PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
menjadikan puskesmas menjadi lebih baik dalam kebijakan, program maupun
konsepnya
Dalam menjalankan fungsinya Puskesmas memiliki berbagai program
pokok dan program khusus.Dengan adanya program tersebut, maka diharapkan
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas yang menitik
beratkan pada pelayanan masyarakat tentu memiliki sumber daya/ tenaga
kesehatan yang harus memadai dan sesuai standar yang ditetapkan, Dalam
manajemen Puskesmas juga perlu diketahui mengenai Perencanaan,
Penggerakan dan Pengawasan Puskesmas dan Sistem Pencatatan Pelaporan
Tingkat Puskesmas (SP2TP).
2
BAB II
PEMBAHASAN
Program wajib yang telah standar dilakukan sesuai pengamatan dan pengalaman
penulis, antara lain:
Surveilens Epidemiologi
Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS
(Infeksi Menular Seksual), Rabies
3. Program Pengobatan :
3
ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),
Persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun
6. Kesehatan Lingkungan :
4
2.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas
5
seorang yang berobat maka DLP mengecek dan melihat kesehatan
keluarganya.
b. dokter gigi
Dokter gigi merupakan seorang praktisi di bidang kesehatan yang
mengkhususkan diri dalam mendiagnosa sekaligus memberikan perawatan
terhadap masalah-masalah yang berkenaan dengan gigi, gusi, dan struktur di
sekitar wajah dan rahang. Dokter gigi juga bertanggung jawab di dalam
menyediakan layanan-layanan yang bersifat pemeliharaan, pencegahan, dan
pembersihan, berikut petunjuk mengenai pemeliharaan yang tepat terhadap
gigi dan gusi.
6
Dokter gigi oral dan maxillofacial (rahang dan wajah) – dokter gigi
yang mengambil spesialisasi di bidang ini terbagi ke dalam tiga tipe
berbeda: ahli patologi oral dan maxillofacial, radiologi, dan ahli bedah.
Ortodonti – Dikenal sebagai salah satu sub-spesialisasi yang paling
terkenal di ilmu kedokteran gigi, ortodonti merujuk kepada dokter-
dokter gigi yang mengkhususkan diri ke dalam perbaikan susunan dan
kesejajaran gigi pasien. Metode utama mereka adalah penggunaan
kawat gigi untuk secara bertahap memandu gigi supaya berada di
posisi-posisi yang tepat.
Periodonti – Ini merujuk kepada suatu studi dan pengobatan terhadap
kesehatan-kesehatan yang mempengaruhi gusi. Salah satu tindakan
yang paling umum dilakukan di sini adalah peletakan cangkok
(implan) gigi, yang ditanamkan melalui gusi ke dalam tulang rahang.
Dokter gigi anak – sebelumnya dikenal dengan istilah pedodonti, ilmu
kedokteran gigi anak melaksanakan semua kewajiban dan fungsi dari
dokter gigi kepada pasien belia.
Prosthodonsia – Ini merupakan sub-spesialisasi yang cakupannya
begitu luas, di mana banyak dari metode perawatannya yang spesifik
dikenal sebagai salah satu perawatan gigi yang paling dicari.
Prosthodonsia merujuk kepada pemasangan gigi tiruan dan pegangan
untuk gigi palsu.
c. Perawat
Menurut konsorsium Ilmu-ilmu Kesehatan (1992) praktik keperawatan
adalah tindakan mandiri perawat professional / ners melalui kerjasama yang
bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lain dalam
upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan
7
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk
praktik keperawatan individu dan berkelompok.
Sementara praktik keperawatan profesional adalah tindakan mandiri
perawat professional dengan menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap
dan kokoh mencakup ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan dan
menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan dalam melakukan
asuhan keperawatan (pokja keperwatan CHS,2002). Sedangkan pelayanan
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko- soiso- spiritual yang
komprehensif, di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencagkup seluruh proses kehidupan manusia.
8
praktiknya, dan persyaratan praktik keperawatan dan mekanisme pembinaan
dan pengawasan.
- Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan
evaluasi.
- Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan
tertulis dokter
- Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
- Menghormati hak pasien
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
- Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
- Memberikan informasi
- Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
- Melakukan catatan perawatan dengan baik
- Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang ,
perawat berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
- Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan
SIPP di ruang praktiknya
- Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan
memasang papan praktik (sedang dlam proses amandemen)
d. Bidan
9
secara berkala di review dalam pertemuan Internasional / Kongres ICM. Definisi
terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27,
pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut:
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui
di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik
bidan.
Sedangkan defenisi Bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia ( IBI ) adalah seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi
profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang
bertanggung-awab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
10
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan
medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan.
- Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin merupakan suatu
proses alamiah dan bukan penyakit.
11
- Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai,
didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi
tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan
janin/bayinya.
12
kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan
informasi yang cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatannya.
- Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap
wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan
yang berkualitas.
13
Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) bermanfaat dalam mengatasi permasalahan
kesehatan masyarakat berbasis lingkungan, termasuk melalukan berbagai kreasi
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
14
8. Melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan
kader pembangunan di bidang kesehatan dan pengembangan kegiatan
swadaya masyarakat di wilayah kerjanya;
9. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi
kesehatan;
10. Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT;
11. Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPTD;
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.Manfaat dari
tenaga kesehatan masyarakat:
Tenaga Kesmas merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting
peranannya dalam pembangunan kesehatan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan, melalui kesadaran yang leih
tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Pelayanan Promotif
Pelayanan Preventif
15
dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan Kesmas dibidang preventif dan
pengendalian, memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan
penyakit. Tenaga Kesmas juga dapat berperan dicbidang kuratif kalau yang
bersangkutan mau dan mampu belajar, serta meningkatkan kemampuannya di bidang
tersebut.
16
5. Penyelenggaraan upaya pengembangan dan opersional laboratorium
kesehatan lingkungan.
6. Penyusunan dan pembuatan laporan seksi kepada kepala bidang.7.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepala bidang pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungansesuai dengan lingkup tugas dan
fungsinya.Dalam rangka melakukan pemberian petunjuk dan
pembinaan dalam penyelenggaraan kegiatan
penyehatanlingkungan di permukiman, pada tahun 2012 ini Dinas
Kesehatan melakukan pembinaan dan monitorong ke wilayah-wilayah
kerja puskesmas yang ada di Kota Batam dalam melaksanakan
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat(STBM)
Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini dituangkan dalam suatu
Keputusan Menteri Kesehatan RINomor: 852/MENKES/SK/IX/2008.Komponen
dasar dari STBM itu adalah :
1. Perubahan Perilaku
17
Analis Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah
tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan
mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya
(KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200)
seorang dokter yang memutuskan pasien menderita suatu penyakit, itu di hasilkan
dari pemeriksaan laboratorium oleh seorang analis kesehatan. Jadi jika tidak ada
analis, dokter juga tidak bisa mendiagnosis apa-apa. Analis kesehatan di Indonesia
berbeda tugas dan kemampuannya. Tak hanya menunjang dalam analisis spesimen
klinis, namun juga analisis benda non-abiotik seperti air, makanan, dan minuman
h. tenaga gizi
18
upaya preventif (pencegahan). Mudahnya begini, jika kita tahu apa saja dan
bagaimana makanan yang aman, sehat, dan bergizi untuk dikonsumsi, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, niscaya kita akan terhindar dari
berbagi penyakit mengerikan yang sudah disebutkan di atas. Bayangkan jika tidak,
dan kemudian kita harus mengobati penyakit-penyakit itu, tentunya akan terasa
sangat menyakitkan dan pastinya akan mengabiskan biaya yang tidak sedikit untuk
mengobatinya. Kita semua tahu, bahwa mencegah itu lebih baik (dan lebih murah)
daripada mengobati. Jika kita bisa menerapkan kebiasaan itu, kita menjadi tidak
mudah sakit, dan tidak terlalu tergantung kepada jasa dokter dan perawat, serta tidak
perlu mengonsumsi obat-obatan yang umumnya selalu memiliki efek samping
terhadap kesehatan.
Melalui ahli gizilah salah satu caranya masyarakat dapat mengetahui berbagai
informasi-informasi dan isu-isu kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan gizi.
Jika dilakukan tatap muka, masyarakat pun dapat langsung berinteraksi dengan ahli
gizi dan berkonsultasi langsung dengan mudah mengenai permasalahan gizi yang
mereka hadapi. Ahli gizi yang memberikan penyuluhan dan konseling pun hendaknya
memiliki bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup yang harus terus ditambah dan
diperbaharui setiap waktu.
19
i. tenaga kefarmasian.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 pasal 2, apotek sebagai sarana
pelayanan kesehataan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
20
1. Menyediakan data, informasi mutasi obat, perbekalan kesehatan, dan kasus
penyakit dengan baik dan akurat.
2. Setiap akhir bulan menyampaikan laporan pemakaian obat dan perbekalan
kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
3. Bersama tim Perencana Obat Terpadu membahas rencana kebutuhan
puskesmas.
4. Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
5. Melaporkan dan mengirim kembali semua jenis obat rusak atau kadaluarsa
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
6. Melaporkan kejadian obat dan perbekalan kesehatan yang hilang kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
21
b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaan.
c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program kesehatan.
1. Perencanaan
22
Di samping itu dijumpai permasalahan bahwa belum semua Puskesmas
melaksanakan mikroplanning dan kurang dimanfaatkannya hasil mikroplanning oleh
Dinas Kesehatan II. Oleh karena itu dikembangkan Pedoman Perencanaan Tingkat
Puskesmas (PTP) yang akan memuat petunjuk dalam menyusun rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun. Diharapkan hasil penyusunan
rencana tingkat Puskesmas ini dapat seragam sehingga dapat mempermudah dalam
pengolahan selanjutnya di tingkat Kabupaten menjadi suatu rencana tahunan
kesehatan di daerah tingkat II.
a. Tahap persiapan
Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan pihak-pihak atau petugas
yang akan terlibat dalam proses perencanaan agar memperoleh kesamaan
pandangan dan pengetahuan dalam melaksanakan langkah-langkah
Perencanaan Tingkat Puskesmas. Tahap ini dilaksanakan melalui
pertemuan, pembahasan atau pelatihan sesuai keperluannya.
b. Tahap analisis situasi
Pada tahap ini diperoleh data dan informasi untuk mengetahui keadaan
dan masalah operasional Puskesmas yang perlu ditanggulangi. Yang
dimaksud dengan masalah operasional adalah tidak tercapainya target
pelayanan kesehatan seperti yang diharapkan dan penyebabnya. Data yang
perlu dikumpulkan adalah data situasi umum (data kependudukan, data
wilayah, data sekolah) dan data pencapaian target program.
23
c. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Tahap ini meliputi tiga langkah yaitu perumusan masalah dan
penyebabnya, langkah perumusan pendekatan pemecahan masalah dan
langkah penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK).
d. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) yang disebut pula dengan Plan
Of Action (POA) adalah penyusunan rencana yang mencakup
rincian kegiatan, volume kegiatan, lokasi pelaksanaan, tenaga pelaksana,
sumber biaya dan penjadwalannya.
2. Penggerakan pelaksanaan
24
sama lintas sektoral dalam membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan.
c. Rapat Kerja Bulanan Puskesmas
Sebagai tindak lanjut rapat penggalangan kerja sama dalam Tim setiap
akhir bulan diadakan antar tenaga Puskesmas untuk membandingkan rencana
kerja bulan yang lalu dengan hasil kegiatannya. Apabila dijumpai masalah
akan dibahas bersama untuk dipecahkan bersama dan kemudian menyusun
rencana kerja bulan berikutnya.
d. Rapat Kerja Tribulan Lintas Sektoral
Sebagai tindak lanjut pertemuan penggalangan kerja sama lintas
sektoral dilakukan pertemuan lintas sektoral setiap 3 bulan sekali untuk
mengkaji hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral selama 3 bulan yang lalu
dan memecahkan masalah yang dihadapi kemudian disusun rencana kerja
sama lintas sektoral bulan berikutnya.
Dalam manajemen diperlukan adanya data yang akurat, tepat waktu dan
kontiniu serta mutakhir secara periodik. Berdasarkan SK Mentri No.
63/Menkes/II/1981, berlaku Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP).
SP2TP adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk
pengelolaan Puskesmas meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok
yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh Puskesmas. Dengan melakukan SP2TP
yang baik maka akan didapat data dan dan informasi yang diperlukan untuk
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian penampilan Puskesmas seta situasi kesehatan masyarakat umumnya .
SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas termasuk Puskesmas Perawatan, Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas keliling.
25
Pencatatan dan pelaporan mencakup data umum dan demografi wilayah kerja
Puskesmas, data ketenagaan, data sarana yang dimiliki Puskesmas yang dilakukan
secara periodik (bulanan, tribulan, semester dan tahunan) dengan menggunakan
formulir yang baku.
2.4 SP2TP
26
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan instrumen vital
dalam sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan
kesehatan di puskesmas, kematian, dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna
untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan di tingkat kabupaten atau
kota maupun kecamatan (Santoso, 2008).
27
tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan
lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan
puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten
dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data
atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan (Santoso, 2008).
Pengertian SP2TP
SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan
upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua data
28
hasil kegiatan Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan tempat tidur, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas keliling, bidan di Desa dan Posyandu) dan data yang berkaitan,
serta dilaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai
kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya
kesehatan masyarakat (Ahmad, 2005).
29
Tujuan SP2TP
1) Data SP2TP dan data lainnya diolah disajikan dan diinterprestasikan sesuai
dengan petunjuk Pengolahan dan Pemanfaatan data SP2TP.
3) Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interprestasi data SP2TP dan
sumber lainnya dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun, dan tidak ada
perubahan) dan bersifat kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase dan
sebagainya.
30
Pelaporan SP2TP
Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan, laporan semester dan laporan
tahunan yang mencakup data kegiatan progam yang sifatnya lebih komprehensif
disertai penjelasan secara naratif. Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan
semua jenis data yang telah dibuat dalam laporan sebagai masukan atau input untuk
menyusun perencanaan puskesmas ( micro planning) dan lokakarya mini puskesmas
(LKMP). Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan
menggunakan statistic sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan
pendekatan epidemiologis deskriptif. Data tersebut akan disusun dalam bentuk table
dan grafik informasi kesehatan dan digunakan sebagai masukkan untuk perencanaan
pengembangan progam puskesmas. Data yang digunakan dapat bersumber dari
31
pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian data dari pimpinan puskesmas
yang merupakan hasil supervisi lapangan (Tiara, 2011).
Pengorganisasian Puskesmas
32
pegawai Puskesmas. Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal berikut
(Sulaeman, 2009):
4) Cara pimpinan Puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam unit
kerja dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.
1. Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor
terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.
33
2. Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai
sektor terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor
agama, sektor kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan
sekolah.
Ada 2 (dua) hal yang perlu pengorganisasian tingkat Puskesmas, yakni: (1)
Pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam RO (Rancangan Operasional)
Puskesmas, sehingga membentuk satu kesatuan program yang terpadu dan sinergi
untuk mencapai tujuan Puskesmas, dan (2) Pengorganisasian pegawai Puskesmas,
yaitu pengaturan tugas dan tanggung jawab setiap pegawai Puskesmas, sehingga
setiap kegiatan dan program mempunyai penanggung jawabnya. Dengan memahami
fungsi pengorganisasian Puskesmas akan lebih memudahkan mempelajari fungsi
penggerakan dan pelaksanaan (actuating/aktuasi) dan akan diketahui gambaran
pembimbingan dan pengarahan yang diperlukan oleh pegawai Puskesmas sesuai
dengan pembagian tugas dan tanggung jawab (Sulaeman, 2009).
34
Koordinator SP2TP bertugas:
2) Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP
dan mengirimkan laporan tersebut ke DInas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya.
3) Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP
dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Dati II paling lambat 31 Januari tahun
berikutnya.
6) Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala
Puskesmas dengan pelaksanaan kegiatan untuk menilai pelksanaan kegiatan SP2TP.
1) Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.
3) Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan Puskesmas
Pembantu serta Bidan di Desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat
laporan SP2TP.
35
4) Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-
masing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada coordinator SP2TP Puskesmas.
Dengan rincian satu rangkap untuk arsip coordinator SP2TP Puskesmas dan satu
rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan Dati
II.
5) Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya.
36
BAB III
3.2 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Basic Health Services in The Era of Regional Autonomy; Lembaga Penelitian
SMERU; SMERU – 2004.
https://ilmanapt.blogspot.co.id/2011/11/peranan-fungsi-dan-tugas-apoteker-di.html
https://puskelinfo.wordpress.com/pelayanan/program-puskesmas/
38