Muhammad Imronsyah 1, Bella Yolanda Sapitri 1, Maya Kurniawati 1, Aulia Safitri 1, Putri
Aulia Ramndani 1
Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya │ imronsyah02@gmail.com
Abstrak
Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah membawa umat manusia ke dalam
lingkaran teknologi yang telah menjadikanya sebagai kebutuhan primer dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari, mulai dari melakukan komunikasi, melakukan tatap
muka, mendapatkan penghasilan, melakukan transaksi jual beli, dan lain sebagainya.
Salah satu perkembangan teknologi ini adalah dalam bentuk keuangan, yaitu adanya
fintech atau financial teknologi yang memudakan manusia dalam melakukan berbagai
hal dengan keuangan mereka. Seiring perkembangan zaman yang pada mulanya fintech
hanya dalam bentuk konvensional sekarang telah terdapat fintech yang berbrentuk
syariah yang didalamnya telah diterapkan prinsip-prinsip syariah yang tidak bertentang
dengan apa yang ada didalm Al-Quran dan Hadis baik berupa maysir, gharar maupun
riba sehingga orang-orang yang beragama islam dapat menjalani tuntutan agamanya
dengan lebih terjaga lagi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pemahaman mahasiswa di kota Palangkaraya terhadap fintech syariah serta untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat mahasiswa Palangkaraya
terhadap penggunaan fintech syariah dengan menggunakakn metode penelitian lapangan
atau field research terhadap para mahasiswa. Dalam survei yang kami lakukan kami
mengetahui beberapa kendalala yang menjadi penyebab meraka tidak menggunakan
fintech syariah salah satunya adalah karena banyak dari mereka yang masih belum faham
berkaitan dengan penggunaan fintech oleh karena itu perlu adanya sosialisasi lebih
mendalam yang lebih khusus berkenaan dengan penggunaan fintech dalam transaksi
keuangan mereka.
Kata Kunci: Fintech, Mahasiswa, Syariah.
Abstract
Rapid technological developments have brought humanity into a technological circle that
has made it a primary need in carrying out daily life, starting from communicating,
1
conducting face-to-face meetings, earning income, buying and selling transactions, and
so on. One of these technological developments is in the form of finance, namely the
existence of fintech or financial technology that makes it easier for humans to do various
things with their finances. Along with the development of the times, initially fintech was
only in conventional form, now there are fintech in the form of sharia in which sharia
principles have been applied which do not conflict with what is in the Al-Quran and
Hadith in the form of maysir, gharar and usury so that people Muslims can live up to the
demands of their religion more awake. The purpose of this research is to find out how
students understand in the city of Palangkaraya towards sharia fintech and to find out
what factors influence the interest of Palangkaraya students towards the use of sharia
fintech by using field research methods or field research on students. In the survey we
conducted, we found out that there are several obstacles that cause them not to use sharia
fintech, one of which is because many of them still do not understand the use of fintech,
therefore there is a need for more in-depth socialization that is more specifically
regarding the use of fintech in their financial transactions.
keywords: fintect; students; sharia.
PENDAHULUAN
Maraknya transaksi pembayaran nontunai saat ini membuat masyarakat Ada
kecenderungan mengalami pergeseran ke transaksi elektronik yang dari awalnya berupa
tranksaksi manual yang menggunakan uang tunai. Bank Indonesia (BI) bersama dengan
lembaga terkait serta para peserta dalam sistem pembayaran Indonesia telah meluncurkan
kampanye nasional pada tanggal 14 Agustus 2014. Gerakan ini disebut sebagai Gerakan
Nasional Non Tunai (GNGT) yang bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk
mengurangi penggunaan transaksi tunai (reduce cash). Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah berhasil membawa masyarakat ke gaya hidup dan sistem pembayaran
transaksi ekonomi berbasis teknologi yang secara tidak langsung perkembangan kemajuan
teknologi dalam sistem pembayaran secara bertahap dapat mengubah uang tunai (currency)
sebagai alat pembayaran menjadi pembayaran nontunai yang lebih efektif dan efisien.
Perkembangan financial technology yang semakin pesat di Indonesia menjadikan topik
ini sebagai perhatian mendalam dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
perkembangan ini dilandasi oleh kebutuhan manusia akan kehidupan yang lebih modern dan
praktis. Sistem transaksi online jauh lebih unggul jika dibandingkan dengan sistem manual
karena pengguna akan dimudahkan dalam mengakses dan melakukan transaksi pembayaran
dan berbagai fasilitas produk keuangan lainnya.
Perkembangan teknologi keuangan syariah di Indonesia jauh dari teknologi keuangan
tradisional. Perbedaan antara teknologi keuangan syariah dan teknologi keuangan tradisional
terletak pada prinsip yang digunakan dan keberadaan dewan pengawas yang bertanggung
jawab untuk mengawasi setiap aktifitasnya. Keberadaan financial technology Syariah
merupakan jawaban atas kebutuhan masyarakat Indonesia (sebagian besar beragama Islam)
untuk menghindari praktik rentenir, riba, gharar dan maysir.
Layanan berbasis financial technology (fintech) berlandaskan ketentuan agama islam
(syariah) memiliki potensi yang sangat tinggi di Indonesia, sebab lebih dari 85% penduduk
Indonesia adalah muslim. Namun faktanya, jumlah pengguna fintech syariah di Indonesia
2
masih tergolong sangat sedikit. Fintech didominasi oleh bisnis keuangan konvensional yang
dalam perkembangannya itu sistem pembayaran non tunai sudah sangat dipengaruhi oleh
kemajuan perkembangan teknologi serta perubahan pola hidup masyarakat. Saat ini
perkembangan instrumen pembayaran non tunai sudah berjalan sangat pesat seiring dengan
perkembangan teknologi sistem pembayaran yang pada akhir-akhir ini telah membawa
dampak yang cukup besar terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam sistem pembayaran
tersebut. Dengan dukungan teknologi yang semakin maju maka masyarakat pengguna
ataupun penyedia jasa sistem pembayaran non tunai akan terus menerus mencari alternatif
instrumen pembayaran non tunai yang lebih efisien dan aman demi terciptanya kepuasan bagi
para pihak.
Konsep dari penggunaan Fintech ini diadaptasi dengan adanya perkembangan teknologi
yang dipadukan dengan bidang finansial pada suatu lembaga perbankan, sehingga diharapkan
dalam perpaduan ini dapat meningkatkan penggunaan dengan sistem teknologi melalui proses
transaksi layanan keuangan yang jauh lebih praktis dan modern yang meliputi layanan
keuangan berbasis digital yang saat ini sedang berkembang di Indonesia, yaitu digital
banking dan lain sebagainya. Hal ini tentunya akan membantu proses percepatan pembiayaan
di bank syariah dengan aplikasi yang lebih mudah, efisien, dan efektif dengan akses yang
lebih luas lagi oleh nasabah dan bank syariah serta untuk meningkatkan eksistensi perbankan
syariah untuk lebih dapat berkompetitif dalam pasar fintech. Proses pembiayaan yang lebih
cepat dan terukur dapat diupayakan dengan adanya mitigasi risiko yang dapat dilakukan
secara awal dengan sistem Fintech.
Bank Syariah merupakan salah satu produk perbankan yang bergerak dalam bidang
keuangan berlandaskan sistem perekonomian Islam atau menggunakan sistem ekonomi dari
ketentuan perekonomian Islam. Sistem Ekonomi Islam atau syariah yang digunakan ini
sedang banyak diperbincangkan di Indonesia. Baik dalam hal mengantisipasi kebutuhan
masyarakat serta memberikan rasa aman, dan nyaman dalam transaksi perbankan, kehadiran
Bank Syariah merupakan salah satu solusi untuk menerapkan sebuah syariah guna menambah
kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan keuangan dalam perbankan khususnya di
Indonesia.
Perbankan syariah adalah lembaga keuangan yang menerapkan ketentuan berdasar pada
berbasis syariah, sebagaimana dalam hal ini lembaga dengan sistem syariah ini harus dapat
menyesuaikan perkembangan secara teknologi dengan berbagai kondisi pasar yang sedang
berkembang saat ini dari seluruh bagian. Dimana perkembangan tersebut yaitu dapat dilihat
dari sisi kemudahan-kemudahan dalam melayani berbagai transaksi dengan menggunakan
teknologi yang semakin luas di era digital saat ini yang telah mempengaruhi pola perilaku
manusia dalam mengakses beragam informasi dan berbagai fitur layanan elektronik.
Salah satu perkembangan dari teknologi yang menjadi bahan dalam kajian terkini di
Indonesia adalah Teknologi Finansial atau lebih dikena dengan sebutan Financial Technology
(FinTech) dalam lembaga perbankan. Menurut definisi yang dijabarkan oleh National Digital
Research Centre (NDRC), teknologi finansial adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
suatu inovasi ini yang bergerak dalam bidang jasa finansial, di mana istilah tersebut berasal
dari kata “financial” dan “technology”(FinTech) yang mengacu pada inovasi finansial dengan
melalui teknologi modern.
3
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasr pada penelitian
lapangan atau field research dan data utama yang digunakan berasal dari penyebaran survei
secara daring kepada para mahasiswa dan juga secara langsung melakukan wawancara
kepada para mahasiswa pengguna fintech yang berbasis syariah maupun yang berbasis
konvensional. Adapun sifat dari penelitian ini adalah kuantitatif, yang digunakan untuk
menganalisis apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Mahasiswa Institut Agama islam
Negeri Palangka raya dan Mahasiswa Palangka Raya untuk menggunakan Bank syriah
Indonesia maupun konvensional,kemudian pemahaman pengguna Fintect dikalangan
Mahasiswa/i.
1
Svetlana Saksonova and Iriana Kuzmina-Merlino, Fintech as Financial Innovation-The
Possibilities and Problems of Implementation, European Research Studies Journal Volume XX Issue
3A, 2017, pp.961-973.
4
berdasarkan tujuannya agar dalam pelayanan pembiayaan berbasis teknologi dapat
dimanfaatkan atau digunakan sebaik mungkin oleh masyarakat yang khususnya beragama
Islam sebagai salah satu upaya menjauhkan diri dari berbagai hal yang dilarang dalam
ketentuan agama dan juga untuk memperoleh akses dari pendanaan yang jauh lebih berkah,
mudah dan efisien. Pada umumnya masyarakat Indonesia memerlukan beberapa penjelasan
mengenai yang terkait dengan ketentuan dan batasan hukum terkait layanan pembiayaan
berbasis teknologi informasi berdasarkan prinsip syariah. Oleh karena itu berdasar pada
DSN-MUI menetapkan mengenai fatwa tentang layanan pembiayaan yang berbasis teknologi
informasi berdasarkan prinsip syariah dengan ketentuan yang merujuk pada sistem syariah
untuk dijadikan pedoman.
Ditinjau dari besarnya potensi yang ada, perkembangan pasar muslim di seluruh dunia
maka untuk memiliki kesempatan dalam bidang bisnis ini digunakan oleh para startup
fintech untuk membangun inovasi fintech syariah. Sebagaimana penggunaan berdasar sistem
syariah, kriteria yang harus dimiliki oleh fintech syariah harus sesuai dengan syariat islam
yaitu tidak memberikan sebuah mudharat pada penggunanya, dan transaksinya tidak
mengandung unsur riba, harus ada kejelasan antara pembeli dan penjual dan tidak dilakukan
dengan cara penipuan (gharar).
Layanan dari financial technology (fintech) yang berbasis syariah memiliki peluang
yang cukup besar karena lebih dari 85% penduduk di Indonesia adalah muslim. Namun pada
faktanya, jumlah fintech syariah di Indonesia masih sangat sedikit yang menggunakannya
akibat dari ketidaktahuan tentang fintech berbasis syariah hingga yang memang lebih
mengutamakan penggunaan yang berbasis konvensional. Fintech yang digunakan merupakan
fintech yang sebagian besar telah dikuasai oleh bisnis keuangan yang berbasis konvensional.
Dalam kemajuannya hingga pada saat ini sistem pembayaran non tunai masih sangat
dipengaruhi oleh adanya kemajuan dari perkembangan teknologi dan perubahan pola hidup
masyarakat yang semakin ingin melakukan transaksi dengan mudah dan efisien.
Pada umumnya Financial technology di Indonesia ini diharapkan memiliki potensi
yang sangat besar karena hal ini dapat memberikan sebuah solusi atau cara untuk memenuhi
kebutuhan mendesak yang tidak dapat diberikan oleh lembaga keuangan tradisional
khususnya fintech syariah. Perkembangan Fintech syariah dengan kerangka Interpretive
Struktural Model (ISM) terdiri dari empat kriteria diantaranya.2
1. Prespektif fungsi Fintech,
2. Masalah yang diahadapi dalam menghubungkan Fintech syariah,
3. Strategi atau dasar pajak yang diperlukan dalam kerangka pengembangan fintech syariah,
4. Eksistensi aatu aktor yang terlibat dalam pengembangan fintech syariah di Indonesia.
Fintech adalah sebuah inovasi pada industri jasa keuangan yang memanfaatkan
penggunaan teknologi. Produk fintech biasanya berupa suatu sistem yang dibangun
guna menjalankan mekanisme transaksi keuangan yang spesifik. 3 Adapun fintech syariah
merupakan perpaduan atau gabungan inovasi antara keuangan dan teknologi pada proses
pelayanan keuangan dan investasi dengan berlandaskan nilai – nilai ajaran islam. Meskipun
fintech syariah merupakan jenis inovasi baru namun perkembangannya cukup pesat. Pada
dasarsanya dalam agama islam memiliki beberapa aturan yang menjadi acuan sesuai dengan
prinsip islam.
MUI mengeluarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN
MUI) No. 117/DSN-MUI/II/2018 Tentang Layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi
berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas delapan bagian yaitu :
2
Aam Slamet Rusdyana, Bagaimana Pengembangan Industri Fintech Syariah di Indonesia?
Pendekatan Interpretive Structural Model, Jurnal Al Muzara`ah, Vol.6, Nomor 2 2018, hal 123.
3
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK). Nomor 77/POJK.01/2016 mengenai Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis.
5
1. ketentuan umum;
2. ketentuan hukum;
3. subjek hukum;
4. ketentuan terkait pedoman umum layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi;
5. mode layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi;
6. ketentuan terkait mekanisme dan akad;
7. penyelesaian perselisihan;
8. penutup.
Fatwa tersebut dikeluarkan dengan tujuan agar para masyarakat dapat memahami
ketentuan dan aturan hukum yang dijadikan sebagai landasan kesyariahan dari berbagai
produk yang dikeluarkan oleh para pebisnis startup di Indonesia.4
Kendala yang ada pada transaksi fintech syariah yaitu, fintech konvensional yang
terdaftar lebih mudah dan lebih bervariasi dan lebih dikenal oleh banyak masyarakat baik
yang non muslim ataupun muslim. Sedangkan pada fintech syariah masih kekurangan modal
karena yang menggunakan sistem syariah masih sedikit sehingga kurangnya sumber daya,
inovasi produk dan marketing. Asosiasi Fintech Syariah Indonesia saat ini akan ditunjuk oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi Self Regulatory Organization (SRO) yang diharapkan
akan membantu pergerakan dari regulator guna mengembangkan sekaligus mengawasi
operasional yang ada Fintech Syariah. Selain itu, regulator dan industri bersama
pengembangan ekosistem yang dapat menunjang literasi dan partisipasi di fintech syariah.
Sinergi atau kolaborasi antar fintech syariah juga bisa menjadi solusi.
6
Kelebihan Financial Technology (FinTech) Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016),
kelebihan dari Fintech adalah :
a. Melayani masyarakat Indonesia yang belum dapat dilayani oleh industri keuangan
tradisional dikarenakan ketatnya peraturan perbankan dan adanya keterbatasan industri
perbankan tradisional dalam melayani masyarakat di daerah tertentu.
b. Menjadi alternatif pendanaan selain jasa industri keuangan tradisional dimana
masyarakat memerlukan alternatif pembiayaan yang lebih demokratis dan transparan.
Sedangkan kekurangan dari Fintech adalah :
Adapun kelebihan-kelebihan lainnya penurut penulis yaitu :
a. Mempermudah transaksi antara penjual dan pembeli karena proses yang cepat,
b. Keamanan terjamin karena diawasi langsung oleh OJK,
c. Bebas dari gharar, riba dan maysir, karena diawasi juga oleh Lembaga Pengawas
Syariah (LPS),
d. Efisien karena tidak repot-repot harus membawa mata uang riil.
2. Kekurangan Fintech berbasis syariah
Kekurangan Financial Technology (FinTech) Menurut Otoritas Jasa Keuangan
(2016), kelebihan dari Fintech adalah :
a. Fintech merupakan pihak yang tidak memiliki lisensi yang digunakan untuk
memindahkan dana dan kurangnya kemapanan atau kurangnya modal dalam
menjalankan usahanya dengan modal yang besar, jika dibandingkan dengan bank.
b. Ada sebagaian perusahaan Fintech yang belum memiliki kantor secara fisik dan
kurangnya pengalaman dalam menjalankan prosedur terkait sistem keamanan dan
itegritas produknya.
Adapun kekurangan-kekurangan lainnya penurut penulis yaitu :
a. Sama hal nya dengan fintech berbasis konvesional dalam penggunaan fintech syariah
harus menggunakan data internet, sehingga para pengguna yang tidak memiliki koneksi
internet harus membeli terlebih dahulu baik berupa kuota ataupun wifi agar dapat
menggunakan terknologi fintech ini.
b. Dalam pengunaan fintech karena berbasis teknologi maka akan rawan terjadi penipuan
ataupun pembajakan terhadap akun pengguna, oleh karena itu para pengguna harus
lebih berhati hati dalam melakukan transaksi yang menggunakan fintech dan harus
selalu waspada terhadap hal-hal yang mencurigakan.
c. Tidak semua daerah di Indonesia menerima pembayaran menggunakan fintech, karena
transaksi menggunakan fintech hanya bisa dilakukan apabila kedua belah pihak sama-
sama menggunakan fintech.
7
Penggunaan Bank Konvensional 87 %
Berdasarkan Hasil yang didapatkan Ketika surfey ialah mendapatkan hasil yang kurang
maksimal dikarenakan hanya Sebagian kecil yang mengisi surfey tersebut.Kemudian dari
hasil tersebut dapat di lihat bahwasanya para mahasiwa/i palangka raya kurangnya
pemahaman terhadap fintech syriah ,bahkan hanya segelintir orang yang hanya menggunakan
fintect syariah tersebut.
8
berhati-hati dalam penggunaan identitas diri, karena oknum-oknum diluar sana bisa saja
menyalahgunakan data yang telah kita berikan. Namun karen fintech syariah merupakan
suatu teknologi yang dalam penggunanaan nya di awasi dan didaftarkan kepada OJK secara
langsung maka terhadap penyalahgunaan data pribadipun kemungkinan tidak akan terjadi.
KESIMPULAN
Fintech syariah merupakan perpaduan atau gabungan inovasi antara keuangan dan
teknologi pada proses pelayanan keuangan dan investasi dengan berlandaskan nilai – nilai
ajaran islam. Banyak kelebihan yang bisa didapatkan dengan menggunakan fintech berbasis
syariah, salah satu kelebihan yang paling utama adalah terbebasnya seorang muslim dengan
riba, gharar dan maysir yang pada dasarnya hal-hal demikian merupakan hal yang sangat
dilarang bagi kaum muslim, namun demikian dalam penerapan fintech berbasis syariah ini
masih memiliki kekurangan seperti rendahnya minat mahasiswa untuk beralih dari
penggunaan fintech konvensional ke fintech yang berbasis syariah dengan alasan sudah
merasa nyaman dengan fitur yang diberikan dan tidak ingin mencoba hal baru lagi. Selain hal
yang demikian masih banyak faktor yang menjadi rendahnya minat mahasiswa untuk
menggunakan fintech syariah yaitu rendahnya pemaham mahasiswa mengenai fitur-fitur yang
diberikan oleh fintech syariah, daerah tempat asal mereka masih banyak menggunakn
transaksi berbasis mata uang riil sehingga telah menjadi kebiasaan dikalangan mahasiswa
ketika telah pindah daerah ke kota. Oleh karena itu perlu adanya sosialisi yang lebih
digencarkan oleh para pelaku fintech syariah agar dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam terkait pengguaan fintach syariah serta agar memberikan fitur-fitur dan promo-
promo menarik agar mahasiswa mau berhijrah dari fintech konvensional ke fintech syariah.
9
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Sartika Nasution, Urgensi Fintech Dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi, Iqtishad una
Burhanuddin, C. I., & Abdi, M. N. (2019). Tingkat Pemahaman dan Minat Masyarakat
Muthia, F., Raneo, A.P., & Andaiyani, S. (2019). Financial Inclusion and Bank Efficiency in
2(40).
Hsu, H. (2013). The Moderating Effects Of Leverage And Ownership Structure On Firm
Law.2013, Vol. 2.
10
11