Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang (OJT 2)


Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Calon Kepala Sekolah adalah
penyiapan kompetensi calon kepala sekolah untuk memantapkan wawasan,
pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan dalam memimpin sekolah,
sebagaimana dinyatakan dalam Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018. Tujuan
Diklat Calon Kepala Sekolah adalah:
1. Memberikan pengalaman belajar yang terpadu antara sikap, pengetahuan,
dan keterampilan pada dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial dengan pengalaman empirik
(kontekstual) sesuai karakteristik calon kepala sekolah;
2. Mengembangkan kemampuan calon kepala sekolah dalam
mengidentifikasi masalah pembelajaran untuk meningkatkan capaian
belajar peserta didik;
3. Mengembangkan kemampuan calon kepala sekolah dalam menentukan
strategi penyelesaian masalah sehingga dapat membangun budaya belajar
sekolah dalam satu ekosistem persekolahan; dan
4. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan calon kepala sekolah
dalam menggerakkan warga sekolah untuk membantu penyelesaian
masalah pembelajaran di sekolah, yang bermuara pada terwujudnya
student wellbeing.
Diklat Calon Kepala Sekolah dilaksanakan dengan 4 (empat) tahap
yaitu tahap On-the Job Training (OJT) 1, tahap In-Service Training (IST) 1,
tahap On-the Job Training (OJT) 2, dan tahap In-Service Training (IST) 2.
Kegiatan On-The Job Training merupakan tahapan yang penting dalam
rangka melatih calon kepala sekolah membiasaakan bekerja bekerja berbasis
data melalui kegiatan pengamatan (observe) kondisi nyata dan
mengidentifikasi masalah pembelajaran, melakukan refleksi (reflect) atas
hasil observasi, mencari alternatif pemecahan masalah dan menyusun rencana

1
kegiatan pemecahan masalah dalam bentuk Rencana Projek Kepemimpinan
dan Peningkatan Kompetensi (plan) dan melaksanakan kegiatan sesuai
rencana (Act), melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan dan hasil kegiatan
(evaluate) dan merefleksi tindakan yang dilakukan (reflect). Salah satu target
kompetensi penting yang terkait dengan Rencana Tindak lanjut yang
dihasilkan pada OJT 1 adalah berhasil mengidentifikasi permasalahan
pembelajaran yang akan dipecahkan melalui projek kepemimpinan, dan
menemukan kompetensi/indikator kompetensi yang masih lemah yang akan
ditingkatkan dalam kegiatan peningkatan kompetensi di OJT 2.
On-the Job Training (OJT 2) adalah pembelajaran di lapangan dalam
situasi pekerjaan yang nyata. Dilakukan di 2 (dua) sekolah, yakni di sekolah
asal dan di sekolah lain (sekolah magang). Pelaksanaan di sekolah asal setara
dengan 130 JP untuk melaksanakan Rencana Projek Kepemimpinan (RPK)
dan di sekolah lain setara dengan 40 JP untuk melaksanakan Peningkatan
Kompetensi dan 30 JP dialokasikan untuk menyusun laporan RTL. Sebelum
melaksanakan program OJT 2, peserta diklat perlu melakukan koordinasi
dengan kepada sekolah mentor untuk menyampaikan hasil IST-1, RPK dan
PK yang akan dilaksanakan, membangun tim kerja dengan cara
mempengaruhi, menggerakkan dan memberdayakan teman sejawat di sekolah
sendiri sebagai sarana untuk mempermudah pelaksanaan OJT 2; menyiapkan
bahan/format pelaksanaan OJT 2 seperti buku panduan, dan kebutuhan
administrasi lainnya serta teknis penyusunan dokumentasi kegiatan yang akan
dilakukan. Selanjutnya berdasarkan deskripsi diatas sekolah yang digunakan
untuk kegiatan magang adalah SD Negeri Ketitang Wetan 01 dan SD Negeri
Ngening.
Rencana Proyek Kepemimpinan (RPK) berkaitan dengan masalah
utama dan gagasan inovasi yang dipilih calon kepala sekolah pada kegiatan
OJT-2. Berdasarkan Evaluasi Diri Sekolah untuk 4 (empat) Standar Nasional
Pendidikan di SD Negeri Ketitang Wetan 01. Khususnya Standar Isi, Standar
Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, maka nilai standar yang paling rendah adalah standard proses,

2
pada indikator memanfaatkan media pembelajaran dan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Hasil analisis tentang standar proses
tersebut, dapat diidentifikasi faktornya adalah kurang terampilnya guru
dalam mengembangkan media pembelajaran. Hasil konsultasi dengan
pengajar diklat alternatif pemecahan masalah yang dapat diterapkan dan
dilakukan calon kepala sekolah adalah melalui program Pendampingan teman
sejawat. Setelah melakukan konsultasi dan koordinasi, kegiatan RPK diberi
judul “Pendampingan teman sejawat sebagai sarana peningkatan kompetensi
guru dalam pengembangan media pembelajaran berbasis IT”.
Adapun upaya peningkatan kompetensi berbasis Analisis Kebutuhan
Pengembangan Keprofesian (AKPK) dan Kajian Manajerial (KM) Peserta
diklat diarahkan ke SD Negeri Ngening 01 sebagai tempat magang 2.
Kegiatan PK dipilih dari salah satu indikator dari setiap kompetensi pada
AKPK yang paling rendah, dalam hal ini yaitu kompetensi manajerial,
kemudian peserta diklat berupaya untuk meningkatkan kompetensi tersebut
dengan belajar dari kepala sekolah mentor 2 di SD Negeri Ngening 01.
Kaitannya dengan hal tersebut peserta diklat memilih mempelajari
kompetensi manajerial pada indikator menggunakan media teknologi,
informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
peserta didik di kelas. Berpijak dari paparan diatas serta setelah melakukan
konsultasi dan koordinasi, kegiatan PK diberi judul “Peningkatan kompetensi
guru dalam pengembangan media pembelajaran berbasis IT”

B. Tujuan (OJT 2)
On-the Job Training (OJT 2) adalah pembelajaran di lapangan dalam
situasi pekerjaan yang nyata. Kegiatan On-the Job Training (OJT 2)
Diklat Calon Kepala Sekolah bertujuan meningkatkan kompetensi calon
kepala sekolah sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan mendorong calon
kepala sekolah menciptakan sekolah merdeka untuk meningkatkan capaian
belajar peserta didik yang bermuara pada terwujudnya students wellbeing.

3
C. Hasil yang Diharapkan (OJT 2)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan
laporan On-the Job Training (OJT 2)  ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan calon kepala sekolah yang mampu mengembangkan dan
meningkatkan 5 kompetensi berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007, Kompetensi yang dimaksud berupa kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
2. Menghasilkan calon kepala sekolah yang dapat mengarahkan dan
menggerakkan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
3. Menghasilkan calon kepala sekolah yang mampu mengidentifikasi
masalah yang terkait dengan standar nasional pendidikan (SNP).
4. Meningkatkan kompetensi manajerial calon kepala sekolah pada indikator
pemanfaatan media pembelajaran untuk peserta didik.
5. Meningkatkan kemampuan calon kepala sekolah dalam mengelola
program pengembangan media pembelajaran di sekolah

Anda mungkin juga menyukai