Anda di halaman 1dari 6

YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)


Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 Telp.(024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024) 6582455
email: web :

Magister KenotariatanBismillah Membangun Generasi Khaira Ummah


LEMBAR JAWAB UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama Mahasiswa : Muhammad Hudallah


Nomor Induk Mahasiswa : 21301900138
Mata Kuliah : Hukum Pajak, Kepailitan, dan Lelang
Dosen : Dr.Amin Purnawan SH.,MH.,SpN

Bismilahirahmanirrahim

1. BPHTB atau Pelayanan membantu klien untuk disetorkanoleh Notaris selaku


Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) sebenarnya mempunyai sisi positif, selain
menguntungkan kliennya yang tidak perlu repot membayarkan/menyetorkan pajak-
pajak dalam proses peralihan hak atas tanah dan/atau bangunan, di sisi lain juga
akan menghindarkan Notaris selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dari hal-
hal yang merugikan atau menjelekkan nama baik Notaris selaku Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) sendiri. Dengan memberikan pelayanan pembayaran BPHTB
oleh Notaris selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), maka Notaris selaku
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang bersangkutan dapat menjamin bahwa
BPHTB atas tanah yang dialihkan haknya tersebut benar-benar telah disetor ke kas
Negara maupun ke kas Pemerintah Daerah. Kewajiban pelaporan Notaris
sebagaimana dimaksud diatas selain sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan
TPPU. Juga dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum kepada Notaris
apabila terdapat TKM (Transaksi Keuangan Mencurigakan).

2. Jelaskan kwajiban perpajakan pada umumnya bagi notaris/PPAT:


1) Mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, dan apabila peredaran usaha lebih dari
4,8 miyar dalam satu tahun pajak, Notaris dapat melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2) Melakukan pembayaran PPh Pasal 25/29 atas penghasilan atau pendapatan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak selama satu tahun pajak.
3) Melakukan pemotongan atas Pajak Penghasilan Pasal 21 apabila Notaris
memiliki karyawan.
4) Melakukan pemotongan atas Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2), apabila Notaris
sebagai penyewa adalah Orang Pribadi dengan pemilik tempat adalah Orang
Pribadi, maka Notaris wajib melakukan pemotongan atau PPh Pasal 4 ayat (2)
atas transaksi sewa menyewa tersebut.
5) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh OP formulir 1770,
6) Notaris sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas wajib melakukan pembukuan. Apabila Notaris memiliki
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 Telp.(024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024) 6582455
email: web :

Magister KenotariatanBismillah Membangun Generasi Khaira Ummah


penghasilan bruto di bawah 4,8 milyar dalam satu tahun pajak, maka
diperbolehkan untuk memilih menggunakan pencatatan.
7) Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21.
8) Memungut, menyetor, dan menyampaikan SPT Masa PPN apabila telah
dikukuhkan sebagai PKP.

3. Notaris itu sebagai pengusaha kena pajak karna profesi notaris tidak merupakan
subjek yang dikecualikan dalam undang-undang dari PPN.Jenis jasa yang dikenai
Pajak Pertahanan Nilai adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebgai berikut:
a. Jasa pelayanan kesehatan medis;
b. Jasa pelayanan social;
c. Jasa pengiriman surat dengan prangko;
d. Jasa keuangan;
e. Jasa asuransi;
f. Jasa keagamaan;
g. Jasa pendidikan;
h. Jasa kesenian dan hiburan;
i. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
j. Jasa angkutan umum didarat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udar luar negeri;
k. Jasa tenaga kerja;
l. Jasa perhotelan;
m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum;
n. Jasa penyediaan tempat parkir;
o. Jasa telepon umum dengan menggunkan uang logam;
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos;
q. Jasa boga atau ketering.
Jasa dibidang kenotariatan tidak termasuk jasa yang dibebaskan, jasa kenotariatan
adalah jasa yang berhutang PPN, sehingga notaris termasuk termasuk dalam
golongan PKB dan wajib memungut ppn 10% dari jasa yang diberikan

4. penghasilan sehubungan dengan pekerjaan Notaris antara lain honorarium yang


besarnya didasarkan pada nilai ekonomis dan nilai sosiologis dari setiap akta yang
dibuatnya, dengan ketentuan:
 Nilai ekonomis ditentukan dari objek setiap akta sebagai berikut:

a. sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau ekuivalen


gram emas ketika itu, honorarium yang diterima paling besar adalah
2,5% (dua koma lima persen);
b. di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang diterima paling
besar 1,5 % (satu koma lima persen); atau
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 Telp.(024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024) 6582455
email: web :

Magister KenotariatanBismillah Membangun Generasi Khaira Ummah


c. di atas Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang diterima
didasarkan pada kesepakatan antara Notaris dengan para pihak, tetapi
tidak melebihi 1 % (satu persen) dari objek yang dibuatkan aktanya.

Nilai sosiologis ditentukan berdasarkan fungsi sosial dari objek setiap akta dengan
honorarium yang diterima paling besar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Penghasilan selain dari pekerjaan Notaris, yaitu:

 Penghasilan dari kegiatan usaha, misalnya Penghasilan dari Toko, memiliki


Pom Bensin.
 Penghasilan dalam negeri lainnya yang bersifat tidak final, antara lain:
a. komisi, hadiah atau imbalan lain, misalnya klien yang memberikan
hadiah secara pribadi diluar fee yang dibayarkan klien kepada
persekutuan (firma) tempat Notaris bekerja;
b. royalti;
c. sewa harta selain tanah/bangunan;
d. penghargaan dan hadiah; dan/atau;
e. keuntungan dari penjualan/pengalihan harta;
 Penghasilan yang dikenakan PPh yang bersifat final, antara lain:
a. bunga tabungan atau deposito;
b. dividen;
c. penjualan saham di bursa efek;
d. sewa tanah dan/atau bangunan.
 Penghasilan dari luar negeri.

Notaris yang menggunakan pembukuan, maka penghitungan penghasilan nettonya


yaitu:
Penghasilan Netto=Penghasilan Bruto - Biaya Usaha. Biaya Usaha meliputi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Apabila Notaris melakukan pencatatan yang diberitahukan kepada Direktur Jenderal


Pajak paling lama 3 (tiga) bulan pertama tahun pajak, maka penghitungan penghasilan
nettonya, yaitu:Penghasilan netto = Norma x Penghasilan Bruto

Penghasilan netto sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan 2 dikurangi PTKP untuk
menentukan Penghasilan Kena Pajak.
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 Telp.(024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024) 6582455
email: web :

Magister KenotariatanBismillah Membangun Generasi Khaira Ummah


Untuk menentukan pajak terutang, Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan tarif PPh
pasal 17 orang pribadi yaitu:

Tarif Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%

di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%

di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%

di atas Rp 500.000.000,- 30%

Atas jasa Notaris, pengguna jasa harus melakukan pemotongan PPh Pasal 21 tenaga
ahli, Tarif yang dikenakan ada 2 jenis, yaitu Berkesinambungan dan tidak
berkesinambungan.

 Apabila Notaris menerima/memperoleh penghasilan semata-mata dari satu pemberi


penghasilan yang bersifat berkesinambungan maka pemotongannya adalah sebagai
berikut:DPP =(Penghasilann X 50%) – PTKP per bulan PPh terutang = DPP X Tarif
Pajak.
 Apabila Notaris menerima/memperoleh penghasilan yang tidak bersifat
berkesinambungan, atau menerima penghasilan yang berkesinambungan dan
mempunyai penghasilan lain, maka pemotongannya adalah sebagai berikut:
DPP = (Penghasilan X 50%) PPh terutang = DPP X Tarif Pajak.

Notaris akan mendapatkan bukti potong PPh Pasal 21 yang dapat dipergunakan sebagai
kredit pajak pada SPT PPh tahunan.

Apabila Wajib Pajak merupakan Notaris asing maka pemberi kerja diwajibkan untuk
melakukan pemotongan PPh Pasal 26 sesuai dengan peraturan perpajakan dari tax treaty
yang berlaku di antara keduanya.Apabila Notaris memberikan jasa ke luar negeri, maka
bukti potong atas penghasilan jasa luar negeri dapat dikreditkan selama sesuai dengan
peraturan perpajakan.

5. Menurut saya faktor utama yang menyebabkan orang melakukan perjanjian


pengikatan jual beli adalah karena jual beli itu belum lunas (secara cicilan) dan
untuk menunda kewajiban membayar pajak, karena dengan melakukan transaksi
perjanjian jual beli, pajak tidak akan timbul karena tidak ada pendaftaran peralihan
hak sebagaimana yang diwajibkan di dalam peraturan mengenai Pejabat Pembuat
Akta Tanah. Dengan kata lain dapat dikatakan hal itu untuk sementara menunda
pelaksanaan pembayaran pajak.
 faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pembatalan akta pengikatan jual beli
adalah:
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 Telp.(024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024) 6582455
email: web :

Magister KenotariatanBismillah Membangun Generasi Khaira Ummah


a. harga jual beli yang telah disepakati dalam perjanjian pengikatan jual beli
tidak dilunasi oleh pihak pembeli sampai jangka waktu yang telah
diperjanjikan,
b. dokumendokumen tanahnya yang diperlukan untuk proses peralihan hak atas
tanah (jual beli tanah dihadapan PPAT) belum selesai sampai jangka waktu
yang telah diperjanjikan,
c. obyek jual beli ternyata dikemudian hari dalam keadaan sengketa,
d. para pihak tidak melunasi kewajibannya dalam membayar pajak,
e. perjanjian pengikatan jual beli tanah tersebut dibatalkan oleh para pihak.

6. Zakat bisa digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan orang pribadi,


sedangkan untuk wajib pajak badan, zakat dapat dibebankan sebagai pengurang
penghasilan maksimal dua setengah persen dari penghasilan. Sedangkan di
Indonesia, zakat dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan maksimal dua
setengah persen dari penghasilan baik untuk wajib pajak orang pribadi maupun
wajib pajak badan. Dalam periode islam di masa lalu, Al-Mawardi menjelaskan
bahwazakat bisa digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan orang pribadi,
sedangkan wajib pajak badan, zakat dapat dibebankan sebagai pengurang
penghasilan maksimal dua setengah persen dari penghasilan. Sedangkan di
Indonesia, zakat dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan maksimal dua
setengah persen dari penghasilan baik untuk wajib pajak orang pribadi maupun
wajib pajak badan.
Dalam periode islam di masa lalu, Al-Mawardi menjelaskan bahwaantara zakat
dengan pajak,zakat bisa digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan orang
pribadi, sedangkan untuk wajib pajak badan, zakat dapat dibebankan sebagai
pengurang penghasilan maksimal dua setengah persen dari penghasilan. Sedangkan
di Indonesia, zakat dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan maksimal
dua setengah persen dari penghasilan baik untuk wajib pajak orang pribadi
maupun wajib pajak badan. Dalam periode islam di masa lalu, Al-Mawardi
menjelaskanHubungan antara zakat dan pajakZakat bisa digunakan sebagai
pengurang pajak penghasilan orang pribadi, sedangkan untuk wajib pajak badan,
zakat dibebankan sebagai pengurang penghasilan maksimal 2,5% dari penghasilan.
Pajak bersifat temporer, tidak bersifat kontinyu hanya boleh di pungut ketika baitul
mal tidak ada harta atau kurang. Ketika baitul mal sudah tersisikembali, maka
kewajiban pajak bisa dihapuskan. Berbeda dengan zakat yang tetap dipungut
sekalipun tidak ada lagi pihak yang membutuhkan (mustakhir).
Menurut saya pemungutan pajak boleh dilakukan asalkan memenuhi syarat yang
ditentukan, yakni :
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 Telp.(024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024) 6582455
email: web :

Magister KenotariatanBismillah Membangun Generasi Khaira Ummah


1) Negara berkomitmen dalam menerapkan syariat islam.
2) Negara sangat membutuhkan dana untuk keperluan dan maslahat umum seperti
pembelian alat-alat perang untuk menjaga perbatasan Negara.
3) Tidak ada sumber lain yang Bisa diandalkan oleh Negara baik dari zakat, jizyah,
al usyur, kecuali dari pajak.
4) Harus ada persetujuan dari para ulama dan tokoh masyarakat.
5) Pemungutannya harus adil yaitu dipungut dari orang kaya saja dan tidak boleh
dipungut dari orang-orang miskin. Distribusinya juga harus adil dan merata,
tidak boleh berfokus pada tempat-tempat tertentu, apalagi yang mengandung
unsur dosa dan maksiat.
6) Pajak ini sifatnya sementara dan tidak diterapkan secara terus-menerus, tetapi
pada saat-saat tertentu saja. Ketika Negara dalam keadaan genting atau ada
kebutuhan yang sangat mendesak saja.
7) Harus dihilangkan dulu pendanaan yang lebihan dan hanya menghambur-
hamburkan uang saja.
8) Besarnya pajak harus disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak pada waktu
itu saja.

7. Penghasilan bruto Rp. 700.000.000 x 50% = RP. 375.000.000


(PKP) X 30% (TARIF (Psl 17))PPh = Rp.112.500.000

Alhamdulillah

Anda mungkin juga menyukai