Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolesterol adalah lemak yang diproduksi oleh hati dan sangat penting untuk

fungsi tubuh. Kolesterol secara alami terdapat dalam dinding sel atau selaput dimana-

mana di dalam tubuh, termasuk otak, saraf, otot, kulit, hati, usus, dan jantung. Dalam

kondisi normal pula kolesterol berfungsi sebagai pembangun dan pemelihara sel

membran, menyaring molekul yang masuk dan tidak ke dalam sel, terlibat dalam

produksi hormone seks, membantu produksi empedu (Winarno, 2012).

Jika seseorang memiliki terlalu banyak kolesterol dalam aliran darah,

kelebihannya dapat disimpan dalam arteri, termasuk arteri koroner jantung, pembuluh

arteri ke otak, dan arteri yang masuk darah ke kaki. Penyumbatan arteri dikaki

menyebabkan klaudikasio (nyeri saat berjalan kaki) karena penyakit arteri perifer.

Penyumbatan arteri caroid dapat menyebabkan stroke, dan penyumbatan arteri koroner

dapat menyebabkan angin (nyeri dada) dan serangan jantung (Maryunani, 2010).

Beberapa jenis kolesterol, yaitu kolesterol HDL dan kolesterol LDL rata-rata

umur penderita mulai dari umur 40-70 tahun. Kadar kolesterol HDL yang tinggi dalam

darah (sekitar 40 mg/dl atau lebih) baik untuk kesehatan. Sebaliknya, kadar LDL yang

tinggi (100 mg/dl atau lebih) merupakan pertanda buruk. Penumpukan LDL pada

dinding pembuluh darah dapat menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah dapat

menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah (artherosklerosis) dan menyumbat

aliran darah yang bisa berakibat fatal karena memicu terjadinya penyakit jantung

koroner dan stroke. (Kusuma. 2013)

1
2

Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2014, kematian akibat

gangguan kolesterol tinggi sebanyak 44,4 juta jiwa. Bila gangguan ini menjadi

‘primadona’ di negara industri dan berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit

kardiovaskular, muncul akibat adanya kelainan pada jantung dan pembuluh darah.

Penyebabnya tidak lain karena meningkatnya kadar kolesterol yang biasa dikenal

hiperkolesterolemia. Sebanyak 40%, hiperkolesterolemia menyebabkan penyakit

jantung koroner (PJK). Kasusnya di Indonesia meningkat pertahunnya sebanyak 28 %

dan menyerang usia produktif (di bawah 40 tahun). Data yang dihimpun oleh WHO

dalam Global status report on non-communicable diseases tahun 2014 memperlihatkan

bahwa prevalensi faktor resiko hiperkolesterol pada wanita di Indonesia lebih tinggi

yaitu 37,2% dibandingkan pria yang hanya 32,8%.

Saat ini penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab mortalitas

tertinggi di dunia termasuk juga di Indonesia. Menurut Sedyaningsih dalam pidato

pembukaan The 20th Annual Scientific Meeting of the Indonesia Heart Association

(ASHIMA) penyakit jantung telah menjadi salah satu masalah penting kesehatan

masyarakat dan merupakan penyebab kematian yang utama. Berdasarkan data dari

World Health Association (WHO) diperkirakan pada tahun 2030 sekitar 23,6 juta orang

akan meninggal karena penyakit kardiovaskular. (Kaligis, S. Dkk, 2013).

Prevalensi gagal jantung berdasarkan wawancara dokter di Indonesia

terdiagnosis gagal jantung sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis gejalanya sebesar

0,3 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dokter tertinggi DI

Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).

Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara
3

Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua

sebesar 0,5 persen. (Riset Kesehatan Dasar Indonesia, 2013).

Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan seperti

dokter dan tenaga keperawatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga

kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis

nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka

Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan

terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI

Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil.

(Riset Kesehatan Dasar Indonesia, 2013).

Dinas Kesehatan Provinsi Aceh (2014), merupakan salah satu provinsi dengan

penyakit kolesterol yang menjadi perhatian pemerintah, penyakit yang disebabkan oleh

kolesterol mencapai 20% atau 1 juta jiwa dari total 5 juta lebih masyarakat Aceh.

Terdapat penyakit yang terjadi akibat kolesterol seperti Jantung Koroner (2,3%), Gagal

Jantung (0,3%), Diabetes Mellitus (2,6%), Hipertensi (9,7%) dan Stroke (10,5%).

(Dinas Kesehatan Aceh, 2014).

Rumah Sakit Cut Nyak Dhien merupakan salah satu rumah sakit yang terletak di

Kabupaten Aceh Barat. Berdasarkan data sekunder terhadap potensi penyakit kolesterol

tinggi dalam darah yang ada di BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat ternyata penyakit kolesterol menjadi salah satu perhatian khusus,

karena penyakit tersebut sangat berdampak negatif pada pasien. Hal ini ditunjukkan

oleh jumlah pasien penderita penyakit kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) pada

Tahun 2013 berjumlah 468 pasien, dan meningkat 788 pasien Tahun 2014. Selain itu,
4

untuk penderita penyakit Low Density Lipoprotein (LDL) Tahun 2013 berjumlah 1.105

pasien, Tahun 2014 meningkat 1.825. Sedangkan untuk Tahun 2015 pasien penderita

HDL berjumlah 446 dan LDL meningkat 1.131 pasien, dengan total keseluruhan pada

tahun 2015 berjumlah 1.577 pasien.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 10 orang penderita penyakit kolesterol,

diperoleh informasi 6 penderita yang tidak mengetahui bahwa kolesterol bisa

disebabkan karena merokok, terlalu banyak mengkonsumsi makanan seperti unggas,

keju, minyak kelapa dan sebagainya, mereka juga tidak mengetahui bahwa nyeri didada

seperti tertusuk, rasa berat ditengkuk merupakan salah satu gejala terjadinya kolesterol.

Sedangkan 4 orang penderita kolesterol mereka hanya mengetahui bahwa mencegah

kolesterol dengan cara olahraga dan menghindari alkohol, tetapi mereka tidak

menghindari mengkonsumsi makanan berlemak yang menyebabkan terjadinya penyakit

kolesterol.

Hal ini sejalan dengan pendapat Nugroha (2013) yang menyatakan bahwa

penyebab utama kolesterol adalah tingginya pengkonsumsian unggas, keju, dan lain-

lain.

Lebih lanjut menurut Efrison (2004), penyebab kolesterol tinggi yaitu dengan

menghindari makanan-makanan berlemak yang diketahui sebagai sumber kolesterol

(Unggas, Keju, Santan dan lain-lain).

Beberapa jenis makanan yang mengandung kolesterol yang baik di antaranya

kacang-kacangan seperti kedelai, ayam tanpa kulit, ikan kembung, ikan mujair, dan 5

ekor udang segar. Yang perlu dihindari adalah makanan yang mengandung lemak jenuh
5

seperti daging merah, daging olahan seperti sosis, bakso, corned beef, dan lain-lain

(Notoatmojdo, 2007).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengkaji secara ilmiah

“Hubungan Perilaku dengan Kadar Kolesterol dalam Darah di BLUD Rumah

Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “apakah ada

hubungan perilaku dengan kadar kolesterol dalam darah di BLUD Rumah Sakit Umum

Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Perilaku dengan Kadar Kolesterol dalam Darah di

BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kadar kolesterol dalam darah di

BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kadar kolesterol dalam darah di BLUD

Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

3. Untuk mengetahui hubungan tindakan dengan kadar kolesterol dalam darah di

BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
6

1.4 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan terhadap rumusan masalah, dan tujuan serta manfaat

dari penelitian yang akan dilaksanakan, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai

berikut:

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan kadar

kolesterol dalam darah di BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.


Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan kadar

kolesterol dalam darah di BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hubungan perilaku

dengan kadar kolesterol dalam darah di BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak

Dhien Kabupaten Aceh Barat.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berisikan tentang

hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan dengan yang mengalami kadar

kolesterol dalam darah di BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain, yang akan melakukan penelitian

berkaitan dengan penelitian ini.


7

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berisikan

tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan dengan yang mengalami

kadar kolesterol dalam darah.

2. Bagi penulis dapat menjadi wahana dalam penerapan dan pengembangan ilmu

pengetahuan yang dimiliki dengan kenyataan yang ada di lapangan.

3. Bagi Masyarakat, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang hubungan

perilaku dengan penyakit yang disebabkan oleh kadar kolesterol dalam darah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Menurut Kholid (2012), perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai

suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.

Aktivitas tersebut ada yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung.

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi

manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan. sikap, dan

tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat fasif (tanpa

tindakan) maupun aktif disertai tindakan (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Pengelompokan Perilaku

Menurut Kholid (2012), perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi 2

(dua) bagian, yaitu sebagai berikut :

a. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum

dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas.

b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Perilaku terbuka terjadi bila responden stimulus tersebut sudah berupa

tindakan, atau praktik ini dapat diamati oleh orang lain dari atau observable

behavior.

8
9

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner (1938) dalam Notoatmodjo

(2012), maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus

atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha

seseorang untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari sakit.

b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relative,

maka dari orang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat

kesehatan yang seoptimal mungkin.

c) Perilaku gizi (makanan dan minuman), makanan dan minuman dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman sehat.

2. Perilaku pencarian dan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau disebut

perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).


10

3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah merespon lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. Sehingga lingkungan tersebut

tidak mempengaruhi kesehatannya.

2.1.3 Domain Perilaku

Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang

merupakan hasil bersama atau resultance antara berbagai faktor, baik faktor

internal maupun eksternal (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2012), juga mengatakan mengikut teori L.Green

(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama,yaitu:

1. Faktor penguat (predisposising) yang mencakup:

a. Pengetahuan

Secara garis besar menurut (Notoatmodjo, 2012) domain tingkat pengetahuan

(kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami,

menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok

dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik

melalui pengalaman, belajar ataupun informasi yang diterima dari orang lain.

Pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

b. Sikap

Menurut Santrock dalam Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa sikap

merupakan opini terhadap orang-orang, objek atau suatu ide. Setiap orang

memiliki opini atau kepercayaan terhadap suatu objek atau ide. Sikap adalah
11

reaksi atas penilaian suka atau tidak suka terhadap sesuatu atau seseorang yang

ditunjukkan melalui kepercayaan, perasaan atau kecendrungan bertingkah laku.

c. Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2012), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor

dukungan (support) dari pihak lain.

d. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan

perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam

menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan (Notoatmodjo, 2012).

e. Pekerjaan

Pekerjaan yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling memenuhi

kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau penghasilan.

2. Faktor Pendukung (Enabling) yang mencakup :

a. Tingkat Pendapatan

Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya untuk

menempuh pendidikan sehingga pengetahuannya pun rendah (Notoatmodjo,

2012).
12

b. Ketercapaian pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan

kesehatan yang sesuai tingkat kepuasan rata-rata serta penyelenggaraannya

sesuai dengan standar dan kode etik profesi (Notoatmodjo, 2012).

c. Ketersediaan Sarana dan Prasana

Tersedianya semua fasilitas kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu

pemeriksaan bagi kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

3. Faktor Pendorong (Reinforcing) Pula mencakup :

a. Keluarga

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup

bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya

bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga

(Notoatmodjo, 2012).

b. Lingkungan

Sesuatu yang berada diluar atau disekitar makhluk hidup. Lingkungan adalah

suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal-balik

satu sama lain dengan masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

c. Sosial Budaya

Segala sesuatu yang berkaitan dengan tata nilai yang ada pada masyarakat,

yang mana di dalamnya terdapat pernyataan mengenai poin intelektual dan

juga nilai artistik yang dapat dijadikan sebagai ciri khas pada masyarakat itu

sendiri (Notoatmodjo, 2012).


13

2.2 Kolesterol

2.2.1 Pengertian

Kolesterol merupakan zat berlemak yang diproduksi oleh hati.  Kolesterol

dapat ditemukan diseluruh tubuh dan berperan penting terhadap fungsi tubuh

sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).

Selain itu, kolesterol merupakan bahan semacam lilin dan seperti lemak

yang sesungguhnya diperlukan untuk kesehatan kita. Kolesterol merupakan

komponen esensial dari setiap sel dan diperlukan oleh tubuh untuk melakukan

banyak fungsi dasar. Kolesterol membantu hati menghasilkan empedu, yang

diperlukan untuk mencerna lemak, dan merupakan bahan pembentuk yang darinya

tubuh membuat kelenjar adrenal dan hormon seks. Kolesterol juga membentuk

jubah pelindung disekitar dinding sel dan selubung mielin saraf, serta bekerja

sebagai pelumas pada dinding arteri, membantu kelancaran aliran darah

(Notoatmodjo, 2007).

Kolesterol dalam jumlah seimbang sangat penting bagi tubuh. Terlalu

sedikit kolesterol tidaklah sehat, sama dengan terlalu banyak. Kadar kolesterol di

bawah 135 bisa merupakan tanda adanya stres kelenjar adrenal, kerusakan hati

yang berat (akibat bahan kimia, obat, atau hepatitis), serta gangguan autoimun

atau “penyerangan diri sendiri” seperti alergi, lupus, dan artritis rematoid. Kadar

kolesterol yang menurun juga telah dihubungkan dengan kanker dan gangguan

fungsi kekebalan tubuh secara umum yang tampak melalui kelelahan.

Jika jumlah lebih banyak dari yang bisa diproses dan digunakan oleh

tubuh, kolesterol bisa disimpan dalam dinding pembuluh darah, dimana kemudian
14

menjadi berbahaya bagi tubuh. Kenaikan kadar kolesterol, yaitu angkanya lebih

dari 200, merupakan faktor risiko tunggal yang paling penting pada penyakit

jantung koroner.

Hubungan antara kadar kolesterol dan penyakit jantung sangat sulit, karena

kenyataannya bahwa tubuh menghasilkan dua bentuk utama dari kolesterol.

Kolesterol dibawa melalui aliran darah dalam dua komponen protein : lipoprotein

berdensitas rendah  High Density Lipoprotein (HDL) dan lipoprotein berdensitas

tinggi Low Density Lipoprotein (LDL). LDL dianggap kolesterol yang “jahat”,

atau merusak, karena membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh dan pembuluh

darah dimana kolesterol itu kemudian tinggal di dalam sel-sel yang melapisi

dinding arteri. Sedangkan HDL dianggap “baik”, atau melindungi, karena

membawa kolesterol dari dinding arteri ke hati, di mana kolesterol dipecah untuk

dibuang dari tubuh (Notoatmodjo, 2007).

2.2.2 Cara Mengukur Kolesterol

Menurut Winarno (2012), kadar kolesterol dalam tubuh dapat diukur

dengan tes darah. Jika hasil tes darah menunjukan hasil berikut:

Total Kolesterol

<200 mg/dl----- - ideal

≥200-------------- risiko tinggi


15

2.2.3 Gejala Kolesterol Tinggi

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Sahid

Sahirman dr. Aulia Sani memaparkan beberapa gejala yang perlu diwaspadai

(Efrison, 2004).

1. Sering pusing belakang kepala

Pusing di belakang kepala diakibatkan oleh penyumbatan pembuluh darah di

sekitar kepala. Penyumbatan ini terjadi lantaran kolesterol yang mulai

membentuk plak di pembuluh darah. Jika dibiarkan maka pembuluh darah akan

pecah dan menyebabkan stroke.

2. Tengkuk dan pundak pegal

Pegal di tengkuk dan pundak merupakan implikasi dari aliran darah yang tidak

lancar pada pembuluh darah di daerah tersebut. Aliran darah yang tidak lancar

juga disebabkan adanya penyumbatan pembuluh dari kolesterol.

3. Sering pegal di tangan dan kaki

Pembuluh darah di tangan dan kaki juga dapat tersumbat akibat penumpukan

kolesterol. Pegal di tangan dan kaki akibat penumpukan kolesterol biasanya

terjadi terus menerus meskipun tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat

(Heslet, 2011).

4. Sering kesemutan di tangan dan kaki

Hampir sama dengan pegal, kesemutan merupakan implikasi dari aliran darah

yang tidak lancar di bagian tubuh tertentu. Kesemutan berhubungan dengan

saraf yang tidak mendapat aliran darah.


16

5. Dada sebelah kiri seperti tertusuk

Dada sebelah kiri berhubungan dengan organ pemompa darah yaitu jantung.

Penyumbatan di pembuluh darah sekitar jantung dapat mengakibatkan rasa

nyeri seperti ditusuk. Bahkan rasa nyeri bisa menjalar hingga ke daerah di

sekitar leher. Nyeri dada menjadi tanda serangan jantung (Braverman, 2009).

2.2.4 Makanan Penyebab Kolesterol Tinggi

Menurut Efrison (2004), penyebab kolesterol tinggi yaitu dengan

menghindari makanan-makanan berlemak yang diketahui sebagai sumber

kolesterol. Namun, ada juga makanan yang tidak terduga mengandung kolesterol

tinggi seperti berikut:

1. Daging unggas

Daging unggas memang dianggap lebih minim risiko dibanding daging merah

karena memiliki kandungan lemak yang cenderung lebih rendah. Namun, jika

dimakan dalam jumlah yang banyak atau terlalu sering, daging unggas juga

akan memberikan efek negatif, karena jumlah protein daging ini adalah

18g/100g contohnya ayam, ini sangat tinggi salah satunya adalah peningkatan

kadar kolesterol dalam darah (Heslet. 2011).

2. Gula tambahan

Satu fakta yang cukup mengejutkan adalah gula tambahan ternyata

berhubungan dengan penurunan kadar kolesterol "baik" atau high density

lipoprotein (HDL) dalam darah. Jadi, pengurangan gula tambahan dalam diet,

selain mengurangi risiko diabetes juga memperbaiki kadar kolesterol.


17

3. Kentang tumbuk

Kentang tumbuk atau mashed potato ternyata memiliki kandungan lemak yang

tinggi. Terutama yang ditemukan di restoran karena mengandung mentega,

krim, susu, keju yang berlebihan. Hal tesebut membuat salah satu sumber

karbohidrat ini menjadi makanan tinggi lemak jenuh.

4. Pizza

Satu potong pizza mengandung 10 gram lemak dan 4,4 gram lemak jenuh.

Angka itu belum termasuk topping yang mungkin mengandung lebih banyak

lemak.

5. Kelapa
Produk kelapa seperti santan ataupun minyak kelapa mengandung lemak jenuh

yang cukup tinggi. Namun, penggunaannya dalam skala sedang tidak terlalu

berakibat buruk terhadap kadar kolesterol darah.

6. Produk susu

Produk susu memang mengandung banyak nutrisi yang penting seperti

kalsium, protein, vitamin, dan mineral, tetapi juga mengandung lemak jenuh.

Maka sebaiknya pilihlah produk yang rendah lemak.

7. Pai dan kue

Pai dan kue berbahan baku mentega, krim, susu, dan keju yang mengandung

lemak jenuh. Maka satu gigitan pai dan kue sudah memberikan sumbangan

kalori yang tinggi bagi tubuh.


18

8. Popcorn

Satu wadah popcorn ukuran sedang mengandung 60 gram lemak jenuh dan

1.200 kalori. Hal ini dikarenakan pengolahan popcorn membutuhkan minyak

yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol.

Dengan memperhatikan secara baik terhadap bahan makanan yang

menjadi asupan makanan bagi tubuh, diharapkan dapat mengurang tingkat

serangan penyakit yang disebabkan oleh tinggginya kadar kolesterol di dalam

darah.

2.2.5 Cara Menurunkan Kadar kolesterol

Menurut Winarno (2012), bersama dengan jaringan fibris membentuk plak

endapan yang mengakibatkan penebalan, penyempitan dinding pembuluh darah

dan meningkatkan risiko kemungkinan serangan jantung. Walaupun demikian,

tidak berarti bahwa kolesterol adalah segalanya untuk penyakit jantung. Dalam

jumlah tertentu tubuh memerlukannya untuk menjaga tubuh tetap sehat. Hanya

bila jumlahnya yang berlebihan, kondisi yang dikenal dengan hiperkolesterolemia,

akan timbul masalah. Penurunan kolesterol 1 persen saja dapat mengurangi resiko

serangan jantung 2 sampai 3 persen.

Beberapa tips di bawah ini diharapkan dapat memperbaiki kadar kolesterol

Anda :

1. Batasi lemak jenuh

Lemak jenuh, biasanya mengacu pada lemak yang berasal dari hewan, terutama

didapatkan pada kulit unggas, produk susu, daging merah dari sapi, domba, dan

babi. Sebaiknya konsumsi ini dibatasi, karena dapat memacu produksi


19

kolesterol dan meningkatkan total kolesterol dan kolesterol jahat (LDL).

Dengan memilih diet yang mengandung rendah kolesterol jenuh ini, Anda

sebenarnya sudah mengambil salah satu langkah yang bijak untuk

memperbaiki kadar kolesterol Anda. Pada diet mediteranian, konsumsi daging

merah ini hanya dianjurkan satu kali dalam satu bulan. Ternyata diet ini dapat

menurunkan angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler yang bermakna.

2. Hindari lemak trans (trans fat)

Trans fat, kemungkinan mempunyai akibat yang lebih berbahaya dari pada

lemak jenuh karena dapat meningkatkan kadar kolesterol buruk (LDL) dan

menurunkan kolesterol baik (HDL). Studi juga menunjukkan bahwa trans fat

juga dapat meningkatkan risiko keganasan. Karena itu kurangilah makanan

yang banyak mengandung trans fat seperti makanan yang diolah melalui

penggorengan.

3. Pertahankan berat badan normal

Pada kebanyakan orang, kadar kolesterol juga menjadi baik seiring dengan

menurunnya berat badan. Ini tidak hanya disebabkan kehilangan berat badan,

tetapi juga akibat diet yang lebih sehat, dan olahraga yang dilakukan. Dengan

kata lain, perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk mempertahankan berat

badan normal atau menurunkan berat badan juga membantu memperbaiki

kadar kolesterol. Mengurangi berat badan 5-10 persen dapat menurunkan kadar

kolesterol yang bermakna.


20

4. Olahraga

Olahraga yang cukup dan berkelanjutan, paling tidak 30-40 menit setiap hari,

lima kali dalam seminggu, seperti jalan, jogging, bersepeda, berenang adalah

pilihan yang sangat baik untuk memperoleh kadar kolesterol yang normal.

Apakah penderita gemuk atau tidak, olahraga dapat menurunkan kadar

kolesterol penderita. Olahraga moderat yang Anda lakukan secara teratur dapat

meningkatkan kolesterol baik (HDL) dan menurunkan kolesetrol buruk (LDL).

5. Berhenti Merokok

Di samping sebagai faktor risiko penting untuk penyakit jantung, rokok juga

dapat mengakibatkan penurunan kadar kolesterol HDL. Jika penderita adalah

seorang perokok, berhenti merokok saja dapat menaikkan kolesterol baik

(HDL) hingga 10 persen. Tidak hanya itu, 20 menit setelah penderita berhenti

merokok, tekanan darah akan turun. Dalam waktu 24 jam, resiko mengalami

serangan jantung akan menurun, dan setelah 1 tahun risikonya hanya tinggal

setengahnya dibandingkan perokok. Dalam 15 tahun sama dengan mereka yang

tidak pernah merokok.

6. Kunjungi dokter secara teratur

Bila gaya hidup yang biasa dilakukan ternyata belum membantu menurunkan

kadar kolesterol, atau mempunyai riwayat keluarga dengan kolesterol tinggi

atau sakit jantung, mungkin perlu bantuan dokter, Dokter akan membantu,

pilihan obat yang tepat untuk mengatasinya.


21

2.3. Faktor Risiko Penyebab Kolesterol

Menurut Notoatmodjo (2007) Beberapa faktor penyebab kolesterol pada

dasarnya tubuh manusia memang membutuhkan kolesterol. Tapi apabila kadarnya

terlalu tinggi, dan lebih banyak porsi kolesterol jahat (LDL) daripada kolesterol

baik (HDL), akibatnya bagi kesehatan sangat buruk. Penyebab kolesterol tinggi

bermacam-macam, yaitu:

2.3.1 Gaya Hidup

Faktor ini adalah hal utama yang sering menyebabkan masalah kolesterol

tinggi. Yang termasuk dalam gaya hidup, di antaranya adalah :

1. Pola makan

Beberapa jenis makanan yang mengandung kolesterol yang baik di antaranya

kacang-kacangan seperti kedelai, ayam tanpa kulit, ikan kembung, ikan mujair,

dan 5 ekor udang segar. Yang perlu dihindari adalah makanan yang

mengandung lemak jenuh seperti daging merah, daging olahan seperti sosis,

bakso, corned beef, dan lain-lain.

2. Kurang olahraga

Orang yang kurang berolahraga memiliki kadar LDL yang lebih tinggi dan

kadar HDL yang lebih rendah. Karena proses respirasi dan aliran darah dalam

tubuh semakin lancar sehingga lemak yang tadinya disimpan dibawah

pembuluh arteri (LDL) itu bisa dipecahkan.


22

3. Obesitas

Orang dengan berat badan berlebih/obesitas lebih berisiko memiliki tingkat

LDL yang lebih tinggi dan HDL yang lebih rendah dibandingkan orang dengan

berat badan normal.

4. Merokok

Merokok sangat berpengaruh pada tingkat LDL pada tubuh. Karena zat nikotin,

tar, yang terdapat didalam rokok bisa menyumbat proses perjalanan HDL(arteri

jantung).

5. Alkohol

Orang yang mengkonsumsi terlalu banyak alkohol secara rutin biasanya

memiliki tingkat LDL yang lebih tinggi dan tingkat HDL yang lebih rendah

dibandingkan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol.

2.3.2.  Penyakit yang Berhubungan dengan Kolesterol

Beberapa macam penyakit dikenal menyebabkan kenaikan tingkat LDL.

Untungnya penyakit biasanya bisa ditangani secara medis, sehingga tidak harus

menyebabkan kenaikan kolesterol. Beberapa penyakit tersebut adalah stroke,

jantung koroner, gagal jantung, diabetes mellitus, dan hipertensi (Notoatmodjo,

2007).

2.3.3  Faktor Risiko yang Tak Dapat Dirubah

Ada beberapa hal yang meningkatkan risiko kolesterol dan bersifat tetap,

sehingga tidak bisa di rubah, yaitu:


23

1. Genetis/Keturunan

Orang yang memiliki hubungan keluarga dengan penyandang masalah jantung

koroner atau stroke, atau keluarga yang memiliki masalah kolesterol tinggi atau

hyperlipidemia akan memiliki risiko kolesterol tinggi yang lebih besar.

2. Jenis Kelamin

Kenyataannya, pria memiliki risiko kolesterol tinggi yang lebih besar

dibanding wanita.

3. Umur

Risiko ateosklerosis atau penyakit pembuluh koroner yang menjadi penyebab

utama serangan jantung akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia

Anda.

4. Menopause Dini

Wanita yang mengalami menopause dini biasanya lebih rentan pada masalah

kolesterol tinggi.

2.3.4. Keberadaan Kolesterol Dalam Tubuh

Kolesterol dapat larut dalam pelarut organik, misalnya eter, kloroform,

benzene, karbon disulfida, aseton, dan alkohol panas, tetapi tidak larut dalam air,

asam atau basa. Pada konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam bentuk

kristal tak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan memiliki titik lebur 150 oC –

151oC (Poedjiadi dalam Maryunani, 2009). Di udara terbuka atau terkena sinar

matahari langsung, kolesterol akan teroksidasi secara lambat menjadi senyawa

yang memiliki titik lebur lebih rendah dan akan berubah sifat reaksinya (Otto,

dalam Maryunani, 2009).


24

Keberadaan kolesterol dalam suatu bahan makanan dapat diisolasi dengan

cara ekstraksi menggunakan pelarut organik. Sedangkan secara kualitatif dapat

diidentifikasi dengan menggunakan Uji Salkowski atau Uji Liebermann –

Burchard. Kolesterol mengalami reaksi adisi pada ikatan rangkapnya. Adisi

dengan hidrogen membentuk dihidrokolesterol, dan dengan halogen membentuk

kolesterol dihalida (Braverman, E. dan Braverman, 2009).


25

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas

yaitu menurut L. Green dalam Notoadmodjo (2012) sebagai berikut :

Faktor Predisposing(Predisposisi):
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
- Jenis Kelamin
- Pekerjaan

Faktor Enabling (Pemungkin) :


Kadar Kolesterol
- Tingkat Pendapatan
- Ketercapaian Pelayanan dalam Darah
Kesehatan
- Ketersediaan sarana/prasana

Faktor Reinforcing (Penguat) :


- Dukungan Keluarga
- Lingkungan
- Sosial Budaya

Gambar 2.1 Kerangka Teori


26

2.6 Kerangka Konsep

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada bagan di bawah ini :


Variabel Independen

Pengetahuan Variabel Dependen


Pengetahuan
Kadar Kolesterol dalam
Sikap Darah

Tindakan

Gambar 2.2.Kerangka Konsep


27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini survei analitik dengan pendekatan cross sectional,

dimana variabel bebas dan terikat diteliti pada saat yang bersamaan (Notoatmadjo,

2007), yang bertujuan untuk melihat hubungan perilaku dengan kadar kolesterol

dalam darah.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 07 April - 02 Mei Tahun

2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti.

dalam penelitian ini adalah seluruh responden yang mengalami penyakit

kolesterol di BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten

Aceh Barat Tahun 2015 sebanyak 1.577 orang.

27
28

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non Random Sampling.

Menurut Notoatmodjo (2005), prosedur pengambilan sampel melalui Accidental

Sampling adalah pengambilan sampel secara kebetulan ada. Adapun jumlah

sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin berikut :

n= N
1 + N (d2)

n= 1.577
1 + 1577 (0,1)²

n= 1.577
1 + 1577 (0,01)

n = 1.577
1 + 15.77

n= 1.577
16,77

n = 94.

Dimana :

N : Besar populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat Kepercayaan yang diinginkan 0,1 (10%)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, sampel yang didapat berjumlah 94

orang pasien yang menderita kolesterol.

Kriteria Sampel :

1. Penderita Penyakit Kolesterol

2. Penderita yang kebetulan datang untuk berobat dan chek up.


29

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui

wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak kedua yaitu BLUD

Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dan juga

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

Definisi Cara Alat Hasil Skala


No Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
Variabel Independen
Wawasan
Baik
penderita tentang
1 Pengetahuan Wawancara Kuesioner Kurang Ordinal
kadar kolesterol
Baik
dalam darah
Reaksi atau
respon penderita Positif
2 Sikap tentang kadar Wawancara Kuesioner Ordinal
kolesterol dalam Negatif
darah
Sikap yang
dilakukan
Ada
penderita dalam
3. Tindakan Wawancara Kuesioner Tidak Ordinal
mengatasi kadar
ada
kolesterol dalam
darah
Variabel Dependen
Kadar Jumlah zat Normal
Rekam
1. Kolesterol berlemak yang di Terceklis Tinggi Ordinal
Medis
Dalam Darah produksi oleh hati
30

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel pada

penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke

nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003).

3.6.1 Pengetahuan :

Penilaian pengetahuan dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu :

a. Baik, Jika responden mendapatkan nilai >5 dari total skor

b. Kurang Baik, Jika responden mendapatkan nilai ≤ 5 dari total skor

3.6.2 Sikap :

Penilaian sikap dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu :

a. Positif, Jika responden mendapatkan nilai > 5 dari total skor

b. Negatif, Jika responden mendapatkan nilai ≤ 5 dari total skor

3.6.3 Tindakan

Penilaian tindakan dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu :

a. Ada, Jika responden mendapatkan nilai >5 dari total skor

b. Tidak Ada, Jika responden mendapatkan nilai ≤5 dari total skor

3.6.4 Kadar Kolesterol Dalam Darah

Penilaian Kadar Kolesterol dalam Darah dikategorikan menjadi 2 kategori

yaitu :

a. Normal, Jika responden mendapatkan nilai = 200 mg/dl (ideal)

b. Tinggi, Jika responden mendapatkan nilai ≥ 200 mg/dl


31

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Setelah semua data di kumpulkan di lakukan pengolahan data dengan cara:

a. Editing

Data yang telah dikumpulkan diperiksa kebenaran dan kelengkapannya.

b. Coding

Data yang telah diedit, kemudian dirubah dalam bentuk kode atau angka, nama

respoden diubah menjadi kode responden.

c. Transfering

Data yang telah diberi kode, kemudian disusun secara berurutan ke dalam bentuk

tabel (Budiarto, 2002).

d) Tabulating

Tabulating, yaitu dimana data yang telah dibersihkan dimasukkan dalam

komputer kemudian data tersebut diolah dengan program komputer.

3.7.2 Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mengambarkan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi

frekuensi dari setiap variabel penelitian. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa

besar proporsi variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

Analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan gambaran proporsi terkait

dengan berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan.


32

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan satu variabel

independen dengan satu variabel dependen, bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen dengan tanpa

mempertimbangkan variabel independen atau faktor-faktor lainnya. Analisis

bivariat menggunakan uji kai kuadrat (Chi-square), karena semua data diukur

dalam skala katagorik (melihat hubungan antara variabel katagorik dengan

variabel katagorik). Jika ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil dari

(kurang dari 5) lebih dari 20 % dari jumlah keseluruhan sel.

Prinsip dasar uji kai kuadrat adalah membandingkan frekuensi yang terjadi

(observed) dengan frekuensi harapan (expected). Uji statistik Chi-square juga

untuk melihat suatu hubungan (jika ada) antara dua variabel sehingga diperoleh

nilai χ2 dan kemaknaan statistik (nilai p value atau nilai χ2 hitung).

Uji ini dipergunakan untuk membandingkan hasil perhitungan statistik χ2

yang didapat dengan ”critical value” yang ditemukan pada tabel Chi-square.

critical value tersebut tergantung pada yang dipilih (dalam penelitian ini α = 0,05)

dan df nilai χ2 tersebut akan bermakna jika nilai χ2 yang diperoleh dari hasil

perhitungan melebihi nilai critical value dan nilai p value yang diperoleh lebih

kecil dari 0,05 (Hastono, 2007).

Syarat yang berlaku pada uji chi square ialah yaitu :

a. Apabila table 2 x 2, dijumpai nilai harapan (expected value = E) kurang dari,

uji yang digunakan adalah Fisher Exact Test.


33

b. Apabila pada Tabel 2 x 2, tidak terdapat nilai E > 5, maka uji yang dipakai

sebaiknya Continuity Cerrection.

c. Bila Tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 2 x 3, 3 x 3, dan seterusnya, maka

digunakan Pearson Chy Square.

Berikut ini rumus yang digunakan dalam perhitungan statistik χ2 yang

didapat dengan ”critical value” yang ditemukan pada tabel Chi-square.

(O  E ) 2
Rumus : χ2  
E

df = (k-1) (b-1)

α = 0,05

Keterangan: O = Frekuensi Observed

E = Frekuensi Expected

df = Degree of Freedom (Derajat Kebebasan)

k = Kolom

b = Baris

Anda mungkin juga menyukai