Interaksi yang terjadi merupakan sebuah wujud upaya untuk
mempertahankan keseimbangan yang ada dalam sebuah sistem keluarga. Roy
dalam Friedman (2010) menjelaskan keluarga sebagai suatu sistem yang adaptif
dimana keluarga akan berespon terhadap suatu kejadian stresor
dengan
psikososial. Satir, menjelaskan bahwa keluarga selalu mempertahankan sebuah
memunculkan gejala yang dialami oleh keluarga baik gejala fisik maupun gejala
kesimbangan, dimana jika keinginan dan harapan tidak mampu dipertahankan
melalui peran yang tidak tidak sesuai maka disfungsi akan terjadi.
Sebagian besar anggota keluarga berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 78%.
Sebagian besar pemberi asuhan adalah wanita dibanding laki –laki. Friedman
(2010) menyatakan bahwa peran penting wanita disebagian besar keluarga yaitu
sebagai pemimpin kesehatan dan pemberi asuhan. Prucno &resch, 1989, dalam
Friedman 2010, pemberi perawatan wanita lebih banyak mengalami efek negatif
dari pada pemberi asuhan laki-laki. Gunarso, (1995) dalam Mariam,
d.Satus perkawinan
e. Status pekerjaan
Sebagian besar keluarga tidak bekerja yaitu sebanyak 72%. Kondisi sakit
meningkatkan kebutuhan ekonomi. Kogan & Strickland (2008) hasil penelitianya
menjelaskan tentang keluarga yang mempunyai anak dengan kecacatan
membutuhkan dana yang lebih besar untuk perawatan anaknya dan sebaliknya
anak membutuhkan perhatian khusus sehingga sering salah satu orang tua
berhenti bekerja. Kebutuhan ekonomi menjadi salah satu faktor yang
emmpengaruhi stress keluarga, dengan ada satu anggota keluarga yang sakit akan
terjadi kemungkinan ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhanya. Keluarga
Tn Wlly mengatakan bahwa keluarga mengalami kesulitan keuangan karena Tn
Wlly merupakan tulang punggung keluarga dan istri tidak bekerja sehingga saat Tn
Wlly sakit otomatis keuangan keluarga terganggu karena tidak ada yang memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarganya karena istri tidak bekerja.
f. Status Ekonomi
g. Bentuk keluarga
Karakteristik Klien
a. Jenis kelamin
d. Status Perkawinan
Sebagian besar klien telah menikah yaitu 72 % Dukungan sosial
seseorang dapat diperoleh dari pasangan hidupnya. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003) seseorang yang
memiliki pasangan hidup atau sudah menikah akan mempengaruhi
ketenangan atau pengambilan keputusan dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah kognitif dalam menghadapi suatu
masalah atau tekanan hidup. Lehman, (2006) menjelaskan bahwa
status pernikahan dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi,
membina hubungan intim, serta membantu mendapatkan hubungan
emosional yang lebih baik. Klien Pj belum menikah ibu klien sudah berusia hamper
70 th, keluarga mengeluhkan tidak adanya dukungan social dan kemandirian yang
dimiliki oleh anaknya sehingga keluarga merasa terbebani.
e. Status pekerjaan
Sebagian besar klien tidak bekerja sebanyak 61%. Kogan & Strickland (2008) hasil
penelitianya menjelaskan tentang keluarga yang mempunyai anak dengan
kecacatan membutuhkan dana yang lebih besar untuk perawatan anaknya dan
sebaliknya anak membutuhkan perhatian khusus sehingga sering salah satu orang
tua berhenti bekerja. Kebutuhan ekonomi menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi stress keluarga, dengan ada satu anggota keluarga yang sakit akan
terjadi kemungkinan ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhanya. Keluarga
Nn Rasni, Nn Rasni salah satu klien yang tidak bekerja karena sakit yang
dialaminya, setiap hari kebutuhan dicukupi oleh orang tuanya dan
saudaranya.kondisi tersebut semakin berat jika klien harus dirawat dirumah sakit
karena beban biaya akan bertambah.
f. Lama Rawat
Hari rawat yaitu 3-4 hari dengan lama rawat paling sedikit 1 hari dan
paling lama 17 hari. Hari rawat berkaitan dengan kondisi keuangan.
Mariam (2008) juga menemukan bahwa tingkat kecemasan keluarga
dipengaruhi oleh lama rawat klien semakin lama semakin cemas
berkaitan dengan biaya perawatan di rumah sakit. Lama rawat dapat
meningkatkan stresor pada anggota keluarga. Kecemasan merupakan
salah satu beban keluarga yang timbul akibat dari koping keluarga
tidak efektif. Stuart & Sundeen, (2009) Beban Subyektif, yaitu beban
yang berhubungan dengan reaksi psikologis anggota keluarga meliputi
perasaan kehilangan, kesedihan, cemas dan malu dalam situasi sosial,
koping stress terhadap gangguan prilaku dan frustrasi yang disebabkan
karena perubahan hubungan.
g. Diagnosis Medis
diagnosis medis terbanyak adalah Hipertensi yaitu 22%. Sebagian
besar pasien tidak hanya mempunyai satu diagnosis medis tapi lebih
dari satu misalnya skizofrenia dengan low intake. dilakukan oleh
McCubbin, Patterson dan Wison (1983, dalam Friedman 2010) dari 71
kategori peristiwa hidup penuh stres, yang diukur menggunakan
Family Inventory of Life Event and Change Scale (FILE) sebuah
keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sakit fisik maupun
sakit kronis menempati peringkat kelima dengan bobot nilai 73.
Karasidivis, (2011) menjelaskan bahwa karakteristik anak dengan
retardasi mental berperan dalam tingkat stress yang dimiliki oleh orang
tua diantaranya adalah prognosis penyakit, gejala yang ditunjukan
anak termasuk keparahan tanda dan geljalanya.
h. Diagnosis Keperawatan
Menujukan diagnosis psikososial terbanyak adalah ansietas yaitu
sebanyak 58%. Diagnosis Gangguan terbanyak adalah defisit
perawatan diri yaitu sebanyak 19%., dan diagnosis fisik terbanyak
adalah gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu
sebanyak 28%. Data tersebut menunjukan bahwa saat klien sakit
banyak kebutuhan dasar klien yang tidak terpenuhi, hal tersebut
menuntuk keluarga untuk mampu memenuhinya. Weldeslassie, (2008)
menjelaskan faktor yang mempengaruhi beban keluarga dalam
merawat lansia salah satunya adalah tingkat ketergantungan klien.
Heru, (2000) menjelaskan beban keluarga di pengaruhi oleh gejala
yang dialami oleh klien, hal tersebut berhubungan erat dengan
kemampuan keluarga dalam mengatasi gejala yang dialami oleh klien.
Handayani (2009). Menjelaskan kelurga dengan stroke mengalami
kemunduran aktifitas karena tingkat ketergantungan klien.
i. Tindakan Invasif
Tindakan invasif terbanyak adalah pemasangan infus dan injeksi
yaitu sebanyak 100%. Sukoco, (2002) dalam Mariam (2008) Reaksi
cemas yang timbul akibat hospitalisasi berbeda pada setiap orang,
karena tinggal di rumah sakit bukanlah suatu pengalaman yang
menyenangkan, dimana klien harus mengikuti peraturan serta rutinitas
ruangan salah satunya adalah tindakan invasif yang diberikan ke klien.
Tindakan tersebut tidak sedikit yang menimbulkan sakit pada anggota
keluarga, kondisi tersebut yang menjadi salah satu pengalaman yang
tidak menyenangkan.
Proses adaptasi keluarga dalam sebuah sistem keluarga dapat dilihat dari fungsi
keluarga. Roy dalam Alligod, (2014) menjelaskan klien dilihat sebagai suatu
kesatuan yang saling berhubungan antara unit - unit fungsionil atau beberapa unit
fungsional yang mempunyai tujuan yang sama. Proses adaptasi dimulai saat
keluarga merasa bahwa ada perubahan fungsi yang dimiliki keluarga oleh karena
adanya stimulus yang ada. Mc. Cubbin (1993) dalam Friedman (2014) menjelaskan
adaptasi adalah proses yang melibatkan adanya restrukturisasi pola
fungsi. Friedman, (2010) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan
keluarga, fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga
untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Kecacatan atau penyakit kronis sangat
mempengaruhi tugas perkembangan keluarga sebagai akibat dari penurunan
fungsi keluarga. Stimulus yaitu anggota keluarga yang sakit secara langsung akan
mempengaruhi sistem keluarga yaitu keberfungsian sebuah keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dan pencapaian kebutuhan
5.2.1.1 Struktur Komunikasi dan Pengambilan Keputusan
Koping keluarga adalah respon perilaku dari anggota keluarga dan seluruh
keluarga sebagai satu kesatuan unit untuk mangatasi stressor, dan memperbaiki
konflik dan tekanan dalam keluarga agar keluarga bisa beradaptasi kembali
dengan lingkunganya (Mc cubbin & Patterson, 1983, dalam friedman 2010). Hasil
pengkajian menunjukan koping yang sering digunakan oleh keluarga adalah
spiritual dan masing masing keluarga tidak hanya menggunakan satu koping tapi
berfariasi lebih dari satu. Hill, 1949 dalam Friedman, 2010, menjelaskan tentang
variabel utama yang menimbulkan krisis keluarga yang pertama adalah sumber
stressor itu sendiri, sumber keluarga dan koping yang dilakukan dan dipengaruhi
oleh persepsi terhadap stress yang akan menghasilkan suatu keadaan krisis atau
non krisis.
Hasil dari analisis didapatkan juga bervariasinya koping yang dilakukan oleh
keluarga dimana keluarga tidak hanya menggunakan 1 koping saja tetapi bisa
lebih. Guess, (1996) menjelaskan tentang bagamana orang tua menggunakan
strategi koping untuk mengatasi stressnya, yaitu dengan melalui kombinasi
strategi problem-focused, misalnya , pemecahan masalah planful konfrontasi , dan
mendapatkan dukungan sosial, bukan dari satu strategi. Dylis, (2003) menjelaskan
bahwa strategi koping yang berfokus pada memperkuat kehidupan keluarga dan
pandangan optimis yang lebih bermanfaat dari pada yang ditujukan untuk
pengembangan diri atau dukungan hubungan dengan orang tua atau profesional
lainnya.
Hasil juga didapatkan bahwa koping yang paling sering digunakan adlah mencari
dukungan spiritual. Blair, (2003) menjelaskan orang tua dengan anak yang
memiliki kecacatan menggunakan koping spiritual sebagai sarana untuk sarana
memberikan makna positif dan dukungan social. Dukungan spiritual digunakan
sebagai upaya penguatan diri dan dukungan social dalam menghadapi masalah
yang dialami keluarga selama merawat anggota keluarga.
5.2.3Beban keluarga
Koping keluarga tidak efektif tersebut dapat diidentifikasi dari tabel beban
keluarga. Hasil kegiatan praktik residensi pada keluarga yang mengalami masalah
koping keluarga tidak efektif mengalami beberapa gejala sebagai berikut
perasaan cemas terhadap klien yaitu sebanyak 100%. Gejala lain meliputi
perubahan
tanda vital. Perubahan perilaku ditunjukan dengan kesulitan mengikuti aktifitas
fisiologis seperti sulit tidur, tidak nafsu makan, kelelahan, dan perubahan tanda-
harian atau aktivitas sebelum ada keluarga yang sakit.
Pelaksanaan Terapi
Penulis merasakan beberapa kendala dalam pelaksanaan terapi keperawatan. Hasil
pelaksanaan terapi pada keluarga didapatkan belum maksimal danmasih adanya
tanda gejala yang belum teratasi, hal tersebut berkaitan dengan status kesehatan
anggota keluarga yang dapat sewaktu-waktu berubah. Kondisi tersebut juga
dipengaruhi oleh karena koping keluargabersifat dinamis. Jadi perlu upaya yang
berkesinambungan terkait pelaksanaan asuhan koping keluarga tidak efektif.
5.4.1 Lingkungan Perawatan
Kendala yang dihadapi oleh penulis terkait dengan lingkungan perawatan adalah
belum adanya tempat khusus yang dapat digunakan oleh perawat saat melakukan
terapi keluarga dengan klien, padahal terapi keluarga ini membutuhkan privacy
supaya keluarga dapat secara terbuka mengungkapkan masalahnya.
5.5.1 Klien:
Rencana tindak lanjut bagi klien setelah pulang adalah anjuran klien untuk
melakukan terapi baik generalis maupun spesialis yang telah diajarkan oleh
perawat.
5.5.2. Keluarga:
Pada keluarga disarankan untuk melakukan terapi baik generalis maupun
spesialis
yang telah diajarkan oleh perawat. Sebagai upaya membudayakan koping efektif
yang telah dimiliki saat ini.
5.2.3 Perawat Ruangan:
5.6 Rekomendasi
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan simpulan dari penyusunan karya ilmiah akhir beserta
saran bagi pihak terkait yang berhubungan dengan praktik klinik keperawatan
jiwa di Rumah Sakit.
6.1 Simpulan
6.1.1 Stimulus fokal pada keluarga dengan masalah koping tidak efektif yang
berupa masalah kesehatan anggota keluarga, dimana 100 % disebabkan karena
anggota keluarga yang sakit. Stimulus konstektual berupa karakteristik klien dan
keluarga, kondisi penyakit yang dialami klien meliputi diagnosis medis, diagnosis
keperawatan, lama rawat, tindakan invasif, faktor keluarga antara lain bentuk
keluarga. Stimulus residual yang ditemukan pada keluarga berbentuk norma yang
berkaitan dengan peran perawatan keluarga dimana istri dirawat oleh suami,
suami dirawat oleh istri dan anak dirawat oleh ibu. Nilai atau persepsi berkaitan
dengan persepsi keluarga terhadap penyakit kronis yang diderita oleh klien
Hasil analisis koping keluarga didapatkan adanya perubahan yang terjadi dalam
subsistem stabilizator keluarga dan innovator keluarga sehingga menimbulkan
beban keluarga sebagai bentuk koping keluarga tidak efektif. Koping keluarga
terjadi juga karena ketidak tauan dan ketidakmampuan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan anggota keluarg yang sakit. tanda gejala tersebut
disebabkan oleh adanya respon regulator dan kognator.
Intervensi pelaksanaan asuhan keperawatan difokuskan dalam membantu
keluarga untuk memenuhi kebutuhan dan peningkatan kemampuan dalam
perawatan anggotanya yang sakit serta peningkatan perawatan dirinya terkait
dengan beban perawatan yang dialami oleh keluarga.
pelaksanaan asuhan keperawatan difokuskan dalam membantu keluarga untuk
memenuhi kebutuhan dan peningkatan kemampuan dalam perawatan
anggotanya yang sakit serta peningkatan perawatan dirinya terkait dengan beban
perawatan yang dialami 72
oleh keluarga dengan melakukan terapi generalis
spesialis psikoedukasi keluarga.
dan
6.1.5 Hasil evaluasi pelaksanaan terapi menunjukan bahwa terapi psikoedukasi
keluarga lebih yang memberikan efek positif untuk keluarga dengan masalah
koping keluarga tidak efektif. Kedua terapi baik terapi generalis keluarga,
maupun terapi psikoedukasi keluarga sama-sama meningkatkan kemampuan
perawatan keluarga anggota keluarga yang sakit, kemampuan perawatan terkait
beban yang dialami selama perawatan tetapi keduanya tidak sama-sama
menimbulkan efek turunya tanda gejala koping keluarga tidak efektif.
6.1.6 Tindak lanjut perlu diberikan pada klien, keluarga, dan perawat ruangan.
Tindak lanjut berhubungan dengan upaya pembudayaan koping yang sudah
diajarkan
6.1.7 Hasil tulisan ini merekomendasikan pemberian asuhan keperawatan
keluarga dengan menggunakan pendekatan model Adaptasi Roy dan Kebutuhan
Dasar Henderson. Serta merekomendasikan terapi psikoedukasi keluarga untuk
penatalaksanaan koping keluarga tidak
efektif.
Saran
asuhan yang terkait dengan beban keluarga yang timbul selama perawatan melalui
manajemen stress dan menejemen beban keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. (2014). Nursing theorist and Work. Eight Edition. New York:
Elsevier, Inc
Bandji, (2012). Comparison and Contrast of Orem's Self Care Theory and Roy's
Adaptation Model . Nursing Jurnal Vol 1. The Aga Khan University,
School of Nursing and Midwifery
Blair, (2003). The use of religious coping and perceptions of family Functioning
of parents who have a child with a developmental Disability.
http://proquest.umi.com/pqdweb. diakses tanggal 17 Juni 2015
Binyamini, (2011). Mothers of Children with Developmental Disorders In the
Bedouin Community in Israel: Family Functioning, Caregiver Burden,
and Coping Abilities. http://proquest.umi.com/pqdweb. diakses tanggal 17
Juni 2015
Friedman, M.M. (1998). Keperawatan keluarga Riset teori dan praktek. Jakarta:
EGC.
Friedman, M.M. (2010). Keperawatan keluarga Riset teori dan praktek. Jakarta:
EGC.
Fontaine, K. L. (2009). Mental Health Nursing (6th ed.). New Jersey: Pearson
Publisher, Inc.
Hodapp, R., Dykens, E.M., Masino L.L., 1997. Families of Children with
Prader-
Willi Syndrome:Stress-Support and Relations to Child Characteristics.
Journal of Autism and Developmental Disorders 27 (1), 11-24.
Hollahan, (2003) Parental Coping and Family Functioning in Families with
Children with Mental Retardation and Chronic Illness.
http://proquest.umi.com/pqdweb. diakses tanggal 17 Juni 2015
Kimemia, (2006). Caregiver Burden And Coping Responses For Females Who
Are The Primary Caregiver For A Family Member Living With Hiv/Aids
In Kenya. http://proquest.umi.com/pqdweb. diakses tanggal 17 januari
2014
Lanfranchi, Silvia & Vianello, Renzo. (2012) Stress, Locus of Control, and
Family Cohesion and Adaptability in Parents of Children with Down,
Williams,Fragile X, and Prader-Willi Syndromes… American Journal On
Intellectual And Developmental Disabilities, Vol. 117, No. 3, 207–224
Lehman, A. (2006). Measure of Quality of Life among persons with severe and
persistent mental disorders. Soc Psychiatry Epidemiology. 31: 78-88.
Roy, S.C., dan Andrews, H.A. (2009). The Roy Adaptation Model. Third Edition.
Stamford: Appleton & Lange.
Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis (Profitasari &
T. M. Nisa, Trans. 2 ed.). Jakarta: Penerbit EGC.
Sunarti, (2011). Pengelolaan stress pada keluarga korban bencana tanah longsor
di Bogor. Jurnal Keluarga Dan Konseling Vol 4. Bogor. ITB.
Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (R. Komalasari & A. Hani,
Trans.). Jakarta: EGC.
Yosiana, (2012). Gambaran tingkat stress keluarga yang di rawat di RSAl- islam
Bandung. Bandung. Universitas Padjajaran.
0
MODUL PANDUAN
DISUSUN OLEH:
Tim FIK UI
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1 Universitas Indonesia
satu jenis terapi keluarga yang memberikan informasi, edukasi dan cara perawatan
keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami masalah psikosial seperti
depresi. Tujuan utama psikoedukasi keluarga adalah berbagi infoemas tentang
perawatan kesehatan jiwa (Varcolis. 2006). Psikoduasi membrikan informasi,
pengetahuan, pembelajran pada keluarga tentang manajemen stres keluarga yang
mengalami distress sehimgga kleuarga memahami dan mampu menggunakan
koping dalam menyelesaikan maslah yang terjadi pada keluarga (Goldenberg &
B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan terapis mampu:
Universitas Indonesia
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN
A. Pengertian
Tujuan Umum
Universitas Indonesia
2. Tujuan Khusus
D. Tempat
Psikoedukasi keluarga dapat dilakukan dirumah sakit baik rumah sakit umum
maupun rumah sakit jiwa dengan syarat ruangan yang tenang. Dapat juga
dilakukan dirumah keluarga sendiri. Rumah dapat memberikan informasi
kepada perawat tentang bagaimana gaya interaksi yang terjadi dalam keluarga,
nilai–nilai yang dalam keluarga dan bagaimanan pemahaman keluarga tentang
kesehatan .
Universitas Indonesia
F. Metode Terapi,
G. Alat Terapi
Alat terapi tergantung metode yang dipakai. Antara lain alat tulis dan
kertas,booklet/leaflet, poster dan lain sebagainya. Namun alat yang paling
utama adalah diri perawat sebagai terapis.
H. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada disesuaikan dengan tujuan setiap sesi dan ada
diformat setiap sesi yang akan dilakukan. Hal yang diharapkan tersebut
adalah:
Universitas Indonesia
I. Proses Pelaksanaan
Adapun proses kerja untuk melakukan psiko edukasi pada keluarga adalah :
Persiapan
b. Pelaksanaan
Berdasarkanuraiantujuankhususyangakandicapaikelompok menganalisa
pencapaian terapi dapat dilakukan pada 5 sesi :
Sesi 3 : Menajemen stress yang terdiri dari tanda dan gejala, dan cara
mengurangi ansietas.
Universitas Indonesia
Sesi 4 : Manajemen Beban yang terdiri dari tanda-tanda beban dan cara
mengatasi beban.
Universitas Indonesia
8
BAB III
PANDUAN TERAPI PSIKOEDUKASI KELUARGA
(FAMILY PSYCHOEDUCATION THERAPY)
A. TUJUAN SESI I :
B. SETTING
Keluarga dan terapis duduk berhadapan diruangan yang tenang
Booklet atau leaflet, modul, name tag dan buku kerja keluarga (format evaluasi
dan dokumentasi)
8
Universitas Indonesia
D. METODE
Curah pendapat, ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
E. LANGKAH – LANGKAH :
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan keluarga 2 hari sebelum pelaksanaan terapi
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai dengan anggota keluarga
yang tidak berganti.
Fase Kerja :
a. Menanyakan tentang apa yang dirasakan keluarga selama ini terkait
dengan penyakit yang dialami salah satu anggota keluarga.
1. Masalah pribadi dari anggota keluarga sendiri.
2. Masalah dalam merawat anggota keluarga yang sakit
3. Keluarga menuliskan masalahnya pada buku kerja keluarga
Universitas Indonesia
Fase Terminasi :
Evaluasi :
Menyimpulkan hasil diskusi sesi I
Menanyakan perasaan keluarga setelah selesai sesi I
Tindak Lanjut :
a.Format Evaluasi
Universitas Indonesia
Berilah tanda ceklist () pada tabel dibawah ini sesuai dengan pengamatan
yang terapis selama memberikan terapi.
Bagi Keluarga
Nama anggota
N Aspek yang dinilai keluarga
o (caregiver)
2 Menyebutkan tujuan
program
psikoedukasi keluarga
3 Menyampaikan pengalaman yang
dialami selama merawat anggota
keluarga
4 Menyampaikan perubahan yang terjadi
. dalam keluarga misalnya perubahan
peran dan fungsi keluarga setelah
adanya anggota anggota keluarga
Universitas Indonesia
Bagi Perawat
Nama
Perawat:..........................................................................................................
Perawat
5 Kontak mata
6 Bersikap empati
8 Sikap terbuka
b.Format Dokumentasi
Tanggal terapi:.........................................................................................
Diagnosaeperawatan:.............................................................................
Sesi terapi:...............................................................................................
Universitas Indonesia
Nama anggota
Perilaku yang ditampilkan
Keluarga
(caregiver)
..........................................................................
..
..........................................................................
..
..........................................................................
..
..........................................................................
..
..........................................................................
..
A. TUJUAN SESI II :
1. Keluarga mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh anggota
keluarganya.
2. Keluarga mengetahui pengertian, tanda dan gejala, etiologi, cara merawat
anggota keluarga yang mengalami penyakit dan mampu mengatasi
hambatan dan kesulitan selama merawat
B. SETTING
Keluarga dan terapis duduk berhadapan diruangan yang tenang
Terapis menggunakan papan nama
C. ALAT
Booklet , modul, name tag dan buku kerja keluarga/caregiver (format evaluasi
dan dokumentasi)
D. METODE
Ceramah, diskusi, curah pendapat dan tanya jawab
E. LANGKAH – LANGKAH
PERSIAPAN
Mengingatkan keluarga minimal satu hari sebelumnya
Mempersiapkan diri, tempat dan peserta
PELAKSANAAN
Fase Orientasi
Universitas Indonesia
dialami oleh anggota keluarga yang lain.
c. Validasi :
d. Kontrak :
Fase Kerja
Universitas Indonesia
oleh caregiver
Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Menyimpulkan hasil diskusi sesi II
1. Evaluasi
a. Format Evaluasi
Berilah tanda ceklist ( ) pada tabel dibawah ini sesuai dengan
pengamatan yang terapis selama memberikan terapi.
Universitas Indonesia
Bagi Keluarga
Nama anggota
N Aspek yang dinilai keluarga (caregiver)
o
Bagi Perawat
Nama Perawat:..........................................................................................................
Perawat
N Aspek yang dinilai
o Y Tidak
a
1 Memberikan informasi tentang penyakit
. kepada anggota keluarga
3 Kontak mata
.
4 Mendengarkan anggota keluarga
.
5 Bersikap empati
.
6 Memberikan petunjuk yang jelas
.
7 Sikap terbuka
.
Universitas Indonesia
b. Dokumentasi
Tanggal terapi:.........................................................................................
Diagnosa keperawatan:............................................................................
Sesi terapi:...............................................................................................
Nama anggota
Perilaku yang ditampilkan
Keluarga
(caregiver)
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
Universitas Indonesia
Sesi III : MANAJEMEN STRESS YANG DIALAMI OLEH KELUARGA
A. TUJUAN:
1. Keluarga mampu menyebutkan pengalaman yang dirasakan akibat salah
satu anggota mengalami penyakit
2. Keluarga mendapatkan informasi tentang perasaan dan masalah
psikologis yang dialami akibat salah satu anggota mengalami penyakit
fisik seperti tanda dan gejala, dan cara mengurangi ansietas.
3.Keluarga dapat mendemontrasikan cara menurunkan masalah psikologis
yang dialami keluarga
B. SETTING :
Keluarga dan terapis duduk berhadapan diruangan yang tenang
Terapis menggunakan papan nama
C. ALAT :
Booklet
Instrumen evaluasi dan pulpen
D. METODE:
Diskusi dan tanya jawab, ceramah dan redemontrasi
E. LANGKAH-LANGKAH:
PERSIAPAN
Mengingatkan keluarga minimal satu hari sebelumnya
Mempersiapkan diri, tempat dan peserta
PELAKSANAAN
Fase Orientasi
Universitas Indonesia
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga setelah mengikuti sesi
sebelumnya.
d. Kontrak :
Menjelaskan tujuan pertemuan ketiga yaitu keluarga mengetahui dan
dapat menyebutkan tentang perasaan dan masalah psikologis yang
dialami oleh anggota keluarganya seperti tanda dan gejala dan cara
menguranginya.
e. Terapis mengingatkan langkah – langkah setiap sesi sebagai berikut :
Lama kegiatan 30 – 45 menit
Keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai dengan anggota
keluarga yang tidak berganti.
Fase Kerja
Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan anggota keluarga setelah mengikuti sesi III
2) Menyimpulkan hasil diskusi diskusi sesi III
b. Tindak lanjut
Universitas Indonesia
Menganjurkan anggota keluarga untuk berlatih cara mengatasi ansietas.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati untuk mendiskusikan tanda dan cara dalam mengatasi
beban yang dialami oleh caregiver selama merawat anggota
keluarganya yang sakit
2) Menyepakati waktu dan tempat terapi berikutnya
Berilah tanda ceklist ( pada tabel dibawah ini sesuai dengan pengamatan yang
)
terapis selama memberikan terapi.
Bagi Keluarga (Caregiver)
Nama anggota
N Aspek yang dinilai keluarga
o (caregiver)
Universitas Indonesia
4 Mengikuti kegiatan sampai selesai
5 Kontak mata
Bagi Perawat
Nama
Perawat:..........................................................................................................
Perawat
4 Kontak mata
6 Bersikap empati
.
7 Memberikan petunjuk yang jelas
.
8 Sikap terbuka
Universitas Indonesia
b. Dokumentasi
Tanggal terapi:.........................................................................................
Diagnosa
keperawatan:..........................................................................................
Sesi
terapi:..............................................................................................
Nama
anggota Perilaku yang ditampilkan
Keluarga
(caregiver)
.........................................................................
Tanda...Tangan Perawat
Universitas Indonesia
Sesi 4 : MANAJEMEN MENGATASI BEBAN YANG DIALAMI OLEH
KELUARGA
A. TUJUAN:
1. Keluarga mengenal tanda-tanda beban yang dialaminya akibat adanya
anggota yang sakit
B. SETING :
1. Keluarga dan terapis duduk berhadapan diruangan yang tenang
C. ALAT :
1. Booklet
2. Instrumen evaluasi dan pulpen
D. METODE:
Diskusi dan tanya jawab, ceramah, redomantrasi
E. LANGKAH-LANGKAH:
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan keluarga minimal satu hari sebelumnya
Universitas Indonesia
yang sudah diterapkan untuk mengurangi ansietas yang sudah dijelaskan
pada sesi sebelumnya.
c. Validasi :
d. Kontrak :
Fase Kerja
a. Menanyakan pendapat anggota keluarga tentang tanda-tanda dan cara
mengatasi beban yang dialami akibat adanya anggota keluarga yang sakit
b. Mencatat dan memberikan pujian/ penghargaan atas kemampuan anggota
keluarga menyampaikan pendapat/ perasaannya
c. Menanyakan pendapat anggota keluarga tentang cara mengatasi beban
yang dialaminya akibat adanya anggota keluarga yang sakit
d. Mencatat dan memberikan pujian/ penghargaan atas kemampuan
anggota keluarga menyampaikan pendapat/ perasaannya
e. Menjelaskan tentang beban yang dirasakan oleh keluarga seperti
pengertian, tanda-tanda, dan cara mengatasi beban yang dirasakan yaitu
dengan berkomunikasi terbuka dalam keluarga.
f. Meminta setiap anggota keluarga menyebutkan kembali tanda-tanda dan
cara mengatasi beban keluarga yang sakit
Universitas Indonesia
g. Memberikan pujian/ penghargaan atas kemampuan anggota keluarga
menyampaikan pendapat/ perasaannya
h. Terapis mendemonstrasikan cara mengatasi beban dengan
menyampaikan perasaan kepada anggota keluarga yang lain, bagaimana
komunikasi terbuka didalam keluarga.
i. Meminta anggota keluarga untuk mendemonstrasikan ulang.
j. Memberikan pujian atas peran anggota keluarga
Fase Terminasi
a. Evaluasi
Menyimpulkan hasil diskusi sesi IV.
Menanyakanperasaananggotakeluargasetelahmengikutiterapi psikoedukasi
keluarga sesi IV.
b. Tindak lanjut
a. Format Evaluasi
Berilah tanda ceklist ( ) pada tabel dibawah ini sesuai dengan
pengamatan yang terapis selama memberikan terapi.
Universitas Indonesia
Bagi Keluarga
Nama anggota
keluarga
N Aspek yang dinilai
o (caregiver)
5 Kontak mata
Universitas Indonesia
Bagi Perawat
Nama
Perawat:..........................................................................................................
Perawat
N Aspek yang Y Tida
o dinilai a k
1 Mendiskusikan tanda-tanda beban yang dirasakan
keluarga akibat adanya anggota keluarga yang sakit
2 Mendiskusikan cara mengatasi beban yang dirasaka
keluarga akibat adanya anggota keluarga yang sakit
3 Mendemonstrasikan cara mengatasi beban yang
dirasaka keluarga akibat adanya anggota keluarga
yang
sakit dengan memaksimalkan fungsi keluarga
4 Kontak mata
5 Mendengarkan anggota keluarga
6 Bersikap empati
.
b. Dokumentasi
7 Memberikan petunjuk yang jelas
.
Tanggal terapi:.........................................................................................
8 Sikap terbuka
Diagnosa keperawatan:.........................................................................................
Sesi terapi:............................................................................................
Nama anggota
Perilaku yang ditampilkan
Keluarga
(caregiver)
..........................................................................
..
..........................................................................
..
..........................................................................
..
..........................................................................
.
..........................................................................
A. TUJUAN SESI V :
1. Keluarga dapat mengatasi hambatan dalam merawat anggota keluarga
yang sakit maupun masalah pada keluarga sendiri.
2. Keluarga dapat berbagi peran dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan anggota keluarga lainnya.
3. Keluarga dapat membuat jadual dalam merawat anggota keluarga yang
sakit baik di rumah sakit maupun di rumah.
B. SETTING
Keluarga dan terapis duduk berhadapan diruangan yang tenang
Terapis menggunakan papan nama
C. ALAT:
Booklet
Instrumen evaluasi dan pulpen
D. METODE:
Diskusi dan tanya jawab, ceramah, latihan membuat jadual kegiatan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit
E. LANGKAH-LANGKAH:
PERSIAPAN
Mengingatkan keluarga minimal satu hari sebelumnya
Mempersiapkan diri, tempat dan keluarga
2. PELAKSANAAN
Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik.
b. Evaluasi : menanyakan perasaan keluarga hari ini dan menanyakan apakah
keluarga mempunyai pertanyaan dari pertemuan sesi sebelumnya.
Universitas Indonesia
c. Validasi :
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga setelah mengikuti sesi
sebelumnya.
d. Kontrak :
Menjelaskan tujuan pertemuan kelima yaitu keluarga dapat memberdayakan
anggota keluarga yang lain dan menyebutkan serta mengatasi hambatan
dalam merawat anggota keluarga yang maupun masalah pada keluarga
sendiri.
e. Terapis mengingatkan langkah – langkah setiap sesi sebagai berikut :
Lama kegiatan 30 – 45 menit
Keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai dengan anggota keluarga
yang tidak berganti.
Fase Kerja
sakit
g. Memberikan pujian/ penghargaan atas kemampuan anggota keluarga
dalam memberikan pendapatnya.
h. Bersama anggota keluarga untuk membuat jadual dalam merawat anggota
keluarga yang sakitbaik dirumah sakit maupun saat dirumah.
Universitas Indonesia
i. Memberikan pujian/ penghargaan atas kemampuan dan peran anggota
keluarga dalam membuat jadual dalam merawat anggota keluarga yang
sakit
j. Mendiskusikan bersama anggota keluarga cara mengatasi hambatan dan
mencari solusi yang terbaik untuk dan anggota keluarga yang lain.
Fase Terminasi
Evaluasi
Menyimpulkan hasil diskusi pada sesi V
Membuat jadual kegiatan dalam merawat anggota keluarga yang sakit dalam
keluarga
Mengatasi hambatan yang dialami bersama-sama dengan anggota keluarga
yang lain.
Terminasi dan menganjurkan anggota keluarga melakukan perawatan dan
rehabilitasidenganmenggunakanfaslitaskesehatanyangmudah
terjangkau untuk tindak lanjut pasien apabila sudah pulang kerumah.
a. Format Evaluasi
Berilah tanda ceklist ( ) pada tabel dibawah ini sesuai dengan
pengamatan yang terapis selama memberikan terapi
Universitas Indonesia
Bagi Keluarga
Nama anggota
N Aspek yang dinilai keluarga
o 1
5 Kontak mata
Universitas Indonesia
Bagi Perawat
Nama Perawat:........................................................................................
Perawa
t
N Aspek yang
Y Ti
o dinilai
a d
a
k
1 Mendiskusikan hambatan yang dirasakan dalam merawat
anggota keluarga yangsakit
5 Kontak mata
Diagnosa keperawatan:...........................................................................
Sesi terapi:..............................................................................................
Nama anggota
Perilaku yang ditampilkan
Keluarga
(caregiver)
..........................................................................
..
..........................................................................
..
..........................................................................
..
..........................................................................
.
..........................................................................
.
Tanda Tangan Perawat
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Carson, V.B. (2000). Mental Health Nursing: The nurse-patient journey. (2th ed.).
Philadelphia: W.B. Sauders Company
Stuart,G.W & Laraia, M.T (2005). Principles and Practice of psychiatric nursing.
(7th edition). St Laouis: Mosby
Universitas Indonesia
EVALUASI TANDA DAN GEJALA, dan KEMAMPUAN KLIEN DAN
KELUARGA DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KOPING
KELUARGA TIDAK EFEKTIF
Universitas Indonesia
EVALUASI KEMAMPUAN PASIEN PADA PELAKSANAAN FAMILY
PSYCHOEDUCATION (FPE)
Tanggal Evaluasi
N Kemampuan
O Caregiver
I Identifikasi Masalah Keluarga
1 Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien (cara
merawat)