Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Pencampuran (Mixing)
Pencampuran merupakan proses mencampurkan satu atau lebih bahan dengan
menambahkan satu bahan ke bahan lainnya sehingga membuat suatu bentuk yang seragam
dari beberapa konstituen baik cair-padat, padat-padat, maupun cair-gas. Komponen yang
jumlahnya lebih banyak lebih banyak disebut fase kontinyu dan yang lebih sedikit disebut
fase disperse (Fellows, 1988).
Adapun tujuan dari proses mixing ini untuk mencampur secara homogen dua atau
lebih bahan baku untuk menjadi satu bahan campur. Campuran yang homogen ini akan
dipengaruhi oleh kualitas pengaduk yang diciptakan dalam mencampur bahan yang
berbeda menjadi bahan campur yang seragam baik dilihat dari keseragaman campuran,
ukuran partikel, kelembaban campuran, dan kepadatan. Dengan kata lain kesempurnaan
campuran diperoleh jika keseluruhan campuran mempunyai komposisi campuran yang
sama meskipun ini sangat sulit untuk dilakukan. Perancangan mixer merupakan seni yang
membutuhkan pengujian lapangan, umpan balik dari pemakai dan pengalaman, dipakai
untuk memperbaiki desain yang telah dibuat. Desain mixer dilakukan dengan pola trial
and error yang didasarkan atas pengalaman sebelumnya. Para perancang akan memilih
rancangan mixer yang spesifik yang diharapkan mempunyai performa yang dapat
mencampur dengan baik. [ CITATION Dav98 \l 1057 ]
Mixer merupakan salah satu alat pencampur dalam sistem emulsi sehingga
menghasilkan suatu dispersi yang seragam atau homogen. Terdapat dua jenis mixer yang
berdasarkan jumlah propeller-nya (turbin), yaitu mixer dengan satu propeller dan mixer
dengan dua propeller. Mixer dengan satu propeller adalah mixer yang biasanya digunakan
untuk cairan dengan viskositas rendah. Sedangkan mixer dengan dua propeller umumnya
digunakan pada cairan dengan viskositas tinggi. Hal ini karena satu propeller tidak mampu
mensirkulasikan keseluruhan massa dari bahan pencampur (emulsi), selain itu ketinggi
emulsi bervariasi dari waktu ke waktu (Suryani, 2002).
Menurut Kammel (2010), mixer menurut posisinya ada dua yaitu vertikal dan
horizontal yang dipandang dari posisi poros pengaduknya. Sedangkan jika dilihat dari tipe
pengaduknya ada 8 sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar berikut :

II-1
BAB II Tinjauan Pustaka

Gambar II.1.1 Mixer berdasarkan tipe pengaduknya (Sumber: Kammel, 2010)

II.1.2 Pengadukan (Agitation)


Menurut Geankoplis (1993), pengadukan (agitation) adalah gerakan yang terinduksi
menurut cara tertentu pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu biasanya
mepunyai semacam pola aliran sirkulasi. Sedangkan pencampuran (mixing) adalah
peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak dimana bahan yang satu menyebar ke
dalam bahan yang lain dan begitu juga sebaliknya, sedang bahan-bahan tersebut
sebelumnya terpisah dalam dua fase atau lebih.
Menurut Geankoplis (1993), tujuan pengadukan antara lain adalah :
1. Membuat partikel padat tersuspensi.
2. Mencampurkan liquid yang saliang larut (miscible), misalnya metil alkohol dan air.
3. Mendispersikan gas ke dalam zat cair dalam bentuk gelembung kecil.
4. Mendispersikan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair lain, sehingga
membentuk emulsi atau suspensi butiran-butiran halus.
5. Mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan atau mantel kalor.
Menurut Geankoplis (1993), dalam proses pengadukan tersebut ada beberapa faktor
yang mempengaruhi antara lain:
1. Kecepatan Putaran (N)
Kecepatan putaran dapat mempengaruhi proses pengadukan, di mana semakin cepat
putaran maka pengadukan akan semakin homogen.

2. Jenis pengaduk (impeller)


Ada dua macam impeller pengaduk, yaitu :
 Axial – flow impeller, membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeller.

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-2
BAB II Tinjauan Pustaka

Gambar II.1.2 Axial Flow Impeller (Sumber: Geankoplis, 1993)


 Radial – flow impeller, yang membangkitkan arus pada arah tangensial atau radial.

Gambar II.1.3 Radial Flow Impeller (Sumber: Geankoplis, 1993)

II.1.3 Peralatan Pengadukan


Secara umum liquid diaduk dalam beberapa jenis tangki atau vessel, biasanya
berbentuk silinder dan dengan sebuah sumbu vertikal. Tangki dapat dalam kondisi tertutup
atau terbuka dengan udara. Proporsi tangki sangat bervariasi, tergantung pada sifat dari
masalah pengadukan. Desain tangki standar seperti ditunjukkan pada Gambar II.1.4 dapat
diaplikasikan dalam berbagai situasi. Dasar tangki berbentuk bulat, tidak datar, untuk
menghapuskan sudut yang tajam kedaerah dalam dimana aliran fluida tidak dapat
menembusnya (McCabe, et al., 1993).

Gambar II.1.4 Tipe tangki untuk proses pengadukan

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-3
BAB II Tinjauan Pustaka
Kedalaman fluida diperkirakan sama dengan diameter tangki. Sebuah impeller
dipasang pada shaft yang menjulur. Shaft ini digerakkan oleh sebuah motor, terkadang
dihubungkan secara langsung dengan shaft tetapi lebih sering menghubungkannya dengan
speed-reducing gearbox. Perangkat tambahan biasanya meliputi pipa masuk dan pipa
keluar, coil, jacket dan lubang untuk thermometer atau peralatan pengukuran temperatur
yang lain (McCabe, et al., 1993).
Menurut Walas (1988), pengaduk dalam tangki memiliki fungsi sebagai pompa
yang menghasilkan laju volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putaran dan input daya.
Input daya dipengaruhi oleh geometri peralatan dan fluida yang digunakan. Profil aliran
dan derajat turbulensi merupakan aspek penting yang mempengaruhi kualitas
pencampuran. Rancangan pengaduk sangat dipengaruhi oleh jenis aliran, laminar atau
turbulen. Aliran laminar biasanya membutuhkan pengaduk yang ukurannya hampir sebesar
tangki itu sendiri. Hal ini disebabkan karena aliran laminar tidak memindahkan momentum
sebaik aliran turbulen.
Menurut Geankoplis (1993), proses pengadukan dilengkapi oleh :
1. Tangki
Tangki berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Tangki berfungsi sebagai
alat untuk menampung fluida yang diaduk. Pada umumnya, tangki yang digunakan untuk
mengaduk bahan berfasa cair berbentuk silinder dan dapat tertutup ataupun terbuka.
Ketinggian zat cair biasanya hampir sama dengan diameter tangki.

2. Impeller
Impeller merupakan suatu alat yang digunakan untuk menimbulkan gerakan pada fluida
yang diaduk. Berdasarkan bentuknya, impeller dapat dibedakan menjadi :
a. Propeller
Propeller merupakan bentuk impeller yang digunakan untuk larutan
berviskositas rendah dengan kecepatan pengadukan 400 hingga 1750 rpm
(revolution per minute). Impeller jenis ini membangkitkan pola aliran aksial, yaitu
sejajar dengan sumbu impeller.
b. Paddle
Berbagai jenis paddle sering digunakan dengan kecepatan antara 20 hingga
200 rpm. Impeller paling sering digunakan adalah jenis paddle berdaun dua (two-

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-4
BAB II Tinjauan Pustaka
blade) dan berdaun empat (four-blade). Jenis impeller ini membangkitkan pola
aliran radial, yaitu tegak lurus terhadap sumbu impeller. Anchor atau gate-paddle
juga sering digunakan untuk larutan yang berviskositas tinggi.
c. Turbin
Digunakan pada kecepatan pengadukan yang cukup tinggi dan untuk
larutan yang rentang viskositasnya cukup luas. Turbin terbagi atas berbagai macam
bentuk, diantaranya flat blade, disk flat blade, pitched blade, pitched vane, curved
blade, arrowhead, titled blade, pitch curved blade dan shrouded. Pola sirkulasi
yang terbentuk adalah radial dan tangensial (aliran yang mengelilingi batang
pengaduk).
d. Helical-ribbon
Impeller jenis ini digunakan untuk larutan dengan viskositas tinggi dan
kecepatan rendah pada rezim laminar dan membangkitkan pola aliran tangensial,
yaitu mengelilingi sumbu tangki.
3. Motor
Motor berfungsi sebagai pengubah energi listrik menjadi gerakan pada batang
pengaduk. Besarnya energi listrik yang diperlukan untuk menggerakkan impeller disebut
daya. Berdasarkan fungsinya, motor dibedakan atas:

a.Motor unvariable, yaitu jenis motor yang dayanya tidak dapat diubah-ubah. Misalnya
motor pada pompa air.
b. Motor variable, yaitu jenis motor yang dayanya dapat diubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan. Misalnya motor pada mixer
Rancangan pengaduk sangat dipengaruhi oleh jenis aliran, laminar atau turbulen. Aliran
laminar biasanya membutuhkan pengaduk yang ukurannya hampir sebesar tangki itu
sendiri. Hal ini disebabkan karena aliran laminar tidak memindahkan momentum sebaik
aliran (Walas, 1988).

II.1.4 Waktu Pencampuran


Menurut Ali (2008), waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang
dibutuhkan sehingga diperoleh keadaan yang homogen untuk menghasilkan campuran atau
produk dengan kualitas yang telah ditentukan.Sedangkan laju pencampuran (rate of

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-5
BAB II Tinjauan Pustaka
mixing) adalah laju dimana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi
akhir. Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal :
1. Berkaitan dengan alat, seperti :
a. Ada tidaknya baffle atau cruciform baffle.
b. Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeller, padlle).
c. Ukuran pengaduk (diameter, tinggi).
d. Laju putaran pengaduk.
e. Kedudukan pengaduk pada tangki, seperti :
- Jarak pengaduk terhadap dasar tangki
- Pola pemasangan :
• Center, vertikal
• Miring (inclined) dari atas
• Horizontal.
- Jumlah daun pengaduk.
- Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk.
2. Berhubungan dengan cairan yang diaduk :
a. Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang diaduk.
b. Perbandingan viskositas cairan yang diaduk.
c. Jumlah kedua cairan yang diaduk.
d. Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)

II.1.5 Power yang Digunakan dalam Tangki Pengaduk


Dalam desain tangki pengaduk, faktor yang paling penting adalah besarnya tenaga
(power) untuk menggerakkan impeller. Karena besarnya power yang dibutuhkan dapat
diprediksi secara teoritis, maka hubungan empiris telah dikembangkan untuk memprediksi
besarnya power yang dibutuhkan. Ada tidaknya turbulensi dapat dihubungkan dengan
Reynold Number (NRe), Power Number (Np) dan Fraude Number (NFr) (Mc.Cabe, 1993).
Menurut Geankoplis (2003), dalam suatu peningkatan skala pada tangki
berpengaduk, jika kesamaan geometrik peralatan skala kecil ke skala besar dipertahankan
pada kondisi yang sama, maka bagian-bagian yang relevan dengan perilaku cairan dalam
tangki berpengaduk adalah tenaga yang digunakan untuk agitasi (P) dan kecepatan putar

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-6
BAB II Tinjauan Pustaka
pengaduk (N). Konsumsi energi oleh tangki berpengaduk digambarkan dengan Bilangan
Power (Power Number). Bilangan Power merupakan bilangan yang tak berdimensi yang
diperoleh dengan persamaan:
P
Np = ……………………II.1
D5 N 3 ρ
Dimana :
Np = Power Number
P = Power ( J/detik )
ρ = Densitas cairan dalam tangki (kg/m3)
N = Kecepatan agitasi (rpm)
D = Diameter pengaduk (m)

Pergerakan cairan di dalam tangki berpengaduk dapat digambarkan dengan


bilangan tak berdimensi lain, yaitu bilangan reynolds (NRe). Bilangan Reynolds
merupakan rasio antara inersia dengan kekentalan. Bilangan Reynolds (NRe) didefinisikan
sebagai berikut :

D2 N ρ
NRe = ……………………II.2
μ
Dimana :
Nre = Bilangan Reynolds
μ = Viskositas ( kg/m.detik)
ρ = Densitas cairan dalam tangki ( kg/m3)
N = Kecepatan putaran pengaduk (rpm)
D = Diameter pengaduk (m)
Bilangan Fraude merupakan bilangan tak berdimensi yang menunjukkan
perbandingan antara gaya inersia dengan gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
D N2
NFr = ……………………II.3
g
Dimana:
Fr = Bilangan Fraude
N = Kecepatan putaran pengaduk (rpm)

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-7
BAB II Tinjauan Pustaka
D = Diameter pengaduk (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
II.1.6 Pola Aliran dalam Tangki Pengadukan
Pola aliran dalam sebuah tangki pengadukan bergantung pada properti fluida,
bentuk tangki, tipe baffle dalam tangki dan pengaduk itu sendiri. Dalam sistem
pengadukan, kecepatan aliran volume fluida digerakkan oleh impeler atau kecepatan
sirkulasi penting untuk menyapu seluruh volume dari pencampur dalam waktu yang telah
ditentukan. Aliran turbulen juga penting dalam proses pencampuran karena adanya aliran
turbulen ini dapat membawa material dari liquid dalam tangki terikut bersama dengan
aliran. Beberapa sistem pengadukan memerlukan tingkat turbulensi aliran yang tinggi
dengan kecepatan sirkulasi rendah dan beberapa sistem yang lain memerlukan tingkat
turbulensi aliran rendah dengan kecepatan sirkulasi tinggi. Hal ini bergantung pada jenis
fluida yang sedang dicampurkan dan jumlah campuran yang diinginkan [ CITATION Chr93 \l
1033 ].
Dalam proses pencampuran, perlu adanya dua syarat terpenuhi. Pertama harus ada
aliran konvektif (bulk) sehingga tidak ada zona mati dalam tangki. Kedua harus ada zona
intensif atau pencampuran tinggi dimana inhomogenitas akan dipisahkan. Kedua syarat
tersebut membutuhkan energi, sehingga menyebabkan energi mekanik hilang sebagai
panas. Penyebab energi yang hilang bervariasi, bergantung pada sifat fluida, terutama
viskositas. (Coulson, 1999)
Menurut Coulson (1999), pola aliran dalam tangki pengadukan ada 2, yaitu:
1. Laminar Mixing
Aliran laminar biasanya digunakan untuk liquid yang mempunyai viskositas tinggi
(lebih dari 10 N.s/m2). Oleh karena itu, gaya inersia cenderung mengalami penurunan, dan
impeller dari tangki berpengaduk harus mencakup proporsi yang signifikan dari diameter
tangki untuk memberikan gerak masal yang memadai.

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-8
BAB II Tinjauan Pustaka

Gambar II.1.1.5 Skema Representasi dari Penipisan Elemen Fluida karena aliran
Laminer (Sumber: Coulson ,1999)
2. Turbulent Mixing
Aliran laminar biasanya digunakan untuk liquid yang mempunyai viskositas rendah
(kurang dari 10 N.s/m2). Pencampuran pola aliran turbulen dengan cara memutar impeller
turbulen. Impeller cukup menyebabkan liquid untuk beredar keseluruh tangki dan kembali
ke impeller. Pencampuran dengan aliran turbulen memiliki waktu pencampuran yang
relative lebih singkat daripada pencampuran dengan aliran laminar.
Menurut McCabe, et al. (1993), kecepatan fluida di setiap titik dalam tangki
mempunyai tiga komponen. Komponen pertama ialah komponen radial yaitu komponen
yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros impeller. Komponen kedua ialah
komponen longitudinal yaitu komponen yang bekerja pada arah sejajar dengan poros.
Sedangkan yang ketiga adalah komponen tangensial atau rotasional, yang bekerja pada
arah garis singgung lintasan lingkaran di sekeliling poros. Di dekat impeller itu terdapat
zona arus deras yang sangat turbulen dengan geseran yang kuat. Arus utamanya bersifat
radial dan tangensial. Turbulensi pada aliran juga berperan penting pada proses
pencampuran karena turbulensi mampu menggerakkan sejumlah besar material liquid pada
tangki. Komponen tangensialnya menimbulkan vorteks sehingga diperlukan baffle atau
diffuser untuk meredam arus putar yang terjadi dan agar impeller itu menjadi sangat
efektif.

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-9
BAB II Tinjauan Pustaka

Gambar II.1.6 Pola Aliran Radial-Flow dalam Tangki Berpengaduk


Turbine Tanpa Baffle (Sumber: McCabe, et.al, 1993)

Vortex adalah putaran air yang memebentuk aliran yang bergerak secara tangensial.
Vortex pada permukaan zat cair ini yang terjadi karena adanya sirkulasi aliran laminer
cenderung membentuk stratifikasi pada berbagai lapisan tanpa adanya aliran longitudinal
antara lapisan-lapisan itu. Bila di dalam sistem terdapat partikel zat padat maka arus
sirkulasi akan melemparkan padatan itu dengan gaya sentrifugal ke arah luar, yang lalu
bergerak ke bawah dan setelah sampai di dasar tangki akan menuju ke pusat. Hal ini
menyebabkan pencampuran yang diharapkan tidak terjadi, melainkan timbul pemisahan
antara lapisan atas dan bawah yang harus dihindari (McCabe, et al., 1993).
Menurut McCabe, et al. (1993), beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan vorteks antara lain :
a. Memasang impeller tidak tepat pada sumbu tangki. Metode ini digunakan
untuk tangki yang berukuran agak kecil.
b. Dengan memasang baffle (sekat) yang berfungsi merintangi aliran rotasi tanpa
mengganggu aliran radial atau longitudinal. Baffle yang sederhana namun efektif dapat
dibuat dengan memasang bilah-bilah vertikal terhadap dinding tangki. Untuk tangki
pengaduk yang menggunakan turbin, lebar maksimal baffle yang digunakan adalah 1/12
diameter tangki, untuk propeller lebar baffle maksimalnya 1/18 diameter tangki.
c. Untuk tangki yang besar, agitator dipasang di sisi tangki dengan porosnya pada arah
horizontal, tetapi membuat sudut dengan jari-jari tangki.

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-10
BAB II Tinjauan Pustaka

II.2 Aplikasi Industri


Pengaruh Kecepatan Pengadukan Pada Pembuatan Bioetanol dari Pelepah Sawit
Menggunakan Saccharomyces cerevisiae
Meilano Ashari Akbar, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2015
Pada dasawarsa 70-an dan sebelumnya, minyak dan gas bumi berperan penting
dalam penyumbang devisa negara dan menjadi andalan ekspor Indonesia. Sumber energi
alternatif sudah saatnya untuk dikembang di Indonesia, salah satunya mengolah biomassa
dari limbah perkebunan dan pertanian menjadi sumber energi bahan bakar cair yang dapat
terbarukan. Bioetanol dapat diproduksi secara fermentasi dari bahan baku yang
mengandung selulosa yang terlebih dahulu mengalami proses hidrolisis dan dilanjutkan
dengan proses fermentasi. Proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
pengadukan. Pengadukan berfungsi untuk menghomogenisasikan larutan dan memperluas
permukaan kontak antara subtrat dan yeast sehingga mempengaruhi kadar bioetanol yang
dihasilkan karena semakin cepat pengadukan maka kontak antara substrat dan yeast
berpengaruh pada proses fermentasi sehingga reaksi akan semakin cepat berlangsung dan
produk yang dihasilkan akan semakin banyak pada saat kecepatan dan waktu terbaik.
Pengadukkan perlu dilakukan agar zat pereaksi dapat bertumbukkan dengan baik.
Pengaruh kecepatan pengaduk yang menghasilkan konsentrasi bioetanol lebih tinggi maka
nilai yield etanol akan semakin besar juga. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan
pengaruh kecepatan pengadukan pada proses fermentasi terhadap bioetanol yang

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-11
BAB II Tinjauan Pustaka
dihasilkan dan menentukan waktu terbaik fermentasi terhadap konversi bioetanol dari
pelepah sawit.
Metodologi dari percobaan ini adalah melakukan beberapa tahap yaitu pengolahan
pelepah sawit, penyiapan larutan pemasak, delignifikasi pelepah sawit, proses pemurnian
serbuk pelepah sawit, hidrolisis serbuk pelepah sawit, pembuatan inokulum, proses
fermentasi, pemisahan, dan proses terakhir adalah analisa hasil.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa kecepatan pengadukan
berpengaruh terhadap proses fermentasi dalam mengkonversi pelepah sawit menjadi
bioetanol. Waktu fermentasi berpengaruh terhadap konsentrasi bioetanol yang dihasilkan,
karena semakin lama waktu fermentasi akan meningkatkan kadar bioetanol sampai waktu
tertentu. Bilangan reynolds tertinggi diperoleh pada kecepatan pengadukan 250 rpm yaitu
211493,55 menunjukkan bahwa pola aliran turbulen.

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-12

Anda mungkin juga menyukai