Anda di halaman 1dari 15

Mengacu kepada Keputusan Balitbang nomor 018/H/KR/2020 tanggal 5 Agustus 2020

tentang kompentensi inti & kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada Paud,
Dikdas, dan Dikmen berbentuk sekolah menengah atas untuk Kondisi Khusus.

KELAS X

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3)
pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran
intrakurikuler, kokurikuler, dan/ atau ekstrakurikuler. Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu
“Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial
yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung
(indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

3. Memahami, menerapkan, serta menganalisis 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai ilmu dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.1 Memahami pengetahuan dasar Sosiologi 4.1 Menalar suatu gejala sosial di lingkungan sekitar
sebagai ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk dengan menggunakan pengetahuan sosiologis.
mengkaji gejala
sosial di masyarakat.
3.2 Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, 4.2 Mengolah realitas individu, kelompok, dan
kelompok, dan hubungan hubungan social sehingga mandiri
sosial di masyarakat.
dalam memposisikan diri dalam
pergaulan sosial di masyarakat

3.3 MENGAITKAN REALITAS SOSIAL DENGAN 4.3 Mengaitkan realitas sosial dengan menggunakan
MENGGUNAKAN KONSEP-KONSEP DASAR SOSIOLOGI konsep-konsep dasar Sosiologi untuk mengenali
UNTUK MENGENALI BERBAGAI berbagai
GEJALA SOSIAL DI MASYARAKAT. gejala sosial di masyarakat.
3.4 MEMAHAMI BERBAGAI METODE PENELITIAN SOSIAL 4.4 Melakukan penelitian sosial yang sederhana untuk
YANG SEDERHANA UNTUK MENGENALI GEJALA SOSIAL mengenali ragam gejala sosial dan hubungan sosial di
DI MASYARAKAT. masyarakat.
3.1 Memahami pengetahuan dasar Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berfungsi
untuk mengkaji gejala sosial di masyarakat.

BAB. I
ILMU SOSIOLOGI UNTUK MENGENAL GEJALA SOSIAL

Pada Bab ini, pesertadidik akan diperkenalkan pada sosiologi sebagai bagian dari ilmu
sosial yang membahas fakta sosial masayrakat secara onjektif, misalnya hubungan
antarindividu dalam kelompok, hubungan antara individu engan kelompok, dan
hubungan antar kelompok dalam masayrakat. Sahabat Teras juga akan diajak untuk
menelusuri sejarah perkembangan sosiologi dan melihat peran dan fungsi sosiologi
dan hubungan sosiologi dengan ilmu lain.

A. SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU.


1. Pengertian dan Ciri-ciri Ilmu Sosiologi.
Istilah ‘Sosiologi’ pertama kali digunakan oleh Auguste Comte (1798-1859). Comte
menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang gejala sosial yang tunduk pada
hukum alam dan tidak berubah- ubah. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa
sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal- balik antara aneka macam
gejala-gejala sosial. Terkait dengan gejala sosial yang menjadi objek kajian sosiologi
tersebut, Manheim mengatakan ada tiga jenis sosiologi, yaitu sosiologi sistematis
atau umum, sosiologi komparatif, dan sosiologi struktural. Sosiologi struktural
bertujuan memberikan analisis semua gejala sosial struktural yang dapat
didefinisikan oleh sosiolog. Gejala-gejala sosial ini menurut Durkheim, harus
dipahami sebagai fakta objektif di luar kehidupan subjektif dari individu. Selain
tokoh-tokoh tersebut, ada banyak tokoh lain yang memberikan definisi tentang
sosiologi.
Secara etimologis, istilah Sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu Socius dan
Logos. Socius berarti “teman” atau “kawan”. Adapun Logos berasal bahasa Yunani
yang berarti “ilmu” atau “berbicara”. Secara harfiah sosiologi berarti ilmu yang
memperbincangkan pergaulan hidup manusia. Pengertian tersebut diperluas menjadi
ilmu pengetahuan yang membahas dan mempelajari kehidupan manusia dalam
masyarakat.
Pengertian Sosiolgi menurut bebrapa ahli sebagai berikut :
1. Roucek dan Warren. Sosilogi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok- kelompok.
2. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf. Sosiologi adalah penelitian secara
ilmiah tentang stuktur-stuktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat
stabil.
3. Max Weber. Sosiologi adalah ilmu yang beruapaya memahami tindakan-tindakan
social.
4. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi. Sosiologi adalah ilmu
kemasyarakatan yang mempelajari stuktur social dan proses- proses social
termasuk perubahan sosal
5. Paul B. Horton. Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada
kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
6. Soerjono Soekanto. Sosilogi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada
segisegi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan
polapola umum kehidupan masyarakat.
7. William Kornblum. Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari
masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang
bersangkutan dlam berbagai kelompok dan kondisi.
8. Allan Johnson. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku,
terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem
mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya
mempengaruhi sistem itu.
Ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
1. Sosiologi bersifat Empiris. Berdasarkan hasil observasi (pengamatan)
2. Sosiologi bersifat Teoritis. Berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi
3. Sosiologi bersifat Kumulatif. Teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori
yang sudah ada sebelumnya dalam arti memperbaiki, memperluas dan
memperhalus teori-teori lama.
4. Sosiologi bersifat Non-Etis. Tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta, tetapi
menjelaskan fakta-fakta tersebut secara analitis

2. Objek Sosiologi.
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat. Kata masyarakat berasal dari akar
kata Arab musyarak, artinya bersamasama. Istilah masyarakat dalam Bahasa
Inggris adalah society. Kata society berasal dari Bahasa Latin socius, yang
berarti kawan. Selo Soemardjan mengatakan bahwa masyarakat adalah orang-
orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. J. L Gillin dan J. P
Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar.
Mereka mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang
sama. Sementara itu, menurut Ralf Linton, masyarakat merupakan suatu
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama dalam waktu yang cukup
lama.
Dalam mempelajari masyarakat sebagai objek kajian, sosiologi memfokuskan
studinya pada hal-hal berikut.
1. Hubungan timbal-balik antara manusia satu dan manusia lainnya
2. Hubungan antara individu dan kelompok
3. Hubungan antara kelompok yang satu dan kelompok lainnya
4. Proses yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut dalam masyarakat

3. Metode Ilmiah Dalam Sosiologi.


Metode Ilmiah Sosiologi mengenal dua macam metode ilmiah.
1. Metode Kualitatif. Metode ini dipakai apabila subjek penelitian tidak dapat
diukur
2. Metode Kuantitatif. Mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka
atau gejala-gejala yang diukur dengan skala, indeks, tabel, atau uji statistik

4. Peran dan Fungsi Ilmu Sosiologi.


Peran Ilmu Sosiologi adalah:
1. Sosiolog sebagai ahli riset. Para sosiolog melakukan riset ilmiah. Tujuannya
adalah mencari data kehidupan sosial masyarakat.
2. Sosiolog sebagai konsultan kebijakan. Prediksi sosiologi dapat membantu
memperkirakan pengaruh kebijakan sosial yang mungkin terjadi.
3. Sosiolog sebagai praktisi. Beberapa sosiolog terlibat dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan masyarakat.
4. Sosiolog sebagai guru atau pendidik
Fungsi Imu Sosiologi adalah:
1. Untuk pembangunan. Sosiologi berfungsi untuk memberikan data sosial yang
diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian
pembangunan.
2. Untuk penelitian. Dengan penelitian, akan diperoleh suatu rencana
penyelesaian masalah sosial yang baik.

UNTUK MENGERJAKAN SOAL LATIHAN SILAHKAN BUKA DAN KERJAKAN


LINK https://tinyurl.com/latihansoalbagian1

B. SOSIOLOGI UNTUK MENGENAL REALITAS DAN GEJALA SOSIAL.


1. Pengertian Realitas Sosial.
Peter L. Berger dan Thomas Luckman melihat bahwa realitas sosial memiliki
dimensi objektif dan subjektif. Dimensi objektif dilihat dari adanya lembaga dan
pranata sosial beserta nilai dan norma yang menunjukkan bahwa masyarakat
cenderung menginginkan keteraturan. Karena itu, masyarakat cenderung
mewariskan nilai dan norma kepada generasi berikutnya melalui proses
internalisasi (sosialisasi). Namun demikian manusia memiliki peluang untuk
melakukan interpretasi berbeda atas realitas yang diperolehnya melalui
sosialisasi (sosialisasi tidak sempurna). Interpretasi yang berbeda ini secara
kolektif akan membentuk sebuah realitas baru. Berger menyebut proses ini
sebagai internalisasi. Eksternalisasi ini berjalan lambat namun pasti. Proses ini
mengakibatkan terjadinya perubahan aturan dan norma sosial. Demikian,
manusia tak hanya dibentuk oleh masyarakat, tetapi juga mencoba untuk
mengubah masyarakat, termasuk perubahan yang berakibat munculnya
masalah-masalah sosial.

2. Pengertian Gejala Sosial.


Gejala sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia,
baik secara individu maupun secara kelompok (Gulo, 2010). Suatu peristiwa
atau proses disebut gejala sosial karena perilaku oleh individu yang terlibat di
dalamnya saling terkait. Menurut Durkheim, gejala sosial harus dipahami
sebagai fakta objektif di luar kehidupan subjektif individu. Gejala sosial antara
lain mencakup gejala ekonomi, gejala politik, gejala budaya dan gejala moral.
Contoh gejala sosial antara lain adalah kemiskinan, kejahatan, perang,
kewirausahaan, dan persamaan gender. Setiap gejala sosial menjadi dampak
sekaligus penyebab dari gejala sosial yang lain. Misalnya keyakinan agama
mempengaruhi praktik ekonomi. Kepentingan ekonomi menentukan teori politik

3. Karakteristik Gejaka Sosial.


1) Gejala sosial sangat kompleks Dikatakan kompleks karena di dalamnya
terdapat hubungan antarmanusia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yaitu ekonomi, sosial, budaya, psikologis, politik, dan agama.
2) Gejala sosial beranekaragam Beberapa gejala tidak bisa dianggap sebagai
satu gejala karena masing-masingnya memiliki sifat dan karakteristik yang
berbeda. Misalnya, gejala ekonomi tidak dapat disamakan dengan gejala
agama, budaya, ataupun politik, meskipun ada hubungan di antara berbagai
gejala itu
3) Gejala sosial tidak bersifat universal Tidak bersifat universal (umum) karena
hanya akan dipengaruhi oleh suatu kondisi sosial atau budaya masyaraka
tertentu saja
4) Gejala sosial bersifat dinamis Karakteristik ini muncul karena mengacu pada
perilaku masyarakat yang cenderung berubah-ubah (dinamis). Akibatnya,
peristiwa menjadi cepat berubah. Seperti misalnya, pergantian mode pakaian
yang terus berganti setiap tahunnya.
5) Gejala sosial tidak mudah dimengerti Karakteristik ini menunjukkan sebagai
wujud dari perilaku dan hubungan antarmanusia, sulit dipahami. Berbeda
halnya dengan gejala alam yang dapat kita ukur dan prediksi terlebih
dahulu.
6) Gejala sosial kurang objektif Karena mengacu pada perilaku masyarakatnya,
alhasil gejala ini ikut memerhatikan pada hal yang melekat pada
karakteristik setiap individunya. Misalnya, Kasus-kasus seperti pelacuran
atau kemiskinan yang biasanya dinilai masyarakat secara subjektif. Apakah
hal itu baik atau buruk, salah atau benar, tergantugn pada persepsi
masyarakat yang ada di wilayah tersebut.
7) Gejala sosial bersifat kualitatif Karakteristik ini berarti menunjukkan, gejala
menjadi tidak bisa diukur (kuantitatif, tetapi harus dilihat dan dianalisis
secara mendalam
8) Gejala sosial sulit diprediksi Karena sifatnya yang kompleks, abstrak,
dinamis, kualitatif, dan spesifik (khusus)

4. Bentuk dan Jenis Gejala Sosial.


Berbagai gejala sosial tersebut, menurut Guglielmo Carchedi, dapat
dikelompokkan dalam bentuk gejala sosial yang menentukan (the determinan
sosial phenomenon) dan bentuk gejala sosial yang ditentukan (the
determined sosial phenomenon). Gejala sosial yang menentukan merupakan
bentuk gejala sosial yang mengkondisikan keberadaan gejala sosial yang
ditentukan. Gejala sosial yang ditentukan merupakan bentuk gejala sosial
yang menjadi kondisi reproduksi atau menggantikan gejala sosial yang
menentukan. Gejala-gejala sosial, menurut Pitirim A. Sorokin, dapat
dikelompokkan dalam berbagai jenis. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Gejala sosial religius. Misalnya perayaan panen padi
2) Gejala sosial ekonomi. Misalnya gejala menurunnya pertumbuhan ekonomi
dan meningkatnya pengangguran.
3) Gejala sosial politik. Misalnya, terjadinya praktik politik uang untuk
memenangkan pemilu.
4) Gejala sosial hukum. Misalnya, ketidakdisiplinan pengendara sepeda motor
di jalan raya.
Berdasarkan tingkatannya, menurut Norman Blaikie, ada tingkatan gejala
sosial.
1) Gejala sosial mikro terjadi pada individu-individu dalam kehidupan sosial
seharihari.
2) Gejala sosial meso terjadi pada organisasi, masyarakat, massa dan gerakan
sosial
3) Gejala sosial makro terjadi dalam entitas sosial yang lebih besar

UNTUK MENGERJAKAN SOAL LATIHAN SILAHKAN BUKA DAN


KERJAKAN LINK
https://tinyurl.com/latihansoalbagian2

3.2 Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, kelompok, dan hubungan


sosial di masyarakat.

BAB. II
INDIVIDU, KELOMPOK DAN HUBUNGAN SOSIAL

Sebagai makluk sosial manusia saling melakukan hubungan satu sama lain.
Manusia berinteraksi dengan orang lain karena mereka saling
membutuhkan.Manusia memutuhkan orang lain untuk memnuhi kebutuhan,
kepentingan dan hasrat indiviu yang lainnya. Hal ini tentunya sebagai hakekat
manusia sebagai makhluk sosial. Setiap hubungan yang dilakukan manusia dalam
kehidupan sehari-hari pun memeiliki pola yang berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi
oleh status dan peran yang dimiliki oleh masyarakat. Hubungan-hubungan sosial
inilah yang disebut dalam sosiologi akan diajabarkan dalam interaksi sosial. Pada
bab ini kalian akan belajar tentang indiviu, kelompok dan berbagai hal yang
berkaitan dengan hubungan sosial yang di dalamnya berkaitan dengan interaksi
sosial. Begitu banyak hal yang akan kita pelajari dalam materi ini. Yuk simak
penjelasan materi bab di bawah ini.

A. INDIVIDU.
Dalam konsep manusia, individu sebagai makhluk yang otonom atau berdiri sendiri.
Kata individu berasal dari bahasa Latin yaitu “individuum” yang berarti terbagi
atau kesatuan terkecil. Jika didefinisikan, individu berarti orang, seseorang atau
perorangan. Dengan demikian, individu bersifat tunggal dan satu kesatuan yang
terbatas. Antara individu satu dengan individu lainnya memiliki perbedaan.
Perbedaan tersebut berupa watak dan karakteristik yang dimiliki tiap individu yang
diperoleh sejak individu tersebut dilahirkan.
Teori Pembentukan Diri Menurut George Herbert Mead
1) Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
2) Tahap Meniru (Play Stage)
3) Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
4) Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)
Teori Cermin Diri Menurut Charles Horton Cooley
Setiap individu belajar menjadi diri sendiri melalui interaksi dengan orang lain.
Charles Horton Cooley
Menggunakan istilah teori cermin diri (looking glass-self) untuk menekankan bahwa
diri (self) merupakan produk interaksi sosial. Menurut Charles Horton Cooley proses
perkembangan identitas diri terjadi melalui tiga tahap:
1) Seseorang membayangkan pandangan orang lain terhadap dirinya
2) Seseorang membayangkan cara orang lain menilai penampilan dan kepribadian
yang ditampilkannya
3) Seseorang melakukan penilaian dan mengambil keputusan atas perasaan serta
penilaian orang lain terhadapnya.
Dalam kehidupan sehari-hari individu tidak dapat berdiri sendiri. Individu
membutuhkan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Dengan demikian, individu senantiasa melakukan hubungan-hubungan
sosial dengan individu yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan- kebutuhan
hidupnya tersebut, maka terbentuklah kehidupan bersama yang disebut sebagai
masyarakat. Beberapa alasan yang mendorong individu membentuk masyarakat
adalah sebagai berikut;
1) Faktor reproduksi atau adanya keinginan individu untuk melanjutkan
keturunannya
2) Mencari kekuatan bersama karena adanya kesadaran individu itu lemah
3) Adanya perasaan diuntungkan ketika berhubungan dan bergabung dengan
individu lain
4) Terdapat berbagai kesamaan antarindividu, seperti keturunan, nasib,
kebudayaan, dan territorial

B. KELOMPOK.
Hasrat manusia atau kepentingan pokok manusia yang dibawa sejak lahir yaitu:
1) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya, dan
2) Keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alamnya
Keterikatan dan ketergantungan antara manusia satu sama lain mendorong
manusia untuk membentuk kelompok-kelompok. Suatu himpunan manusia baru
dapat dikatakan sebagai kelompok sosial jika memenuhi beberapa syarat berikut.
1) Memiliki kesadaran sebagai bagian dari kelompok yang bersangkutan
2) Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain
3) Ada faktor pengikat yang dimiliki oleh anggota kelompok, seperti kepentingan,
tujuan, dan ideologi yang sama
4) Memiliki struktur, tujuan, dan pola perilaku yang sama
5) Bersistem dan berproses

C. HUBUNGAN SOSIAL.
Hubungan sosial adalah hubungan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hubungan sosial berarti hubungan
seseorang dengan orang lain dalam pergaulan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Unsur mendasar dari hubungan sosial adalah interaksi sosial.
1. Interaksi Sosial.
Interaksi antarmanusia terjadi karena manusia saling membutuhkan. Di
samping itu manusia secara kodrati adalah makhluk sosial. Di dalam dirinya
terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan
manusia lain. Karena itulah, interaksi dengan orang lain merupakan kebutuhan
mendasar dalam diri manusia. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
berupa aksi saling mempengaruhi antarindividu, antara individu dan kelompok,
dan antarkelompok. Sementara itu, Gillin mendefinisikan interaksi sosial sebagai
hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu,
antara individu dan kelompok, atau antarkelompok. Dalam hubungan tersebut,
individu atau kelompok bekerja sama atau berkonflik, melakukan interaksi, baik
formal maupun informal, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam
interaksi sosial, salah satu pihak memberikan stimulus atau aksi dan pihak lain
memberikan respons atau reaksi.

2. Syarat Terjadinya Interaksi.


Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa kontak
sosial dan komunikasi.
1.) Kontak Sosial.
Kata “kontak” diturunkan dari Bahasa Latin: cum yang berarti bersama-sama
dan tangere yang berarti menyentuh. Kontak sosial memiliki sifat-sifat sebagai
berikut;
a) Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif
mengarah pada kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada
pertentangan atau konflik.
b) Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer
terjadi ketika para peserta interaksi bertatap muka secara langsung.
Sementara itu, kontak sekunder terjadi ketika interaksi berlangsung melalui
perantara, misalnya percakapan melalui telepon.
2.) Komunikasi.
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Lima unsur
pokok dalam komunikasi
a) Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan kepada pihak lain
b) Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang menerima pesan
c) Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator
d) Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan
e) Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan setelah
mendapatkan pesan dari komunikator
Kontak sosial dapat terjadi tanpa komunikasi. Misalnya, seseorang berbicara
dalam bahasa Batak kepada orang yang hanya mengerti bahasa Sunda.
Dengan demikian kontak sosial tanpa komunikasi bukan merupakan interaksi
sosial. Sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri
berikut.
a) Adanya hubungan timbal-balik yang saling memengaruhi antara yang satu
dengan yang lainnya
b) Interaksi harus berpedoman kepada norma-norma atau kaidah-kaidah
sebagai acuan
c) Adanya reaksi dari pihak lain atas komunikasi tersebut
d) Harus mempunyai maksud dan tujuan yang jelas
e) Interaksi sosial bersifat positif, dinamis, dan berkesinambungan
3.) Pendekatan Interaksi Sosial.
Salah satu pendekatan terhadap interaksi sosial adalah perspektif
interaksionisme simbolik. Kata simbol di sini mengacu pada penggunaan
simbol-simbol dalam interaksi. Simbol adalah sesuatu yang memberi nilai
dan makna bagi penggunanya. Makna muncul dalam interaksi sosial.
Menurut W.I Thomas, seseorang tidak langsung bereaksi atau memberi
tanggapan (respons) terhadap rangsangan (stimulus) dari luar, melainkan
menilai atau mempertimbangkan terlebih dahulu berdasarkan definisi atas
situasi.
Herbert Blumer menyatakan bahwa terdapat tiga pokok pikiran dalam
interaksionisme simbolik, yaitu act, thing, dan meaning. Seseorang bertindak
(act) terhadap sesuatu (thing) berdasarkan arti sesuatu itu bagi dirinya
(meaning). Sementara itu, menurut Erving Goffman, dalam setiap interaksi
ada individu yang membuat pernyataan (expression) dan ada individu lain
yang memperoleh kesan (impression). Goffman menyebut usaha ini sebagai
pengaturan kesan (impression management).
Demikian, secara umum, interaksi sosial dapat terjadi antarindividu, antara
individu dan kelompok, serta antarkelompok. Interaksi sosial dapat bersifat
positif maupun negatif. Interaksi sosial positif artinya saling menguntungkan,
sedangkan interaksi negatif artinya merugikan salah satu pihak atau
keduanya. Interaksi sosial dapat pula terjadi meskipun orang yang bertatap
muka tidak saling berhubungan secara verbal (lisan). Hal ini disebabkan
masing-masing orang saling menyadari keberadaan pihak lain yang dapat
menyebabkan perubahan perasaan dan rangsangan saraf, misalnya bau
keringat, minyak wangi, atau suara sepatu orang sedang berjalan.

4.) Faktor-faktor Pendorong Interaksi Sosial.


Interaksi sosial dilandasi oleh beberapa faktor psikologis yaitu,
a) Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Imitasi dapat dilakukan dalam
bermacam-macam bentuk, misalnya gaya bicara, tingkah laku, adat dan
kebisaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh
seseorang.
b) Sugesti berlangsung ketika seseorang memberi pandangan atau
pernyataan sikap yang dianutnya dan diterima oleh orang lain. Sugesti
bisanya muncul ketika si penerima sugesti tidak dapat berpikir rasional. Ia
akan langsung menerima segala anjuran atau nasihat yang diberikan dan
meyakini kebenarannya. Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal
berikut.
 Orang yang berwibawa, karismatik, atau memiliki pengaruh yang kuat
terhadap penerima sugesti.
 Orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari penerima sugesti
 Kelompok mayoritas terhadap minoritas
 Reklame atau iklan di media massa
Sugesti bukan hanya karena faktor si pemberi sugesti, tapi juga karena
beberapa faktor di dalam diri si penerima sugesti.
 Terhambatnya daya berpikir kritis
 Kemampuan berpikir yang terpecah belah (disosiasi). Disosiasi terjadi
ketika seseorang sedang dilanda kebingungan karena menghadapi
berbagai persoalan
 Orang yang ragu-ragu dan pendapat satu arah.
c) Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi
bersifat lebih mendalam daripada imitasi karena dapat membentuk
kepribadian seseorang.
d) Simpati merupakan kondisi ketertarikan seseorang kepada orang lain.
Ketika bersimpati, seseorang menempatkan dirinya dalam keadaan orang
lain dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang
lain.
e) Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kondisi
fisik dan jiwa seseorang. Contohnya, seorang ibu yang ikut merasakan
penderitaan anaknya yang mengidap kanker darah. Ibu tersebut sangat
sedih sehingga ia pun jatuh sakit.

5.)Sumber informasi yang mendasari Interaksi.


Karp dan Yoels menyatakan bahwa apabila seseorang baru berjumpa dengan
orang lain yang belum dikenal, ia akan berusaha mencari informasi tentang
orang itu. Sejalan dengan pandangan Goffman bahwa seseorang akan
berusaha mencari informasi tentang orang lain yang ditemuinya agar dapat
mendefinisikan situasi. Menurut Karp dan Yoels, ada tujuh sumber informasi
dalam interaksi.
a) Warna kulit
b) Usia
c) Jenis kelamin
d) Penampilan fisik
e) Bentuk tubuh
f) Pakaian
g) Wacana

6.)Bentuk Interaksi Sosial.


Menurut Gillin, interaksi sosial berlangsung dalam dua jenis proses sosial,
yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Proses asosiatif mengarah pada
persatuan atau integrasi sosial. Sebaliknya, proses disosiatif, yang disebut
juga proses oposisi, cara melawan seseorang atau sekelompok orang demi
meraih tujuan.
Proses Sosial yang Bersifat Asosiatif
Proses asosiatif meliputi bentuk-bentuk antara lain kerja sama, akomodasi,
asimilasi, dan akulturasi.
a.) Kerja sama, didefinisikan sebagai usaha bersama antarindividu atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Charles H. Cooley,
kerja sama timbul apabila seseorang menyadari dirinya mempunyai
kepentingan atau tujuan yang sama dengan orang lain. Berdasarkan
pelaksanaannya, kerja sama memiliki lima bentuk.
 Kerukunan atau gotong royong
 Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang
atau jasa antara dua organisasi atau lebih. Dalam bargaining prinsip
keadilan sangat ditekankan
 Kooptasi, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
dan pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-satunya cara
menghindari konflik yang dapat mengguncang organisasi
 Koalisi, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan yang sama
 Joint venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu
Selain itu beberapa ahli juga membagi kerja sama dalam beberapa bentuk
berikut
 Kerja sama spontan (kerja sama serta merta)
 Kerja sama langsung (hasil dari perintah atasan atau penguasa)
 Kerja sama kontrak (kerja sama atas dasar tertentu)
 Kerja sama tradisional (kerja sama sebagai bagian antarunsur dalam
sistem sosial)
b.) Akomodasi memiliki dua pengertian, yakni sebagai keadaan dan sebagai
proses. Akomodasi sebagai keadaan mengacu pada keseimbangan interaksi
antarindividu atau antarkelompok berkaitan dengan nilai dan norma sosial
yang berlaku. Akomodasi sebagai proses mengacu pada usaha-usaha
manusia untuk meredakan pertentangan agar tercipta keseimbangan.
Berikut beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut:
Berikut beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut.
 Menghasilkan sintesis atau titik temu antara beberapa pendapat yang
berbeda agar menghasilkan suatu pola baru
 Mencegah terjadinya pertentangan untuk sementara
 Mengadakan kerja sama antarkelompok sosial yang terpisah akibat
faktor sosial dan psikologis atau kebudayaan
 Mengusahakan peleburan antarkelompok sosial yang terpisah
Akomodasi sebagai sebuah proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu:
 Koersi, yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan secara
fisik maupun psikologis
 Kompromi, yaitu bentuk akomodasi ketika pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian
 Arbitrase, yaitu cara untuk mencapai kompromi apabila pihak-pihak
yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan
diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak.
 Mediasi hampir menyerupai arbitrase. Dalam proses mediasi,
kedudukan pihak ketiga hanya sebagai penasihat. Pihak ketiga tidak
memiliki wewenang mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah
 Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan
pihak yang bertikai untuk mencapai kesepakatan.
 Toleransi, bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan formal.
 Stalemate, terjadi ketika pihak-pihak yang bertikai memiliki kekuatan
yang seimbang hingga akhirnya kedua pihak menghentikan pertikaian
tersebut.
 Ajudikasi, yaitu cara menyelesaikan masalah melalui pengadilan
 Segregasi, yaitu bentuk akomodasi ketika masing-masing pihak
memisahkan diri dan saling menghindar untuk mengurangi ketegangan
 Eliminasi, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam
konflik karena mengalah
 Subjugation atau domination, yaitu bentuk akomodasi ketika pihak
yang kuat meminta pihak yang lebih lemah menaatinya.
 Keputusan mayoritas, yaitu keputusan yang diambil berdasarkan suara
terbanyak dalam voting
 Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima
dengan senang hati oleh pihak minoritas
 Konversi, yaitu penyelesaian konflik ketika salah satu pihak bersedia
mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain
 Gencatan senjata, yaitu penundaan permusuhan dalam jangka waktu
tertentu
c.) Asimilasi, Asimilasi merupakan usaha mengurangi perbedaan
antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan
berdasarkan kepentingan dan tujuan bersama. Dalam asimilasi terjadi
proses identifikasi diri dengan kepentingan dan tujuan kelompok. Apabila
dua kelompok melakukan asimilasi, maka batas-batas antarkelompok
akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok yang baru.
 Faktor-faktor yang mempermudah proses asimilasi adalah sebagai
berikut
 Sikap toleransi
 Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi
 Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
 Sikap terbuka dari golongan penguasa dalam masyarakat
 Persamaan unsur kebudayaan
 Perkawinan campuran (amalgamasi)
 Adanya musuh bersama dari luar
Sebaliknya, faktor-faktor yang menghalangi proses asimilasi adalah sebagai
berikut
 Terisolasinya kehidupan satu golongan tertentu dalam masyarakat
 Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi
 Adanya perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi
 Adanya perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi
 Adanya perasaan bahwa suatu kebudayaan atau golongan atau
kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau
kelompok yang lain
 Adanya in group feeling yang kuat.
 Adanya gangguan golongan mayoritas terhadap golongan minoritas
 Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi
d.) Akulturasi, Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang berbeda
dan membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri
kepribadian masingmasing.

Proses sosial yang Bersifat Disosiatif


Proses sosial disosiatif atau oposisi dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu
persaingan, kontravensi, dan pertentangan:
a.) Persaingan, Persaingan adalah perjuangan berbagai pihak untuk
mencapai tujuan tertentu. Salah satu ciri dari persaingan adalah
perjuangan yang dilakukan secara damai dan sportif (fair play), artinya
persaingan selalu menjunjung tinggi batasan dan aturan.
b.) Kontravensi, Kontravensi pada hakikatnya merupakan bentuk proses
sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi
ditandai dengan ketidakpuasan seseorang, perasaan tidak suka yang
disembunyikan, kebencian, dan keraguraguan terhadap kepribadian
seseorang. Kontravensi cenderung bersifat rahasia. Perang dingin
merupakan salah satu contoh kontravensi karena tujuannya membuat
lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini lawan tidak diserang secara
fisik tetapi secara psikologis.
c.) Pertentangan, Pertentangan atau konflik adalah perjuangan individu atau
kelompok sosial untuk memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak
lawan. Bisanya, konflik disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Pertentangan tidak selalu bersifat negatif. Pertentangan juga dapat menjadi
alat untuk menyesuaikan norma-norma yang telah ada dengan kondisi
baru yang sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pertentangan dapat
pula menghasilkan kerja sama karena masing-masing pihak dapat saling
berintrospeksi dan memperbaiki diri.

7.) Hubungan Individu Dan Kelompok.


Secara umum, interaksi sosial dapat terjadi antarindividu, antara individu
dan kelompok, serta antarkelompok.
a.)Hubungan sosial antarindividu
b.)Hubungan sosial antara individu dengan kelompok
c.) Hubungan sosial antarkelompok, menurut Kinloch, hubungan
antarkelompok memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:
 Kriteria fisiologis, didasarkan pada persamaan jenis kelamin, usia, dan
ras
 Kriteria kebudayaan, diikat oleh persamaan budaya, seperti kelompok
etnik suku bangsa, ataupun persamaan agama
 Kriteria ekonomi, dibedakan antara mereka yang memiliki kekuasaan
ekonomi dan yang tidak
 Kriteria perilaku, didasarkan pada cacat fisik, cacat mental, dan
penyimpangan terhadap aturan masyarakat

8.) Hubungan antara keteraturan sosial dan interaksi sosial.


Keteraturan sosial tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus
diusahakan oleh setiap warga. Keteraturan sosial merupakan hubungan
yang selaras dan serasi antara interaksi sosial, nilai sosial, dan norma
sosial. Artinya, hak dan kewajiban direalisasikan dengan nilai dan norma
atau tata aturan yang berlaku. Keteraturan sosial bukanlah suatu keadaan
statis karena masyarakat pada dasarnya bersifat dinamis, oleh karena itu
harus senantiasa di usahakan. Menurut proses terbentuknya, keteraturan
sosial terjadi melalui tahap-tahap berikut:
a.) Tertib sosial (social order), yaitu suatu kondisi kehidupan masyarakat
yang aman, dinamis, dan teratur ditandai dengan setiap individu
bertindak sesuai hak dan kewajibannya.
b.) Order yaitu sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui,
dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat
c.) Keajegan yaitu suatu kondisi keteraturan yang tetap dan tidak
berubah sebagai hasil dari hubungan antara tindakan, nilai, dan
norma sosial yang berlangsung terus menerus.
d.) Pola yaitu corak hubungan yang tetap atau ajeg dalam interaksi sosial
dan dijadikan model bagi semua anggota masyarakat atau kelompok.
Pola dapat dicapai ketika keajegan tetap terpelihara atau teruji dalam
berbagai situasi

UNTUK MENGERJAKAN SOAL LATIHAN SILAHKAN BUKA DAN KERJAKAN


LINK
https://tinyurl.com/latihansoalbagian3

D. STATUS DAN PERAN DALAM INTERAKSI SOSIAL.


Status dan peran seseorang mempengaruhi cara atau bentuk interaksi
sosialnya.
Status (kedudukan).
Merupakan posisi seseorang secara umum di masyarakat dalam hubungannya
dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulannya,
prestise, hak-hak dan kewajibannya. Menurut Ralf Linton, dalam kehidupan
masyarakat terdapat tiga macam status:
a.) Ascribed status, merupakan status seseorang yang dicapai dengan
sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Status tersebut dapat diperoleh sejak lahir.
b.) Achieved status, merupakan status yang diperoleh seseorang melalui usaha-
usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar keturunan, akan
tetapi tergantung pada kemampuan individu dalam mencapai tujuannya.
Jenis status ini bersifat terbuka bagi siapa saja.
c.) Assigned status merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain.
Assigned status berhubungan erat dengan achieved status. Artinya suatu
kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada
seseorang yang berjasa.
Dalam kenyataan masyarakat, seseorang dapat mempunyai beberapa status.
Bahkan dalam waktu bersamaan dia dapat menjalankan beberapa status
sekaligus. Beragam status yang dimiliki seseorang tersebut dapat menimbulkan
pertentangan atau konflik status (status konflik).
Peran
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Peran adalah
perilaku yang diharapkan oleh pihak lain terhadap seseorang dalam
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status
dan peran tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peran tanpa status dan
tidak ada status tanpa peran. Sama seperti status, peran dapat dimiliki manusia
sejak lahir atau diperoleh dari lingkungan sosial. Peran-peran tersebut harus
dilaksanakan sekaligus. Di sinilah akan terjadi konflik peran.

E. LEMBAGA SOSIAL.
Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin, tipe lembaga sosial dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1.) Berdasarkan sudut perkembangannya
a) Crescive institution, yaitu lembaga sosial yang secara tidak sengaja
tumbuh dari adat istiadat masyarakat
b) Enacted institution, yaitu lembaga sosial yang sengaja dibentuk untuk
mencapai tujuan tertentu
2.) Berdasarkan sudut sistem nilai yang diterima oleh masyarakat
a) Basic institution, yaitu lembaga sosial yang penting untuk memelihara
dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat
b) Subsidiary institution, yaitu lembaga sosial yang berkaitan dengan hal
yang dianggap oleh masyarakat kurang penting, seperti rekreasi.
3.) Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
a) Approved dan sanctioned institution, yaitu lembaga sosial yang diterima
oleh masyarakat
b) Unsanctioned institution, yaitu lembaga sosial yang ditolak masyarakat
meskipun masyarakat tidak mampu memberantasnya karena alasan
tertentu
4.) Berdasarkan sudut penyebarannya
a) General institution, yaitu lembaga sosial yang dikenal dan diterima oleh
sebagian besar masyarakat dunia
b) Restricted institution, yaitu lembaga sosial yang hanya dikenal oleh
masyarakat tertentu
5.) Berdasarkan sudut fungsinya
a) Operative institution, yaitu lembaga sosial yang berfungsi menghimpun
polapola atau cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari
masyarakat yang bersangkutan
b) Regulative institution, yaitu lembaga sosial yang bertujuan mengawasi
adat istiadat atau tata kelakuan yang ada dalam masyarakat

Jenis-Jenis Lembaga Sosial


1) Lembaga Keluarga
2) Lembaga Ekonomi
3) Lembaga Agama
4) Lembaga Politik
5) Lembaga Pendidikan

UNTUK MENGERJAKAN SOAL LATIHAN SILAHKAN BUKA DAN KERJAKAN


LINK
https://tinyurl.com/latihansoalbagian4

DAFTAR PUSTAKA

Hanif dkk, 2019, Sosiologi Untuk SMA/MA PR Terintergrasi Internet, Yogyakarta


Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi; Kelompok Peminatan Ilmu
Pengetahuan Sosial; untuk SMA/MA Kelas X. Esis Erlangga. Jakarta

Suranto dkk, 2013, Buku siswa Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X, Cempaka Putih. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai