4567-Article Text-9585-1-10-20150206
4567-Article Text-9585-1-10-20150206
Abstract
___________________________________________________________________
Rainbow fish is species of freshwater fish that interest the public, such as the boesemani rainbow fish and red
rainbow fish. Both of these fishes are endemic fish from Irian Jaya and includes a group of endangered fish.
The high of public interestcause a rainbow fish breeders to do cultivation by crossing way. The fish from crosses
have distinctive phenotypic characters include, color, shape, morphometric and meristic. This study aims to
analyze morphological variation, morphometric and meristic characters and growth patterns of individual fish
from crosses between normal boesemani rainbow fish (males) and abnormal red rainbow fish (females). 30
characters of morphometric and meristic measurement were conducted on adult fish (live) 9 month old.
Analysis of data by using principal component analysis (PCA), comparative analysis of meristic characters,
analysis of the length-weight relationship. PCA results showed the characteristic differences in morphometric
characters and certain fish from crosses between normal and abnormal. The results of comparative analysis of
meristic characters show that the range of values of each character was not much different from the previous
results of the study. The results of the analysis of the length-weight relationship showed that the normal male
fish are positively allometric whereas, abnormal male fish and female fish (normal-abnormal) are negatively
allometric. Differences in each parameter was caused by differences in the shape of a fish's body as a result of
abnormality.
© 2014UniversitasNegeri Semarang
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6579
E-mail: irsyah10@ymail.com
112
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
113
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
Ikan Hias (BPPBIH), Depok, Jawa Barat. phenoxy etanol dengan dosis 0,1 ml/L air
Objek penelitian adalah ikan dewasa yang untuk membius ikan.
berusia 9 bulan hasil persilangan antara ikan Sampel ikan yang diukur sebanyak 32
pelangi boesemani normal (jantan) dan ikan ekor. Masing-masing sampel berupa 8 ekor
pelangi merah abnormal (perot) betina. ikan normal dan ikan perot berjenis kelamin
Alat yang digunakan dalam jantan dan betina. Pengukuran bobot tubuh
penelitian yaitu, jaring, akuarium dengan pada kedua kelompok ikan hasil persilangan
aerator, wadah plastik berdiameter 28,5 cm (normal dan abnormal) dilakukan sebelum
dengan tinggi 15 cm, syringe, pinset, pengukuran karakter morfometrik dan
milimeter blok, penggaris dengan ketelitian meristik. Pengukuran karakter morfometrik
0,5 mm, timbangan digital dengan ketelitian dan meristik dilakukan saat sampel ikan
0,01 g dan kaca pembesar. Bahan yang telah dibius dengan phenoxy etanol dengan
digunakan dalam penelitian yaitu, larutan dosis 0,1 ml/L air.
Karakter morfometrik yang diukur
dalam penelitian ini merujuk pada metode
Allen & Cross (1980) dengan beberapa
modifikasi dan tambahan yang dilakukan
oleh Musthofa & Kadarini (2012). Ciri-ciri
tersebut meliputi, SL = panjang standar, TL
= panjang total, HL = panjang kepala, HD
= tinggi kepala, SNL = panjang moncong,
ED = diameter mata, LUJ = panjang
Gambar 1. Parameter Morfometrik Ikan
rahang atas, LLJ = panjang rahang bawah,
Pelangi Merah (Musthofa & Kadarini 2012)
BD = tinggi badan, LCP = panjang batang
ekor, DCP = tinggi batang ekor, PDL1 =
Semua karakter morfometrik yang
panjang sebelum sirip punggung 1, PDL2 =
diperoleh dibandingkan dan dipersentasekan
panjang sebelum sirip punggung 2, PVL =
dengan panjang standar (SL). Pengukuran
panjang sebelum sirip perut, PAL = panjang
karakter meristik meliputi, NDF1 = jumlah
sebelum sirip dubur, LDB1 = panjang dasar
sirip punggung 1, NDF2 = jumlah sirip
sirip punggung 1, LDB2 = panjang dasar
punggung 2, NFC = jumlah sirip ekor, NPF
sirip punggung 2, LAB = panjang dasar sirip
= jumlah sirip dada, NVF = jumlah sirip
dubur, LPF = panjang sirip dada, LVF =
perut, NAF = jumlah sirip dubur. Data
panjang sirip perut, LCF = panjang sirip
dianalisis menggunakan Analisis
ekor, LDF1 = panjang sirip punggung 1,
KomponenUtama (PCA) dengan program
LDF2 = panjang sirip punggung 2, LAF =
minitab 15, Analisis perbandingan karakter
panjang sirip dubur, LMCF = panjang sirip
meristik, dan Analisis hubungan panjang-
ekor bagian tengah (Gambar 1).
berat dengan program Microsoft Excel 2007.
114
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
A B C
1 cm 1 cm 1 cm
D E
1 cm 1 cm
F G
1 cm 1 cm
(Foto: Rio Adhitia 2014)
Gambar 2. Ikan Pelangi Hasil Persilangan F1, (A-C) Kelompok ikan normal, (D-G)
Kelompok ikan abnormal, (A, D, E) Ikan jantan, (B, C, F, G) Ikan betina
115
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
116
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
Secara genetik, pola warna tubuh pelangi induk dan anakan jantan normal
ikan juga merupakan fenotip yang sifatnya maupun abnormal, memiliki warna tubuh
diturunkan. Gen yang bertanggung jawab lebih cerah daripada ikan betina. Hal ini
terhadap variasi pola warna pada ikan, berarti ikan pelangi memilki sifat
adalah gen tyrosinase (Tyr). Gen tyrosinase dikromatisme seksual. Dikromatisme
secara spesifik bertanggung jawab terhadap seksual merupakan sifat seksualitas
sintesis enzim tirosinase yang merupakan sekunder berdasarkan perbedaan warna
kunci utama sintesis melanocyte(Sembiring et tubuh jantan dan betina, selain
al. 2013). Menurut Boonanuntanasarn et al. menggunakan ciri seksualitas primer (organ
(2004), mutasi gen tyrosinase menyebabkan reproduksi). Menurut Tappin (2010),
defisiensi pigmentasi pada retina dan kulit umumnya ikan pelangi jantan memiliki
embrio pada ikan rainbow trout. Mutasi gen warna lebih cerah dibandingkan dengan
tyrosinase diduga terjadi akibat proses ikan betina.
rekombinasi selama meiosis. Proses tersebut
menyebabkan anakan memiliki kombinasi Analisis Morfometrik
gen berbeda dari induknya, dan dapat Studi morfometrik dan meristik
menghasilkan alel kimerik yang baru. Hasil merupakan salah satu cara untuk melihat
penelitian Sembiring et al. (2013), pengelompokan populasi ikan, selain untuk
melaporkan bahwa secara genotip, koefisien identifikasi (Nasution et al. 2004). Hasil
kemiripan warna antara induk dan anakan Analisis Komponen Utama menunjukkan
pada ikan hias klon biak (Amphiprion adanya perbedaan kelompok ikan dalam
percula), menunjukkan 50% dipengaruhi satu populasi ikan hasil persilangan, yaitu
oleh gen induk. Hal ini terjadi karena ikan jantan (normal-abnormal) dan ikan
adanya perbedaan jumlah nukleotida yang betina (normal-abnormal). Hal ini
mengkode gen Tyr antara induk dan anakan ditunjukkan dari adanya kolerasi antara
pada ikan klon biak. ikan jantan normal dan betina normal, serta
Pada ikan pelangi, warna tubuh juga ikan jantan abnormal dan betina abnormal
mengindikasi jenis kelamin ikan. Ikan (Gambar 3).
117
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
0.5
0.4
0.3 IVV I
LAB:SL PAL:SL
0.2
Second Component
-0.2
IVV II
HL:SL
-0.3
-0.4
BD:SL
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7
First Component
Gambar 3. Grafik Analisis Komponen Utama, penyebaran karakter morfometrik dari ikan
jantan dan betina (normal-abnormal)
Hasil analisis ini juga menunjukkan normal dicirikan dari rasio panjang total
penyebaran dari setiap karakter yang diuji. (TL), panjang sebelum sirip punggung 1
Matriks data yang terlihat menunjukkan (PDL1), panjang sebelum sirip perut (PVL),
kedekatan suatu karakter dengan karakter panjang sebelum sirip punggung 2 (PDL2),
lainnya (Gambar 3). Pada karakter panjang panjang sebelum sirip dubur (PAL) dan,
sebelum sirip punggung 1 terhadap panjang panjang dasar sirip dubur (LAB). Kelompok
standar (PDL1:SL) terlihat bahwa ikan ikan abnormal dicirikan dengan rasio
jantan normal memiliki hubungan yang panjang kepala (HL), serta tinggi badan
sangat erat dengan ikan betina abnormal (BD) (Gambar 3).
karena terletak pada satu kuadran, yaitu Nilai komponen koefisien masing-
kuadran I. Pada karakter panjang kepala masing kelompok ikan memiliki tanda
terhadap panjang standar (HL:SL) terlihat negatif dan positif pada setiap variabel. Hal
bahwa ikan jantan abnormal memiliki ini menunjukkan adanya variasi bentuk
hubungan yang sangat erat dengan ikan antar variabel, yaitu ikan jantan (normal-
betina abnormal karena terletak juga pada abnormal) dan betina (normal-abnormal).
satu kuadran, yaitu kuadran II. Menurut Doherty & McCarthy (2004),
Selain melihat penyebaran dan apabila komponen koefisien memiliki tanda
kedekatan karakter, analisis ini dapat yang sama (positif semua atau negatif
menunjukkan ciri di antara kelompok ikan semua), hal ini mengindikasikan adanya
normal dan abnormal. Kelompok ikan variasi ukuran tubuh ikan. Komponen yang
118
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
memiliki kedua tanda (positif dan negatif), ikan, seperti jari-jari sirip dan sisik. Kisaran
mengindikasikan adanya variasi bentuk nilai karakter meristik ikan hasil persilangan
tubuh ikan. Hal-hal ini terlihat dari ciri pada penelitian ini tidak berbeda jauh
morfologiikan hasil persilangan tersebut. dengan yang dikemukakan oleh beberapa
Ikan abnormal memiliki bentuk tubuh relatif peneliti terdahulu, yaitu karakter meristik
lebih pendek daripada normal, bentuk ikan persilangan antar ikan pelangi merah
kepala dan lebar tubuh terlihat lebih besar, abnormal, dan ikan induk, yaitu ikan
dan jarak antar sirip lebih pendek. pelangi boesemani dengan ikan pelangi
Perbedaan rasio karakter merah (Tabel 1).
morfometrik antara ikan hasil persilangan Hal ini membuktikan, bahwa
tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan keabnormalan tidak berpengaruh besar
spesies, umur, dan jenis kelamin (Affandi et terhadap karakter meristik, dan karakter
al. 1992). Keabnormalan induk ikan meristik merupakan fenotip yang
menyebabkan variasi genetik pada diturunkan. Perbedaan jumlah jari-jari sirip
anakannya, sehingga mempengaruhi fenotip ikan pada penelitian ini dengan kepustakaan
yang dihasilkan (pola warna, bentuk, lain menjelaskan adanya variasi spesies,
morfometrik dan meristik tubuh ikan). ataupun faktor lingkungan yang
Fenotip dipengaruhi oleh genetik dan mempengaruhinya.
lingkungan. Pada proses budidaya ikan, Karakter morfometrik dan meristik
faktor lingkungan diduga tidak memiliki dalam penandaan populasi lebih
pengaruh besar terhadap rasio morfometrik, dipengaruhi oleh faktor genetik (isolasi
karena dianggap berasal dari habitat dengan reproduktif) daripada faktor lingkungan
faktor lingkungan yang sama (Widiyanto (Fitriadi 2013). Menurut Smith et al. (2002),
2008). karakter meristik memiliki dasar genetik,
Variasi genetik suatu populasi yang namun komponen lingkungan (suhu,
bereproduksi secara seksual, dapat berasal salinitas, oksigen, pH, dan makanan) dapat
dari 4 sumber yaitu pemilahan independen memodifikasi ekspresi karakter tersebut
dari kromosom-kromosom homolog pada selama perkembangan larva, sehingga
saat meiosis I, pemindahan silang antara lingkungan dapat mempengaruhi sifat
kromosom-kromosom homolog pada saat keturunan.
profase I, fertilisasi random satu sel telur Hubungan Panjang-Berat Ikan Hasil
oleh satu sel sperma dan mutasi. Hal-hal Persilangan
tersebut dapat mengubah susunan suatu gen Variasi hubungan panjang-berat pada ikan
yang dibawa oleh setiap anggota populasi secara individu maupun kelompok dapat
(Campbell 2002). menunjukkan informasi kegemukan,
Analisis Perbandingan Karakter Meristik kesehatan, produktivitas, dan kondisi
Meristik merupakan karakter yang fisiologis, sebagai indikasi pola pertumbuhan
terkait dengan jumlah bagian tubuh dari ikan (Mulfizaret al. 2012).
119
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
Keterangan: MK (Mustofa & Kadarini), AC (Allen & Cross), WdB (Weber & de Beaufort), JN
(Jantan Normal), JA (Jantan Abnormal), BN (Betina Normal), BA (Betina Abnormal), PB (Ikan
Pelangi Boesemani), PM (Ikan Pelangi Merah)
120
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
6
y = 0,004x3,497
5
JANTAN NORMAL
4
y = 0,231x1,512 JANTAN ABNORMAL
3
Power (JANTAN
2 NORMAL)
Power (JANTAN
1
ABNORMAL)
0
0 2 4 6 8
7
y = 0,030x2,474
6 BETINA NORMAL
5
BETINA ABNORMAL
4
y = 0,022x2,921 Power (BETINA
3
NORMAL)
2
Power (BETINA
1 ABNORMAL)
0
0 2 4 6 8 10
121
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
jantan abnormal juga dapat berhubungan Guinea Rec. West. Aust. Mus 8(3):337-396.
Allen GR. 2001. A New Species of Rainbowfish
dengan alokasi energi untuk reproduksi
(Glossolepis: Melanotaeniidae) from Irian
(perkembangan ovary ataupun kematangan
Jaya. Indonesia. Fishes of Sahul. J of Aust New
gonad), pertumbuhan, dan pergerakan, karena
Guinea Fish Assoc 13(3):766-775.
ikan abnormal cenderung memiliki pergerakan Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF, Sulistiono.
pasif. 1992. Ikhtiologi, Suatu Pedoman Kerja
Laboratorium. IPB.
SIMPULAN Boonanuntanasam SG, Yoshizaki KI, Takeuchi T.
Morfologi ikan hasil persilangan ikan 2004. Molecular cloning, gene expression in
pelangi boesemani dan ikan pelangi merah albino mutants and gene knockdown studies
of tyrosinase mRNA in tainbow trout.
menunjukkan perbedaan bentuk tubuh antara
Pigment Cell Res, 17:413-421.
ikan normal dan ikan abnormal seperti, pola
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi
warna, panjang tubuh, tinggi badan, lebar dan
Edisi Kelima, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
tinggi kepala, serta panjang batang ekor. Pola
Djamhuriyah SS, Carman O. 2006. Variasi
warna ikan hasil persilangan mirip dengan ikan Penampilan Ikan Pelangi Irian (Famili
induknya,namunmemiliki variasi warna yang Melanotaeniidae) Hibrida. Aquacult Indo 7(2):
lebih beragam. 115-121.
Hasil analisis morfometrik antara Djamhuriyah SS, Supyawati WD, Noortiningsih.
kelompok ikan normal dan abnormal 2005. Pengaruh Jenis Pakan dan Kondisi
Cahaya Terhadap Penampilan Warna Ikan
menunjukkan perbedaan nyata pada hampir
Pelangi Merah, Glossolepis incices Jantan.
setiap karakter yang diuji, akibat perbedaan
Jurnal Iktiologi Indonesia 5(2): 61-67.
bentuk tubuh ikan. Kisaran nilai setiap karakter
Doherty D, Mccarthy TK. 2004. Morphometric and
meristik tidak berbeda jauh dengan yang
Meristic Characteristics Analyses of Two
dikemukakan oleh beberapa peneliti terdahulu. Western Irish Populations of Arctic char,
Hasil analisis hubungan panjang-berat Salvelinus alpinus (l.). J of Bio and Env: Proc of
menunjukkan keabnormalan mempengaruhi The Royal Irish Acad 104b(1): 75-85.
pertumbuhan ikan pelangi, karena adanya Fitriadi AF. 2013. Morfometrik dan Meristik Ikan
pengurangan ukuran tubuh ikan abnormal Parang Parang (Chirocentrus dorab Forsskal,
122
Irsyah Afini/ Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
Effendie MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Nurbaety AT. 2012. Peningkatan Warna Ikan
Dewi Sri. 111 hal. Rainbow Kurumoi (Melanotaenia sp.) Melalui
IUCN. 2013. The IUCN Red List of Threatened Penambahan Tepung Udang Rebon Pada
Species (M. boesemani&G. incisus) Pelet Komersil [Skripsi]. Bogor: Sekolah
http://www.iucnredlist.org/details/13058/0&htt Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
p://www.iucnredlist.org/details/full/9268/0 [30 Smith PJ, McMillan PJ, Bull B, McVeagh SM,
Maret 2014]. Gaflhey PM, & Chow S. 2002. Genetic and
Kadarusman, Sudarto E, Paradis dan Pouyaud L. Meristic Variation in Black and Smooth
2010. Description of Melanotaenia fasinensis, A Oreos in the New Zealand Exclusive
New Species of Rainbowfishes Economic Zone. J. Mar. Freshw. Res 36: 737-
(Melanotaeniidae) from West Papua, 750.
Indonesia with Comment on The Sembiring SBM, Setiawati KM, Hutapea JH,
Rediscovery of M. ajamaruensis and The Subamia W. 2013. Pewarisan Pola Warna
Endangered Status of M. Parva. Cybium Ikan Klon Biak, Amphiprion percula. Jurnal
34(2):207-215. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 5(2): 343-
Kuncoro EB. 2011. Sukses Budi Daya Ikan Hias Air 351.
Tawar. Yogyakarta: Lily Publisher. Robisalmi A, Listiyowati N, Aryanto D. 2010.
Lesmana DS, Daelami D. 2009. Panduan Lengkap Evaluasi Keragaan Pertumbuhan dan Nilai
Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta: Penebar Heterosis Pada Persilangan Dua Strain Ikan
Swadaya. Nila (Oreochromis niloticus). Prosiding Forum
Mulfizar, Muchlisin ZA, Dewiyanti I. 2012. Inovasi Teknologi Akuakultur 553-559.
Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Syamsiah H. 2001. Karakteristik Morfometrik dan
Tiga Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan Meristik Benih Ikan Hibrida Antara Ikan
Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Mas Betina (Cyprinus carpio L.) dan Ikan
Depik Jurnal 1(1): 1-9. Nilem Jantan (Osteochilus hasselti C.V.)
Musthofa S, Kadarini T. 2012. Abnormalitas [Skripsi]. Bogor. IPB. Bogor.
Morfologi Tubuh Ikan Pelangi Merah, Tappin AR. 2010. Rainbowfishes: Their Care &
Glossolepis incices Dari Hasil Budidaya. Keeping In Captivity. Art Publication:
Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Australia. 493 pages.
Perikanan dan Kelautan; Universitas Gadjah Widiyanto IN. 2008. Kajian Pola Pertumbuhan dan
Mada, Yogyakarta 1-7. Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies
Nasution SH, Sulistiono, Sjafei DS, Haryani GS. Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) Di
2004. Variasi Morfologi Ikan Endemik Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa
Rainbow Selebensis (Telmatherina celebensis Barat [Skripsi]. Bogor. IPB. Bogor.
Boulenger) Di Danau Towuti, Sulawesi
Selatan. Jurnal Akuakultur Indonesia 3(2): 5-11.
123