Anda di halaman 1dari 32

TUGAS KELOMPOK KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PLASMA NUTFAH

KONSERVASI IN-SITU
(TAMAN BURU DAN KSA DAN KPA)

OLEH :
Kelompok 6
1. Fauziah Husniati Fahmi 2010212048
2. Vhinni Selma Susanti 2010212051
3. Fadhilla Kurnia Savitri 2010212053
4. Yenni Anisah Putri 2010212057

Kelas : Kehati Agro B


Dosen Pengampu : Dr. Ir. Etti Swasti, MS

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
A. Konservasi yang ada di Indonesia
1. Cagar Alam
 Cagar alam adalah sebuah kawasan suaka alam yang memiliki kekhasan
berupa tumbuhan, satwa dan ekosistem. Keadaan lingkungan di kawasan cagar
alam masih terlihat asli belum banyak tersentuh tangan manusia, memiliki
keanekaragaman baik tumbuhan maupun satwa.
 Fungsi cagar alam
a) Fungsi pelestarian
Cagar alam berfungsi melindungi dan melestarikan segala ekosistem yang
ada didalamnya, terutama yang berkaitan dengan ekosistem dan
peninggalan alam yang hampir punah.
b) Fungsi akademis
Cagar alam berfungsi sebagai sarana edukasi bagi para akademisi terutama
dalah hal penelitian tentang keanekaragaman hayati.
c) Fungsi wisata
Cagar alam menjadi salah satu tujuan wisata alam menarik yang berbasis
keindahan alam.
 Manfaat Cagar Alam
Menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Kementrian Kehutanan, cagar alam memiliki beberapa manfaat yaitu:
a) Penelitian dan pengembangan
b) Ilmu pengetahuan
c) Pendidikan
d) Kegiatan penunjang budaya
 Contoh cagar alam di Indonesia dan lokasinya adalah sebagai berikut: Cagar
alam Cibodas di kaki Gunung Gede Jawa barat, merupakan Cadangan hutan di
daerah basah. Cagar Alam Pananjung-Pangandaran di Jawa Barat, tempat ini
selain untuk melestraikan hutan, juga merupakan tempat untuk melindungi
rusa, banteng, dan babi hutan. Cagar alam Rafflesia di Bengkulu, khusus
untuk melindungi bunga raflesia yang merupakan bunga terbesar di dunia.
 Sedangkan di Indonesia, cagar alam adalah bagian dari Kawasan konservasi
(Kawasan Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat
komersial, tidak boleh dilakukan dalam area cagar alam. Sebagaimana
kawasan konservasi lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan
SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh
di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Dengan
dibangunnya cagar alam maka sumber daya alam berupa flora dan fauna dapat
dilindungi dengan baik oleh Negara.

2. Taman Nasional
 Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem
asli, dikelola dengan zonasi, serta dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
pendidikan, sekaligus menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman
nasional memiliki kriteria ciri khas yang unik, yaitu memiliki kawasan yang
luas serta dapat dikembangkan untuk tujuan lain dalam kehidupan sehari- hari.
 Fungsi utama taman nasional sebagai berikut: Menjaga keseimbangan
ekosistem dan melindungi sistem penyangga kehidupan. Melindungi
keanekaragaman jenis dan mengupayakan manfaat sumber plasma nutfah.
Sarana penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan
latihan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan dari adanya taman nasional
dapat menjaga keseimbangan kehidupan, baik biotik maupun abiotik di
daratan maupun perairan.
 Contoh Taman Nasional di Indonesia: Taman Nasional Lorentz Papua Taman
Nasional Gunung Leuseur Taman Nasionan Gede Pangrango Taman Nasional
Bromo Taman Nasional Komodo.
 Dalam UU No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya dijelaskan bahwa “Taman nasional adalah kawasan pelestarian
alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

3. Suaka Margasatwa
 Suaka margasatwa adalah kawasan yang ditetapkan untuk melindungi satwa
tertentu dan habitatnya. Kawasan ini memiliki keanekaragaman dan populasi
satwa yang tinggi, atau jadi habitat satwa yang terancam punah. Kawasan
suaka margasatwa merupakan tempat berkembang biaknya jenis satwa atau
tempat tinggal dari salah satu jenis satwa migran.
 Tujuan utama kawasan khusus tersebut untuk memberi perlindungan terhadap
satwa-satwa tertentu agar terhindar dari kepunahan, serta dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan lain, seperti penelitian, pendidikan, dan wisata secara terbatas.
Adapun fungsi suaka margasatwa diantaranya:
a. Untuk melestarikan fauna dan flora yang langka
b. Menjaga keseimbangan ekosistem
c. Menjaga kesuburan tanah
d. Budidaya konservasi
e. Sebagai lokasi penelitian
 Contoh suaka margasatwa di Indonesia dan lokasinya adalah sebagai berikut:
Suaka margasatwa Gunung Leuser di aceh, merupakan suaka mmargasatwa
terbesar di Indonesia. Hewan-hewan yang mendapat perlindungan di tempat
ini antara lain gajah, badak sumatera, orang utan, tapir, harmau, kambing
hutan, rusa, burung. Suaka margasatwa Baluran di Jawa Timur, adalah tempat
untuk melindungi banteng, macan tutul, kancil, kucing bakau dan anjing
hutan. Suaka margasatwa Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur, terutama
untuk melindungi biawak komodo. Satwa-satwa lain yang dilindungi di tempat
ini adalah burung kakaktua, ayam hutan, kerbau liar, babi hutan, dan rusa.
 Untuk lebih jelasnya, definisi suaka margasatwa dapat dilihat dalam Undang-
Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan
Ekosistemnya, yaitu “Kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan
hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.”
4. Taman Buru
 Taman Buru adalah kawasan hutan konservasi yang bisa dimanfaatkan untuk
mengakomodir wisata berburu. Keberadaan taman buru bertujuan untuk
mewadahi hobi berburu yang telah ada sejak dahulu kala, selain itu juga bisa
digunakan untuk mengendalikan populasi satwa tertentu. Kegiatan perburuan
di taman buru diatur secara ketat, terkait dengan hal-hal waktu atau musim
berburu, jenis binatang yang boleh diburu, dan senjata yang boleh dipakai.
 Taman buru termasuk dalam kawasan hutan konservasi, yaitu kawasan hutan
yang berfungsi untuk mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya. Segala pemanfaatan dan aktivitas yang dilakukan di
dalamnya harus mengikuti ketentuan konservasi, namun dalam pengelolaanya
masih kurang diperhatikan sehingga statusnya seperti anak tiri dari kawasan
hutan konservasi.
 Pengertian taman buru dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan adalah Kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata
berburu.

5. KSA/KPA
 Pengelolaan KSA dan KPA adalah upaya sistematis yang dilakukan untuk
mengelola Kawasan melalui kegiatan perencanaan, perlindungan, pengawetan,
pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian.
 Kawasan Suaka Alam (KSA) yang terdiri dari Cagar Alam, Suaka
Margasatwa; Taman Buru, dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang terdiri
dari Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya.
 Pengelolaan KSA dan KPA bertujuan untuk mengawetkan keanekaragaman
tumbuhan dan datwa dalam rangka mencegah kepunahan spesies, melindungi
sistem penyanggaa kehidupan, pemanfaatan keanekaragaman hayati secara
lestari.
 KSA dan KPA terdapat dalam UU No.28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
 Penataan Blok Pengelolaan KSA dan KPA diatur di dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.76/Menlhk-Setjen/ 2015 tanggal
16 Desember 2015 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan
Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan
Taman Wisata Alam.

6. Taman Wisata Alam


 Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang ditetapkan untuk
melindungi alam, tapi dimanfaatklan untuk tujuan wisata. Kriteria suatu
wilayah ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam, yaitu memiliki daya
tarik baik flora dan fauna atau ekosistem serta formasi geologi. Taman Wisata
Alam biasanya berada di lahan luas untuk menjamin kelestarian populasi dan
daya tarik untuk pariwisata dan rekreasi alam.
 Sebagai wilayah konservasi, Taman Wisata Alam (TWA) memiliki manfaat
dan fungsinya. Fungsi TWA antara lain sebagai tempat pariwisata dan
rekreasi, sebagai pelindung sistem penyangga kehidupan bagi daerah
sekitarnya, serta sebagai lokasi pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan
 Contoh taman wisata alam di Indonesia: Taman Wisata Alam Sibolangit
Taman Wisata Alam Sicike-cike Taman Wisata Alam Angke Kapuk Taman
Wisata Alam Muka Kuning Taman Wisata Alam Gunung Permisan.
 Menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistem pasal 34 disebutkan bahwa: a. Pengelolaan taman nasional,
taman hutan raya, dan taman wisata alam dilaksanakan oleh Pemerintah. b. Di
dalam zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata
alam dapat dibangun sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan.
c. Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, Pemerintah dapat memberikan
hak pengusahaan atas zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya,
dan taman wisata alam dengan mengikut sertakan rakyat. d. Ketentuan lebih
lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

7. Taman Hutan Raya


 Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk koleksi
tumbuhan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli maupun bukan
asli. Kriteria wilayah yang ditetapkan sebagi kawasan hutan raya adalah
memiliki ciri khas, baik asli maupun buatan, memiliki keindahan, serta cukup
luas untuk mengkoleksi tumbuhan dan satwa. Taman Hutan Raya atau yang
dikenal dengan Tahura merupakan salah satu program yang dicanangkan
pemerintah sebagai upaya untuk menjaga potensi alam tersebut. Tahura sendiri
tersebar di seluruh pulau-pulau di Indonesia. Hadirnya Tahura ini diharapkan
membuat masyarakat Indonesia dapat lebih memahami akan pentingnya
menjaga kelestariaan alam yang merupakan aset penting kekayaan bangsa.
 Keutamaan dari hadirnya Taman Hutan Raya adalah manfaat pelestarian bagi
flora dan fauna serta sebagai tempat berkumpulnya manusia untuk mengenal
dan menikmati alam. Sesuai dengan tujuan Taman Hutan Rakyat, kawasan ini
menjadi tempat koleksi, penjagaan serta pelestarian seluruh biodiversitas yang
ada.
 Contoh Taman Hutan Raya di Indonesia: Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Bandung Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Taman Hutan Raya Raden
Soerjo Taman Hutan Raya Geluguran Taman Hutan Raya Gunung
Menumbing
 Mengenai pengaturan Taman Hutan Raya dalam Peraturan Pemerintah Nomor
28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam, Pasal 1 angka 10 menyatakan bahwa Taman Hutan Raya
adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau
satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang
dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan dan Pendidikan. Juga sebagai fasilitas yang menunjang budidaya,
budaya, pariwisata dan rekreasi.
B. Kawasan Konservasi Taman Buru dan KSA dan KPA
a. Taman Buru
1. Bangkala
Lokasi : Takalar, Sulawesi Selatan
Luas : 4.152,50 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 760/kpts/um/10/82,
pada tanggal 12 Oktober 1982.

2. Komara

Lokasi : Takalar, Sulawesi Selatan


Luas : 2.972,00 ha
Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 237/kpts-ii/1997, pada
tanggal 9 Mei 1997.
Taman Buru Ko’mara atau Komara merupakan kawasan konservasi
yang ada di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Kawasan ini dikenal
memiliki nilai historis yang kuat tentang tradisi berburu rusa atau jonga.
Sebuah tradisi yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Gowa/Tallo. Legalitas
kawasan hutan Komara dimulai sejak tahun 1961 – 1963 yang awalnya
berstatus kawasan hutan lindung. Tingginya potensi Keanekaragaman hayati
Hutan Komara membuat kawasan ini diusulkan sebagai kawasan konservasi
pada tahun 1981. Pada tahun 1987 keluar keputusan Perubahan status Hutan
Lindung Komara seluas 8.000 hektare di Takalar menjadi Taman Buru
Komara seluas 4.610 hektare dan Suaka Margasatwa Komara seluas 3.390
hektare. Namun, pada tahun 1990 keputusan penunjukan kawasan ini direvisi
dengan adanya perubahan sebagian kawasan hutan suaka margasatwa dan
taman buru seluas 2.250 hektare menjadi Hutan Produksi Tetap. Dengan
demikian, kawasan Taman Buru Komara berkurang menjadi sekira 3.260
hektare dan Suaka Margasatwa Komara berkurang seluas 2.490 hektare. Status
penetapan resmi kawasan Taman Buru Ko’mara terbit pada tahun 1997,
sedangkan suaka Margasatwa pada tahun 1999. Proses penetapan ini
memerlukan waktu cukup lama yakni sekira 6 tahun. Lalu, dari penunjukan
sampai penetapan membutuhkan waktu sekira 10 tahun dan 12 tahun untuk
suaka Margasatwa.
3. Bena

Berupa dataran, berada di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur


Luas : 2.000,64 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI nomor: 74/kpts-ii/1996, pada
tanggal 27 Februari 1996.
Penunjukkan kawasan Taman Buru Bena melalui Keputusan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor : 05/Kpts/Um/1/1978, tanggal 20
Januari 1978, wilayah yang dialokasikan sebagai Taman Buru Dataran Bena
adalah 11.000 hektar. Potensi kawasan pada saat itu antara lain : sapi liar,
rusa, kus-kus dll. Mengingat potensi (termasuk vegetasi) serta keadaan
lapangannya, maka TBDB dialokasikan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
olah raga berburu (sport hunting), rekreasi dan pariwisata. Namun sebelum
terbitnya keputusan penunjukkan tersebut, telah banyak kegiatan yang
dilakukan serta permasalahan lain di dalam kawasan yang ditunjuk sebagai
Taman Buru Dataran Bena (Sub Balai Perlindungan dan Pelestarian Alam
NTT, 1983). Kegiatan tersebut antara lain berupa Perladangan, pemukiman
dan persawahan, Penebangan pohon, Penggembalaan ternak, Kebakaran,
Perburuan liar.
Taman Buru Dataran Bena merupakan perwakilan ekosistem hutan
pantai hutan, pada hutan pantai disominasi oleh cemara laut (Casuarina
equisetifolia) pada sisi selatan kawasan yang berbatasan dengan laut timor dan
hutan bakau yang terdapat di sekitar muara sungai Noelmina dan sekitar
Danau Kubai, jenis vegetasi yang mendominasi pada ekosistem hutan bakau
adalah jenis api-api (Avicennia sp). Jenis fauna yang umum ditemukan di
Taman Buru Dataran Bena adalah jenisi aves, reptil dan mamalia. Kawasan
Taman Buru Bena yang berbatasan langsung dengan desa Bena memberi
kontribusi terhadap pendapatan masyarakat berupa pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu berupa ikan dari Danau Kubai. Dari hasil observasi dan
wawancara menunjukkan bahwa nilai penting kawasan bagi masyarakat
sekitar kawasan Taman Buru Dataran Bena adalah keberadaan danau kubai
yang ada di dalam kawasan Taman Buru Dataran Bena sangat membatu
sebagain masyarakat atau sekitar 30% dari jumlah penduduk mengambil hasil
dari danau Kubai yaitu berupa ikan.
4. Moyo

Berupa pulau, berada di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat


Luas : 22.250,00 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 308/kpts-ii/1986, pada
tanggal 4 September 1986.
Pulau Moyo yang berada di utara Sumbawa, NTB Pulau Moyo adalah
destinasi eksklusif untuk orang kaya yang tidak bisa dikunjungi oleh
sembarang orang. Memiliki luas 350 Km2, pulau ini diapit hamparan laut
lepas dengan pemandangan pantai-pantai yang menawan.
Sama seperti Pulau Komodo di NTT, Pulau Moyo juga salah satu
destinasi wisata khusus para orang kaya berkantong tebal. Pemerintah
setempat menjadikan pulau ini sebagai komoditas internasional setelah
hadirnya akomodasi eksklusif Amanwana Resort, di sana para pesohor dunia
diam-diam berlibur dan menginap, salah satu yang populer yaitu Putri Diana.
Tahun 1993, Putri Diana berkunjung ke Pulau Moyo di Sumbawa
untuk menenangkan diri karena rumah tangganya bersama Pangeran Charles
sedang tidak harmonis. Selain Putri Diana, sejumlah artis kenamaan dunia
juga kedapatan pernah berlibur di Pulau Moyo, diantaranya adalah vokalis
Rolling Stones Mick Jagger, serta penyanyi dan penulis lagu David Bowie.

5. Nanu’ua
Berupa gunung, berada di Bengkulu Utara, Bengkulu
Luas : 10.000,00 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 741/kpts/um/11/78,
pada tanggal 1 November 1978.

6. Landusa Tomata
Berada di Poso, Sulawesi Tengah
Luas 5.000,00 ha
Berdasarkan keputusan menteri Kehutanan RI nomor: 397/kpts-ii/1998, pada
tanggal 21 April 1998.
Kawasan TB Landusa Tomata menurut tipe ekosistemnya yaitu hutan
dataran rendah, semak belukar/ padang savana dan rawa. Komposisi jenis
vegtasi yang mendominasi areal TB Landusa Tomata terdiri dari Kayu besi
(Intsia bijuga), Sengon (Leucanea lucocephala), beringin (Ficus sp.), Jabon
(Anthocephalus cadamba), Uru (Elmerillia ovalis), Binuang (Octomeles
sumatrana), Macaranga sp., Trema orientalis, Anthocephalus macrophyllus,
Sterkulia foetida, Barringtonia racemosa, Duabanga abluccona.
Jenis-jenis rumput yang ditemukan di kawasan TB Landusa Tomata
antara lain terdiri dari: Alang-alang (Imperata cilyndrica), Glagah (Sacharum
spontaneum), Arundinella sp., Miscantushus floridulus, Rumput geganjuran
(Paspalum commersonii), Rumput kawat (Cynodon dactylon), Rumput teki
(Cyperu rotundus), Teki (Kyllinga monocephala), Rumput wallingi (Scirpus
grossus), Bulu mata kerbau (Fimbrytilis annua), Rumput jarum (Anropogan
aciculatus), Rumput pait (Axonopus comprssus), Jampang piit (Digitaria
sanguinalis), Rumput raket (Ischaemum timorese), dan Rumput kembang
goyang (Chloris barbata).
Jenis perdu (semak) yang banyak tumbuh di kawasan TB Landusa
Tomata yaitu Melastoma stomataceae, Paku-pakuan (Pteridium sp.),
Nephrolepi sp., Sirih hutan (Piper aduncum).
Potensi yang dimiliki oleh TB Landusa Tomata yaitu Rusa (Cervus
timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Anoa (Bubalus depresicornis), Babirusa
(Babyrousa babirussa), Kuskus (Phalanger ursinus), Biawak (Varanus
salvator), dan Ular sawah (Phyton morulsu).
Jenis-jenis burung yang terdapat di TB Landusa Tomata adalah Nuri
sulawesi (Trichoglassus flavoviridis), Tekukur hutan (Streptopetia chinensis),
Tekukur (Streptopetia geopelia), Pergam hitam sulawesi (Turaccena
manadensis), Burung enggang (Penelopides exarhatus), Rangkong sulawesi
(Scissirostum dubium), Raja udang (Halcyon sp.), dan Raja udang (Alcedo
sp.), dan Gelatik atau Munia (Lonchura molucca).
7. Lingga Isaq

berada di Aceh Tengah, Nangroe Aceh Darussalam


Luas 80.000.00 ha
Berdasarkan, keputusan Menteri Pertanian RI nomor: 70/kpts/um/2/78, pada
tanggal 1 Februari 1978.
Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Lingga Isaq
ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Surat
Keputusan Nomor.SK.747/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 pada tanggal 20
September 2016 dengan luas areal ± 86.634 (delapan puluh enam ribu enam
ratus tiga puluh empat) Hektar. KPHK Lingga Isaq terdiri dari dua unit
kawasan konservasi yaitu Taman Buru Lingga Isaq seluas ± 86.320 (delapan
puluh enam ribu tiga ratus dua puluh) Hektar di Kabupaten Aceh Tengah dan
Cagar Alam Serbojadi seluas ± 314 (tiga ratus empat belas) Hektar di
Kabupaten Aceh Timur.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya
Alam Aceh Nomor SK.229/K.20/TU/KSA.0.2/12/2016 KPHK Lingga Isaq
dibagi menjadi empat resort.
Keanekaragaman hayati yang tinggi di dua kawasan konservasi ini
menjadi kunci pokok sebagai sistem penyangga kehidupan serta keberagaman
tipe hutan yang mulai dari hutan dataran rendah, menengah dan dataran tinggi
menjadikan kawasan ini sebagai penyangga hidup berbagai satwa liar dan
tumbuhan endemik seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae),
Orangutan Sumatera (Pongo abelli), Badak Sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Rafflesia Sp (Rafflesia
Atjehnensis) yang hanya dapat dijumpai di propinsi Aceh dan kawasan ini
juga merupakan jalur lintasan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus).
Kebakaran hutan, perambahan hutan, perburuan satwa liar, kawasan
yang tumpang tidih dengan lahan konsesi perusahaan dan illegal logging
menjadi masalah utama yang dihadapi oleh KPHK Lingga Isaq. Untuk
menekan gangguan tersebut kegiatan utama yang dilakukan oleh KPHK
Lingga Isaq adalah Patroli Rutin Pengamanan Kawasan baik di Taman Buru
Lingga Isaq maupun Cagar Alam Serbojadi.

8. Masigit Kareumbi
Berupa gunung, berada di Sumedang dan Garut, Jawa Barat
Luas : 12.420,70 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI nomor: 298/kpts-ii/1998, pada
tanggal 27 Februari 1998.
Taman Buru Masigit Kareumbi masuk ke dalam tiga kabupaten di
Jawa Barat, antara lain Bandung, Garut, dan Sumedang. Namanya diambil dari
dua kata, yakni Masigit yang merujuk kepada nama gunung di sebelah timur
kawasan hutan, dan Kareumbi yang merujuk nama sebuah gunung di bagian
baratnya. Namun, konon, Kareumbi juga merujuk nama pohon kareumbi yang
dulunya banyak tumbuh di gunung tersebut. (BBKSDA) Provinsi Jawa Barat.
Namun sejak 2008, organisasi kegiatan alam bebas, Wanadri bekerja sama
dengan BBKSDA mengurus kawasan dengan tujuan menjadikan ekosistem
kawasan seperti sedia kala. Seiring itu, taman buru bukan sekedar sematan,
namun bisa diwujudkan. Sejak itu, BBKSDA mengambil alih pengelolaan
hingga bersinergi dengan Wanadri. Darmanto menyebut, untuk
mengembalikan fungsi hutan, program konservasi kemudian dicanangkan.
Program ini berupa penanaman pohon, disebut wali pohon. Sejak
diperkenalkan hingga sekarang, jumlah pohon yang ditanam sudah sekitar 200
ribu batang lebih. Pihak luar Gunung Masigit Kareumbi pun seiring waktu
terus ikut berkontribusi menghijaukan lagi kawasan. Merujuk situs resminya,
Gunung Masigit Kareumbi memiliki luas kawasan mencapai 12.420,7 hektare.
Tempat ini dikelola di bawah wewenang Balai Besar Konservasi Sumber Daya
Alam

9. Mata Osu

Berupa padang, berada di Kolaka, Sulawesi Tenggara


Luas : 8.000,00 ha
Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 643/kpts-ii/1998, pada
tanggal 23 September 1998.
10. Ndana

Berupa pulau, berada di Kupang, Nusa Tenggara Timur


Luas 1.562,00 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 83/kpts-ii/1993, pada
tanggal 1 Januari 1993.

11. Pini

Berupa pulau, berada di Nias, Sumatera Utara


Luas : 8.350,00 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI RI Nomor: 347/kpts-ii/1996,
pada tanggal 5 Juli 1996.
Posisi Taman Buru (TB) Pulau Pini yang berada pada ketinggian 0 –
80 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan berbatasan langsung dengan
Samudera Indonesia, menjadikan kawasan ini sangat istimewa. Secara umum,
kawasan ini memiliki formasi hutan dataran rendah dan formasi hutan pantai
yang sangat mempengaruhi karakteristik flora dan fauna yang ada di
dalamnya.
Tumbuhan yang banyak ditemukan di kawasan hutan TB. Pulau Pini
adalah Keruing (dipterocarpus sp.), Meranti (shorea sp.), Malutua (gurcinia
picrorhi), beberapa jenis palem, cakar ayam, pandan, pakis dan jenis-jenis
bakau seperti Rhizophora, Avicenia serta Bruguiera. Sedangkan pohon kelapa
tumbuh subur hampir memenuhi sepanjang pantai yang membentang dari
timur sampai selatan kawasan.
Selain kedua formasi ekosistem tersebut, juga ditemui ekosistem
padang lamun di bagian timur kawasan yang didominasi oleh tumbuhan lamun
serta sekelompok tumbuhan bangsa Alismatales. Sedangkan kawasan lautnya
menyimpan potensi ekosistem terumbu karang yang menawan dan potensial
untuk dikembangkan.
Satwa yang terdapat di Taman Buru Pulau Pini masih dibedakan
berdasarkan tipe ekosistem yang menjadi habitat bagi satwa tersebut.
Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah merupakan habitat yang nyaman
bagi jenis-jenis mamalia terestrial seperti babi hutan, kijang dan kancil, dan
mamalia arboreal seperti kera ekor panjang dan burung jenis murai batu.
Pada ekosistem mangrove di bagian utara sampai timur laut kawasan,
menjadi habitat bagi jenis-jenis hewan mangrove seperti kepiting, udang,
burung bangau, dan kera ekor panjang, ular serta biawak.
Penunjukkan kawasan ini, sejatinya memberi ekspektasi (harapan)
dalam meningkatkan kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat di
sekitarnya melalui pengembangan kegiatan perburuan satwa liar yang sesuai
dengan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 1994 tentang
Perburuan Satwa Liar serta pengembangan dan pemanfaatan Kawasan Taman
Buru beserta lingkungan sekitarnya. Asa ini dapat terealisasi, tentunya dengan
perencanaan yang matang, handal dan komprehensif, yang melibatkan
berbagai pihak termasuk juga kalangan investor.
Balai Besar KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Sumatera Utara,
selaku UPT (Unit Pelaksana Teknis) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan, mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai pengelola kawasan. Tentunya sangat diperlukan
perencanaan yang handal dalam pengelolaan kawasan TB Pulau Pini untuk
mendapatkan hasil yang optimal sehingga fungsinya sebagai perlindungan
sistem peyangga kehidupan; kawasan pengawetan keanekaragaman hayati
(kehati) serta pemanfaatan kawasan secara lestari dapat terwujud dan
memberi manfaat bagi masyarakat secara luas. Untuk itu aspek ekologis,
teknis, ekonomis, dan sosial budaya dijadikan sebagai dasar dalam kegiatan
pengelolaan kawasan.

12. Semidang bukit kabu

Berada di Bengkulu Utara, Bengkulu


Luas : 15.300,00 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 186/kpts/um/4/73, pada
tanggal 1 April 1973.

13. Tambora selatan


Berada di Dompu, Nusa Tenggara Barat
Luas 30.000,00 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 676/kpts/um/11/78,
pada tanggal 1 November 1978.
Taman Buru (TB) Tambora Selatan ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan MenteriKehutanan dan Perkebunan Nomor. 418/Kpts-II/1999
tanggal 15 Juni 1999, seluas 26.130,25Ha. (data berdasar : Penataan batas
fungsi tahun 1994 dan 1995). Menurut administrasi pemerintahan Taman Buru
Tambora Selatan terletak di Kecamatan Sanggar Kabupaten Bimadan
Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Kondisi bentang alam yang bervariasi, berbukit sampai bergunung
dengan kelerengan landai, curam sampai sangat curam. Kawasan ini dibatasi
olehdi sebelah utara Suaka Margasatwa Tambora Selatan, di sebelah barat
Kecamatan Pekat, disebelah selatan Hutan Lindung Tambora Selatan dan di
sebelah timur Teluk Sanggar.IklimMenurut klasifikasi Schmidt-Ferguson,
Taman Buru Tambora Selatan memiliki tipe iklim E.Formasi geologi di
Taman Buru Tambora Selatan berdasarkan peta geologi tinjau PulauSumbawa
tahun 1975 dikelompokkan dari jenis Mediteran dengan bahan induk
vulkan.Tipe hutanTipe hutan yang ada di Taman Buru Tambora Selatan terdiri
dari tipe hutan tropis dan tipehutan musim. Jenis tumbuhan diantaranya
didominasi oleh duabanga (Duabanga molucana), jenis Casuarina junghuniana
serta beberapa pohon liar sebagai habitat tempat bersarangnyalebah madu.
Sedangkan untuk jenis fauna antara lain Punai flores (Treron floris), Cekakak
punggung putih (Caridonax fulgidus), Pergam punggung hitam (Ducula
lacemulata), celepukwallacea (I), Anis Nusa Tenggara (Zoothera Doherty),
Burung madu mentari (Nectarinasolaris), Kakatua kecil jambul kuning
(Cacatua sulphurea), Babi hutan (Sus scrova), RusaTimor (Cervus timorensis),
Musang serta Kera abu-abu (Macaca fascicularis).Sosial ekonomiKondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan hampir sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani, hanya sebagian kecil masyarakat yang
bekerja di bidang perdagangan. Potensi wisata yang dimiliki diantaranya
pemandangan alam yang indah, padang savana, potensi lebah madu dan
potensi satwa. Beberapa kegiatan wisata yang dapatdilakukan yaitu wisata
buru, mountaineering, jungle tracking, photo hunting, pendidikanlingkungan,
penelitian dan berkemah. Sarana dan prasarana pengelola yang telah ada
diantaranya jalan trail dan papan informasi.
14. Rempang

Berupa pulau, berada di Kepulauan Riau


Luas : 16.000,00 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 307/kpts-ii//1986,
pada tanggal 29 September 1986.
Taman Buru Pulau Rempang Ditunjuk berdasarkan SK. Menhut
No.307/Kpts-II/1986 Tanggal 29 September 1986 dengan luas kawasan
16.000 Ha. Secara geografis terletak di 0 47-0 57LU dan 104 05-104 16BT.
Kawasan ini berada di Kec.Galang Kota Batam Barat Provinsi Kepulauan
Riau dan di Wilayah Kerja Seksi Konservasi Wilayah II Bidang KSDA
Wilayah I Balai Besar KSDA Riau. Kawasan TB. Pulau Rempang dipilih
sebagai salah satu kawasan perlindungan keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya berdasarkan keadaan populasinya,letaknya juga berdekatan
dengan 2 negara yaitu Malaysia dan Singapura serta dilalui jalur perdagangan
dunia sehingga dinilai cukup potensial sebagai kawasan wisata,bagi bisnis
perburuan.Berdasarkan Kepres No.28 Tahun 1992 tanggal 19 Juni 1992
termasuk wilayah Otoritas pengembangan Daerah Industri Batam. Flora :
Bakau (Rhizophora sp), Tiup-tiup (Adinandra dumosa), Riang-riang
(Ploiarium albermifolium), pasak bumi (Erichroma sp), Meranti (Shorea sp).
Fauna : Babi hutan (Callosciarus eotatus), Cagak (Corpus sp), Elang laut
(Haliaetus leucagaster). Ekosistem : Hutan hujan dataran rendah,Hutan pantai
dan Hutan bakau.

15. Rusa

Berupa pulau, berada di Alor, Nusa Tenggara Timur


Luas : 1.384,65 ha
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor Nomor: 8820/kpts-
ii/2002, pada tanggal 24 Oktober 2002.
Sesuai namanya, pulau ini merupakan habitat bagi ribuan rusa liar dan
sedang dikembangkan sebagai destinasi wisata berburu bagi wisatawan. Bagi
wisatawan yang ingin berburu di lokasi wisata ini harus didampingi oleh
pemangku adat setelah sebelumnya melakukan ritual upacara adat.
Jenis Flora seperti waru laut (Hibiscus tiliacius), ketapang (Terininalia
catapa), pandan (Pandanus tectorius), Berta jenisjenis tumbuhan bakau seperti
Rhizophoro sp, Sonneratia alba, Avicetia sp, dan Bruguira gymnoriza.
Kawasan Pulau Rusa memilki potensi hutan alam pantai campuran antara lain
didominasi jenis-jenis seperti Ketapang (Terminalia catappa), Waru Laut
(Hibiscus tiliaceus), Pandan Laut (Pandanus tectorius),serta jenis-jenis
tumbuhan bakau antara lain Rhyzophora sp, Sonneratia alba, dan Bruguiera
gymnoriza. Beberapa jenis satwa yang terdapat di kawasan ini di antaranya
adalah rusa timor (Cervus thnorensis), buaya (Crocodylus porosus), ular sanca
(Phyton reticaletus), burung elang (Haliaetus leucogaster), burung beo
(Gracula religiosa), ayam hutan (Gallus sp), kakatua (Cacatua gaearita),
bangau putih (Ibis cinereus), Egretta sacra, penyu sisik (Eretinochelys
iinbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas).

b. KSA/KPA
1. Suaka Margasatwa Pulau Bawean

Suaka margasatwa ini berupa pulau kecil di sebelah utara sekaligus masuk
dalam wilayah administrasi Kabupaten Gresik. SM Pulau Bawean ini tepatnya
terletak di Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Satwa liar yang
dilindungi di sana adalah rusa bawean (axis kuhlii). dengan kalimat lain, rusa
bawean ini adalah satwa yang terancam punah. Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jatim sendiri menyebut hanya ada 303 ekor
rusa bawean yang hidup di alam liar pada tahun 2016.

2. Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang

SM Dataran Tinggi Yang ini terletak di empat kabupaten yang saling


berbatasan. Keempat kabupaten itu antara lain Probolinggo, Situbondo,
Bondowoso dan Jember. Puncak tertinggi dari Dataran Tinggi Yang adalah
Gunung Argopuro. Di SM Dataran Tinggi Yang, terdapat banyak sekali satwa
dilindungi. Namun yang paling populer adalah merak, rusa timor dan lutung
jawa. Selain itu, pepohonan di SM Dataran Tinggi Yang ini ada yang berdiri
menjulang hingga 30 meter.
3. Taman Wisata Alam Kawah Ijen
Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen ini terletak di wilayah administrasi
perbatasan Banyuwangi dan Bondowoso. TWA ini adalah bagian dari Cagar
Alam Kawah Ijen. Di sana kita dapat menemukan berbagai flora dataran tinggi
seperti edelweiss dan cemara. Beberapa burung endemik semisal walik kepala
ungu, cekaka jawa, cucak gunung dan ayam hutan hijau bisa kamu temui,
kalau beruntung. Soalnya, TWA Kawah Ijen hanya dibuka mulai pukul 01.00
WIB - 12.00 WIB saja. Sebagai TWA, Kawah Ijen memiliki berbagai daya
tarik wisata. Di antaranya adalah panorama Danau Kawah Ijen yang diketahui
menjadi kawah paling besar sekaligus paling asam sedunia.

4. Taman Wisata Alam Gunung Baung


TWA Gunung Baung ini berlokasi di Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi,
Kabupaten Pasuruan. Sebelah barat TWA ini berbatasan dengan Kebun Raya
Purwodadi yang terkenal itu. Sebelumnya, Gunung Baung ini berstatus cagar
alam sebelum diubah statusnya menjadi TWA pada tahun 1980. Di sana, kamu
bisa melihat pohon beringin tumbuh terhampar. Selain itu, di sana juga
terdapat enam jenis bambu, lho. Satwa yang hidup di TWA Gunung Baung
juga datang dari berbagai jenis, misalnya saja ular piton, landak dan
trenggiling. Lokasi rekreasi di sana antara lain di air terjun Cuban Baung.
Selain itu, ada empat cuban lainnya dengan tinggi 20-30 meter. Sungai-sungai
di TWA Gunung Baung juga acap kali dimanfaatkan untuk kegiatan susur
sungai atau rafting.

5. Taman Wisata Alam Tretes


Seperti yang sudah diketahui banyak Wong Jatim, TWA Tretes ini terletak di
Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. TWA Tretes ini merupakan bagian
dari Pegunungan Arjuna. Di sana, kamu akan banyak sekali menemukan
pohon-pohon pinus. Sebelumnya, terdapat satwa kera abu-abu, lutung jawa
dan babi hutan. Namun, seiring perkembangan, satwa-satwa itu kini jarang
sekali terlihat. Sebagai gantinya, kamu akan menemui berbagai jenis burung
seperti, prenjak, trucukan, kutilang dan raja udang.

6. Taman Nasional Bali Barat


Taman Nasional Bali Barat terletak di bagian barat dari pulau Bali di
Indonesia. Taman nasional ini mempunyai luas 19.002,89 Ha yang terdiri dari
kawasan terestrial seluas 15.587,89 ha. dan kawasan perairan selaus 3.415 ha
dan sebagai salah satu kawasan kawasan konservasi, pengelolaan Taman
Nasional Bali Barat (TNBB) ditujukan untuk:
 Perlindungan populasi Jalak Bali beserta ekosistem lainnya seperti
ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, ekosistem hutan pantai
dan ekosistem hutan daratan rendah sampai pegunungan sebagai sistem
penyangga kehidupan terutama ditujukan untuk menjaga keaslian,
keutuhan dan keragaman suksesi alam dalam unit-unit ekosistem yang
mantap dan mampu mendukung kehidupan secara optimal.
 Pengawetan keragaman jenis flora dan fauna serta ekosistemnya ditujukan
untuk melindungi, memulihkan keaslian, mengembangkan populasi dan
keragaman genetik dalam kawasan TNBB dari gangguan manusia.
 Pemanfaatan secara lestari Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya
ditujukan untuk berbagai pemanfaatan seperti:
1. Sebagai laboratorium lapangan bagi peneliti untuk pengembangan
ilmu dan teknologi.
2. Sebagai tempat pendidikan untuk kepentingan meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan bagi masyarakat.
3. Obyek wisata akan pada zona khusus pemanfaatan yang dapat
dibangun fasilitas pariwisata.
4. Menunjang budidaya penangkaran jenis flora dan fauna dalam
rangka memenuhi kebutuhan protein, binatang kesayangan dan
tumbuhan obat-obatan.
Secara geografis berada diantara 114º26' - 114º35' Bujur Timur dan 5º5' -
5º13' Lintang Selatan. Secara administratif lokasi kawasan Taman Nasional
Bali Barat termasuk dalam Provinsi Bali, Kabupaten Jembaran dan
Kabupaten Buleleng. Taman Nasional Bali Barat terdiri dari berbagai
habitat hutan dan sabana. Di tengah-tengah taman ini didominasi oleh sisa-
sisa empat gunung berapi dari zaman Pleistocene, dengan gunung Patas
sebagai titik tertinggi di tempat ini. Sekitar 160 spesies hewan dan
tumbuhan dilindungi di taman nasional ini. Hewan-hewan seperti Banteng,
Rusa, lutung, kalong dan aneka burung. Taman Nasional Bali Barat
merupakan tempat terakhir untuk menemukan satu-satunya endemik Bali
yang hampir punah, Jalak Bali di habitat aslinya.
7. Cagar Alam Rafflesia Aceh
Berada di Serbojadi, kabupaten Aceh Timur. Kesatuan Pengelolaan Hutan
Konservasi (KPHK) Lingga Isaq yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan melalui Surat Keputusan
nomor.SK.747/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 pada tanggal 20 September 2016
dengan luas areal ± 86.634 (delapan puluh enam puluh enam) ribu enam ratus
tiga puluh empat) Hektar. KPHK Lingga Isaq terdiri dari dua unit kawasan
konservasi yaitu Taman Buru Lingga Isaq seluas ± 86.320 (delapan puluh
enam ribu tiga ratus dua puluh) Hektar di Kabupaten Aceh Tengah dan Cagar
Alam Serbojadi seluas ± 314 (tiga ratus empat belas) Hektar di Kabupaten
Aceh Timur. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Konservasi Sumber
Daya Alam Aceh Nomor SK.229/K.20/TU/KSA.0.2/12/2016 KPHK Lingga
Isaq dibagi menjadi empat resort. Keanekaragaman hayati yang tinggi di dua
kawasan konservasi menjadi kunci pokok sebagai sistem penyangga
kehidupan serta keragaman tipe hutan yang mulai dari hutan dataran rendah,
menengah dan dataran tinggi menjadikan kawasan ini sebagai penyangga
hidup berbagai satwa liar dan tumbuhan endemik seperti Harimau Sumatera
( Panthera tigris sumatrae ) ), Orangutan Sumatera ( Pongo abelli ), Badak
Sumatera ( Dicerorhinus sumatrensis ), Beruang Madu ( Helarctos
malayanus ), Rafflesia Sp ( Rafflesia Atjehnensis ) yang hanya dapat dijumpai
di propinsi Aceh dan kawasan ini juga merupakan jalur lintasan Gajah
Sumatera ( Elephas maximus sumatranus ). Kebakaran hutan, perambahan
hutan, perburuan satwa liar, kawasan yang tumpang tindih dengan lahan
konsesi perusahaan dan pembalakan liar menjadi masalah utama yang
dihadapi oleh KPHK Lingga Isaq. Untuk menekan gangguan tersebut kegiatan
utama yang dilakukan oleh KPHK Lingga Isaq adalah Patroli Rutin
Pengamanan Kawasan baik di Taman Buru Lingga Isaq maupun Cagar Alam
Serbojadi.

8. Cagar Alam Dolok Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara

Berada di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kecamatan


Simangumban Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara. Luas area :
6.970 Ha. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
226/Kpts/Um/4/1982 tanggal 8 April 1982. Sebagai Cagar Alam, kelompok
hutan Dolok Sipirok tersebut merupakan perwakilan tipe vegetasi hutan hujan
tropika yang ditumbuhi pohon jenis pinus khas Tapanuli, Antur mangan
(Casuarina sumatrana), Sampinur bungan (Podocarpus imbricatus) dan
Sampinur tali (Dacridius junghunii), dan merupakan habitat satwa liar baik
yang telah dilindungi maupun belum dilindungi Undang-undang, sperti
Harimau loreng (Panthera tigris sumatraensis), Kijang (Muntiacus muntjak),
Siamang (Hylobates tab), Imbo (Hylobates sindactylus), Enggang (Fuceros
licornis), Elang, Punai, dan lain-lain. Dalam kawasan Cagar Alam Dolok
Sipirok terdapat panorama alam, dimana bentuk topografinya ada yang
menyerupai dinding raksasa yang bagian puncaknya tersusun oleh lapisan
serasah dan akar kayu serta dapat memandang hamparan hutan di Cagar Alam
Dolok Sipirok. Disisi lain terdapat air terjun tujuh tingkat di daerah aliran
Sungai Sipahabang yang keadaan hutannya masih benar-benar asli, karena
jalan setapak menuju lokasi belum ada sehingga sulit dijangkau.

9. Cagar Alam Bukit Bungkuk, Kampar, Riau

Berada di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Kecamatan Bangkinang Barat


Kabupaten Kampar. Luas area : 20.000 Ha. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor. 173/Kpts-II/1986 tanggal 6 Juni 1986. Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 3917/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei
2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Cagar Alam Bukit Bungkuk seluas
12.828,88 Hektar di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. terletak di 010 LU 0
15 LU dan 101 50 101 55 BT. Secara administrasi pemerintahan Cagar Alam
Bukit Bungkuk berada di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Kecamatan
Bangkinang Barat Kabupaten Kampar. Berdasarkan pengelolaan wilayah kerja
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, Cagar Alam Bukit Bungkuk
berada di wilayah kerja Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II
yang dibantu oleh Seksi Konservasi Wilayah III. Potensi yang dimiliki Cagar
Alam Bukit Bungkuk berupa :
a. Flora : Meranti (Shorea), Kempas (Koompasia malaccensis), Bintangur
(Calophyllum inophyllum), Balam (Palaquium spp.), Keruing (Dipterocarpus
spp.), Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.), Durian Hutan (Durio sp.),
Balam/Suntai (Palaquium walsurifolium), Rengas (Gluta renghas/Gluta
apherta)
b. Fauna : Beruang Madu (Helarctos malayanus), Rusa (Cervus ), Harimau
Sumatra (Panthera tigris Sumatrae), Kancil (Tragulus javanicus), Kera Ekor
Panjang (Macaca fascicularis), Ayam Hutan (Gallus sp.), Biawak (Varanus
sp.), Bubut Besar (Centropus sinensis), Bunglon (Bronchocela jubata).
c. Potensi Jasa Lingkungan Potensi jasa lingkungan yang dapat dimanfaatkan
di dalam kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk hanya pemanfaatan karbon.
Namun, terdapat potensi-potensi jasa lingkungan di dalam kawasan yang dapat
diintegrasikan dengan keberadaan kawasan hutan lainnya di sekitar kawasan
Cagar Alam Bukit Bungkuk seperti waduk koto panjang dan air terjun.
10. Cagar Alam Gunung Celering
Berada di Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Luas area :
1.328,40 Ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 755/Kpts-
II/1989 tanggal 16 Desember 1989.
Potensi Kawasan Flora : Flora yang tercatat di kawasan ini antara lain Bendo
(Artocarpus elastica), Brasan (Tarenna incerta), Dualolo (Spatudia sp.),
Gintungan (Bischofia javanica), Girang (Leea sp.), Gondang Hijau (Ficus
variegata), Ingas (Gluta renghas), Jangkar (Rhizophora sp.), Jaranan
(Polyscias nodosa), Jenggi ( E u r y a j a p o n i c a ) , J e n g k o l
(Pithecolobium lobatum), Jrakah (Ficus s u p e r b a ) , K e d a w u n g ( P a r k
iaroxburghii),KedondongHutan(Spondiaspinnata)
d a n Ke d o y a (Dysoxylum amooroides).
Fauna : Fauna yang tercatat pernah ada di kawasan ini antara lain Babi Hutan
(Sus sp.), Bajing Tanah (Lariscus hosei), Bajing Terbang (Lomys horfieldi),
Ular, E l a n g ( A c c i p i t r i d a e ) , A l a p - a l a p (Falconidae), Burung
Tialang, Kutilang (Pycnonotus aurigaster.), Prenjak ( P r i n i a s u b f l a v a ) ,
S e s a p M a d u ( M e l l i p h a g i d a e ) , S e n d a n g L a w e (Ciconia sp.),
Trucukan (Pycnonotus goaivier), Emprit (Lonchura sp.), Sriti (Collocalia sp.),
Tekukur (Streptopelia chinensis), Raja Udang (Alcedinidae), Platuk Besi
(Threskiornis aethiopicus) dan Ayam Hutan (Gallus sp.).

11. Cagar Alam Teluk Apar

Berada di Bolaang Mangondow, kabupaten Paser, Sulawesi Utara. Luas area :


46.900 Hektare. Berdasarkan Surat Penetapan SK. Menhut No. 86/Kpts-
II/1993. Status yang diberikan adalah kawasan hutan tetap dengan fungsi
hutan cagar alam. Surat keputusan diterbitkan pada tanggal 16 Februari 1993.
Pengukuran lahan Cagar Alam Teluk Apar mulai dilaksanakan tahun 1986
dengan jalur batas sepanjang 62.275 kilometer. Cagar Alam Teluk Apar
dimaksudkan untuk melindungi kondisi alam yang masih asli di ekosistem
tersebut. Sebagian besar kawasannya merupakan ekosistem hutan mangrove.
Di dalam Cagar Alam Teluk Apar terdapat beragam jenis flora dan fauna.
Jenis flora yang umum ditemukan adalah Avicenia marina (Api-api), Avicenia
Alba, Soneratia alba (Tancang), Aegiceros corniculatus (Lenggadai),
Rhyzopora mucronata, Ceriops decandra, Bruguiera parvifolia (Menjeriting),
Bruguiera sexagula, dan Nypa sp (Nipah). Sedangkan jenis fauna yang umum
ditemukan adalah Bekantan (Nasalis larvatus), Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis), Lutung dahi putih (Presbytis frontata), Raja udang (Halcyon
capensis), Cucak rowo (Pycnonotus zeylenicus), Elang (Accipiter sp.), Walet
Coklat (Callocalia fuciphaga), Layang-layang (Hemiproene longipernis),
Srigunting (Dicrurus paradiseus), Burung kipas (Rhipidura perlata), Trinil
(Actitis hypoleucas), Jog-jog (Pycnonotus goavier), Biawak (Varanus
salvator), Ular sanca (Phyton reticulatus), Kadal (Mabouya multifasciata),
Buaya muara (Crocodylus porossus), Ular tambak (Cerberus rhynchops),
Tempakul (Periopthalmus sp.), dan Katak (Rana sp.).
12. Cagar Alam Morowali

Berada di wilayah 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Soyo Jaya, Kecamatan


Bungku Utara dan Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara,
Sulawesi Tengah. Luas area : 200.000 Ha. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Nomer 133/Kpts/Um/3/198 tanggal 3 Maret 1980. Beberapa jenis
flora yang tumbuh di dalam cagar alam morowali ialah bakau, Bruguiera,
teruntum, tengar, coropa, paku gajah, pandan, beringin, dan cemara laut. Di
dalam alam ini terdapat hutan rawa dan hutan bambu yang ditumbuhi oleh
Palqium, sawo mentega, saw kecik, tanjung, Calophyllum, Panirani
corymbosa, Haplolobus celebicus, pinang, dan rotan. Beberapa jenis fauna
yang hidup di dalam cagar alam morowali ialah babi rusa, anoa, yaki, musang
sulawesi, kuskus, rusa, babi hutan, dan tikus. Selain itu terdapat pula jenis
burung dan unggas seperti elang laut, itik, pecuk ular, dan cangak merah.
13. Cagar Alam Kalaena

Berada di Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan


Luas area : 110 hektare.
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. 428/Kpts-II/1987
tanggal 29 Desember 1987.
Pengelolaan Cagar Alam Kalaena diberikan kepada Dinas Kehutanan
Sulawesi Selatan, khususnya di ekosistem hutan. Jenis flora yang umum
ditemukan ialah Dyospiros celebica, Alphitenia moluccana, Albizzia
sapanaria, Calophylum seulatri, dan Calamus sp. Sedangkan jenis fauna yang
ada ialah Macaca brunnescens, Macrogalidia, Sus vitiatus, Otus sp, Elanus sp,
Antreptes sp, Ducula sp, Dicrurus macrocercus, Streptopelia chinensis,
Varanus salvator, dan Phyton sp.
Topografi Cagar Alam Kalaena berupa tanah datar hingga bergelombang.
Sudut kemiringan lerengnya antara 30-60 derajat. Cagar Alam Kalaena berada
pada ketinggian antara 60 – 457 mdpl. Secara geologi, Cagar Alam Kalaena
berada dalam Formasi Batuan Sedimen Paleogen. Jenis tanahnya bervariasi,
tetapi yang umum ialah aluvial, latosol dan podsolik. Iklim lingkungannya
masuk dalam tipe iklim A berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt – Ferguson.
Curah hujan rata-rata per tahun sebesar 4.365 mm. Suhu lingkungannya
berkisar antara 21 – 31° Celsius.
14. Taman Nasional Alas Purwo

Taman Nasional Alas Purwo (TN Alas Purwo) adalah taman nasional yang
terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Letak taman nasional ini di ujung paling
timur dari Pulau Jawa. Wilayah termasuk dalam pesisir pantai selatan antara
8°26’45”– 8°47’00” Lintang Selatan dan 114°20’16”–114°36’00” Bujur
Timur. Penetapannya sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 283/Kpts- 11/1992 tertanggal 26 Februari 1992.
Lahannya seluas 43.320 ha. Taman Nasional Alas Purwo jugaa masuk dalam
Semenanjung Blambangan. Ekosistem yang ada merupakan hutan hujan
tropika. Ekosistemnya terbagi menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan
bakau, hutan tanaman, hutan alam, dan padang rumput. Taman Nasional Alam
Purwo merupakan tempat ritual Pagerwesi bagi umat Hindu. Letak taman
nasional ini berbatasan dengan Pulau Bali. Di dalamnya ada Pura Luhur Giri
Salaka. Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Alas Purwo sangat tinggi.
Jenis tumbuhan yang ditemukan sedikitnya 584 jenis dengan bentuk rumput,
herba, semak, liana dan pohon. Di dalam Taman Nasional Alas Purwo terdapat
beberapa jenis hewan darat seperti banteng, kijang, rusa, lutung, kancil, macan
tutul, anjing hutan dan kucing hutan. Beberapa jenis burung dapat ditemukan
antara lain rangkong badak, kangkareng perut putih, merak, ayam hutan hijau
dan ayam hutan merah. Di pesisir pantai dapat ditemukan empat jenis penyu
yaitu penyu abu-abu, penyu belimbing, penyu hijau dan penyu sisik. Taman
Nasional Alas Purwo merupakan salah satu taman nasional model di
Indonesia. Pemanfaatannya disesuaikan dengan keadaan wilayahnya.
Ekosistem asli di Taman Nasional Alas Purwo dijaga dengan menetapkan
sistem zonasi. Pemanfaatannya untuk penelitian, ilmu pengetahuan, budidaya,
rekreasi dan pariwisata.

15. Taman Nasional Baluran

Taman Nasional Baluran adalah salah satu taman nasional di Indonesia yang
terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia. Namanya
diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran.
Awalnya, kawasan taman nasional ini ditetapkan sebagai hutan lindung pada
tahun 1930 oleh Direktur Kebun Raya Bogor yang bernama K.W.
Dammerman. Statusnya kemudian diubah menjadi suaka margasatwa oleh
Gubernur Hindia Belanda pada tanggal 25 September 1937. Penetapan ulang
sebagai suaka margasatwa diadakan oleh Menteri Pertanian dan Agraria
melalui Surat Keputusan Nomor. SK/II/1962 tanggal 11 Mei 1962. Status
taman nasional diperoleh pada tanggal 6 Maret 1980 oleh Menteri Pertanian
dan dikukuhkan lagi pada tahun 1997 oleh Menteri kehutanan. Luas lahannya
seluas 25.000 ha. Taman Nasional Baluran berbatasan dengan Selat Madura di
utara, Selat Bali di timur, Desa Wonorejo dan Sungai Bajulmati di selatan dan,
serta Sungai Klokoran dan Desa Sumberanyar di barat. Wilayahnya dibagi
menjadi zona inti seluas 12.000 Ha, zona rimba seluas 5.537 ha, zona
pemanfaatan intensif seluas 800 Ha, zona pemanfaatan khusus seluas 5.780
Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha. Pengelolaannya dibagi dua menjadi
Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol dan Seksi Pengelolaan
Taman Nasional Wilayah II Karangtekok. Seksi wilayah I meliputi
sanggraloka Bama, Lempuyang dan Perengan. Sedangkan seksi wilayah II
meliputi sanggraloka Watu Numpuk, Labuhan Merak dan Bitakol. Gerbang
untuk masuk ke Taman Nasional Baluran berada di 7°55'17.76"S dan
114°23'15.27"E. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan
mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa
dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana
mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari
total luas lahan.

16. Taman Nasional Komodo


Taman Nasional Komodo terletak di daerah administrasi Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Taman nasional ini terdiri atas tiga pulau besar Pulau
Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil lainnya.
Wilayah darat taman nasional ini 603 km² dan wilayah total adalah 1817 km².
Pada tahun 1980, taman nasional ini didirikan untuk melindungi komodo dan
habitatnya. Di taman nasional ini terdapat 277 spesies hewan yang merupakan
perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia, yang terdiri dari 32
spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan
komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung termasuk hewan yang
dilindungi, karena jumlahnya yang terbatas atau terbatasnya penyebaran
mereka. Selain itu, di kawasan ini terdapat pula terumbu karang. Setidaknya
terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu yang ditemukan di sana,
dengan sekitar 1.000 spesies ikan. Keindahan terumbu ini menarik minat
wisatawan asing untuk berenang atau menyelam di perairan ini. Pulau-pulau
ini aslinya adalah pulau vulkanis. Jumlah penduduk di wilayah ini kurang
lebih adalah 4.000 jiwa. Pada tahun 1991 taman nasional ini diterima sebagai
Situs Warisan Dunia UNESCO. Pada tanggal 11 November 2011, New 7
Wonders telah mengumumkan pemenang sementara, dan Taman Nasional
Komodo masuk kedalam jajaran pemenang tersebut bersama dengan, Hutan
Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah
Puerto Princesa, dan Table Mountain. Taman Nasional Komodo mendapatkan
suara terbanyak.

17. Cagar Biosfer Siberut


Cagar Biosfer Siberut yang merupakan bagian dari Taman Nasional Siberut,
Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Berada di Pulau Siberut, Kabupaten
Mentawai, Sumatra Barat. Luas area : 190.500 hektar. Pulau Siberut sudah
ditetapkan sebagai cagar biosfer melalui Proyek Manusia dan Biosfer yang
diadakan oleh UNESCO pada tahun 1981. Ekosistem di Taman Nasional
Siberut sebagian besar merupakan hutan hujan. Kawasan zonasi di taman
nasional ini ditetapkan pada tahun 2015 melalui Surat Keputusan Dirjen
PHKA No. 32/IV- Set/2015. Taman Nasional Siberut secara umum terbagi
menjadi zona inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan. Di dalamnya hidup
sedikitnya 896 spesies tumbuhan berkayu, 31 spesies mamalia, dan 134
spesies burung. Ada empat primata endemik yang terancam punah yaitu
siamang, beruk, simakobu dan lutung.

18. Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Riau


Berada di Kabupaten Bengkalis, dan Kabupaten Siak. Luas area : 705,271
hektare (2,72307 sq mi). Cagar biosfer merupakan sebuah lahan gambut
raksasa yang berkedudukan di Provinsi Riau yang dideklarasikan UNESCO
dalam Man and the Biosphere Programme guna mendukung industri kayu
berkelanjutan. Cagar alam ini merupakan rumah daripada 2 suaka margasatwa,
yakni Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil dan Suaka Margasatwa Bukit Batu.
Spesies unggulan di sini ialah gajah sumatra dan harimau sumatra.

19. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah taman nasional di Jawa


Timur, Indonesia, yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Taman
yang bentangan barat-timurnya sekitar 20-30 kilometer dan utara-selatannya
sekitar 40 km ini ditetapkan sejak tahun 1982 dengan luas wilayahnya sekitar
50.276,3 ha. Di kawasan ini terdapat kaldera lautan pasir yang luasnya ±6290
ha. Batas kaldera lautan pasir itu berupa dinding terjal, yang ketinggiannya
antara 200-700 meter.

20. Taman Nasional Kerinci Seblat

Taman Nasional Kerinci Seblat adalah taman nasional terbesar di Sumatra


yang memiliki luas wilayah sebesar 13,750 km². Taman nasional ini terletak
pada koordinat antara 100°31'18"E - 102°44'01"E dan 1°07'13"S - 1°26'14"S.
Secara administratif wilayah taman nasional ini berada di 14 kabupaten dan 2
kota yang termasuk dalam 4 provinsi yaitu Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu,
dan Sumatra Selatan. Taman nasional ini terdiri dari Pegunungan Bukit
Barisan yang memiliki wilayah dataran tertinggi di Sumatra, Gunung Kerinci
(3.805 m). Taman nasional ini juga terdiri dari mata air-mata air panas,
sungai-sungai beraliran deras, gua-gua, air terjun-air terjun dan danau kaldera
tertinggi di Asia Tenggara, Danau Gunung Tujuh. Taman nasional ini juga
memiliki beragam flora dan fauna. Sekitar 4.000 spesies tumbuhan tumbuh di
wilayah taman nasional termasuk bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldi,
dan bunga tertinggi di dunia, Amorphophallus titanum. Fauna di wilayah
taman nasional terdiri antara lain harimau sumatra, badak sumatra, gajah
sumatra, macan dahan, tapir melayu, beruang madu, dan sekitar 370 spesies
burung. Diterimanya Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatra ke daftar Situs
Warisan Dunia oleh UNESCO, membuat Taman Nasional Kerinci Seblat juga
diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Bersama dengan Taman
Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Selain
itu taman nasional ini masuk sebagai Taman Warisan ASEAN sejak 18
Desember 2003.

21. Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh

TN Gunung Leuser merupakan konservasi seluas 1.094.692 hektar, dimana


kawasannya meliputi beberapa kabupaten di Provinsi Aceh dan Sumatera
Utara. Wilayahnya berupa ekosistem hutan hujan tropis, pegunungan serta
ekosistem pantai.Taman Nasional Gunung Leuser terdiri dari beberapa
kawasan hutan, yaitu Suaka Margasatwa Kluet, Kangka Barat, Langka Tengah
Sekundur, Kappi, Taman Wisata Gurah dan kawasan hutan lindung.
22. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur

TN Baluran merupakan kawasan gunung di sekitar wilayah Banyuwangi,


Wongsorejo, Situbondo dan Banyuputih. Taman Nasional ini sering dijuluki
sebagai Afrika-nya Indonesia, sebab areanya meliputi vegetasi sabana seluas
40%.Hutan sabana Baluran adalah habitat bagi aneka jenis satwa liar, seperti
banteng dan kijang. Sedangkan ekosistem lain yang ada di tempat ini adalah
hutan mangrove, hutan rawa dan hutan musim.
23. Taman Laut Bunaken, Sulawesi Utara
Lokas Taman Laut Bunaken berada di segitiga terumbu karang sehingga
menjadi habitat berbagai spesies ikan, moluska dan mamalia laut. Setidaknya
ada 390 spesies terumbu karang yang mewakili ekosistem air laut di
Indonesia.Selain aneka terumbu karang, hidup pula alga dan rumput laut, serta
vegetasi hutan mangrove yang dihuni oleh spesies burung laut, kepiting,
moluska dan lobster. Taman Laut telah didirikan sejak tahun 1991 dan menjad
Situs Warisan Dunia pada tahun 2005 oleh UNESCO.

24. Danau Toba, Sumatera Utara

Danau Toba adalah danau terbesar di Indonesia, sekaligus Asia Tenggara.


Danau ini terbentuk secara alami oleh letusan supervolcano puluhan ribu tahun
yang lalu. Lebar Danau Toba sekitar 30 km dengan panjang 100 km. Di
tengah danau terdapat pulau bernama Samosir. Wisatawan yang berkunjung
kesini biasanya akan mengelilingi pulau dengan menggunakan perahu mesin.
25. Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur

Pulau ini dinamakan demikian karena menjadi habitat asli reptil purba
komodo. Posisinya berada di timur Pulau Sumbawa. Menurut data tahun 2009,
populasi komodo yang hidup ditempat ini adalah 1.300 ekor.UNESCO telah
menetapkan Pulau Komodos sebagai Situs Warisan Dunia bersama pulau lain
disekitarnya, yakni Gili Motang, Pulau Padar dan Pulau Rinca sebagai bagian
dari Taman Nasional Komodo.
26. Green Canyon, Jawa Barat
Nama aslinya adalah Cukang Taneuh. Ngarai ini dijuluki sebagai Green
Canyon dari Indonesia, letaknya berada di Kabupaten Ciamis. Ngarai ini
terbentuk karena erosi tanah akibat aliran sunga Cijulang. Erosis ini juga
menciptakan gua dengan stalakmit dan stalaktit yang indah. Di mulut gua
terdapat air terjun Palatar yang juga menjadi obyek wisata alam menarik.

27. Taman Nasional Zambrud

Taman Nasional Zamrud adalah taman nasional yang terletak di


Kabupaten Siak, Riau. Tanggal penetapannya adalah 22 Juli 2016 oleh
Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla. Taman Nasional Zamrud
merupakan lahan gambut dengan luas 31.480 hektare. Bentang alamnya
berupa danau dan pulau. Danau yang masuk dalam kawasannya adalah
Danau Pulau Besar (2.416 hektare) dan Danau Bawah (360 hektare).
Danau Pulau Besar memiliki empat pulau yaitu Pulau Besar, Pulau
Tengah, Pulau Bungsu, dan Pulau Beruk. Taman Nasional Zamrud dihuni
oleh 38 jenis burung dengan 12 di antaranya jenis yang dilindungi. Di
perairannya terdapat jenis ikan seperti arwana dan belida. Sebelum
berstatus sebagai taman nasional, kawasannya masih berstatus suaka
margasatwa. Usulan perubahan status dari suaka margasatwa menjadi
taman nasional berasal dari pemerintah Kabupaten Siak sejak tahun 2001.

28. Taman Nasional Gunung Maras

Taman Nasional Gunung Maras adalah salah satu taman nasional yang ada
di Indonesia. Lokasinya terletak di Kabupaten Bangka dan Kabupaten
Bangka Barat. Sebagian besar wilayahnya berada di Kabupaten Bangka.
Dalam pembagian administratif, Taman Nasional Gunung Maras masuk
dalam Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka dan Kecamatan Kelapa,
Kabupaten Bangka Barat. Lanskap kawasannya merupakan Hutan Gunung
Maras. Di dalam Taman Nasional Gunung Maras ada beberapa desa yaitu
Desa Mapur, Desa Riau Silip, Desa Kayu Arang, Desa Berbura dan Desa
Tuik. Taman Nasional Gunung Maras ditetapkan sebagai taman nasional
tanggal 27 Juli 2016 melalui surat keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan nomor 576/Menlhk/Setjen/PLA.2/7/2016. Ekosistemnya
terbagi menjadi hutan primer daratan, area berbukit hingga ekosistem
hutan bakau. Ekologi di Taman Nasional Gunung Maras sebagian besar
masih terjaga dan hanya mengalami sedikit kerusakan akibat penebangan
kayu. Flora yang hidup di dalamnya ada 53 spesies pohon dan 1 flora
endemik yaitu pelawan. Fauna yang hidup di dalamnya adalah monyet,
babi hutan, trenggiling, kancil, musang, ayam hutan, biawak, lutung, dan
ular. Fauna endemiknya adalah tarsius bangka. Kawasan Taman Nasional
Gunung Maras memiliki air terjun, tempat berkemah, dan jalur alam.
Penduduk lokal memanfaatkan Taman Nasional Gunung Maras untuk
memperoleh hasil hutan nonkayu seperti rotan dan gaharu. Taman
Nasional Gunung Maras juga ditumbuhi tumbuhan obat, tanaman hias dan
jamur.

29. Taman Nasional Bukit Duabelas

Taman Nasional Bukit Duabelas adalah taman nasional yang terletak di


Provinsi Jambi, Sumatra, Indonesia. Dalam pembagian administratif,
lokasinya masuk ke dalam Kabupaten Tebo, Kabupaten Batanghari dan
Kabupaten Sarolangun. Luas lahan yang digunakan adalah 54.780,41
hektare. Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan kawasan
perlindungan. Namanya berasal dari kondisi geografis daerahnya yang
berbukit-bukit. Beberapa bukit tertingginya yaitu bukit Punai (164 meter),
Panggang (328 meter), dan Kuran (438 meter). Daerah ini merupakan
daerah tangkapan air dari daerah aliran sungai dari Sungai Batanghari.[2]
Di Taman Nasional Bukit Duabelas ada lebih kurang 120 jenis flora yang
hidup, termasuk ulin, menggeris setinggi 80 meter, jelutung berdiameter 2
meter, dan rotan jerenang. Terdapat banyak pohon dengan diameter batang
yang besar dan tinggi di Taman Nasional Bukit Duabelas.
Di dalam Taman Nasional Bukit Duabelas ini berdiam Suku Anak Dalam
atau Suku Kubu atau Orang Rimba. Suku ini telah lama mengatur zonasi
kawasan jauh sebelum taman nasional ini terbentuk. Suku ini bekerja sama
dengan pengelola Taman Nasional Bukit Duabelas dalam melakukan
pemetaan taman nasional. Jalur tebing hutan dinamai masyarakat sekitar
sebagai Tali Bukit dan dilarang untuk ditebangi pepohonannya. Adapun
zona hutan yang mempunyai tanaman buah-buahan, maka ia masuk zona
pemanfaatan Taman Nasional Bukit Duabelas. Jumlah Orang Rimba di
sini pada tahun 2018 mencapai 2960, naik dari tahun 2013 sebanyak 1775
orang. Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan perwakilan bagi hutan
hujan tropis di provinsi Jambi. Bagian utara taman nasional ini terdiri dari
hutan primer, sementara sisanya merupakan hutan sekunder, sebagai akibat
dari penebangan kayu. Pada tahun 2000, cagar biosfer ini ditetapkan
menjadi Taman Nasional Bukit Duabelas. Lahan yang ditempati diperluas
menjadi 60.500 ha. Penambahan lahan berasal dari penggabungan cagar
bisofer Bukit Duabelas (27.200 ha), Hutan Produksi Tetap Serengam Hilir
(11.400 ha) dan areal penggunaan lain selusa 1.200 ha. Penetapan ini
berdasarkan pada Surat Keputusan Mentri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor : 285/Kpts-II/2000 tertanggal 23 Agustus 2000.

30. Taman Nasional Karimun Jawa

Taman Nasional Karimunjawa adalah sebuah taman nasional yang terletak


di utara pulau Jawa. Wilayah taman nasional ini berada dalam administrasi
Kabupaten Jepara. Pengelolaanya terdiri dari zona inti, zona perlindungan
dan zona pemanfaatan.
Taman Nasional Karimunjawa terletak di Kepulauan Karimunjawa yang
mencakup 27 buah pulau dengan luas Karimunjawa ini ditetapkan seluas
111.625 ha.

31. Taman Nasional Kepulauan Seribu

Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah kawasan pelestarian alam bahari


di Indonesia yang terletak kurang lebih 45 km sebelah utara Jakarta.
Secara administratif, kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu berada
dalam wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, terletak di
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, dan mencakup tiga kelurahan yang
berbeda, yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa, dan
Kelurahan Pulau Harapan.
Secara geografis Taman Nasional ini terletak pada 5°24’ - 5°45’ LS,
106°25’ - 106°40’ BT' dan mempunyai luas sekitar 107.489 ha,[a] yang
terdiri atas wilayah perairan laut seluas 107.489 ha[b] dan 2 buah pulau,
yaitu Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur, seluas 39,50 ha.
Dengan demikian, pulau-pulau lain (wilayah daratan) yang berjumlah 108,
sesungguhnya tidak termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional
Kepulauan Seribu.

Anda mungkin juga menyukai