Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup


manusia. Masyarakat di Indonesia masih terbilang terbelakang dalam hal
menjaga kesehatan, mereka masih kurang menyadari akan pentingnya untuk
menjaga kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya, Untuk itu, sangatlah perlu
terselengaranya berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan perorangan
maupun upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas
penyelenggaraan. Yang hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari
puskesmas, sehingga untuk memperbaiki kesehatan masyarakat tersebut, perlu
ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik agar puskesmas benar-benar
berfungsi sesuai dengan tugasnya.
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah Organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran
serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat.
Meskipun puskesmas sudah membuat berbagai upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas
penyelenggaraan Puskesmas, namun hal ini perlu ditunjang oleh manajeman
Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif
dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas
membentuk fungsi-fungsi manajeman. Fungsi manajemen tersebutlah yang

1
menjadikan puskesmas menjadi lebih baik dalam kebijakan, program maupun
konsepnya
Dalam menjalankan fungsinya Puskesmas memiliki berbagai program
pokok dan program khusus.Dengan adanya program tersebut, maka diharapkan
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas yang menitik
beratkan pada pelayanan masyarakat tentu memiliki sumber daya/ tenaga
kesehatan yang harus memadai dan sesuai standar yang ditetapkan, Dalam
manajemen Puskesmas juga perlu diketahui mengenai Perencanaan,
Penggerakan dan Pengawasan Puskesmas dan Sistem Pencatatan Pelaporan
Tingkat Puskesmas (SP2TP).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis – jenis program Puskesmas ?


2. Tenaga kesehatan apa saja yang ada di Puskemas ?
3. Bagaimana Perencanaan, Penggerakan dan Pengawasan Tingkat
Puskesmas?
4. Apa itu SP2TP ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui jenis – jenis program Puskesmas


2. Untuk mengetahui tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
3. Untuk mengetahui Perencanaan, Penggerakan dan Pengawasan Tingkat
Puskesmas
4. Menjelaskan mengenai SP2TP

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis Jenis Program Puskesmas

A. Program Pokok Puskesmas :

Program wajib yang telah standar dilakukan sesuai pengamatan dan pengalaman
penulis, antara lain:

1. Promosi Kesehatan (Promkes)

 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat


 Sosialisasi Program Kesehatan
 Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :

 Surveilens Epidemiologi
 Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS
(Infeksi Menular Seksual), Rabies

3. Program Pengobatan :

 Rawat Jalan Poli Umum


 Rawat Jalan Poli Gigi
 Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan
 Unit Gawat Darurat (UGD)
 Puskesmas Keliling (Puskel)

4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

3
 ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),
 Persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun

5. Upaya Peningkatan Gizi

Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi

6. Kesehatan Lingkungan :

 Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber


air minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi
pemerintah
 Survey Jentik Nyamuk

7. Pencatatan dan Pelaporan :

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

B. Program Tambahan/Penunjang Puskesmas :

Program penunjang ini biasanya dilaksanakan sebagai kegiatan tambahan, sesuai


kemampuan sumber daya manusia dan material puskesmas dalam melakukan
pelayanan

1. Kesehatan Mata : pelacakan kasus, rujukan

2. Kesehatan Jiwa : pendataan kasus, rujukan kasus

3. Kesehatan Lansia (Lanjut Usia) : pemeriksaan, penjaringan

4. Kesehatan Reproduksi Remaja : penyuluhan, konseling

5. Kesehatan Sekolah : pembinaan sekolah sehat, pelatihan dokter kecil

6. Kesehatan Olahraga : senam kesegaran jasmani

4
2.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Ketenagaan merupakan bagian penting yang perlu mendapat perhatian khusus


dalam meningkatkan pelayanan, khususnya pelayanan di Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Ketenagaan merupakan bagian pembahasan dalam
manajemen Puskesmas. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga
Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga
non kesehatan sebagaimana dimaksud dihitung berdasarkan analisis beban kerja,
dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja,
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja,
dan pembagian waktu kerja.

Standar Ketenaga kerjaan kesehatan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI


Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jenis Tenaga Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri atas:

a. Dokter atau dokter layanan primer


Adalah dokter setara spesialis di bidang generalis yang secara
konsisten menerapkan prinsip dan ilmu kedokteran keluarga. Selain itu juga
ditunjang dengan ilmu kedokteran komunitas dan ilmu kesehatan masyarakat
dan mampu memimpin/ menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer.
Dokter layanan primer (DLP) merupakan dokter yang sudah lulus Fakultas
Kedokteran dan menambah jenjang mellui kompetensi,kemampuan,
keterampilan dan bekerja dilayanan primer.
Ciri hkas dari dokter layanan primer bekerja dengan layanan kapasitas. Dokter
tidak hanya mengobati teapi juga menjaga kesehatan dalam wilayah/ praktik.
Orientasitidak hanya pribadi tetapi juga keluarga dan komunitas misalnya

5
seorang yang berobat maka DLP mengecek dan melihat kesehatan
keluarganya.

b. dokter gigi
Dokter gigi merupakan seorang praktisi di bidang kesehatan yang
mengkhususkan diri dalam mendiagnosa sekaligus memberikan perawatan
terhadap masalah-masalah yang berkenaan dengan gigi, gusi, dan struktur di
sekitar wajah dan rahang. Dokter gigi juga bertanggung jawab di dalam
menyediakan layanan-layanan yang bersifat pemeliharaan, pencegahan, dan
pembersihan, berikut petunjuk mengenai pemeliharaan yang tepat terhadap
gigi dan gusi.

Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, dokter gigi secara rutin melakukan


pemeriksaan, mengambil rontgen, mendiagnosa penyakit-penyakit, dan
menentukan perawatan-perawatan yang tepat. Dokter gigi juga melaksanakan
tindakan-tindakan bedah mulut dan memberikan resep mengenai pengobatan
untuk perawatan masalah gigi, meredakan gejala, dan mencegah infeksi.
Mengingat beberapa tindakan di bidang ilmu gigi membutuhkan pembiusan,
dokter gigi juga memperoleh pelatihan di bidang bius umum.
Sub-spesialisasi di bidang Kedokteran Gigi

Dokter-dokter gigi juga memperoleh pelatihan di beberapa sub-spesialisasi,


seperti:

 Perawatan saluran akar (endodontics) – juga dikenal dengan istilah


terapi saluran akar, ini merujuk kepada studi, diagnosa, dan perawatan
terhadap penyakit-penyakit yang mempengaruhi pulpa gigi.

6
 Dokter gigi oral dan maxillofacial (rahang dan wajah) – dokter gigi
yang mengambil spesialisasi di bidang ini terbagi ke dalam tiga tipe
berbeda: ahli patologi oral dan maxillofacial, radiologi, dan ahli bedah.
 Ortodonti – Dikenal sebagai salah satu sub-spesialisasi yang paling
terkenal di ilmu kedokteran gigi, ortodonti merujuk kepada dokter-
dokter gigi yang mengkhususkan diri ke dalam perbaikan susunan dan
kesejajaran gigi pasien. Metode utama mereka adalah penggunaan
kawat gigi untuk secara bertahap memandu gigi supaya berada di
posisi-posisi yang tepat.
 Periodonti – Ini merujuk kepada suatu studi dan pengobatan terhadap
kesehatan-kesehatan yang mempengaruhi gusi. Salah satu tindakan
yang paling umum dilakukan di sini adalah peletakan cangkok
(implan) gigi, yang ditanamkan melalui gusi ke dalam tulang rahang.
 Dokter gigi anak – sebelumnya dikenal dengan istilah pedodonti, ilmu
kedokteran gigi anak melaksanakan semua kewajiban dan fungsi dari
dokter gigi kepada pasien belia.
 Prosthodonsia – Ini merupakan sub-spesialisasi yang cakupannya
begitu luas, di mana banyak dari metode perawatannya yang spesifik
dikenal sebagai salah satu perawatan gigi yang paling dicari.
Prosthodonsia merujuk kepada pemasangan gigi tiruan dan pegangan
untuk gigi palsu.

c. Perawat
Menurut konsorsium Ilmu-ilmu Kesehatan (1992) praktik keperawatan
adalah tindakan mandiri perawat professional / ners melalui kerjasama yang
bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lain dalam
upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan

7
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk
praktik keperawatan individu dan berkelompok.
Sementara praktik keperawatan profesional adalah tindakan mandiri
perawat professional dengan menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap
dan kokoh mencakup ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan dan
menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan dalam melakukan
asuhan keperawatan (pokja keperwatan CHS,2002). Sedangkan pelayanan
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko- soiso- spiritual yang
komprehensif, di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencagkup seluruh proses kehidupan manusia.

Sumber Hukum Praktek Perawat


1. UU No. 23 / 1992 Tentang Kesehatan
- Pasal 32 Ayat 4 “ Pelaksanaan pengobatan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan , hanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu “
- Pasal 53 Ayat 1 “ Tenaga kesehatan berhak memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai denga
profesinya.”
- Pasal 53 Ayat 2 “ Tenaga Kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien “
2. KEPMENKES 1239/2001 tentang registrasi dan praktik keperawatan
yang mengatur hak, kewajiban, dan kewajiban perawat, tindakan-tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam menjalankan

8
praktiknya, dan persyaratan praktik keperawatan dan mekanisme pembinaan
dan pengawasan.
- Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan
evaluasi.
- Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan
tertulis dokter
- Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
- Menghormati hak pasien
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
- Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
- Memberikan informasi
- Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
- Melakukan catatan perawatan dengan baik
- Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang ,
perawat berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
- Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan
SIPP di ruang praktiknya
- Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan
memasang papan praktik (sedang dlam proses amandemen)

d. Bidan

Bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut


dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO
dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut

9
secara berkala di review dalam pertemuan Internasional / Kongres ICM. Definisi
terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27,

pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut:
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui
di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik
bidan.

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel,


yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan
atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi.
Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang
sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Bidan mempunyai tugas
penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan,
tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan
antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan
perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan
dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah
Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

Sedangkan defenisi Bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia ( IBI ) adalah seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi
profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang
bertanggung-awab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk

10
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan
medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan.

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang


meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan
kebidanan dapat dibedakan menjadi :

1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung


jawab bidan.
2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah
satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
3. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan
yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/
fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.

Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan


dalam memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :

- Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin merupakan suatu
proses alamiah dan bukan penyakit.

- Keyakinan tentang Perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik


mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan
harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.

11
- Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai,
didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi
tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan
janin/bayinya.

- Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan. Perempuan


harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan
keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling.
Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan,
keluarga dan pemberi asuhan.

- Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk


menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan
kebidanan berfokus pada: pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik,
diberikan dengan cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli; bimbingan, monitor
dan pendidikan berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai
keinginan dan tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan.

- Keyakinan tentang Kolaborasi dan Kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan dengan


menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap
perempuan, sebagai satu kesatuan fisik, psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual
serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya
yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

- Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan


menganut filosofis yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua
manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan
satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.

- Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan


kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan

12
kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan
informasi yang cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatannya.

- Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap
wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan
yang berkualitas.

- Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang


membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa masa remaja.

- Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat


kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa
Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya
dalam lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang
terorganisir.

e. tenaga kesehatan masyarakat

Tenaga Kesehatan Masyarakat adalah salah satu tenaga di bidang kesehatan


yang memiliki ilmu manajemen yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.
Ditinjau dari kurikulum pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat, maka
kompetensi tenaga kesehatan masyarakat meliputi:

Kemampuan menganalisis dan sintesis permasalahan kesehatan masyarakat dan


upaya mengatasi masalah tersebut.

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menyusun, mengelola, dan


mengevaluasi program kesehatan masyarakat.

Memiliki pengetahuan dan ketrampila dalam menyusun proposal penelitian,


manajemen kesehatan, dan melaksanakannya dengan baik.

13
Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) bermanfaat dalam mengatasi permasalahan
kesehatan masyarakat berbasis lingkungan, termasuk melalukan berbagai kreasi
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Peran tenaga Kesmas secara umum adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi


permasalahan, serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan masyarakat;
2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi, dan
melaporkan kegiatan Puskesmas;
3. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan, serta petunjuk
teknis sesuai bidang tugasnya;
4. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat;
5. Melaksanakan upaya kesehatan perorangan;
6. Melaksanakan pelayanan upaya kesehatan/kesejahteraan ibu dan anak,
Keluarga Berencana, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat,
pencegah dan pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan,
penyuluhan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan
olahraga, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan,
kesehatan gigi dan mulut, laboratorium sederhana, upaya kesehatan kerja,
kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan jiwa, kesehatan mata, dan kesehatan
khusus lainnya, serta pembinaan pengobatan tradisional;
7. Melaksanakan pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat,
koordinasi upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan
rujukan medik, pembantuan sarana dan pembinaan teknis kepada Puskesmas
Pembantu, unit pelayanan kesehatan swasta, serta kader pembangunan
kesehatan;

14
8. Melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan
kader pembangunan di bidang kesehatan dan pengembangan kegiatan
swadaya masyarakat di wilayah kerjanya;
9. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi
kesehatan;
10. Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT;
11. Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPTD;
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.Manfaat dari
tenaga kesehatan masyarakat:

Peranan Dalam Pembangunan Kesehatan

Tenaga Kesmas merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting
peranannya dalam pembangunan kesehatan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan, melalui kesadaran yang leih
tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Pelayanan Promotif

Untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan


kesehatan, diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang
berjenjang dan berkesinambungan, sehingga tercapai tingkatan kemandirian
masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Program promotif membutuhkan tenaga-
tenaga Kesmas yang handal, terutama yang mempunyai spesialisasi dalam
penyuluhan dan pendidikan.

Pelayanan Preventif

Untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini, diperlukan para tenaga Kesmas


yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan, serta
pengendalian penyakit. Program ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga Kesmas

15
dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan Kesmas dibidang preventif dan
pengendalian, memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan
penyakit. Tenaga Kesmas juga dapat berperan dicbidang kuratif kalau yang
bersangkutan mau dan mampu belajar, serta meningkatkan kemampuannya di bidang
tersebut.

f. tenaga kesehatan lingkungan

Sesuai dengan Peraturan Walikota Batam No 10 th 2008 tentang


uraian tugas dan fungsi Seksi PenyehatanLingkungan berada pada bidang
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.Seksi Penyehatan Lingkungan
mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dan
PenyehatanLingkungan dalam melaksanakan penyehatan lingkungan yang
berkaitan dengan Higiene dan Sanitasi dipermukiman, tempat-tempat umum,
industri dan tempat kerja serta melakukan penyehatan air, pengawasan limbahmedis
dan operasional laboratorim kesehatan lingkunganUraian tugas sebagai mana di
maksud meliputi :

1. Penyusunan rencana dan program kerja seksi penyehatan lingkungan


2. Pemberian petunjuk dan pembinaan dalam penyelenggaraan
kegiatan penyehatan lingkungan dipermukiman, tempat-tempat
umum, tempat pendidikan dan tempat kerja.
3. Pelaksanaan pembinaan dan kordinasi penyelenggaraan penyehatan
lingkungan industri besar dan kecilyang berkaitan dengan higiene dan
sanitasi
4. Pembinaan, koordinasi dan penyelenggaraan kegiatan penyehatan air
dan limbah medis.

16
5. Penyelenggaraan upaya pengembangan dan opersional laboratorium
kesehatan lingkungan.
6. Penyusunan dan pembuatan laporan seksi kepada kepala bidang.7.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepala bidang pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungansesuai dengan lingkup tugas dan
fungsinya.Dalam rangka melakukan pemberian petunjuk dan
pembinaan dalam penyelenggaraan kegiatan
penyehatanlingkungan di permukiman, pada tahun 2012 ini Dinas
Kesehatan melakukan pembinaan dan monitorong ke wilayah-wilayah
kerja puskesmas yang ada di Kota Batam dalam melaksanakan
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat(STBM)

Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini dituangkan dalam suatu
Keputusan Menteri Kesehatan RINomor: 852/MENKES/SK/IX/2008.Komponen
dasar dari STBM itu adalah :

1. Perubahan Perilaku

2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan

3. Pengelolaan berbasis masyarakat yang berkelanjutan

4. Dukungan institusi kepada masyarakat (enabling environment)Dengan menitik


beratkan tujuan / sasaran program kepada 5 (lima) pilar perobahan perilaku
masyarakat, yg dikenaldengan 5 pilar STBM, yaitu :1. Stop Buang Air Besar
Sembarangan (Stop BABS)2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)3. Pengelolaan Air
Minum Rumah Tangga (PAM-RT)4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga5.
Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga ( Limbah Cair RT.

g. ahli teknologi laboratorium medic

17
Analis Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah
tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan
mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya
(KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200)

Analis kesehatan melakukan beragam tes (Hematologi, Kimia Klinik, Mikrobiologi,


Imuno-serologi, Toksikologi, Kimia makanan-minuman, Kimia air, Patologi
Anatomi, Biologi Molekuler) yang menggunakan instrumentasi untuk membantu
diagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Tanggung jawabanya berupa
mengumpulkan dan menyiapkan sampel seperti darah, cairan tubuh, jaringan juga
menginterpretasi hasil. Seringkali bekerja secara independen namun analis kesehatan
adalah bagian penting dari tim pelayanan kesehatan.

seorang dokter yang memutuskan pasien menderita suatu penyakit, itu di hasilkan
dari pemeriksaan laboratorium oleh seorang analis kesehatan. Jadi jika tidak ada
analis, dokter juga tidak bisa mendiagnosis apa-apa. Analis kesehatan di Indonesia
berbeda tugas dan kemampuannya. Tak hanya menunjang dalam analisis spesimen
klinis, namun juga analisis benda non-abiotik seperti air, makanan, dan minuman

h. tenaga gizi

Tugas pokok nutrisionis adalah melaksanakan pelayanan di bidang gizi,


makanan, dan dietetik yang meliputi pengamatan, penyusunan program, pelaksanaan,
penilaian gizi bagi perorangan, kelompok di masyarakat dan rumah sakit maupun di
institusi kesehatan lainnya. Fungsinya Nutrisionis adalah bersama dengan profesi
lainnya untuk saling mendukung dalam meningkatkan pelayanan gizi dan sekaligus
status gizinya. Sedangkan Kegiatan Nutrisionis berkaitan dengan pelayanan gizi,
makanan dan dietetik dimulai dari pengumpulan data sampai dengan pembuatan hasil
laporan kegiatan.

Dengan adanya peran ahli gizi di dalam masyarakat, diharapkan dapat


membantu memperbaiki status kesehatan masyarakat, khususnya melalui berbagai

18
upaya preventif (pencegahan). Mudahnya begini, jika kita tahu apa saja dan
bagaimana makanan yang aman, sehat, dan bergizi untuk dikonsumsi, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, niscaya kita akan terhindar dari
berbagi penyakit mengerikan yang sudah disebutkan di atas. Bayangkan jika tidak,
dan kemudian kita harus mengobati penyakit-penyakit itu, tentunya akan terasa
sangat menyakitkan dan pastinya akan mengabiskan biaya yang tidak sedikit untuk
mengobatinya. Kita semua tahu, bahwa mencegah itu lebih baik (dan lebih murah)
daripada mengobati. Jika kita bisa menerapkan kebiasaan itu, kita menjadi tidak
mudah sakit, dan tidak terlalu tergantung kepada jasa dokter dan perawat, serta tidak
perlu mengonsumsi obat-obatan yang umumnya selalu memiliki efek samping
terhadap kesehatan.

Melalui ahli gizilah salah satu caranya masyarakat dapat mengetahui berbagai
informasi-informasi dan isu-isu kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan gizi.
Jika dilakukan tatap muka, masyarakat pun dapat langsung berinteraksi dengan ahli
gizi dan berkonsultasi langsung dengan mudah mengenai permasalahan gizi yang
mereka hadapi. Ahli gizi yang memberikan penyuluhan dan konseling pun hendaknya
memiliki bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup yang harus terus ditambah dan
diperbaharui setiap waktu.

Selain memberikan informasi mengenai makanan dan gizi yang


dikandungnya, ahli gizi juga wajib menguasai tentang penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan gizi, seperti penyakit-penyakit degeneratif, penyakit-penyakit akibat
malnutrisi, dan penyakit-penyakit infeksi untuk kemudian disebarluaskan kepada
masyarakat. Hal-hal yang dapat diinformasikan antara lain dimulai dari pengertian
dan penjelasan singkat mengenai penyakit tersebut, kemudian apa saja tanda dan
gejalanya, apa penyebabnya, bagaimana cara mengatasi, mengobati, dan
mencegahnya, serta apa saja makanan dan minuman yang dianjurkan dan yang tidak
dianjurkan.

19
i. tenaga kefarmasian.

Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran


sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pengertian ini
didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek.Apotek.

Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan


sumpah jabatan apoteker.
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Anonim, 2010).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 pasal 2, apotek sebagai sarana
pelayanan kesehataan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan


sumpah jabatan.
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

a. Tugas tenaga kefarmasian di Puskesmas

20
1. Menyediakan data, informasi mutasi obat, perbekalan kesehatan, dan kasus
penyakit dengan baik dan akurat.
2. Setiap akhir bulan menyampaikan laporan pemakaian obat dan perbekalan
kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
3. Bersama tim Perencana Obat Terpadu membahas rencana kebutuhan
puskesmas.
4. Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
5. Melaporkan dan mengirim kembali semua jenis obat rusak atau kadaluarsa
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
6. Melaporkan kejadian obat dan perbekalan kesehatan yang hilang kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

b. Fungsi tenaga kefarnasian di Puskesmas :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan pusat


pemberdayaan, mengupayakan program-program pembangunan yang
berwawasan kesehatan yaitu :
a. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah
kerjanya.
b. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya.
c. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
d. Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
2. Masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan untuk berupaya
agar :
a. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat.te

21
b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaan.
c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program kesehatan.

3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu menyelenggarakan pelayanan


kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan yang
meliputi

a) Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods)

b) Pelayanan kesehatan perorangan (private goods)

2.3 Perencanaan Pergerakan Pengawasan Tingkat Puskesmas

            Dalam rangka peningkatan manajemen di tingkat puskesmas, maka unsur-


unsur manejemen yang terdiri atas perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan
pengawasan, pengendalian dan penilaian telah dikembangkan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Secara umum perencanaan dapat dikatakan sebagai suatu proses penyusunan


yang sistematis mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.

Perencanaan di tingkat Puskesmas atau yang disebut juga Microplanning


dikeluarkan pada tahun 1986. Microplanning atau perencanaan mikro di tingkat
Puskesmas adalah penyusunan rencana di tingkat Puskesmas untuk lima tahun
termasuk rimcian tiap tahunnya. Mikroplanning ini dirasakan kurang bersifat
operasional karena kurun waktu rencana  yang disusun berjangka waktu lima
tahunan.

22
Di samping itu dijumpai permasalahan bahwa belum semua Puskesmas
melaksanakan mikroplanning dan kurang dimanfaatkannya hasil mikroplanning oleh
Dinas Kesehatan II. Oleh karena itu dikembangkan Pedoman Perencanaan Tingkat
Puskesmas (PTP) yang akan memuat petunjuk dalam menyusun rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun. Diharapkan hasil penyusunan
rencana tingkat Puskesmas ini dapat seragam sehingga dapat mempermudah dalam
pengolahan selanjutnya di tingkat Kabupaten menjadi suatu rencana tahunan
kesehatan di daerah tingkat II.

Disamping itu dengan adanya Perencanaan Tingkat Puskesmas ini diharapkan


adanya nilai tambah berupa meningkatnya kemampuan manajemen Puskesmas dalam
merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya yang meliputi seluruh
kegiatan pokok Puskesmas. Penyusunan Rencana Tingkat Puskesmas dilakukan
dalam 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap analisis situasi, tahap penyusunan Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) dan tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK).

a. Tahap persiapan
Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan pihak-pihak atau petugas
yang akan terlibat dalam proses perencanaan agar memperoleh kesamaan
pandangan dan pengetahuan dalam melaksanakan langkah-langkah
Perencanaan Tingkat Puskesmas. Tahap ini dilaksanakan melalui
pertemuan, pembahasan atau pelatihan sesuai keperluannya.
b. Tahap analisis situasi
Pada tahap ini diperoleh data dan informasi untuk mengetahui keadaan
dan masalah operasional Puskesmas yang perlu ditanggulangi. Yang
dimaksud dengan masalah operasional adalah tidak tercapainya target
pelayanan kesehatan seperti yang diharapkan dan penyebabnya. Data yang
perlu dikumpulkan adalah data situasi umum (data kependudukan, data
wilayah, data sekolah) dan data pencapaian target program.

23
c. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Tahap ini meliputi tiga langkah yaitu perumusan masalah dan
penyebabnya, langkah perumusan pendekatan pemecahan masalah dan
langkah penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK).
d. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) yang disebut pula dengan Plan
Of Action (POA) adalah penyusunan rencana yang mencakup
rincian  kegiatan, volume kegiatan, lokasi pelaksanaan, tenaga pelaksana,
sumber biaya dan penjadwalannya.

2. Penggerakan pelaksanaan

Dalam rangka manajemen Puskesmas yang terdiri atas perencanaan (PI),


penggerakan pelaksanaan (P2) dan Pengawasan, pengendalian dan penelitian (P3),
maka Lokakarya Mini Puskesmas merupakan pedoman penggerakan pelaksanaan.

Lokakarya Mini Puskesmas terdiri atas 4 komponen yaitu penggalangan kerja


sama lintas sektoral, dan rapat kerja tribulanan lintas sektoral.

a. Penggalangan kerja sama dalam tim


Yaitu lokakarya yang dilaksanakan sebulan sekali di dalam lingkungan
Puskesmas sendiri, dalam rangka meningkatkan kerja sama antara petugas
Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas.
b. Penggalangan kerja sama lintas sektoral
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan
sektor-sektor yang bersangkutan diperlukan penggalangan kerja sama lintas
sektoral serta dilaksanakan dalam satu pertemuan lintas sektoral setahun
sekali. Untuk itu perlu dijelaskan manfaat bersama pembinaan upaya peran
serta masyarakat dalam bidang kesehatan bagi sektor-sektor yang
bersangkutan. Sebagai hasil pertemuan adalah kesepakatan rencana kerja

24
sama lintas sektoral dalam membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan.
c. Rapat Kerja Bulanan Puskesmas
Sebagai tindak lanjut rapat penggalangan kerja sama dalam Tim setiap
akhir bulan diadakan antar tenaga Puskesmas untuk membandingkan rencana
kerja bulan yang lalu dengan hasil kegiatannya. Apabila dijumpai masalah
akan dibahas bersama untuk dipecahkan bersama dan kemudian menyusun
rencana kerja bulan berikutnya.
d. Rapat Kerja Tribulan Lintas Sektoral
Sebagai tindak lanjut pertemuan penggalangan kerja sama lintas
sektoral dilakukan pertemuan lintas sektoral setiap 3 bulan sekali untuk
mengkaji hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral selama 3 bulan yang lalu
dan memecahkan masalah yang dihadapi kemudian disusun rencana kerja
sama lintas sektoral bulan berikutnya.

3.  Pengawasan , pengendalian dan penelitian

Dalam manajemen diperlukan adanya data yang akurat, tepat waktu dan
kontiniu serta mutakhir secara periodik. Berdasarkan SK Mentri No.
63/Menkes/II/1981, berlaku Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP).

SP2TP adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk
pengelolaan Puskesmas meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok
yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh Puskesmas. Dengan melakukan SP2TP
yang baik maka akan didapat data dan dan informasi yang diperlukan untuk
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian penampilan Puskesmas seta situasi kesehatan masyarakat umumnya .
SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas termasuk Puskesmas Perawatan, Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas keliling.

25
Pencatatan dan pelaporan mencakup data umum dan demografi wilayah kerja
Puskesmas, data ketenagaan, data sarana yang dimiliki Puskesmas yang dilakukan
secara periodik (bulanan, tribulan, semester dan tahunan) dengan menggunakan
formulir yang baku.

Dalam upaya peningkatan fungsi Puskesmas telah dikembangkan suatu pola


pembinaan Puskesmas melalui stratifikasi Puskesmas. Penilaian prestasi kerja
Puskesmas dilakukan dengan menggunakan pedoman Stratifikasi Puskesmas dimana
Puskesmas dikelompokkan dalam 3 strata yaitu :

a. Strata Puskesmas dengan prestasi kerja baik

b. Strata Puskesmas dengan prestasi kerja cukup

c. Strata Puskesmas dengan prestasi kerja kurang

Aspek yang dinilai dalam Stratifikasi Puskesmas meliputi 4 aspek atau


kelompok variabel yaitu hasil kegiatan Puskesmas dalam bentuk cakupan dari
masing-masing kegiatan, hasil dan cara pelaksanaan manajemen Puskesmas, sumber
daya yang tersedia di Puskesmas serta keadaan lingkungan yang mempengaruhi
pencapaian hasil kegiatan Puskesmas.

Kegiatan stratifikasi mencakup pengumpulan data, pengolahan data, analisis


masalah dan penentuan langkah penanggulangannya yang dilakukan mulai dari
tingkat Puskesmas, Kabupaten, Propinsi sampai ke tingkat Pusat. Stratifikasi
Puskesmas dilaksanakan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di semua
Puskesmas dan bertahap sesuai dengan jenjang administrasi sampai ke pusat.

2.4 SP2TP

Sistem Pencatatan dan Pelaporan

26
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan instrumen vital
dalam sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan
kesehatan di puskesmas, kematian, dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna
untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan di tingkat kabupaten atau
kota maupun kecamatan (Santoso, 2008).

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa


ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak
akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data
dan informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan
benar. Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah
organisasi, karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau
perkembangan organisasi tersebut (Tiara, 2011).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal: (1) pencatatan,


pelaporan, dan pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan. Pencatatan hasil
kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku untuk masing-
masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam format laporan
SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas menerima laporan-
laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang
lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke masing-masing
pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan Kabupaten,
setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi
dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan
sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3) tahunan. Laporan bulanan mencakup
data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat. Laporan
tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas, rawat
tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan

27
tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan
lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan
puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten
dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data
atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan (Santoso, 2008).

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi


dinas kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadi Puskesmas juga
merupakan fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah
informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam
penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data
yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan
adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan
masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar
menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas. Pencatatan harian masing-masing
progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disbut
dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) (Tiara, 2011).

Muninjaya (2004) berpendapat bahwa “untuk pengembangan efektifitas Sistem


Informasi Manajemen Puskesmas, standar mutu (Input, Proses, Lingkungan dan
Output) perlu dikaji dan dirumuskan kembali, masing-masing komponen terutama
proses pencatatan dan pelaporannya perlu ditingkatkan”.

Pengertian SP2TP

SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan
upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua data

28
hasil kegiatan Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan tempat tidur, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas keliling, bidan di Desa dan Posyandu) dan data yang berkaitan,
serta dilaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai
kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya
kesehatan masyarakat (Ahmad, 2005).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan pencatatan


dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di
Puskesmas yang ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data SP2PT berupa
Umum dan demografi, Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok Puskesmas. Menurut
Yusran (2008) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh
(terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem pelaporan ini ini
diharapkan mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun untuk
jenjang administrasi yang lebih tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan
(Tiara, 2011).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber


pengumpulan data dan informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi baik
faktor utama dan tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk dikirim
ke pusat serta sebagai bahan laporan untuk kebutuhan. Menurut Bukhari Lapau
(1989) data yang dikumpul oleh puskesmas dan dirangkum kelengkapan dan
kebenaranya. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ialah
laporan yang dibuat semua puskesmas pembantu, posyandu, puskesmas keliling
bidan-bidan desa dan lain-lain yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas.
Pencatatan dan pelaporan mencangkup: b.1: Data umum dan demografi wilayah kerja
puskesmas, b.2: Data ketenagaan puskesmas, dan b.3: Data sarana yang dimiliki
puskesmas (Syaer, 2011).

29
Tujuan SP2TP

Tujuan Sistem Informasi Manajemen di Puskesmas adalah untuk meningkatkan


kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui
pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. Tujuan
dimaksud dapat terwujud apabila: (Ahmad, 2005).

1)      Data SP2TP dan data lainnya diolah disajikan dan diinterprestasikan sesuai
dengan petunjuk Pengolahan dan Pemanfaatan data SP2TP.

2)      Pengolahan, analisis, interprestasi dan penyajian dilakukan oleh para


penanggung jawab masing-masing kegiatan di Puskesmas dan mengelola program
disemua jenjang administrasi.

3)      Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interprestasi data SP2TP dan
sumber lainnya dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun, dan tidak ada
perubahan) dan bersifat kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase dan
sebagainya.

Tujuan umum dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas


(SP2TP) ini ialah data dan informasi yang akurat tepat waktu dan mutakhir secara
periodik  dan teratur pengolahan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas
di berbagai tingkat administrasi. Adapun tujuan khususnya ialah: (Syaer, 2011).

1. Tersedianya  data secara akurat yang meliputi segala aspek.


2. Terlaksananya pelaporan yang secara teratur diberbagai jenjang administrasi
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
3. Digunakan data tersebut sebagai alat pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaan rencana dalam bidang program kesehatan.

30
 Pelaporan SP2TP

Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan


Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Adapun formulir Laporan
yang digunakan untuk kegiatan SP2TP adalah: 1) Laporan bulanan, yang mencakup:
Data Kedakitan (LB.1), Data Obat-Obatan (LB.2), Gizi, KIA, Imunisasi dan
Pengamatan Penyakit menular (LB.3) serta Data Kegiatan Puskesmas (LB.4); 2)
laporan Sentinel, yang mencakup: Laporan Bulanan Sentinel (LB1S) dan, Laporan
Bulanan Sentinel (LB2S); 3) Laporan Tahunan, yang mencakup: Data dasar
Puskesmas (LT-1), Data Kepegawaian (LT-2) dan, Data Peralatan (LT-3). Laporan
Bulanan (LB) dilakukan setiap bulan dan baling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II. Laporan bulanan sentinel LB1S dan LB2S setiap
tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat
(untuk LB1S ke Ditjen PPM dan LB2S ke Ditjen Binkesmas), sedangkan Laporan
Tahunan (LT) dikirim selambat-lambatnya tanggal 31 januari tahun berikutnya.
Khusus untuk laporan LT-2 (data Kepegawaian) hanya di isi bagi pegawai yang
baru/belum mengisi formulir data Kepegawaian (Ahmad, 2005).

Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan, laporan semester dan laporan
tahunan yang mencakup data kegiatan progam yang sifatnya lebih komprehensif
disertai penjelasan secara naratif. Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan
semua jenis data yang telah dibuat dalam laporan sebagai masukan atau input untuk
menyusun perencanaan puskesmas ( micro planning) dan lokakarya mini puskesmas
(LKMP). Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan
menggunakan statistic sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan
pendekatan epidemiologis deskriptif. Data tersebut akan disusun dalam bentuk table
dan grafik informasi kesehatan dan digunakan sebagai masukkan untuk perencanaan
pengembangan progam puskesmas. Data yang digunakan dapat bersumber dari

31
pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian data dari pimpinan puskesmas
yang merupakan hasil supervisi lapangan (Tiara, 2011).

Dinas kesehatan kabupaten/kota mengolah kembali laporan puskesmas dan


mengirimkan umpan baliknya ke Dinkes Provinsi dan Depkes Pusat. Feed back
terhadap laporan puskesmas harus dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas
untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan program. Sejak otonomi daerah mulai
dilaksanakan, puskesmas tidak wajib lagi mengirimkan laporan ke Depkes Pusat.
Dinkes kabupaten/kotalah yang mempunyai kewajiban menyampaikan laporan
rutinnya ke Depkes Pusat (Muninjaya, 2004).

Pengorganisasian Puskesmas

Pengorganisasian tingkat Puskesmas didefinisikan sebagai proses penetapan


pekerjaan-pekerjaan pokok untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan,
pendistribusian otoritas/wewenang dan pengintegrasian semua tugastugas dan
sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan Puskesmas secara efektif dan efisien.
Secara aplikatif pengorganisasian tingkat Puskesmas menurut penulis adalah
pengaturan pegawai Puskesmas dengan mengisi struktur organisasi dan tata kerja
(SOTK) Puskesmas yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota disertai
dengan pembagian tugas dan tanggung jawab serta uraian tugas pokok dan fungsi
(Tupoksi), serta pengaturan dan pengintegrasian tugas dan sumber daya Puskesmas
untuk melaksanakan kegiatan dan program Puskesmas dalam rangka mencapai tujuan
Puskesmas. Berdasarkan definisi tersebut, fungsi pengorganisasian Puskesmas
merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang
dihubungkan dengan personil/pegawai, finansial, material, dan metode Puskesmas
untuk mencapai tujuan Puskesmas yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan

32
pegawai Puskesmas. Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal berikut
(Sulaeman, 2009):

1)      Cara manajemen Puskesmas merancang struktur formal Puskesmas untuk


penggunaan sumber daya Puskesmas secara efisien,

2)      Bagaimana Puskesmas mengelompokkan kegiatannya, dimana setiap


pengelompokkan diikuti penugasan seorang penanggung jawab program yang diberi
wewenang mengawasi stafnya.

3)      Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan pegawai Puskesmas.

4)      Cara pimpinan Puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam unit
kerja dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004, bahwa


untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas, perlu dilakukan
pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama,
pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk
setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain,
dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada
seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang
dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan
penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa
penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Ada dua bentuk penggalangan
kerjasama yang dapat dilakukan:

1. Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor
terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.

33
2. Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai
sektor terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor
agama, sektor kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan
sekolah.

Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:

1. Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait.


2. Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi
kecamatan (Keputusan Menteri Kesehatan, 2004).

Ada 2 (dua) hal yang perlu pengorganisasian tingkat Puskesmas, yakni: (1)
Pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam RO (Rancangan Operasional)
Puskesmas, sehingga membentuk satu kesatuan program yang terpadu dan sinergi
untuk mencapai tujuan Puskesmas, dan (2) Pengorganisasian pegawai Puskesmas,
yaitu pengaturan tugas dan tanggung jawab setiap pegawai Puskesmas, sehingga
setiap kegiatan dan program mempunyai penanggung jawabnya. Dengan memahami
fungsi pengorganisasian Puskesmas akan lebih memudahkan mempelajari fungsi
penggerakan dan pelaksanaan (actuating/aktuasi) dan akan diketahui gambaran
pembimbingan dan pengarahan yang diperlukan oleh pegawai Puskesmas sesuai
dengan pembagian tugas dan tanggung jawab (Sulaeman, 2009).

Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk


pengorganisasian yang terdiri dari: (Ahmad, 2005).

1. Penanggung Jawab (Kepala Puskesmas)

Tugas penanggung jawab adalah memberikan bimbingan kepada koordinator SP2TP


dan para pelaksana kegiatan di Puskesmas.

2. Koordinator (Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas)

34
Koordinator SP2TP bertugas:

1)         Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan.

2)         Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP
dan mengirimkan laporan tersebut ke DInas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya.

3)         Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP
dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Dati II paling lambat 31 Januari tahun
berikutnya.

4)         Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan.

5)         Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala


Puskesmas.

6)         Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala
Puskesmas dengan pelaksanaan kegiatan untuk menilai pelksanaan kegiatan SP2TP.

3. Anggota (Pelaksana Kegiatan di Puskesmas)

Pelaksana kegiatan SP2TP bertugas:

1)         Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.

2)         Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.

3)         Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan Puskesmas
Pembantu serta Bidan di Desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat
laporan SP2TP.

35
4)         Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-
masing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada coordinator SP2TP Puskesmas.
Dengan rincian satu rangkap untuk arsip coordinator SP2TP Puskesmas dan satu
rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan Dati
II.

5)         Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya.

6)        Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.

36
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

37
DAFTAR PUSTAKA
Basic Health Services in The Era of Regional Autonomy; Lembaga Penelitian
SMERU; SMERU – 2004.

https://ilmanapt.blogspot.co.id/2011/11/peranan-fungsi-dan-tugas-apoteker-di.html

https://puskelinfo.wordpress.com/pelayanan/program-puskesmas/

38

Anda mungkin juga menyukai