Anda di halaman 1dari 20

TINJAUAN TEORI

DISPEPSIA

1.1   DEFENISI

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti

pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri

dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami

kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada

(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia

(Mansjoer A edisi III, 2008 hal : 488).

Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan sesudah

makan, yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati dan mungkin

kram dan begah perut. Sering kali diperberat oleh makanan yang berbumbu,

berlemak atau makanan berserat tinggi, dan oleh asupan kafein yang berlebihan,

dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan adanya gangguan fungsi pencernaan

(Williams & Wilkins, 2011).

1.2    ETIOLOGI

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid

reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yang terjadi pada

saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa

lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami penurunan

hingga 85%. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat

menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan.


Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

a.      Menelan udara (aerofagi)

b.      Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

c.      Iritasi lambung (gastritis)

d.      Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

e.      Kanker lambung

f.       Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

g.      Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

h.      Kelainan gerakan usus

i.       Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

j.       Infeksi Helicobacter pylory

k. Perubahan pola makan

l. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam

waktu yang lama

m. Alkohol dan nikotin rokok

n. Stres

o. Tumor atau kanker saluran pencernaan

1.3 Klasifikasi Dispepsia

a.  Dyspepsia organic, bila telah diketahui adanya kelainan organic sebagai

penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yang nyata terhadap

organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pancreas,

radang empedu, dan lain – lain.


b.  Dyspepsia non-organik atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia non-ulkus

(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tanpa disertai kelainan

atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium,

radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan).

1.4 MANIFESTASI KLINIK

a. nyeri perut (abdominal discomfort)

b. Rasa perih di ulu hati

c. Mual, kadang-kadang sampai muntah

d. Nafsu makan berkurang

e. Rasa lekas kenyang

f. Perut kembung

g. Rasa panas di dada dan perut

h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

1.5PATOFISIOLOGI

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat

seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan

makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung

dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding

lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang

akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di

medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik

makanan maupun cairan.


1.6 WOC

Perubahan pola makan yang tidak teratur

Pemasukan makanan berkurang

Lambung kosong

Peningkatan produksi hcl

Mengikis dinding lambung

Dispepsia

Merangsang BPH merangsang syaraf lambung iritasi dinding


lambung

Saraf afferent hipotalamus perasaan tidak nyaman


di epigastrium
Medulla spinalis nausea
Anorexi

Thalamus Hcl mengiritasi dinding


korteks serebri esofagus anorexia lama
(Hipermetabolik)

saraf efferent
Disfagia Penurunan Pembentukan ATP

Nyeri

Anorexia

Pemenuhan nutrisikurangdari kebutuhan tubuh


 
kelelahan

Intoleransi Aktifitas
1.7    PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

a. Pemeriksaan laboratorium

biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah

dalam tinja dan urine. Lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab

organik lainnya antara lain pankreatitis kronis, DM. Pada dyspepsia biasanya hasil

laboratorium dalam batas normal.

b. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat

dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan

berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita

makan (Mansjoer, 2007).

c. Endoskopi

bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil untuk

mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan lambung. Contoh tersebut

kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung

emas, selain sebagai diagnostic sekaligus terapeutik.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

o   CLO (rapid urea test)

o   Patologi anatomi (PA)

o   Kultur mikroorganisme (MO) jaringan

o   PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian


 d. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi,

yatu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath

test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007

e. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi

kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.

1. 8 PENATALAKSANAAN MEDIK

a. Penatalaksanaan non farmakologis

1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan

yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres

3) Atur pola makan

b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam

mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross

patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF

reponsif terhadap placebo.

Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung)

golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik

(mencegah terjadinya muntah)

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :

1.    Antasid 20-150 ml/hari


Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi

asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na

bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya

jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi

rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat

sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan

menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2.    Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif

yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan

sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek

sitoprotektif.

3.    Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau

esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2

antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.

4.    Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada

stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk

golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.

5.    Sitoprotektif

Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2). Selain

bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang

selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan

meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif

(sebagai site protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran

cerna bagian atas (SCBA).

6.    Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan

metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional

dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam

lambung (acid clearance).

1.9    KOMPLIKASI

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya

komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:

a.  Perdarahan

b.  Kangker lambung

c.  Muntah darah

d.  Ulkus peptikum
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (TEORI)

2.1  DATA DASAR PENGKAJIAN

Identitas

a.  Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama,

pekerjaan, pendidikan, alamat.

b.  Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,

hubungan dengan pasien, alamat.

Pengkajian

1)    Alasan utama datang ke rumah sakit

2)    Keluhan utama (saat pengkajian)

3)    Riwayat kesehatan sekarang

4)    Riwayat kesehatan dahulu

5)    Riwayat kesehatan keluarga

6)    Riwayat pengobatan dan alergi

Pengkajian Fisik

a. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-

lain.

b. Data sistemik

 Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu,

peraba, dan lain-lain


 Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis,

kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya,

dan lain-lain.

 Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas,

dan lain-lain.

   Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung,

kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.

 Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi

tempat, orientasi orang, dan lain-lain.

 Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan, bibir,

mual dan tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan menelan,

perut, kolon dan rektum, rectal toucher, dan lain-lain.

 Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan,

kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot kaki,

akral, fraktur, dan lain-lain.

 Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, dan lain-

lain.

 Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis, prostat,

payudara, dan lain-lain.

 Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK, vesika

urinaria.

c. Data penunjang

d. Terapi yang diberikan


e. Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual

C. Psikologi

  Perasaan klien setelah mengalami masalah ini

  Cara mengatasi perasaan tersebut

  Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan

  Jika rencana ini tidak terselesaikan

  Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada

D. Sosial

 Aktivitas atau peran klien di masyarakat

 Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai

 Cara mengatasinya

 Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya

E. Budaya

  Budaya yang diikuti oleh klien

 Aktivitas budaya tersebut

 Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut

  Cara mengatasi keberatan tersebut

F.Spiritual

  Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari

  Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan

           Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan

          Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut


          Upaya klien mengatasi perasaan tersebut

 Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang

sedang dialami

2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Inayah (NANDA, NIC, NOK) bahwa diagnosa keperawatan yang

lazim timbul pada klien dengan dispepsia.

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


mual dan muntah
b. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan infeksi, nyeri abdomen
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
2.3 Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan

yang telah ditentukan dengan tujuan.

INTERVENSI KEPERAWATAN (NANDA, NIC, NOC)


NO
DIAGNOSA NOC NIC
1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :
kebutuhan tubuh  Nutritional Status : Nutrition Management
food and Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
keperluan metabolisme tubuh.  Adanya peningkatan menentukan jumlah kalori dan
berat badan sesuai dengan tujuan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik :  Berat badan ideal  Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % atau lebih di sesuai dengan tinggi badan meningkatkan intake Fe
bawah ideal  Mampu  Anjurkan pasien untuk
- Dilaporkan adanya intake makanan mengidentifikasi kebutuhan meningkatkan protein dan vitamin C
yang kurang dari RDA (Recomended nutrisi  Berikan substansi gula
Daily Allowance)  Tidak ada tanda  Yakinkan diet yang dimakan
- Membran mukosa dan konjungtiva tanda malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
pucat Tidak terjadi penurunan berat badan mencegah konstipasi
- Kelemahan otot yang digunakan  Berikan makanan yang terpilih
untuk menelan/mengunyah yang berarti ( sudah dikonsultasikan dengan ahli
- Luka, inflamasi pada rongga mulut gizi)
- Mudah merasa kenyang, sesaat  Ajarkan pasien bagaimana membuat
setelah mengunyah makanan catatan makanan harian.
- Dilaporkan atau fakta adanya  Monitor jumlah nutrisi dan
kekurangan makanan kandungan kalori
- Dilaporkan adanya perubahan  Berikan informasi tentang kebutuhan
sensasi rasa nutrisi
- Perasaan ketidakmampuan untuk  Kaji kemampuan pasien untuk
mengunyah makanan mendapatkan nutrisi yang
- Miskonsepsi dibutuhkan
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan Nutrition Monitoring
- Kram pada abdomen  BB pasien dalam batas normal
- Tonus otot jelek  Monitor adanya penurunan berat
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa badan
patologi  Monitor tipe dan jumlah aktivitas
- Kurang berminat terhadap makanan yang biasa dilakukan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh  Monitor interaksi anak atau orangtua
- Diare dan atau steatorrhea selama makan
- Kehilangan rambut yang cukup banyak  Monitor lingkungan selama makan
(rontok)  Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Suara usus hiperaktif tidak selama jam makan
- Kurangnya informasi, misinformasi  Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
Faktor-faktor yang berhubungan :  Monitor turgor kulit
Ketidakmampuan pemasukan atau  Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-  Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total protein,
zat gizi berhubungan dengan faktor Hb, dan kadar Ht
 Monitor makanan kesukaan
biologis, psikologis atau ekonomi.  Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nuntrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

2 Nyeri akut/kronis b/d infeksi, nyeri NOC :


abdomen  Pain Level,
 Pain control, Pain Management
Definisi :  Comfort level  Lakukan pengkajian nyeri secara
Sensori yang tidak menyenangkan dan Kriteria Hasil : komprehensif termasuk lokasi,
pengalaman emosional yang muncul  Mampu mengontrol nyeri (tahu karakteristik, durasi, frekuensi,
secara aktual atau potensial kerusakan penyebab nyeri, mampu kualitas dan faktor presipitasi
jaringan atau menggambarkan adanya menggunakan tehnik  Observasi reaksi nonverbal dari
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
Internasional): serangan mendadak atau mengurangi nyeri, mencari  Gunakan teknik komunikasi
pelan intensitasnya dari ringan sampai bantuan) terapeutik untuk mengetahui
berat yang dapat diantisipasi dengan akhir  Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
yang dapat diprediksi dan dengan durasi berkurang dengan  Kaji kultur yang mempengaruhi
kurang dari 6 bulan. menggunakan manajemen respon nyeri
nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri masa
Batasan karakteristik :  Mampu mengenali nyeri lampau
- Laporan secara verbal atau non verbal (skala, intensitas, frekuensi dan  Evaluasi bersama pasien dan tim
- Fakta dari observasi tanda nyeri) kesehatan lain tentang
- Posisi antalgic untuk menghindari  Menyatakan rasa nyaman ketidakefektifan kontrol nyeri masa
nyeri setelah nyeri berkurang lampau
- Gerakan melindungi  Bantu pasien dan keluarga untuk
- Tingkah laku berhati-hati mencari dan menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan
3 Intoleransi aktivitas b/d kelelahan NOC : NIC :
 Energy conservation
Definisi : Ketidakcukupan energi secara Energy Management
 Self Care : ADLs
fisiologis maupun psikologis untuk  Observasi adanya pembatasan klien
Kriteria Hasil :
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas dalam melakukan aktivitas
 Berpartisipasi dalam
yang diminta atau aktifitas sehari hari.
aktivitas fisik tanpa disertai  Dorong anak untuk mengungkapkan
peningkatan tekanan darah, perasaan terhadap keterbatasan
Batasan karakteristik : nadi dan RR  Kaji adanya factor yang
a. melaporkan secara verbal adanya  Mampu melakukan menyebabkan kelelahan
kelelahan atau kelemahan. aktivitas sehari hari (ADLs)  Monitor nutrisi dan sumber energi
b. Respon abnormal dari tekanan darah secara mandiri tangadekuat
atau nadi terhadap aktifitas  Monitor pasien akan adanya
c. Perubahan EKG yang menunjukkan kelelahan fisik dan emosi secara
aritmia atau iskemia berlebihan
d. Adanya dyspneu atau  Monitor respon kardivaskuler
ketidaknyamanan saat beraktivitas. terhadap aktivitas
 Monitor pola tidur dan lamanya
Faktor factor yang berhubungan : tidur/istirahat pasien

 Tirah Baring atau imobilisasi
Activity Therapy
 Kelemahan menyeluruh  Kolaborasikan dengan Tenaga
 Ketidakseimbangan antara suplei Rehabilitasi Medik
oksigen dengan kebutuhan dalammerencanakan progran terapi
 Gaya hidup yang dipertahankan. yang tepat.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan
2.4 EVALUASI

EVALUASI KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA EVALUASI
1 Ketidakseimbangan nutrisi  Adanya peningkatan berat
kurang dari kebutuhan tubuh badan sesuai dengan tujuan
berhubungan dengan mual dan  Berat badan ideal sesuai
muntah dengan tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
Tidak terjadi penurunan berat badan yang

berarti
2 Nyeri akut/kronis berhubungan  Mampu mengontrol nyeri (tahu
dengan infeksi, nyeri abdomen penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang

3 Intoleransi aktivitas  Berpartisipasi dalam


berhubungan dengan kelelahan aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi
dan RR
 Mampu melakukan
aktivitas sehari hari (ADLs) secara
mandiri
3 DISCHARGE PLANING

1. Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar gambar


2. Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah
3. Hindari factor pemicu : (Keterlambatan makan, Mengurangi makanan
yang asam)
4. Jelaskan tanda tanda bahaya yang akan muncul
5. Ajarkanpenggunaan nebulizer
6. Keluarga perlumemahami tentang pengobatan, nama obat, dosis, efek
samping, waktu pemberian.
7. Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut, stress
8. Jelaskanpentingnya istirahat danlatihan, termasuk latihan nafas
9. jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat
DATAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2008, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta,
EGC
Inayah Iin, 2008, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.
Price & Wilson, 2008, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta, EGC
Aplikasi NANDA, NIC, NOK 2015

Anda mungkin juga menyukai