Anda di halaman 1dari 7

JUVENIL DIABETES MELLITUS

Nama : Anita Pratamah (1933026)

Prodi : Ilmu Keperawatan

Mata Kuliah : Keperawatan Anak II

Dosen Pengajar : Ns. Maria Tarisia Rini, M. Kep

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


A. Pengertian
Diabetes Militus merupkan suatu penyakit sindrom yang ditandai dengan hiperglekimia
dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang berhubungan dengan
defisiensi absolut atau retif pada sekresi insulin dan aksi insulin. Diabetes Militus berasal
dari bahasa yunani Diabainein yang artinya tembus atau pacuran air, dan dari bahasa latin
Mellitus artinya rasa manis atau yang sering dikenal dengan kencing manis.
Diabetes Militus biasa ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah yang
diakibatkan dari gangguan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya.
Diabetes Militus menjadi empat jenis, yaitu DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan pada
kehamilan atau gestasional. DM yang sering terjadi pada anak adalah DM dengan tpie-1,
yang disebabkan oleh defisiensi insulin absolut akibat kerusakan sel kelenjar pancreas oleh
proses autonium.

B. Etiologi
1. Faktor Genetik
Pendertia diabetes tidak mewarisi diabetes tipe-1 itu sendiri tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan gen kearah diabetes tipe-1. Kecenderungan diabetes
tipe-1 ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA adalah sekumpulan gen yang memiliki tanggung jawab atas
antigen tranolatasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tpe-1 bisa
meningkat 3-5 kali lipat pada individu yang memliki dari kedua HLA (DR3 atau DR4).
Diabetes melitus juvenilis adalah suatu penyakit keturunan yang diturunkan secara
resensfi, dengan banyaknya gen 0,30 dan penetrasi umur sekitar 70% untuk laki-laki
dan 90% untuk perempuan.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan factor pencetus IDDM. Karena hal ini angka terjadinya lebih
tinggi atau adanya infeksi virus dari lingkungan. Virus penyebab DM adalah virus
rubela, mumps, dan human coxsackieviurs B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik
dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Virus ini bisa juga
menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel
beta. Virus atau mikroorganisme akan menyerang pankreas, yang membuat kehilangan
produksi insulin.
3. Faktor Imunologi
Respon aoutoimmune, diamana antibody sendiri yang menyerang sel beta pankreas.
C. Klasifikasi Diabetes Mellitus
1. Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel beta pankreas (reaksi
autoimun). Sel beta pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan
insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh. Bila kerusakan sel
beta pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul
2. Diabetes Mellitus Tipe II
Penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi
insulin).
3. Diabetes Mellitus Tipe Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini
sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani
dengan benar.

D. Tanda Gejala Diabetes Milletus Tipe-I pada Anak


1. Polyuria dan nokturia
2. Polifagia
3. Polydipsia
4. Penurunana berat badan.
5. Kesemutan
6. Lemas
7. Luka yang susah sembuh
8. Pandangan kabur
9. Gangguan perilaku.

E. Patofisiologi Diabetes Milletus


Patofisiologi dari diabetes militus tipe-1 yaitu adanya reaksi auto imun akibat
peradangan pada sel beta, hal ini menyebabkan timbulnya antibody tehadap Ilset Cell
Antibody (ICA). Reaksi antigen (sel beta) dengan antobdy ICA yang ditimbulkan
sehingga dapat menyebabkan hancurnya sel beta, selain karena autoimun, diabetes tipe-1
juga bisa disebabakan oleh virus cocksakie, rubella, citomegalo virus (CMV), hepar dan
lainnya. Orang yang menderita diabtes militus tipe-1 akan mengalami penurunan insulin
post parandial, yang bisa mempercepat katabolisme. Akibat glukosa yang tidak dapat
memasuki hepar atau sel otot, maka akan dikirimkan sinyal bahwa tubuh kekurangan
cadangan glukosa, sehingga hal tersebut dapat mengakibatakan produksi glukosa dengan
berbagai cara yaitu: Glikogenesis (pemecahan glikogen dalam heper untuk diubah menjadi
glukosa) dan Glukoneogenesis (proses pembentukan glukosa dari bahan selain
karbohidrat).

F. Manifestasi Klinis
1. Poliuria (air kencing keluar banyak)
2. Polydipsia (rasa haus yang berlebih)
3. Anoreksia
4. Polifagia (rasa lapar yang berlebih)
5. Keletihan (rasa cepat lelah)
6. Kelemahan yang disebabkan karena penggunaan glukosa oleh sel menurun.

G. Penanganan Diabetes pada Anak


1. Injeksi Insulin
Regimen insulin bersifat individual, yaitu menyesuaikan usia, berat badan, lama
menderita, target kontrol glikemik, pola hidup, dan komorbiditas. Regimen yang
disarankan adalah basal bolus yang diberikan dengan pompa atau insulin subkutan
minimal 2 kali/hari dengan menggunakan insulin basal dan insulin kerja cepat atau
pendek karena paling menyerupai sekresi insulin fisiologis. Kebutuhan insulin basal
harian adalah berkisar antara 30% (jika menggunakan insulin reguler) sampai 50% (jika
menggunakan insulin kerja cepat) dari total kebutuhan insulin.
2. Pemantauan Gula Darah
Pemantauan mencakup pemantauan gula darah mandiri (PGDM), HbA1C, keton, dan
glukosa darah berkelanjutan. Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan PGDM
paling tidak 4-6 kali per hari, yaitu pagi hari saat bangun tidur, sebelum makan, 1,5-2
jam setelah makan, dan malam hari. Pemantauan gula darah mandiri dapat lebih sering
dilakukan dan bervariasi pada setiap individu.
3. Nutrisi
Prinsip dari terapi nutrisi adalah makan sehat. Pasien disarankan untuk mengonsumsi
buah, sayur, produk susu, gandum utuh, dan daging rendah lemak dengan jumlah sesuai
usia dan kebutuhan energi. Kebutuhan kalori per hari dapat dihitung berdasarkan berat
badan ideal dan dan kecukupan kalori yang dianjurkan. Sebagai panduan, distribusi
makronutrien adalah karbohidrat 45-50% energi, lemak <35% energi, dan protein 15-
20% energi. Pasien dan keluarga harus diajarkan untuk menyesuaikan dosis insulin
berdasarkan konsumsi karbohidrat sehingga anak lebih fleksibel dalam konsumsi
karbohidrat.
4. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat meningkatkan kepercayaan diri anak, mempertahankan berat
badan ideal, meningkatkan kapasitas kerja jantung, meminimalisasi komplikasi jangka
panjang, dan meningkatkan metabolisme tubuh. Rekomendasi aktivitas fisik pada anak
dengan DM tipe-1 sama dengan populasi umum, yaitu aktivitas ≥60 menit setiap hari
yang mencakup aktivitas aerobik, menguatkan otot, dan menguatkan tulang. Aktivitas
aerobik sebaiknya tersering dilakukan, sementara aktvitas untuk menguatkan otot dan
tulang dilakukan paling tidak 3 kali per minggu. Asupan cairan juga perlu ditingkatkan
ketika sebelum, saat, dan sesudah olahraga.
5. Edukasi
Edukasi dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri atas paling tidak dokter anak
endokrinologi atau dokter umum terlatih, perawat atau edukator DM, dan ahli nutrisi.
Edukasi tahap pertama dilakukan saat pasien pertama terdiagnosis atau selama
perawatan di rumah sakit yang meliputi pengetahuan dasar mengenai DM tipe-1,
pengaturan makan, insulin (jenis, dosis, cara penyuntikan, penyimpanan, dan efek
samping), serta pertolongan pertama kedaruratan DM tipe-1 (hipoglikemia, pemberian
insulin saat sakit), sementara tahap kedua dilakukan saat berkonsultasi di poliklinik.

H. Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi Akut
1. Ketoasidosis Diabetik (KAD)
- Dehidrasi
- Takikardi
- Takipnea
- Sesak
- Napas berbau aseton
- Mual
- Muntah
- Nyeri perut
- Pandangan kabur
- Penurunan kesadaran
- Kematian
2. Hipoglikemia
- Berdebar
- Gemetar
- Keringat dingin
- Neuroglikopenia (nyeri kepala, mengantuk, sulit konsentrasi)
- Kurang aktif
DAFTAR PUSTAKA

Aman B. Pulungan, D. a. (2017). Diabetes Militus Tipe-1 pada anak : situasi di Indonesia dan
Tata Laksana. Jurnal Kedokteran, 2-5.

Marzel, R. (2021). TERAPI PADA DM TIPE 1. Jurnal Penelitiann Perawat Profesional, 52-
54.

Tandra Hans, 2010, Tolong anakku kena diabetes apa yang harus aku ketahui tentang
diebtes anak dan remaja, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai