(STUDI ATAS KITAB ّفتح امللكّّاجملي ّد املؤلف لنف ّع العبي ّد و قم ّع كلّّجبّارّعني ّد
KARYA SYEKH AHMAD DAIROBI AL-KABIR)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
ILDA NURIS SAPITRI
NIM: 1113034000143
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1442 H/2020 M.
MUJAROBAT DARI AYAT AL-QUR’AN
(STUDI ATAS KITAB ّفتح امللكّّاجملي ّد املؤلف لنف ّع العبي ّد و قم ّع كلّّجبّارّعني ّد
KARYA SYEKH AHMAD DAIROBI AL-KABIR)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
ILDA NURIS SAPITRI
NIM: 1113034000143
Pembimbing:
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1442 H/2020 M.
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt., yang telah memberikan nikmat sehat
dan akal untuk senantiasa bertasbih kepada Allah swt., mudah-mudahan
keberkahanpun selalu senantiasa bersamai kita semua. Șalawat serta salam
semoga selalu terlimpah curahkan kepada nabi Muhammad saw, nabi yang
akan memberikan syafa’at untuk orang yang senantiasa berșalawat
kepadanya, juga doa untuk keluarga nabi, sahabat nabi, dan para
pengikutnya sampai akhir nanti.
Alḥamdulillah, atas izin Allah swt., penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini ada karna keterlibatan berbagai pihak
yang jika tanpanya penulisan ini tidak akan terwujud. Begitupun dengan
dorongan keluarga yang selama ini terus mendukung dan mendoakan.
Kepada seluruhnya ucapan terima kasih ini akan selalu terucap dari hati ini.
Dengan berbagai ujian dan cobaan yang hadir, akhirnya skripsi ini
dapat terselesaikan dengan bantuan limpahan karunia-Nya, juga penulisan
ini dapat teratasi sampai akhir berkat tuntunan serta bimbingan-Nya dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ungkapan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya akan selalu tersampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir, juga selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membuka
wawasan serta membimbing sampai akhir. Ucapan terimakasih saja
tidak cukup untuk menggantikan jasa-jasa yang telah diberikan, akan
ii
tetapi lantunan doa terbaik akan selalu terpanjatkan, mudah-mudahan
selalu sehat dan dalam keberkahan Allah swt.,
4. Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an
dan Tafsir beserta segenap jajaran pengurus Fakultas Ushuluddin yang
telah banyak membantu mempermudah proses administrasi dalam
perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.
5. Moh. Anwar Syarifuddin, MA, selaku penasihat akademik yang telah
membantu selama dalam masa perkuliahan.
6. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terkhusus jurusan Tafsir Hadis yang dengan ikhlas dan tulus
serta penuh sabra dalam mencurahkan upaya serta mendidik selama ini.
7. Kedua orang tua tercinta Idan Saehuddin dan Nurhayati yang selalu
mengirimkan doa kepada penulis skripsi ini. Terimakasih untuk kasih
sayang yang tak pernah lepas dari sejak lahir hingga dewasa. Mohon
maaf atas kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat, semoga senantiasa
dalam lindungan Allah swt.,
8. Kakakku tercinta Ima Nuris Hafiani yang telah membiayai selama
perkuliahan dan keperluan lainnya, mudah-mudahan apa yang telah
diberikan menjadikan tabungan pahala.
9. Suami tercinta Cep Ridwan Aulia yang telah memberikan dukungan
penuh, mudah-mudahan Allah swt., senantiasa melancarkan setiap
urusannya.
10. Seluruh keluarga RZ di Garut yang selalu memberikan semangat serta
motivasi dan meyakinkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Kawan-kawan dan teman seperjuangan yang tak bisa disebutkan
semua, serta keluarga besar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2013.
12. Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Mahasiswa dan Federasi
Olahraga Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah sebagai sarana aktifitas
iii
dan kreasi selama perkuliahan, terimakasih atas pengalaman yang telah
diberikan.
Akhir kata, dalam penulisan skripsi ini pastinya masih terdapat banyak
kekurangan dan bahkan tidak menutup kemunginan di dalamnya masih
terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran
akan selalu penulis terima agar lebih baik lagi untuk kedepannya. Semoga
skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi
penulis sendiri. Semoga Allah swt., selalu memberkahi dan membalas
semua kebaikan kepada pihak-pihak yang turut serta membantu. Ᾱmīn yā
Rabb al-Ᾱlamīn.
Penulis
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987
1. Pandanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
ب b be
ت t te
ج j je
خ kh ka dan ha
د d de
ر r er
ز z zet
v
س s es
ش sy es dan ye
ع ‘
koma terbalik di atas hadap
kanan
غ gh ge dan ha
ف f ef
ق q qi
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w we
vi
ه h ha
ء “ apostrof
ي y ye
2. Vokal
Vokal terdiri dari dua bagian, yaitu vocal tunggal dan vokal rangkap.
Berikut ketentuan alih aksara vokal tunggal:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ﹷ a fatẖah
ﹻ i kasrah
ﹹ u ḏammah
ﹷي ai a dan i
ﹷو au a dan u
3. Vocal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
vii
ْيِي Ī I dengan topi di atas
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti
huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan asy-
syamsiyyah, al-rijâl bukan ar-rijâl.
5. Syaddadah (Tasydῑd)
Huruf yang ber-tasydîd ditulis dengan dua huruf serupa secara berturut-
1 ْضةٌْاألَط َف ِال
َ َرو Rauḍah al-aṭfāl
viii
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka
yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan
Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis
dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,
demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-
Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis secara
terpisah. Berikut contohnya dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan
diatas:
Kata Arab Alih Aksara
ات ِ
َ ضَ تَبْ تَغ ْي َم ْر tabtagī marḍāta
ِ ِ
ْ ََتلَّةَ اَْْيَانك
ٌم taḥillata aimānikum
ix
اَْزَو ِاج ِه َح ِديْثًا azwājihī ḥadīṡā
ي ِِ ِ و
َ ْ صال ُح الْ ُم ْؤمن
ََ wa ṣāliḥu al-mu`minīn
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialih
aksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd; Mohamad
Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl al-Rahmān.
9. Singkatan
Huruf Latin Keterangan
Swt, Subḥȃh wa ta’ȃlȃ
Saw, Ṣalla Allȃh ‘alaih wa sallam
QS. Quran Surah
M Masehi
H Hijriyah
w. Wafat
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………...…… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………… iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ……………………………………… v
DAFTAR ISI ………………………………………………………...… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
B. Permasalahan …………………………………………………… 4
1. Identifikasi Masalah ………………………………………… 4
2. Pembatasan Masalah ………………………………………… 5
3. Rumusan Masalah …………………………………………… 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………….. 5
D. Tinjauan Pustaka ………………………………………………… 6
E. Metodologi Penelitian ……………………..…………………… 13
1. Jenis Penelitian …………………………….………….…… 13
2. Sumber Data ……………………………………………..… 13
F. Teknik Penulisan ……………………………………………..… 13
G. Sistematika Penulisan ………………………………………..… 14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AL-QUR’AN
A. Al-Qur’an …………………………………………………….… 15
1. Pengertian al-Qur’an ………………………………….…… 15
2. Fungsi dan Manfaat al-Qur’an ………………………..…… 18
B. Bentuk-Bentuk Pengobatan Menggunakan Ayat al-Qur’an ….... 19
1. Ruqyah …………………………………………………..… 19
2. Bekam ……………………………………………...……… 20
3. Mujarobat ………………………………………………..… 21
xii
BAB III GAMBARAN UMUM BUKU MUJAROBAT
A. Biografi Syekh Ahmad Dairobi al-Kabir …………………….… 22
1. Sejarah Hidup Syekh Ahmad Dairobi al-Kabir …………… 22
2. Karya Syekh Ahmad Dairobi al-Kabir …………………..… 22
B. Struktur Isi Buku ……………………………………………...… 23
1. Deskripsi Kitab Mujarobat ……………………………….… 23
2. Sistematika Isi Buku ……………………………………..… 23
BAB IV PENGGUNAAN QUR’AN DALAM MUJAROBAT
A. Khasiat dan Penggunaan Basmalah ……………………………. 26
1. Tulisan Basmalah ………………………………………..… 26
2. Bacaan Basmalah ………………………………………..… 27
B. Khasiat dan Penggunaan Surah al-Fatihah …………………...… 28
1. Tulisan al-Fatihah ……………………………………….… 29
2. Bacaan al-Fatihah ………………………………………..… 29
C. Khasiat dan Penggunaan Ayat Kursi ………………………...… 30
1. Tulisan Ayat Kursi ………………………………………… 31
2. Bacaan Ayat Kursi ………………………………………… 31
D. Pandangan Tafsir atas Fadhilah Qur’an ………………………… 32
1. Basmalah ………………………………………………...… 33
2. Al-Fatihah ………………………………………………..… 35
3. Ayat Kursi ………………………………………………..… 41
E. Komparasi Ayat ………………………………………………… 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………...……………………………………… 46
B. Saran-saran ……………………………………………..…….… 48
DAFTAR PUSTAKA
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, terj. Mudzakir AS (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 1996) 144.
2
Muhammad al-Mutawalli asy-Sya’rowi, Mukjizat al-Qur’an (Semarang: CV
Morodadi, 1995) 1-2.
3
Syaikh Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, terj. Anunur
Rafiq El-Mazni (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012), 15.
1
2
ْي اَِّّل َخ َس ًارا ِّ ِّونُنَ ِّزُل ِّمن الْ ُقراٰ ِّن ما هو ِّش َف ۤاء َّور ْْحةٌ لِِّّْلم ْؤِّمنِّْي وَل ي ِّزي ُد ال ٰظِّل
م
َْ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ ٌ َ ُ َ ْ َ ِّ َ
“Dan Kami turunkan dari al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (al-
Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian.”
Dengan kata lain, al-Qur’an juga merupakan pengingat kita agar
senantiasa menjaga kesehatan dan menjauhi hal-hal yang dapat
menyebabkan penyakit.5 Di dalam al-Qur’an menyebutkan bahwa terdapat
dua jenis penyakit, yaitu penyakit ruhani dan penyakit jasmani. Penyakit
jasmani yaitu penyakit mengenai tubuh yang disebabkan oleh mikroba atau
virus yang menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh oleh satu atau
beberapa organisme. Adapun penyakit ruhani terjadi karena adanya
serangan ruhani dari luar terhadap tubuh dan ruhani menjadi sakit, dan
akhirnya unsur dari luar tersebut mengalahkan dan menguasainya.6 Adapun
metode dalam Islam terbagi ke dalam dua bagian, yaitu pencegahan dan
penyembuhan.7
Al-Qur’an juga mengingatkan kita agar senantiasa menjaga kesehatan
dan menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit.8
Adapun mengenai pengobatan, Ibnu Qayyim, dalam bukunya yang berjudul
4
Nina Amina, Pendidikan kesehatan dalam al-Qur’an (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), 105.
5
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di, Bacalah al-Qur’an Seolah-Olah Ia Diturunkan
Kepadamu (Jakarta: PT Mizan Publika, 2008) 248.
6
Syekh Riyadh Muhammad Sa Mahah, Dālilul Mu’aliĵin bil Qur’ānil KarĪm,
ter. Irwan Raihan (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007) 20.
7
Muhammad Ibrahim Salim, Berobat dengan Ayat-Ayat Qur’an (Bandung:
Trigenda Karya, 1995) 15.
8
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, Bacalah al-Qur’an Seolah-Olah Ia Diturunkan
Kepadamu ( Jakarta: PT Mizan Publika, 2008), 248.
3
9
Sayyid Quthb, Keindahan al-Qur’an yang Menakjubkan, 16.
Jalaluddīn al-Suyutī, al-Qur’an al-Syafī, terj. Achmad Sunarto (Semarang: CV.
10
11
Umi Ibroh, “Fungsi Teks Mujarobat dalam Masyarakat Desa Pesarean”,
(Skripsi SI, Universitas Diponegoro, 2017)
12
Khainuddin, “as-Shifa Perspektif Tafsir al-Ibris Karya Bisri Mustofa”, (Jurnal,
Institut Agama Islam Negeri Kediri, 2019).
8
13
Fatkhul Khakim, “Makna Tradisi Rebo Wekasan di Kecamatan Suradadi
Kabupaten Tegal”, (Skripsi S1, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2014).
14
Siti Nurwahidah Barkah, “Penerapan Model Terapi Islami Bagi Penyembuhan
Pasien Gangguan Jiwa (Studi di Yayasan Pondok Pesantren Darul Muqimin Kecamatan
9
Banjar Kabupaten Pandeglang)”. (Skripsi S1, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, 2018).
15
Aang Istihori, “al-Qur’an dan Pengobatan (Praktik Amaliah Pembacaan Surah
al-Hasyr di Pondok Pesantren al-Kholidin Kebayoran Baru Jakarta Selatan)” (Skripsi S1,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019)
10
system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Pada
kesimpulannya skripsi ini menyimpulkan bahwa do’a adalah bagian yang
tepat untuk kesehatan mental pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Dr. Hi. Abdul Moeloek Bandar Lampung tersebut.16
Baytul Muktadin, Lc. Baytul Muktadin, Lc. Mahasiswa Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga pada tahun 2015 yang berjudul “Penggunaan Ayat-Ayat al-
Qur’an untuk Pengobatan Penyakit Jiwa (Studi Living Qur’an di Desa
Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa Tengah)”. Tesis ini membahas tentang
bagaimana praktik serta makna praktik pengobatan penyakit jiwa dengan
al-Qur’an di daerah Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa Tengah. Metode
dalam penelitian living Qur’an ini yaitu penelitian lapangan dengan metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan
ethonometodologi. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam
pengobatan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan K.H
Himamuddin ada langkah-langkah yang harus dilewati pasien jika akan
diobati penyakitnya. Di mulai dari pra pengobatan, sampai pada proses
pengobatan itu sendiri, adapun ayat yang digunakan yaitu dengan bacaan
salah satu ayat dalam surat Yasin.17
Yayuk Mahzumah mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang pada
tahun 2008 yang berjudul “Peranan Siaran Pengajian Agama melalui Radio
Persada FM dalam Menciptakan Learning Community pada Masyarakat
Desa Dalegan-Panceng-Gresik”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana
siaran pengajian agama berperan di Radio Persada FM yang dapat
menghasilkan learning community untuk masyarakatnya. Untuk
16
Yanita Vanela, “Doa sebagai metode Psikoterapi Islam untuk Kesehatan
Mental Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Hi. Abdul Moeloek Bandar
Lampung” (Skripsi S1, Institut Agama Islam Negeri Raden Inta Lampung, 2016).
17
Baytul Muktadin, Lc. “Penggunaan Ayat-Ayat al-Qur’an untuk Pengobatan
Penyakit Jiwa (Studi Living Qur’an di Desa Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa Tengah)”
(Tesis S2, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2015).
11
18
Yayuk Mahzumah, “Peranan Siaran Pengajian Agama melalui Radio Persada
FM dalam Menciptakan Learning Community pada Masyarakat Desa Dalegan-Panceng-
Gresik”, (Skripsi S1, Universitas Islam Negeri Malang, 2008).
12
19
Firda Ayu Wahyuni, “Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan
Motivasi Kesembuhan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makasar”
(Skripsi S1, Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, 2014)
20
Mohammad Zamzami ‘Urif, “Fadail al-Suwar dalam Kitab Zubdatu al-Bayan
di Bayani Fadail al-Suwar al-Qur’an Karya KH.Shodiq Hamzah Semarang” (Skripsi S1,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015).
13
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah studi kepustakaan library research yakni penelitian
kepustakaan yang merupakan telaah atau kajian pustaka yang merupakan
data verbal. Peneliti melakukan penelitian ini dengan cara menuliskan,
mengedit, mengklarifikasi dan mengkaji. Karena library research maka
dalam pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi. Penelitian ini
juga bersifat kualitatif. Sumber referensi yang berasal dari bahan-bahan
tertulis digunakan untuk melengkapi data-data dalam menyelesaikan skripsi
ini. Juga bersifat Deskriptif Analisis. Dengan demikian data diperoleh dari
hasil telaah literatur kemudian di deskripsikan dan dianalisa.
2. Sumber Data
Adapun data yang digunakan ada dua, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer disini merupakan objek kajian utama yang akan
diteliti yakni penulis menggunakan “Kitab Mujarobat” karya Syeikh
Ahmad Dairobi al-Kabir yang akan di komparasikan dengan mufassir Ibnu
Katsīr dan Ibnu Jarīr ath-Thabarī. Sedangkan data sekunder ialah data yang
dikumpulkan sebagai penunjang atau pendukung dari sumber pertama.
Data-data yang dimaksud berbentuk dokumen-dokumen seperti literatur,
buku, jurnal, artikel, dan situs di internet yang berkenaan dengan penelitian.
F. Teknik Penulisan
Teknik penulisan pada penelitian ini mengacu pada Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah tahun 2017 yang diterbitkan oleh Rektor Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada metode penulisan transliterasi, penulis
menggunakan pedoman Translitasi Arab dan Latin yang merupakan
keputusan bersama (SKB) Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan R.I Nomor158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
14
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan di bahas dengan disusun ke dalam bab demi bab,
yaitu:
Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang akan mengulas latar
belakang masalah yang menjadi dasar pada penelitian ini. Didalamnya juga
membahas tentang identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua berisi tentang penjelasan tinjauan umum mengenai al-
Qur’an yang nantinya akan membahas mengenai definisi serta fungsi al-
Qur’an secara umum. Serta pada bab ini akan dibahas mengenai bentuk-
bentuk pengobatan di dalam al-Qur’an.
Bab Ketiga berisi tentang gambaran umum mengenai penulis dari
kitab mujarobat yaitu Syekh Ahmad Dairobi al-Kabir dari segi biografi,
sejarah hidup, karya-karyanya, juga penjelasan dari bagaimana gambaran
mengenai kitabnya.
Bab Keempat berisi tentang penjelasan khasiat dan penggunaan dari
ayat al-Qur’an pada kitab Mujarobat, lalu pandangan mufassir mengenai
ayat tersebut yang nantinya akan dianalisis secara komparasi oleh penulis.
Bab Kelima berisi mengenai penutup dari akhir penelitian yang telah
diteliti oleh penulis dalam sebuah laporan hasil penelitian, dalam bab ini
berisikan tentang kesimpulan yang menjawab atas rumusan masalah yang
telah tertulis pada bab pertama, dan yang terakhir adalah saran-saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG AL-QUR’AN
A. Al-Qur’an
1. Pengertian al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan mukjizat islam yang kekal, bila kita melihat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dimasa kini, maka akan tampak
jelas kebenaran dari al-Qur’an tersebut. Allah swt., menurunkan al-Qur’an
kepada nabi Muhammad saw, untuk menyelamatkan manusia sehingga
dapat hidup dengan cahaya Ilahi, juga membantu manusia kepada jalan
yang benar. Nabi Muhammad saw menyampaikan al-Qur’an kepada para
sahabatnya yang asli penduduk Arab, dan sudah sangat memahami
tabiatnya. Namun jika terdapat ketidakpahaman pada ayat-ayat yang
mereka terima, maka mereka akan langsung menanyakan kepada nabi
Muhammad saw.21
21
Al-Qaththan, Syaikh Manna’, Pengantar studi ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur
Rafiq El-Mazni (Jakarta, pustaka al-kausar,2005).3.
15
16
ُإِ َّن َعلَيْ نَا ََجْ َعهُۥ َوقُ ْرءَانَهُۥ فَإِذَا قَ َرأْنََٰهُ فَٱتَّبِ ْع قُ ْرءَانَه
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu)
dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”. (Q.S. al-Qiyamah [75]: 17-
18).
Adapun al-Qur’an secara istilah menurut ulama Ushul Fiqh
mengenjelaskan bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah swt., yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw., secara bertahap, yaitu melalui perantara
malaikat Jibril dan bagi orang yang membaca al-Qur’an akan mendapatkan
pahala, dan untuk membacanya yaitu dengan diawali surah al-Fatihah dan
ketika sudah selesai dibaca surah an-Nas.23
Dan banyak pendapat lainnya tentang pengertian al-Qur’an. Namun
nama yang paling popular adalah al-Qur’an yang merupakan bentuk kata
masdar dari qa-ra-a, sehingga kata al-Qur’an dapat dimengerti oleh setiap
orang sebagai nama Kitab Suci yang mulia. Subhi al-Shalih mengemukakan
berbagai pendapat dari para pakar al-Qur’an sebagai berikut: Pertama,
Imam al-Syâfi’î menjelaskan bahwa lafadz al-Qur’an yang telah kita
ketahui bersama bukanlah musytaq akan tetapi bukan juga ber-hamzah.
Lafadz itu sudah sering dipergunakan untuk definisi kalâm Allah swt., yang
telah diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Jadi lafadz al-Qur’an
bukanlah dari akar qa-ra-a asalnya. Karena jika memang seperti itu, maka
semua yang dibaca akan dinamai al-Qur’an. Penamaan itu akhirnya khusus
untuk al-Qur’an, sama seperti halnya Taurat dan Injil. Kedua, al-Farra yang
mengungkapkan bahwa lafadz al-Qur’an yaitu pecahan dari kata musytaq
22
Amirulloh Syarbini & Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca al-Qur’an,
(Bandung, Ruang Kata, 2012), 2.
23
Amirulloh Syarbini & Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca al-Qur’an, 3.
17
dari kata qarâ’in, bentuk plural dari qarînah yang memiliki arti “kaitan”,
hal ini jelas terlihat dari ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan antar satu
dengan yang lainnya. Maka dapat disimpulkan, bahwa huruf “nun” pada
akhir lafadz al-Qur’an adalah huruf asli, bukan tambahan huruf. Ketiga, al-
Asy’ârî dan para pengikutnya mengungkapkan lafadz al-Qur’an adalah
musytaq dari akar kata qarn. Ia menjelaskan pada contoh kalimat qarn al-
sya’i yang memiliki arti “menggabungkan sesuatu dengan sesuatu”. Jadi,
kata qarn memiliki makna “gabungan atau kaitan”, karena ayat-ayat dan
surah-surah itu saling bergabung.24
Adapun pendapat yang ketiga, lafadz al-Qur’an tanpa hamzah di
tengahnya, jauh dari kaidah isytiqâq Bahasa Arab. Namun sekelompok
ulama lain mengemukakan bahwa dalam penulisan al-Qur’an harus
diletakan hamzah di tengahnya. Di antara mereka ialah al-Lihyani dan al-
Zajjâj. Al- Zajjâj mengatakan bahwa lafadz al-Qur’an ditulis dengan huruf
hamzah di tengahnya berdasarkan pola kata atas wazn fu’lan. Lafadz
tersebut pecahan dari kata qar’un yang berarti jam’un. Ia memberikan
sebuah contoh quri’a al-ma’ufî al-haudi, yang berarti “air berkumpul di
kolam”. Jadi dalam kalimat tersebut mengumpulkan jam’un atau kumpul.
Karna, al-Qur’an memiliki makna mengumpulkan atau menghimpun
intisari dari kitab-kitab dari dahulu.
Sementara, al-Lihyani mengemukakan jika lafadz al-Qur’an ditulis
dengan huruf hamzah berada di tengahnya, maka dilihat dari pola kata
ghufrân yang merupakan pecahan kata dari kata qa-ra-a yang berarti talâ
atau “membaca”. Kita dapat menggunakan lafadz al-Qur’an untuk menamai
sesuatu objek yang dibaca, yaitu pada objek berbentuk mashdar.
Pendekatan ini lebih tepat, karena di dalam Bahasa Arab lafadz al-Qur’an
24
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an (Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur’an), (Jakarta:
Kencana, 2017), 27.
18
adalah bentuk mashdar yang maknanya sinonim dengan kata qirâ’ah yaitu
“bacaan”.25
2. Fungsi dan Manfaat al-Qur’an
Al-Qur’an jika dilihat bukanlah buku tentang kesehatan semata, akan
tetapi al-Qur’an adalah kitab petunjuk untuk manusia agar bisa selamat
selama di dunia maupun di akhirat. Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa
ayat yang menyebutkan bahwa al-Qur’an adalah penawar (syifa’) dan
rahmat bagi prang-orang yang senantiasa beriman. Dan al-Quran dapat
dikatakan sebagai media penyembuhan, di antaranya:
1. Al-Qur’an Berfungsi Untuk Petunjuk
Malik Abdul Karim Amrullah mengungkapkan bahwa al-Qur’an
dikatakan sebagai penunjuk jalan, pelopor, pemandu, untuk menjalani
kehidupan manusia selama di dunia agar tidak tersesat dalam amal,
kepercayaan, menuntun akal dan ibadah, kemasyarakatan dan agama.
Hal inilah yang akhirnya menjadikan al-Qur’an juga dikatakan obat
untuk penyakit yang pada diri manusia baik itu penyakit ruhani ataupun
jasmani. Malik Abdul Karim Amrullah juga mengungkapkan mengenai
berbagai penyakit yaitu kebimbangan atau keraguan batin juga tentang
keputusasaan.
2. Al-Qur’an Berfungsi Untuk Rahmat
Rahmat di dalam Bahasa Arab di yaitu rahmah. Hal ini mengandung
makna yang mengarah kepada “riqqah taqtadli al-ihsan ila al-
marhum”, yaitu perasaan halus atau kasih yang memberikan kebaikan
teruntuk yang dikasihi. Pada penggunaannya kata “rahmah” itu bisa
diartikan sebagai rasa kasih atau memberikan kebaikan saja.26
25
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an (Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur’an), 28.
26
Ar-Raghib al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat Alfadh al-Qur’an (Beirut: Dar al-
Fikr, t.th), 196.
19
ت ا
َ اع َّوذَ َونَ َف
َ ََرقَى َّاراق ْي ٌرقْ يَةً َوَرقْ يًا !ذ
27
Perdana Akhmad, Ruqyah Syar’iyyah vs Ruqyah Gadungan (Syirkiyyah),
(Quranic Media Pustaka), 1.
20
ب اآل فَاة َوا ْْلٌ َّمى غَ ْاي اِبلض اَّم العوذَةٌالَّاِت ي ر قَى ابا ا,ٌاارقْ ية ا
ُ صاح
َ َ ٌْ ْ ْ ٌ َ ٌّ َِه
Ar Ruqyatu dengan Ra’ di dhammah memiliki arti memohon
perlindungan apabila ia diruqyahkan bagi orang yang mendapat
bencana atau bala’, demam, dan yang lainnya.
- Ruqyah Secara Istilah
o Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pada Majmu’ul Fatwa 10/195 :
“Ruqyah artinya memohon perlindungan. Al Istirqa’ adalah
memohon dirinya agar diruqyah. Ruqyah termasuk bagian dari
doa.”
o Sa’ad Muhammad Shadiq dalam Shira’Bainal Haq wal Bathil pada
halaman 147 menyebutkan: “Ruqyah pada hakekatnya adalah doa
dan tawassul untuk memohon kepada Allah sekembuhan bagi
orang sakit dan hilangnya gangguan dari badannya.”
o Ruqyah menurut para Ulama ialah sesuatu bacaan dan orang yang
meruqyah membaca disertai menuipkan untuk mendapatkan
kesembuhan.28
2. Bekam
Bekam secara Bahasa berarti menghisap. Menurut istilah, bekam artinya
sebagai peristiwa penghisapan yang dimulai dari penyayatan kulit dan
dilanjutkan dengan proses pengeluaran darah dari permukaan kulit yang
disayat, dan darah yang keluar kemudian di tampung ke dalam wadah
bekam, baik berupa gelas maupun plastik.
28
Perdana Akhmad, Ruqyah Syar’iyyah vs Ruqyah Gadungan (Syirkiyyah), 2.
21
29
Flori Ratna Sari, BEKAM (Sebagai Kedokteran Profetik, dalam Tinjauan
Hadis, Sejarah dan Kedokteran Berbasis Bukti) (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018),
9.
30
Umi Ibroh, “Fungsi Teks Mujarobat dalam Masyarakat Desa Pesarean”,
(Skripsi SI, Universitas Diponegoro, 2017).
BAB III
TINJAUAN KITAB MUJAROBAT: KARYA SYEKH AHMAD
DAIROBI AL-KABIR
A. Biografi Syekh Ahmad Dairobi al-Kabir
1. Sejarah Hidup Syekh Ahmad Dairobi al-Kabir
Syekh Ahmad Dairabi al-Kabir lahir pada tahun 1651, beliau hidup di
Mesir, belakang di al-Azhar dan menjadi murid dari Syekh Muhammad an-
Nasyrati yang pada saat itu sedang mendapat jabatan sebagai Grand Syekh
al-Azhar yang ketiga tahun 1651 M. dan beliau wafat pada tahun 1758.
Nama lengkap beliau adalah Ahmad Ibnu Umar Ad-Dairibi Asy-Syafi’I.
Syekh Ahmad Dairabi al-Kabir (Ulama Fikih Terkemuka Asal Mesir) yang
namanya sudah terkenal di lingkungan umat islam karena karya
masterpiecenya. Beliau salah seorang pengarang buku yang percaya bahwa
al-Quran bukan hanya sekedar firman Allah swt., yang suci, melainkan juga
bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, bahkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan manusia.31
2. Karya Syekh Ahmad Dairobi al-Kabir
Berikut adalah karya-karya yang ditulis oleh Syekh Ahmad Dairobi al-
Kabir, yaitu:
- Ghayatul maqshud liman yata’atha al’Uqud
- Fathul mulk al-jawwad
- Fathul mulk al-majid al-muallaf li naf’il ‘abid wa qam’i kulli jabbarin
‘anid
31
Syekh Ahamad Dairobi al-Kabir, Kitab Mujarobat, (Jakarta Selatan: Turos
Pustaka, 2018), vi.
22
23
ٱلرِحي ِم
َّ حم ِن َّ ِٱَّلل
َٰ ْ ٱلر َّ بِ ْس ِم
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.”
32
Syekh Ahamad Dairobi al-Kabir, Kitab Mujarobat, 1.
26
27
- Ayat basmalah ditulis sebanyak enam ratus kali, orang yang menulis
ayat tersebut harus membawanya kemanapun ia pergi, maka khasiat
yang akan di dapatkan yaitu ia akan tampak berwibawa tatkala orang
lain melihatnya.
- Ayat basmalah ditulis sebanyak enam ratus dua puluh lima kali, orang
yang menulis ayat tersebut harus membawanya kemanapun ia pergi,
maka khasiat yang akan di dapatkan yaitu kewibawaan yang agung
dan tidak ada seorangpun yang memiliki kuasa untuk melakukan
kejahatan kepadanya.
- Ayat basmalah ditulis sebanyak seratus tiga belas kali, namun ayat ini
ditulis pada awal hari bulan Muharam di kertas, maka khasiat yang
akan di dapatkan yaitu ia tidak akan menjumpai sesuatu yang ia benci
selama sisa hidupnya.
- Ayat basmalah ditulis sebanyak enam puluh satu kali kemudian
diletakkan pada anak yang rawan mati, maka anaknya akan sehat dan
hidup.
- Ayat basmalah ditulis sebanyak seratus satu kali kemudian
dimasukkan kedalam tanah sawah atau ladang yang sudah di gali
kedalam, kemudian di tutup kembali dengan tanah, maka sawah atau
ladang tersebut akan menjadi subur juga akan terlindungi dari semua
penyakit.
- Ayat basmlah ditulis sebanyak dua puluh satu kali di dalam kertas
kemudian di kalungkan kepada orang yang sakit kepala, maka ia akan
mendapatkan manfaat dari hal tersebut.
2. Bacaan Basmalah
Khasiat basmalah dengan dibaca ayatnya, diantaranya:
- Ayat basmalah dibaca sebanyak dua belas ribu kali, namun tepat di
seribu kali basmalah di bacakan harus di selingi dengan shalat dua
28
kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat.”
34
Syekh Ahamad Dairobi al-Kabir, Kitab Mujarobat, 15.
30
35
Syekh Ahamad Dairobi al-Kabir, Kitab Mujarobat, 22.
31
35
Syekh Ahamad Dairobi al-Kabir, Kitab Mujarobat, 25.
33
1. Ayat Basmalah
- Penafsiran Ibnu Katsīr
Ada beberapa pendapat ulama meriwayatkan menganai ayat basmalah,
diantaranya ayat basmalah merupakan salah satu ayat yang berdiri sendiri
di setiap awal surah, sebagai pemisah antar surah, bahkan ada yang
berpendapat bahwa bukan termasuk dari ayat al-Qur’an.36
Ayat basmalah dalam keutamaannya yaitu bagaimana basmalah
disunnahkan untuk di baca ketika mengawali suatu aktifitas, seperti: masuk
ke kamar mandi, berwudhu, makan, juga melakukan hubungan badan.37
Umar bin Abi Salamah meriwayatkan hadits dalam shahih Muslim
bahwa nabi Muhammad saw., bersabda:
ا ا ( قٌل اِبس ام ها
)ك َ َو ُك ْل بايَ امْينا،اَّلل
َ َو ُك ْل ِمها يَلْي،ك ْ ْ
“Ucapkan ‘اَّللا
ه ’با ْس ام, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah
Kata ا هَّللialah nama untuk Allah swt., Hal ini dikatakan dengan al-Ismul
a’zham (nama yang paling agung), yaitu nama yang mencakup seluruh
macam sifat.
الهر ْْحَ ان الهراحْي ام terdiri dari dua nama di dalam bentuk mubalaghah
(bermakna lebih) yang berasal dari datu kata ar-Rahmah, namun ar-Rahman
lebih menunjukkan makna yang lebih daripada kata ar-Rahim.38 Maka dari
36
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2004), 18.
37
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 20.
38
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 22.
34
itu, Dia memulai dengan nama Allah, hal ini karna ar-Rahman yang
menyifati-Nya, ar-Rahmah lebih khusus daripada ar-Rahim.39
yang tersembunyi dari maksud pengucapnya. Hal itu karena huruf baa’
39
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 23.
40
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari (Kairo: Pustaka Azam, 2007), 201.
41
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 207.
35
dengannya lebih utama dari pada bentuk benda aslinya jika menyangkut
42
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 210.
43
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 7.
44
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 12.
36
paling agung di dalam al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid ini’,
maka beliau pun menggandeng tanganku. Dan Ketika beliau kehendak
keluar dari masjid, aku katakana, ‘Ya Rasulullah, engkau tadi telah berkata
akan mengajarkan kepadaku surah yang paling agung di dalam al-Qur’an’,
kemudian beliau menjawab ‘Benar, ia adalah as-Sab’ul Matsani dan al-
Qur’an al-Azhim yang telah diturunkan kepadaku”. Ishak bin Rahawaih,
Abu Bakar Ibnu al-Arabi, Ibnu al-Haddar yang menganut madzhab Maliki
menjadikan hadits tersebut menjadi keutamaan dan kelebihan dari surah
lainnya.45
اdan لpada kata ا حْلَ حم ِدmemiliki maksud yaitu untuk melengkapi segala
macam jenis dan bentuk pujian secara keseluruhan, dan hal ini hanya untuk
Allah swt., semata. Ibnu Jarīr ath-Thabarī mengatakan, alhamdulillah ialah
pujian yang disampaikan Allah swt., untuk diri-Nya. Hal ini memiliki
makna perintah untuk hamba-hambanya agar senantiasa memuji-Nya. Para
ulama mutaa’khairin telah mengenal bahwa al-Hamdu adalah pujian
melalui ucapan kepada yang berhak untuk mendapatkan pujian tersebut,
tidak lupa pula disertai dengan menyebutkan sifat-sifat baik lainnya.
ِالرب
َّ ialah pemilik, penguasa, dan pengendali. Ar-Rabb merupakan
nama yang agung. ِي ِ ialah bentuk jama’ dari kata ِ عا َلyang memiliki arti
َ العلَم ح
َ َ
segala sesuatu yang ada selain Allah swt.
ِِالرِححيم
َّ الر حْحَ ِن
َّ hal ini di bahas pada paragraf di atas.
ِ َمَٰلِكberasal dari kata ِ الح ِم حلكyang memiliki arti kepemilikan, Allah swt.,
berfirman dalam Q.S. Maryam: 40,
45
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 9.
37
ِ ي وِم
الديْ ِن ْح memiliki arti hari pembalasan, hari pembalasan ialah hari
dimana perhitungan untuk semua makhluk, hal ini disebut dengan kiamat,
dimana mereka akan mendapatkan balasan dari amal perbuatannya. Jika apa
yang ia lakukan selama di dunia baik, maka balasannya akan baik, pun
dengan sebaliknya, kecuali orang-orang yang diampuni oleh Allah swt.
Ulama salaf meriwayatkan bahwa surah al-Fatihah adalah rahasia al-
ِ
Qur’an, dan rahasia tersebut ada pada dalam ayat ُ إِ اَّي حك نح ْعبُ ُد حوإِ اَّي حك نح ْستحع
ي
artinya “hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu pula kami
memohon pertolongan”. Jika di bedah kalimatnya, maka “Hanya kepada-
Mu kami beribadah” hal ini memiliki kandungan lepasnya dari
kemusyrikan, sedangkan “Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”
memiliki kandungan bagaimana sikap melepaskan diri dari upaya dan
kekuatan serta berserah diri kepada Allah swt.,46 Hal ini bermakna dengan
ibadah kepada-Nya merupakan tujuan, sedangkan permohonan merupakan
sarana untuk beribadah, karna ibadah ialah sesuatu yang sangat agung,
siapapun yang melakukan ibadah maka akan menjadi manusia yang mulia,
karna hati yang akan selalu terpatri kepada Allah swt., juga menjadikannya
hamba nabi Muhammad saw., yang paling mulia pula.47
Al-Fara menjelaskan bahwa ص dalam ٱلص َٰحر حط ٱلْ ُم ْستح ِق حيم
ِ ْٱه ِد حَّن “ini
46
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 29.
47
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 31.
38
48
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 32.
49
Badal: Isim (kata benda) yang mengikuti isim sebelumnya dalam hukum
bacaannya.
50
Athaf bayan: Isim yang mengikuti kepada isim sebelumnya, berupa isim
jamid (isim yang bukan berasal dari kata kerja – َح َج ََرbatu) yang berfungsi seperti na’at
(sifat/keterangan) dalam menjelaskan makna yang dimaksudkan. Isim tersebut
kedudukannya dari isim yang diikuti seperti kedudukan kalimat yang menjelaskan
kalimat atau kata asing sebelumnya.
51
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 34.
52
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 35.
39
dan bukan sesembahan yang lain, karena atas karunianya yang dilimpahkan
kepada makhluk-Nya yang tidak dapat dihitung. Karunianya terdiri dari
kesehatan jiwa dan raga sehingga makhluk-Nya dapat menjalankan segala
perintahnya, rezeki dengan macam bentuk selama di dunia, juga
kenikmatan di akhirat yang kekal bagi makhluk yang menaati perintah
Allah swt.53
ّ “ رTelah kami jelaskan penakwilan kata ّ َالِلdalam firman-Nya ّٱلِل
ب َ بّ حس ّم
َ
, dan tidak perlu kami mengulanginya.54
ي ّ
َ “ ٱلح ََٰعلَمSekalian alam” ialah bentuk jama’ dari kata عامل, dan kata العامل
adalah bentuk jama’ yang tidak memiliki kata tunggal. العاملjuga nama bagi
ّ ك ي وّم
ٱلدي ّن ّّ
َمَٰل َ ح “Yang Menguasai hari Pembalasan”. Ayat ini
mengandung makna bahwa Allah swt., lah yang memiliki segala kerjaan
pada hari kiamat dan tidak ada satu makhluk pun yang dapat menguasainya
selain Allah swt., hari dimana tidak ada lagi makhluk yang dapat
menyombongkan dan membanggakan dirinya layaknya di dunia, karna
53
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 218.
54
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 223.
55
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 225.
40
إّ ََّي َك نَ حعبُ ُد “Hanya kepada-Mu kami menyembah”, ayat ini memiliki
penejelasan yaitu “Ya Allah, kepada-Mu kamu kami tunduk, patuh dan
merendahkan diri, dengan mengakui bahwa hanya Engkau-lah Tuhan yang
tiada Tuhan selain Engkau”.57
ّ
ُ “ َوإّ ََّي َك نَ حستَعdan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”, ayat
ي
ini kandungannya yaitu hanya kepada Allah swt., setiap makhluk
memohon pertolongan dalam segala urusan.58
“ حٱه ّد َنTunjukilah kami”. Ibnu Abbas meriwayatkan dalam ayat ini yaitu
“berilah kami taufiq untuk tetap berpegang teguh pada-Nya”59
ahli tafsir bersepakat bahwa ayat ini memiliki kandungan jalan lurus yang
tidak berliku.60
ت َعلَحي ّه حم َّ ّ
َ ين أَنح َع حم
َ (“ ص ََٰر َط ٱلذyaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka”. Penjelasan pada ayat ini ialah
tentang bagaimana maksud dari jalan yang lurus itu, yakni jalan yang lurus
merupakan jalan yang benar, maka nabi Muhammad saw., bersabda
“Tunjukilah kami jalan yang lurus wahai Tuhan kami, yaitu jalan orang-
orang yang Kau anugerahkan nikmat kepada mereka dengan menaati-Mu
56
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 230.
57
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 237.
58
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 238.
59
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 243.
60
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 247.
41
dari para malaikat, para nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang
mati syahid dan orang-orang yang shalih.61
ْي ِ َّ “ وََلdan (bukan pula) jalan mereka yang sesat”, jika melihat dari
َ ْٱلضآل َ
artinya disini akan tampak timbul pertanyaan, “Lalu siapakah orang-orang
yang tersesat tersebut ?”. Hal ini di jelaskan dalam Q.S. Al-Maa’idah [5]:
77
۟ ٍْد ْينِ ُكمْغَْيْٱْل ِقْوََلْتَتَّبِعو۟اْأَهوآءْقَو
ِ ب ََْلْتَغلُو۟ا ِِْف
ْْضلُّوا ِْمن
َ ْ دَقْ م َ َ ُٓ َ َ َ
ِ ََْيَهلْٱلكِ ٓت
ٓ
َ َ قُل
۟ ُّ ِقَبلْوأَضلُّو۟اْ َكث
َّ نْس َوآِء
ْْٱلسبِ ِيل َ َ ْع او ل ض
َ اْو
ًَْي َ َُ
"Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas)
dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan
Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan
mereka tersesat dari jalan yang lurus".
3. Ayat Kursi
- Penafsiran Ibnu Katsīr
Pada hadits shahih nabi Muhammad saw., menjelaskan bahwa ayat
Kursi merupakan ayat yang laing utama pada al-Qur’a (kitab Allah swt.,)
dan hal ini lah yang menjadikan ayat kursi menjadi suatu hal yang sangat
agung.63 Imam Muslim meriwayatkan bahwa “Demi Dzat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, sesungguhnya ayat kursi itu mempunyai satu lidah
61
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari, 253.
62
Ibnu Jarīr ath-Thabarī, Tafsir Ath-Thabari,256.
63
Ibnu Katsīr, Tafsir Ibnu Katsir, 508.
42
dua bibir yang senantiasa menyuncikan al-Malik (Allah swt.,) di sisi tiang
‘Arsy”.64
ٓ
ُ ُّْه َو ْٱْلَ ُّى ْٱل َقي
ْوم ُ ٱَّللُ ََْلٓ ْإِلَهَ ْإََِّل
َّ “Allah swt., tidak ada Ilah yang berhak
dan di bumi”. Hal ini memiliki arti bahwa semua makhluk merupakan
hamba-Nya, semua berada dalam naungan-Nya, juga berada dalam
kekuasaannya.
64
Ibnu Katsir, “Tafsir Ibnu Katsir”, 509.
65
Ibnu Katsir, “Tafsir Ibnu Katsir”, 512.
66
Ibnu Katsir, “Tafsir Ibnu Katsir”, 513.
43
hadapan mereka di belakang mereka”. Hal ini menjadi bukti bahwa ilmu-
Nya meliputi segala yang ada, baik di masa lalu, masa kini, dan masa yang
akan datang.
ِ ِ ِِ ِ ِ ٍ ِ ِ
َ“ َوََل ُُييطُو َن ب َش ْىء م ْن علْمهٓۦ إاَل ِبَا َشآءDan mereka tidak mengetahui apa-
apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya” Hal ini memuat
kandungan bahwa tidak ada makhluk satupun yang dapat mengetahui walau
sedikit dari ilmu Allah kecuali yang telah diajarkan dan diberitahukan oleh
Allah swt., juga dalam hal ini setiap makhluk tidak dapat melihat
sesuatupun tanpa Allah perlihatkan kepada makhluk tersebut.
ض ِ ِ ِ
َ “ َوس َع ُك ْرسيُّهُ ٱل اس ََٰم ََٰوت َو ْٱْل َْرKursi Allah meliputi langit dan bumi”. Ibnu
Abi Hatim menjelaskan bahwa hal ini yang dimaksud adalah “Yaitu ilmu-
Nya”.
keduanya” hal ini memiliki kandungan bahwa Allah swt tidam merasa
kewalahan bahkan keberatan dalam memelihara apa yang telah diciptakan-
Nya seperti langit, bumi, maupun keduanya.
يم ِ ِ
ُ “ َوُه َو ٱلْ َعل ُّى ٱلْ َعظDan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar”, untuk
memahami ayat tersebut, para ulama Salafush Shaleh memahami dengan
makna yang sama yang digunakan pada ayat tersebut, tanpa
menyerupakan dengan makhluk.67
67
Ibnu Katsir, “Tafsir Ibnu Katsir”, 514.
44
terkandung dalam kitab Mujarobat ini yakni dengan tafsiran pada lafadz ُاَّلل
ا
yang memiliki makna agung jika dibaca. Namun jelas hal ini tidak dapat
dibenarkan bahkan bisa dikatakan tidak sejalan dengan amalan dan doa-
doa agar mendapatkan hajat seseorang.
- Surah al-Fatihah
Manfaat dari surah al-Fatihah begitu banyak pada kitab mujarobat
diantaranya untuk meminta penyembuhan dan hajat kepada Allah swt, dan
apa yang ditafsirkan oleh Ibnu Katsîr yakni beliau juga menjelaskan bahwa
kandungan pada surah al-fatihah memiliki sifat penyembuh sedangkan Ibnu
45
lafadz العظيم yang memiliki makna bahwa Allah memiliki kebesaran atas
Allah swt., bersyukur atas karunia berbagai bentuk seperti kesehatan jiwa
dan raga sehingga dapat menjalankan segala perintahnya, juga kenikmatan
lainnya baik di dunia dan di akhirat. Maka dapat disimpulkan jika kita
meminta kepada Allah swt atas suatu penyembuhan diri, maka atas
kehendak Allah swt manusia itu akan sembuh, karna kandungan al-Fatihah
yang telah dijelaskan oleh mufassir juga sejalan dengan Syekh Ahmad
Dairobi al-Kabir. Namun jika membahas dengan hajat lainnya yang telah
dipaparkan pada kitab Mujarobat, hal ini tidak dapat dibenarkan karna tidak
ada penjelasan dari mufassir.
Dan untuk ayat Kursi, pada tafsirannya Ibnu Katsīr meriwayatkan bahwa
nabi Muhammad saw., mengatakan bahwa ayat Kursi merupakan ayat yang
paling utama di dalam al-Qur’an bahkan menjadi sangat agung. Ibnu Jarīr
Agung”. Jadi sudah terlihat bahwa apa yang terkandung di dalam ayat Kursi
ini memiliki keistimewaan yang lebih dari ayat yang lainnya, dan terdapat
penjelasan bagaimana kita bisa melindungi diri dari syetan. Hal ini bisa
sejalan dengan apa yang dipaparkan pada kitab mujarobat mengenai
48
perlindungan diri, namun untuk hajat lainnya pada kitab mujarobat, tidak
dapat dibenarkan dapat berhasil karna tidak ada keterangan pada penafsir.
Sehingga, jika disimpulkan secara menyeluruh ada beberapa yang
sejalan dengan isi dari kitab mujarobat tersebut dengan apa yang ditafsirkan
oleh mufassir Ibnu Katsîr dan Ibnu Jarîr ath-Thabari, namun dalam
pelaksanaan tata cara yang di jelaskan oleh Syekh Ahmad Dairobi al-Kabir
tidak dapat dibenarkan atau sejalan dengan apa yang ditafsirkan oleh para
mufassir.
B. Saran
Dalam penggunaan doa untuk meminta hajat kepada Allah swt,
sebenarnya kita sudah dibekali oleh nabi Muhammad saw dari hadits-
haditsnya yang tentu sudah benar kejelasannya, dan kita dapat
menggunakan doa tersebut sebagaimana mestinya. Namun di dalam
penelitian ini, penulis hanya menyampaikan sedikit analisa yang dapat
diambil, karna masih ada kekurangan data tentang penafsiran dari penulis
karya Kitab Mujarobat ini. Penulis juga sangat mengharapkan agar
diskursus dan penelitian ini selalu dieksplorasi dari berbagai sudut pandang
lainnya. Hal tersebut menjadikan kajian teks dalam al-Qur’an senantiasa
hidup dan terus berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel, Buku, dan Jurnal
Akhmad, Perdana, “Ruqyah Syar’iyyah vs Ruqyah Gadungan
(Syirkiyyah)”, (Quranic Media Pustaka).
Al-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 1996).
Al-Qaththan, Syaikh Manna’, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2012).
Amina, Nina, Pendidikan kesehatan dalam al-Qur’an (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013).
Al-Ashfahani, Ar-Raghib, “Mu’jam Mufradat Alfadh al-Qur’an, (Beirut:
Dar al-Fikr, t.th).
As-Sa’di, Syaikh Abdurrahman, Bacalah al-Qur’an Seolah-Olah Ia
Diturunkan Kepadamu (Jakarta: PT Mizan Publika, 2008).
Asy-Sya’rowi, Muhammad al-Mutawalli, Mukjizat al-Qur’an (Semarang:
CV Morodadi, 1995).
Al-Suyutī Jalaluddīn, al-Qur’an al-Syafī, terj. Achmad Sunarto (Semarang:
CV. Surya Angkasa 1995).
Drajat, Amroeni, “Ulumul Qur’an (Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur’an)”,
(Jakarta: Kencana, 2017).
Jarīr ath-Thabarī, Ibnu, Tafsir Ath-Thabari (Kairo: Pustaka Azam, 2007).
Katsīr, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir, (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2004).
Mahah, Syekh Riyadh Muhammad, Sa, Dālilul Mu’aliĵin bil Qur’ānil
KarĪm, ter. Irwan Raihan (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007).
Quthb, Sayyid, Keindahan al-Qur’an yang Menakjubkan.
Salim, Muhammad Ibrahim, Berobat dengan Ayat-Ayat Qur’an (Bandung:
Trigenda Karya, 1995).
49
50