KONSERVASI IN-SITU
(TAMAN BURU DAN KSA DAN KPA)
OLEH :
Kelompok 6
1. Fauziah Husniati Fahmi 2010212048
2. Vhinni Selma Susanti 2010212051
3. Fadhilla Kurnia Savitri 2010212053
4. Yenni Anisah Putri 2010212057
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
A. Konservasi yang ada di Indonesia
1. Cagar Alam
Cagar alam adalah sebuah kawasan suaka alam yang memiliki kekhasan
berupa tumbuhan, satwa dan ekosistem. Keadaan lingkungan di kawasan cagar
alam masih terlihat asli belum banyak tersentuh tangan manusia, memiliki
keanekaragaman baik tumbuhan maupun satwa.
Fungsi cagar alam
a) Fungsi pelestarian
Cagar alam berfungsi melindungi dan melestarikan segala ekosistem yang
ada didalamnya, terutama yang berkaitan dengan ekosistem dan
peninggalan alam yang hampir punah.
b) Fungsi akademis
Cagar alam berfungsi sebagai sarana edukasi bagi para akademisi terutama
dalah hal penelitian tentang keanekaragaman hayati.
c) Fungsi wisata
Cagar alam menjadi salah satu tujuan wisata alam menarik yang berbasis
keindahan alam.
Manfaat Cagar Alam
Menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Kementrian Kehutanan, cagar alam memiliki beberapa manfaat yaitu:
a) Penelitian dan pengembangan
b) Ilmu pengetahuan
c) Pendidikan
d) Kegiatan penunjang budaya
Contoh cagar alam di Indonesia dan lokasinya adalah sebagai berikut: Cagar
alam Cibodas di kaki Gunung Gede Jawa barat, merupakan Cadangan hutan di
daerah basah. Cagar Alam Pananjung-Pangandaran di Jawa Barat, tempat ini
selain untuk melestraikan hutan, juga merupakan tempat untuk melindungi
rusa, banteng, dan babi hutan. Cagar alam Rafflesia di Bengkulu, khusus
untuk melindungi bunga raflesia yang merupakan bunga terbesar di dunia.
Sedangkan di Indonesia, cagar alam adalah bagian dari Kawasan konservasi
(Kawasan Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat
komersial, tidak boleh dilakukan dalam area cagar alam. Sebagaimana
kawasan konservasi lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan
SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh
di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Dengan
dibangunnya cagar alam maka sumber daya alam berupa flora dan fauna dapat
dilindungi dengan baik oleh Negara.
2. Taman Nasional
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem
asli, dikelola dengan zonasi, serta dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
pendidikan, sekaligus menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman
nasional memiliki kriteria ciri khas yang unik, yaitu memiliki kawasan yang
luas serta dapat dikembangkan untuk tujuan lain dalam kehidupan sehari- hari.
Fungsi utama taman nasional sebagai berikut: Menjaga keseimbangan
ekosistem dan melindungi sistem penyangga kehidupan. Melindungi
keanekaragaman jenis dan mengupayakan manfaat sumber plasma nutfah.
Sarana penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan
latihan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan dari adanya taman nasional
dapat menjaga keseimbangan kehidupan, baik biotik maupun abiotik di
daratan maupun perairan.
Contoh Taman Nasional di Indonesia: Taman Nasional Lorentz Papua Taman
Nasional Gunung Leuseur Taman Nasionan Gede Pangrango Taman Nasional
Bromo Taman Nasional Komodo.
Dalam UU No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya dijelaskan bahwa “Taman nasional adalah kawasan pelestarian
alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
3. Suaka Margasatwa
Suaka margasatwa adalah kawasan yang ditetapkan untuk melindungi satwa
tertentu dan habitatnya. Kawasan ini memiliki keanekaragaman dan populasi
satwa yang tinggi, atau jadi habitat satwa yang terancam punah. Kawasan
suaka margasatwa merupakan tempat berkembang biaknya jenis satwa atau
tempat tinggal dari salah satu jenis satwa migran.
Tujuan utama kawasan khusus tersebut untuk memberi perlindungan terhadap
satwa-satwa tertentu agar terhindar dari kepunahan, serta dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan lain, seperti penelitian, pendidikan, dan wisata secara terbatas.
Adapun fungsi suaka margasatwa diantaranya:
a. Untuk melestarikan fauna dan flora yang langka
b. Menjaga keseimbangan ekosistem
c. Menjaga kesuburan tanah
d. Budidaya konservasi
e. Sebagai lokasi penelitian
Contoh suaka margasatwa di Indonesia dan lokasinya adalah sebagai berikut:
Suaka margasatwa Gunung Leuser di aceh, merupakan suaka mmargasatwa
terbesar di Indonesia. Hewan-hewan yang mendapat perlindungan di tempat
ini antara lain gajah, badak sumatera, orang utan, tapir, harmau, kambing
hutan, rusa, burung. Suaka margasatwa Baluran di Jawa Timur, adalah tempat
untuk melindungi banteng, macan tutul, kancil, kucing bakau dan anjing
hutan. Suaka margasatwa Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur, terutama
untuk melindungi biawak komodo. Satwa-satwa lain yang dilindungi di tempat
ini adalah burung kakaktua, ayam hutan, kerbau liar, babi hutan, dan rusa.
Untuk lebih jelasnya, definisi suaka margasatwa dapat dilihat dalam Undang-
Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan
Ekosistemnya, yaitu “Kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan
hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.”
4. Taman Buru
Taman Buru adalah kawasan hutan konservasi yang bisa dimanfaatkan untuk
mengakomodir wisata berburu. Keberadaan taman buru bertujuan untuk
mewadahi hobi berburu yang telah ada sejak dahulu kala, selain itu juga bisa
digunakan untuk mengendalikan populasi satwa tertentu. Kegiatan perburuan
di taman buru diatur secara ketat, terkait dengan hal-hal waktu atau musim
berburu, jenis binatang yang boleh diburu, dan senjata yang boleh dipakai.
Taman buru termasuk dalam kawasan hutan konservasi, yaitu kawasan hutan
yang berfungsi untuk mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya. Segala pemanfaatan dan aktivitas yang dilakukan di
dalamnya harus mengikuti ketentuan konservasi, namun dalam pengelolaanya
masih kurang diperhatikan sehingga statusnya seperti anak tiri dari kawasan
hutan konservasi.
Pengertian taman buru dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan adalah Kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata
berburu.
5. KSA/KPA
Pengelolaan KSA dan KPA adalah upaya sistematis yang dilakukan untuk
mengelola Kawasan melalui kegiatan perencanaan, perlindungan, pengawetan,
pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian.
Kawasan Suaka Alam (KSA) yang terdiri dari Cagar Alam, Suaka
Margasatwa; Taman Buru, dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang terdiri
dari Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya.
Pengelolaan KSA dan KPA bertujuan untuk mengawetkan keanekaragaman
tumbuhan dan datwa dalam rangka mencegah kepunahan spesies, melindungi
sistem penyanggaa kehidupan, pemanfaatan keanekaragaman hayati secara
lestari.
KSA dan KPA terdapat dalam UU No.28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Penataan Blok Pengelolaan KSA dan KPA diatur di dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.76/Menlhk-Setjen/ 2015 tanggal
16 Desember 2015 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan
Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan
Taman Wisata Alam.
2. Komara
5. Nanu’ua
Berupa gunung, berada di Bengkulu Utara, Bengkulu
Luas : 10.000,00 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 741/kpts/um/11/78,
pada tanggal 1 November 1978.
6. Landusa Tomata
Berada di Poso, Sulawesi Tengah
Luas 5.000,00 ha
Berdasarkan keputusan menteri Kehutanan RI nomor: 397/kpts-ii/1998, pada
tanggal 21 April 1998.
Kawasan TB Landusa Tomata menurut tipe ekosistemnya yaitu hutan
dataran rendah, semak belukar/ padang savana dan rawa. Komposisi jenis
vegtasi yang mendominasi areal TB Landusa Tomata terdiri dari Kayu besi
(Intsia bijuga), Sengon (Leucanea lucocephala), beringin (Ficus sp.), Jabon
(Anthocephalus cadamba), Uru (Elmerillia ovalis), Binuang (Octomeles
sumatrana), Macaranga sp., Trema orientalis, Anthocephalus macrophyllus,
Sterkulia foetida, Barringtonia racemosa, Duabanga abluccona.
Jenis-jenis rumput yang ditemukan di kawasan TB Landusa Tomata
antara lain terdiri dari: Alang-alang (Imperata cilyndrica), Glagah (Sacharum
spontaneum), Arundinella sp., Miscantushus floridulus, Rumput geganjuran
(Paspalum commersonii), Rumput kawat (Cynodon dactylon), Rumput teki
(Cyperu rotundus), Teki (Kyllinga monocephala), Rumput wallingi (Scirpus
grossus), Bulu mata kerbau (Fimbrytilis annua), Rumput jarum (Anropogan
aciculatus), Rumput pait (Axonopus comprssus), Jampang piit (Digitaria
sanguinalis), Rumput raket (Ischaemum timorese), dan Rumput kembang
goyang (Chloris barbata).
Jenis perdu (semak) yang banyak tumbuh di kawasan TB Landusa
Tomata yaitu Melastoma stomataceae, Paku-pakuan (Pteridium sp.),
Nephrolepi sp., Sirih hutan (Piper aduncum).
Potensi yang dimiliki oleh TB Landusa Tomata yaitu Rusa (Cervus
timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Anoa (Bubalus depresicornis), Babirusa
(Babyrousa babirussa), Kuskus (Phalanger ursinus), Biawak (Varanus
salvator), dan Ular sawah (Phyton morulsu).
Jenis-jenis burung yang terdapat di TB Landusa Tomata adalah Nuri
sulawesi (Trichoglassus flavoviridis), Tekukur hutan (Streptopetia chinensis),
Tekukur (Streptopetia geopelia), Pergam hitam sulawesi (Turaccena
manadensis), Burung enggang (Penelopides exarhatus), Rangkong sulawesi
(Scissirostum dubium), Raja udang (Halcyon sp.), dan Raja udang (Alcedo
sp.), dan Gelatik atau Munia (Lonchura molucca).
7. Lingga Isaq
8. Masigit Kareumbi
Berupa gunung, berada di Sumedang dan Garut, Jawa Barat
Luas : 12.420,70 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI nomor: 298/kpts-ii/1998, pada
tanggal 27 Februari 1998.
Taman Buru Masigit Kareumbi masuk ke dalam tiga kabupaten di
Jawa Barat, antara lain Bandung, Garut, dan Sumedang. Namanya diambil dari
dua kata, yakni Masigit yang merujuk kepada nama gunung di sebelah timur
kawasan hutan, dan Kareumbi yang merujuk nama sebuah gunung di bagian
baratnya. Namun, konon, Kareumbi juga merujuk nama pohon kareumbi yang
dulunya banyak tumbuh di gunung tersebut. (BBKSDA) Provinsi Jawa Barat.
Namun sejak 2008, organisasi kegiatan alam bebas, Wanadri bekerja sama
dengan BBKSDA mengurus kawasan dengan tujuan menjadikan ekosistem
kawasan seperti sedia kala. Seiring itu, taman buru bukan sekedar sematan,
namun bisa diwujudkan. Sejak itu, BBKSDA mengambil alih pengelolaan
hingga bersinergi dengan Wanadri. Darmanto menyebut, untuk
mengembalikan fungsi hutan, program konservasi kemudian dicanangkan.
Program ini berupa penanaman pohon, disebut wali pohon. Sejak
diperkenalkan hingga sekarang, jumlah pohon yang ditanam sudah sekitar 200
ribu batang lebih. Pihak luar Gunung Masigit Kareumbi pun seiring waktu
terus ikut berkontribusi menghijaukan lagi kawasan. Merujuk situs resminya,
Gunung Masigit Kareumbi memiliki luas kawasan mencapai 12.420,7 hektare.
Tempat ini dikelola di bawah wewenang Balai Besar Konservasi Sumber Daya
Alam
9. Mata Osu
11. Pini
15. Rusa
b. KSA/KPA
1. Suaka Margasatwa Pulau Bawean
Suaka margasatwa ini berupa pulau kecil di sebelah utara sekaligus masuk
dalam wilayah administrasi Kabupaten Gresik. SM Pulau Bawean ini tepatnya
terletak di Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Satwa liar yang
dilindungi di sana adalah rusa bawean (axis kuhlii). dengan kalimat lain, rusa
bawean ini adalah satwa yang terancam punah. Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jatim sendiri menyebut hanya ada 303 ekor
rusa bawean yang hidup di alam liar pada tahun 2016.
Taman Nasional Alas Purwo (TN Alas Purwo) adalah taman nasional yang
terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Letak taman nasional ini di ujung paling
timur dari Pulau Jawa. Wilayah termasuk dalam pesisir pantai selatan antara
8°26’45”– 8°47’00” Lintang Selatan dan 114°20’16”–114°36’00” Bujur
Timur. Penetapannya sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 283/Kpts- 11/1992 tertanggal 26 Februari 1992.
Lahannya seluas 43.320 ha. Taman Nasional Alas Purwo jugaa masuk dalam
Semenanjung Blambangan. Ekosistem yang ada merupakan hutan hujan
tropika. Ekosistemnya terbagi menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan
bakau, hutan tanaman, hutan alam, dan padang rumput. Taman Nasional Alam
Purwo merupakan tempat ritual Pagerwesi bagi umat Hindu. Letak taman
nasional ini berbatasan dengan Pulau Bali. Di dalamnya ada Pura Luhur Giri
Salaka. Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Alas Purwo sangat tinggi.
Jenis tumbuhan yang ditemukan sedikitnya 584 jenis dengan bentuk rumput,
herba, semak, liana dan pohon. Di dalam Taman Nasional Alas Purwo terdapat
beberapa jenis hewan darat seperti banteng, kijang, rusa, lutung, kancil, macan
tutul, anjing hutan dan kucing hutan. Beberapa jenis burung dapat ditemukan
antara lain rangkong badak, kangkareng perut putih, merak, ayam hutan hijau
dan ayam hutan merah. Di pesisir pantai dapat ditemukan empat jenis penyu
yaitu penyu abu-abu, penyu belimbing, penyu hijau dan penyu sisik. Taman
Nasional Alas Purwo merupakan salah satu taman nasional model di
Indonesia. Pemanfaatannya disesuaikan dengan keadaan wilayahnya.
Ekosistem asli di Taman Nasional Alas Purwo dijaga dengan menetapkan
sistem zonasi. Pemanfaatannya untuk penelitian, ilmu pengetahuan, budidaya,
rekreasi dan pariwisata.
Taman Nasional Baluran adalah salah satu taman nasional di Indonesia yang
terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia. Namanya
diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran.
Awalnya, kawasan taman nasional ini ditetapkan sebagai hutan lindung pada
tahun 1930 oleh Direktur Kebun Raya Bogor yang bernama K.W.
Dammerman. Statusnya kemudian diubah menjadi suaka margasatwa oleh
Gubernur Hindia Belanda pada tanggal 25 September 1937. Penetapan ulang
sebagai suaka margasatwa diadakan oleh Menteri Pertanian dan Agraria
melalui Surat Keputusan Nomor. SK/II/1962 tanggal 11 Mei 1962. Status
taman nasional diperoleh pada tanggal 6 Maret 1980 oleh Menteri Pertanian
dan dikukuhkan lagi pada tahun 1997 oleh Menteri kehutanan. Luas lahannya
seluas 25.000 ha. Taman Nasional Baluran berbatasan dengan Selat Madura di
utara, Selat Bali di timur, Desa Wonorejo dan Sungai Bajulmati di selatan dan,
serta Sungai Klokoran dan Desa Sumberanyar di barat. Wilayahnya dibagi
menjadi zona inti seluas 12.000 Ha, zona rimba seluas 5.537 ha, zona
pemanfaatan intensif seluas 800 Ha, zona pemanfaatan khusus seluas 5.780
Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha. Pengelolaannya dibagi dua menjadi
Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol dan Seksi Pengelolaan
Taman Nasional Wilayah II Karangtekok. Seksi wilayah I meliputi
sanggraloka Bama, Lempuyang dan Perengan. Sedangkan seksi wilayah II
meliputi sanggraloka Watu Numpuk, Labuhan Merak dan Bitakol. Gerbang
untuk masuk ke Taman Nasional Baluran berada di 7°55'17.76"S dan
114°23'15.27"E. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan
mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa
dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana
mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari
total luas lahan.
Pulau ini dinamakan demikian karena menjadi habitat asli reptil purba
komodo. Posisinya berada di timur Pulau Sumbawa. Menurut data tahun 2009,
populasi komodo yang hidup ditempat ini adalah 1.300 ekor.UNESCO telah
menetapkan Pulau Komodos sebagai Situs Warisan Dunia bersama pulau lain
disekitarnya, yakni Gili Motang, Pulau Padar dan Pulau Rinca sebagai bagian
dari Taman Nasional Komodo.
26. Green Canyon, Jawa Barat
Nama aslinya adalah Cukang Taneuh. Ngarai ini dijuluki sebagai Green
Canyon dari Indonesia, letaknya berada di Kabupaten Ciamis. Ngarai ini
terbentuk karena erosi tanah akibat aliran sunga Cijulang. Erosis ini juga
menciptakan gua dengan stalakmit dan stalaktit yang indah. Di mulut gua
terdapat air terjun Palatar yang juga menjadi obyek wisata alam menarik.
Taman Nasional Gunung Maras adalah salah satu taman nasional yang ada
di Indonesia. Lokasinya terletak di Kabupaten Bangka dan Kabupaten
Bangka Barat. Sebagian besar wilayahnya berada di Kabupaten Bangka.
Dalam pembagian administratif, Taman Nasional Gunung Maras masuk
dalam Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka dan Kecamatan Kelapa,
Kabupaten Bangka Barat. Lanskap kawasannya merupakan Hutan Gunung
Maras. Di dalam Taman Nasional Gunung Maras ada beberapa desa yaitu
Desa Mapur, Desa Riau Silip, Desa Kayu Arang, Desa Berbura dan Desa
Tuik. Taman Nasional Gunung Maras ditetapkan sebagai taman nasional
tanggal 27 Juli 2016 melalui surat keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan nomor 576/Menlhk/Setjen/PLA.2/7/2016. Ekosistemnya
terbagi menjadi hutan primer daratan, area berbukit hingga ekosistem
hutan bakau. Ekologi di Taman Nasional Gunung Maras sebagian besar
masih terjaga dan hanya mengalami sedikit kerusakan akibat penebangan
kayu. Flora yang hidup di dalamnya ada 53 spesies pohon dan 1 flora
endemik yaitu pelawan. Fauna yang hidup di dalamnya adalah monyet,
babi hutan, trenggiling, kancil, musang, ayam hutan, biawak, lutung, dan
ular. Fauna endemiknya adalah tarsius bangka. Kawasan Taman Nasional
Gunung Maras memiliki air terjun, tempat berkemah, dan jalur alam.
Penduduk lokal memanfaatkan Taman Nasional Gunung Maras untuk
memperoleh hasil hutan nonkayu seperti rotan dan gaharu. Taman
Nasional Gunung Maras juga ditumbuhi tumbuhan obat, tanaman hias dan
jamur.