Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS AKTIVITAS OPERASI – ANALISIS PENGAKUAN BEBAN DAN PENDAPATAN

PENDAHULUAN

Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai
alat berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data dan aktivitas perusahaan tersebut. Aktivitas operasi adalah
aktivitas terpenting dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Sudah seyogyanya
perusahaan harus menganalis dan menangani aktivitas operasi dengan sebaik mungkin.

Laba merangkum dampak keuangan aktivitas operasi usaha. Salah satu laporan keuangan
yang dapat digunakan untuk menganalisis aktivitas operasi menyajikan informasi tentang
laba adalah laporan laba rugi. Tujuan utama laporan laba rugi adalah menjelaskan
bagaimana laba dihitung dengan komponen penting yang disajikan dalam pos terpisah. Laba
akuntansi (yang dilaporkan) diukur berdasarkan akuntansi akrual, serta dihitung dengan
mengakui pendapatan dan mengaitkan biaya dengan pendapatan yang diakui.

Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba. Selain
pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi, aktivitas operasi juga
meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berkaitan dengan kegiatan operasi
tersebut.

Laba (juga disebut earning atau profit) merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi usaha
yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Laba merupakan informasi perusahaan yang paling
diminati dalam pasar uang. Menentukan dan menjelaskan laba suatu usaha pada suatu
periode merupakan tujuan utama laporan laba rugi.

Aktivitas operasi perusahaan merupakan sumber utama laba perusahaan. Laba


mencerminkan kesuksesan perusahaan dalam membeli dari pasar input dan menjual dalam
pasar output.

1
Aktivitas operasi (operating activities) mencerminkan pelaksanaan rencana bisnis yang
terdapat dalam aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi. Aktivitas operasi melibatkan
lima komponen yaitu penelitian dan pengembangan (litbang), pembelian, produksi,
pemasaran, dan administrasi.

Sebagai tambahan, laba akuntansi memiliki masalah pengukuran yang terjadi akibat distorsi
akuntansi karena diperkenalkannya berbagai aturan yang telah ditentukan,manajemen laba,
dan kesalahan estimasi. Tugas utama analisis adalah mengidentifikasi komponen tetap atau
berulang dari laba yang dilaporkan.

Dalam menghasilkan laba, komponen yang paling penting dalam operasional adalah
pendapatan dan beban. Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan nilai aset suatu
perusahaan atau pengurangan kewajiban yang berasal dari aktivitas utama atau inti
perusahaan yang masih berlangsung. Sebaliknya keuntungan adalah peningkatan aktiva
bersih yang berasal dari transaksi insidental atau tidak biasa perusahaan.

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan
apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk
melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi
mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain berguna dalam
memprediksi arus kas operasi masa depan.

Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan


atau kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih. Atus kas yang
menyangkut transaksi semacam itu merupakan arus kas aktivitas investasi. Akan tetapi,
keuntunan atau kerugian atas transaksi tersebut merupakan arus kas operasi.

Sedangkan beban merupakan arus kas keluar yang terjadi atau arus kas keluar yang akan
terjadi yang berasal dari aktivitas perusahaan yang masih berlangsung. Sedangkan kerugian
(loss) merupakan penurunan aset bersih perusahaan yang berasal dari aktivitas sampingan
perusahaan atau insidental.

2
RUMUSAN MASALAH

• Bagaimana penjelasan pengukuran laba dan implikasi terhadap analisis aktivitas operasi
dan non operasi?
• Bagaimana analisis pengakuan pendapatan dan beban serta berbagai resikonya
terhadap analisis laporan keuangan?

3
PEMBAHASAN

A. PENGUKURAN LABA

Para pembuat standar memahami akan adanya kebutuhan untuk memisahkan komponen


laba yang berulang dan tidak berulang. Secara perlahan tapi pasti,akuntansi mulai
mengadopsi model akuntansi nilai wajar. Dalam akuntansi nilai wajar, laba yang dilaporkan
secara berulang dalam bentuk keuntungan / kerugian belum direalisasi yang timbul akibat
perubahan nilai wajar aset dan kewajiban.

Aktivitas operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan laba/rugi
pada periode akuntansi. Secara konseptual akuntansi akrual mengkonversi kas menjadi
suatu pengukuran yang secara prinsip mendekati laba ekonomi. Namun perlu diingat laba
ekonomi berbeda dengan arus kas, karena laba ekonomi mempertimbangkan arus kas kini
dan arus kas masa depan.

1) KONSEP PENGUKURAN LABA


Laba merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang dinyatakan dalam istilah
keuangan. Laba merupakan pengukuran atas perubahan kekayaan pemegang saham
(Perubahan nilai) maupun estimasi laba pada masa depan.
Namun perlu untuk dibedakan antara laba akuntansi dan laba ekonomi

1. Konsep laba ekonomi

Laba ekonomi biasanya merupakan arus kas ditambah dengan nilai wajar dari aset.
Berdasarkan definisi ini laba mencakup baik komponen yang sudah direalisasi (arus kas)
maupun yang belum (laba atau rugi kepemilikan). Dengan kata lain laba ekonomi mengukur
perubahan nilai pemegang saham. Laba ekonomi mengukur dampak keuangan terhadap
seluruh kejadian secara komprehensif yang ada di dalam perusahaan atau organisasi.
Namun demikian perlu diperhatikan adalah dalam laba ekonomi merupakan gabungan dari
laba untuk kompenen berulang dan laba untuk komponen yang tidak berulang. Atas hal itu
laba ekonomi tidak bermanfaat untuk meramalkan kondisi di masa yang akan datang, hal ini

4
dikarenakan kompenen laba yang digunakan adalah komponen laba yang tidak berulang,
sedangkan untuk peramalan tingkat pengembalian di masa yang akan datang atas saham
yang telah diinvestasikan.

2. Konsep laba akuntansi

Laba akuntansi mungkin terlihat serupa dengan laba ekonomi, namun laba akuntansi
(Accounting income) merupakan produk lingkup laporan keuangan yang melibatkan standar
akuntansi yang beberapa diantaranya memiliki arti ekonomi tetapi untuk yang lainnya
mungkin tidak. Dengan adanya standar ini memungkinkan adanya estimasi yang berbeda
pada kasus yang sama. Suatu transaksi yang sama memungkinkan diperlakukan berbeda
oleh suatu perusahaan. Standar akuntansi juga memberikan kesempatan pada seorang
untuk mempercantik angka akuntansi, dengan adanya standar ini menjadikan distorsi
akuntansi dapat terjadi.

Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual yang mencakup baik aspek
ekonomi maupun aspek permanen. Namun bukan merupakan pengukuran laba langsung,
laba akuntansi mengalami masalah pada pengukuran, hal ini dikarenakan laba akuntansi
yang disajikan terkadang tidak mencerminkan realitas ekonomi yang ada.

Laba tetap (permanent income) merupakan suatu estimasi dari rata – rata stabil yang
diharapkan akan diperoleh suatu usaha sepanjang usianya dengan mempertimbangkan
kondisi usaha saat ini.

Konsep laba menjadikan hal penting bagi pemangku stakeholder atau pemegang
kepentingan dalam perusahaan mulai dari karyawan, manajemen, pemegang saham sampai
dengan debitor ataupun kreditor perusahaan. Untuk itu penting mengetahui bagaimana
laba dapat diukur atau diketahui. Laba akuntansi dapat diketahui dengan menghasilkan
pendapatan dan mengurangi dengan beban atau biaya yang dikeluarkan.

a. Pengakuan pendapatan dan keuntungan(Revenue and gain Recognition)

5
Pendapatan diakui apabila Pendapatan telah terjadi atau dapat direalisasi (realized or
realizable) dan pendapatan telah dihasilkan (earned). Untuk pendapatan telah terjadi atau
dapat direaliasi suatu perusahaan harus telah mendapatkan kas atau komitmen handal
untuk mendapatkan kas seperti piutang yang sah. Untuk pendapatan telah dihasilkan
(earned) terjadi ketika perusahaan telah menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada
pembeli, yaitu proses perolehan laba harus telah selesai.

Pendapatan (revenue) merupakan arus kas masuk yang diperoleh atau yang akan diperoleh
dari aktivitas usaha yang berlangsung. Sedangkan keuntungan (gains) merupakan arus kas
masuk yang diperoleh atau akan diperoleh yang berasal dari transaksi atau kejadian yang
tidak terkait dengan aktivitas usaha perusahaan yang sedang berlangsung.

Pendapatan dalam banyak definisi pendapatan (revenue) muncul di berbagai bidang.


Investorworlds.com (2010) mendefinisikan revenue dalam dua hal: a) untuk perusahaan,
revenue adalah jumlah total uang yang diterima oleh perusahaan untuk barang yang dijual
atau jasa yang diberikan selama periode waktu tertentu. Ini juga termasuk seluruh
penjualan bersih, pertukaran aset; bunga dan kenaikan lain dalam ekuitas pemilik dan
dihitung sebelum beban-beban dikurangkan; b) untuk pemerintah, pendapatan adalah
kenaikan aset pendanaan pemerintah yang tidak meningkatkan hutang atau recovery of
expenditure. Pendapatan ini diperoleh dari pajak, lisensi, dan fee.

Dari businessdictionary.com (2010), kita memahami pendapatan sebagai angka yang


diperoleh dari penjualan barang atau jasa, atau penggunaan lain dari modal atau aset,
dihubungkan dengan operasi utama perusahaan sebelum biaya atau beban dikurangkan.
Pendapatan biasanya ditunjukkan sebagai top item dalam laporan laba-rugi dari seluruh
charge, biaya, dan beban yang dikurangkan untuk sampai pada net income perusahaan.
Juga disebut penjualan, atau turnover (di UK).

Berfokus pada konsep akuntansi, sebagaimana ditunjukkan di Accounting Learning


Resource, kita mempertimbangkan tampilan utama pendapatan sebagai sesuatu yang:

a. Muncul dari aktivitas perdagangan dari suatu bisnis;

6
b. Menciptakan aliran masuk dana ke bisnis;
c. Dihitung dalam bentuk uang;
d. Selalu terkait dengan periode akuntansi tertentu;
e. Hasil dari rangkaian aktivitas yang menghasilkan pendapatan;
f. Modal adalah sumber pendapatan.

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari
transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Beberapa
contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa
2. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa
4. Pembayaran kas kepada karyawan
5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan
premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya
6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penhasilan kecuali jika dapat
diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi
7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi
usaha dan perdagangan
8. Pembayaran kas untuk pabrikasi atau memperoleh aset yang dimiliki untuk
disewakan kepada pihak lain dan selanjutnya dimiliki untuk dijual
9. Penerimaan kas dari sewa dan penjualan atas aset setelah periode sewa

Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem
pembukuan sehingga jumlah tersebut terrefleksi dalam statement keuangan. Pendefinisian
pendapatan harus dipisahkan dari pengertian pengakuan pendapatan. Pengakuan
pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Pendapatan hanya diakui
kalau memenuhi kualitas keterukuran dan keterandalan. Kualitas tersebut harus
dioperasionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan.

Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:

7
1. Direalisasikan atau dapat direalisasi
2. Dihasilkan

pendapatan adalah income untuk perusahaan. Pendapatan, terkait dengan Matching


Principle, akan ditandingkan dngan pengeluaran
Pengertian Pendapatan
Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, perhatian pada perhitungan laba rugi semakin
dirasakan manfaatnya. Dengan adanya informasi mengenai pendapatan, maka dapat
membandingkan antara modal yang tertanam dengan penghasilan sebagai alat untuk
mengukur kinerja efisiensi perusahaan dana dapat memprediksi distribusi dividen di neraca
yang akan datang.

Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum
mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas
dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengukuran pendapatan itu sendiri.
Secara garis besar, konsep pendapatan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu menurut ilmu
eknomi dan ilmu akuntansi.

Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh
seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir
periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif
pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah
jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu
periode, bukan hanya yang dikonsumsi. Definisi pendapatan menurut ilmu eknomi menutup
kemungkinan perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode,
dan menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara gatis besar, pendapatan
adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan
diakibatkan perubahan modal dan hutang.

Sedangkan dalam ilmu akuntansi, terdapat beberapa sumber yang menjelaskan mengenai
definisi dari pendapatan, diantaranya adalah menurut FASB dalam SFAC No. 6, IAI yang
mengadopsi definisi dari IASC, dan APB No.4. Dari beberapa sumber tersebut dapat didaftar

8
beberapa karakteristik yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. pengertian
pendapatan dan untung. Kharakteristik tersebut adalah kenaikan aset, operasi utama
berlanjut, penurunan kewaiban, suatu entitas, produk perusahaan, pertukaran produk,
menyandang beberapa nama, dan mengakibatkan kenaikan ekuitas.

Pendapatan dapat dikatakan ada jika terjadi suatu transaksi atau kejadian yang menaikkan
aset atau menimbulkan aliran masuk kas. Paton dan Littleton menyebutkan transaksi,
kejadian dan peristiwa yang dapat menambah aset, yaitu: transaksi pendanaan yang berasal
dari kreditor dan investor, laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset
tetap, hadiah, donasi atau temuan, revaluasi aset yang telah ada, dan penyediaan dan / atau
penyerahan produk (barang atau jasa). Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset
merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk.

Tidak semua kenaikan dari aset dapat disebut sebagai pendapatan. Kegiatan sentral
menerus atau berlanjut merupakan kharakteristik yang membatasi kenaikan aset sebagai
pendapatan. Menurut kharakteristik operasi utama berlanjut, pendapatan merupakan
produk perusahaan yang dihasilkan sebagai upaya produktif. Produk yang dihasilkan oleh
perusahaan bisa diklasifikasikan sebagai pendapatan operasi dan non operasi.

Kharakteristik lain yang membentuk definisi pendapatan adalah penurunan kewajiban.


Penurunan Kewajiban terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya
misalnya menerima pembayaran di muka dari pelanggan. Penerimaan ini merupakan
kewajiban sampai ada kegiatan dari perusahaan berupa pengiriman barang atau
pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban
yang menimbulkan pendapatan.

Kata entitas atau perusahaan dimasukkan dalam pendefinisian suatu pendapatan, hal ini
mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefiisian. Pendapatan
merupakan kenaikan aset, dimana aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi,
antara perusahaan dan pemilik mempunyai hubungan hutang piutang sehingga pada aset
naik sebagai pendapatan, utang perusahaan kepada pemilik juga naik dalam jumlah yang
sama.

9
Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. Pendapatan
dikatakan sebagai produk perusahaan karena pendapatan terbentuk bersamaan atau
selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat penyerahan produk
kepada pelanggan. Paton dan Littleton juga memasukkan kharakteristik pertukaran dalam
pendefinisian pendapatan. Hal ini dikarenakan pendapatan harus dinyatakan dalam satuan
moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling obyektif
adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil dari transaksi atau pertukaran antar
pihak yang independen. Pendapatan juga merupakan suatu konsep yang bersifat generik
dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun, sehingga antara
perusahaan dagang atau jasa bisa memiliki nama yang berbeda dalam pendefinisian
pendapatan.

Banyak argumen yang diajukan mengenai pembedaan definisi antara pendapatan dan
untung. FASB membatasi pendapatan hanya untuk kenaikan aset yang berkaitan dengan
operasi utama. Sedangkan IAI dan APB tidak memebdakan pendapatan dan untung, dan
keduanya digabung dalam konsep income. Seperti halnya pendapatan, terdapat
kharakteristik yang membentuk pengertian untun, yaitu kenaikan ekuitas, transaksi periferal
atau insidental, dan selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik. FASB
melalui SFAC No. 6 merinci lebih lanjut mengenai transaksi, kejadian atau keadaan yang
menimbulkan untung, yaitu periferal dan insidental, transfer nontimbal-balik, penahanan
aset, dan faktor lingkungan.

Kriteria Pengakuan Pendapatan


Pengakuan sebagai pencatatan suatu barang atau jasa dalam perkiraan-perkiraan dan
laporan keuangan seperti aset, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.
Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu barang baik dalam kata-kata maupun dalam
jumlahnya, dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan
keuangan.

Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu barang dapat diakui adalah:

10
1. Definisi barang dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh
unsur laporan keuangan, yaitu aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, baban,
keuntungan, dan kerugian.
2. Barang tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu
karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
3. Relevansi informasi mengenai barang tersebut mampu membuat suatu perbedaan
dalam pengambilan keputusan.
4. Reliabilitas informasi mengenai barang tersebut dapat digambarkan secara wajar
dapat diuji, dan netral.
Empat kriteria pengakuan di atas, diterapkan pada semua barang yang akan diakui pada
laporan keuangan. Namun menurut SFAC No.5 menyatakan persyaratan yang lebih
mengikat dalam hal pengakuan komponen laba dan pada pengakuan perubahan lainnya
dalam aktiva atau kewajiban.

Pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila:


1. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan; ketika kas diterima untuk
barang dan jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasikan ketiga klaim atas kas
(misalnya, aset non kas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang
ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam kas tersebut. Kriteria ini juga
dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas, seperti emas, dimana ada
pasar publik untuk jumlah tak terhingga, dan produk tersbut dapat dibeli dan dijual
pada harga pasar yang telah diketahui.
2. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar dari
proses untuk menghasilkan laba telah selesai; secara umum pendapatan diakui
ketiga proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya belum diselesaikan
selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses penghasilkan laba
dapat diestimasi secara tepat.

Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Dalam Standar Akuntansi


Kemampuan dari akuntansi memberi suatu informasi yang baik dapat dilihat dari
kemampuannya untuk memberikan konsep pengakuan pendapatan dengan tepat sehingga

11
membantu pemakai dalam mengambil keputusan. Standar Akuntansi Keuangan No.23
mendefinisikan pendapatan sebagai berikut:
Pendapatan adalah atus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Dapat disimpulkan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang diterima perusahaan itu sendiri, diluar dari pernyataan yang tidak memiliki
manfaat ekonomi dalam peningkatan ekuitas bagi perusahaan dikeluarkan dari pendapatan.
Saat menentukan pendapatan diakui dapat ditinjau dari besar kemungkinan manfaat
ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dapat diukur dan diprediksikan dengan
normal.

1. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat
diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh
persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah
tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima
perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh
perusahaan. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah
pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Namun jika terdapat perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal, maka imbalan
tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai wajar disini dimaksudkan sebagai suatu
jumlah dimana kegiaan mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara
pihak yang memakai dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar, kemungkinan
kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima.
Barang yang dijual atau jasa yang diberikan untuk diperkirakan atau barter dengan
barang atau jasa yang tidak sama, maka pertukaran dianggap sebagai transaksi yang
mengakibatkan pendapatan. Tetapi bila barang atau jasa yang dipertukarkan untuk
barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang sama maka pertukaran tersebut tidak
dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.

12
2. Pengakuan Pendapatan
Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu.
Menurut PSAK No.23 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara
terpisah kepada setiap transaksi, namun dalam keadaan tertentu adalah perlu untuk
menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat
diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan
substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua
atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa
sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian
transaksi tertentu secara keseluruhan.
Pendapatan dari penjualan barang harus segera diakui bila seluruh kriteria berikut ini
terpenuhi :
1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memudahkan
manfaat kepemilikan barang kepada pembeli
2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau mengendalikan atas barang yang dijual
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan handal
4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan
mengalir ke perusahaan tersebut
5. Biaya yang akan terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan handal.
Bila salah satu kriteria di atas tidak dipenuhi, maka pengakuan pendapatan harus
ditangguhkan. Pendapatan tidak diakui apabila perusahaan tersebut menahan resiko
dari kepemilikan, antara lain:
1. Bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal
yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana lazimnya
2. Bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung pada
pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualn barang yang bersangkutan
3. Bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang
ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan
terjadi return.
Pendapatan dan transaksi penjualan jasa dapat diestimasi atas tugas yang disepakati
perusahaan. Pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui pada tingkat

13
penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Menurut Standar Akuntansi Keuangan,
penjualan jasa dapat diakui dengan metode presentase penyelesaian, bila memenuhi
seluruh kondisi berikut:
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal
4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya tidak menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.

Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut dapat
dipisah dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima oleh
pihak-pihak tersebut, antara lain:
1. Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan kekuatan
hukum yang berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak-pihak
tersebut
2. Imbalan yang harus dipertukarkan
3. Cara dan persyaratan penyelesaian

Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode, tergantung
pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan
2. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal
3. Pendapatan atas bunga, royalti, dan dividen ini diakui dengan menggunakan dasar
tersebut
4. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif
aktiva tersebut
5. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang
relevan

14
6. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak pemegang
saham untuk menerima pembayaran diterapkan

Prinsip Pendapatan Dalam Akuntansi


Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah menentukan saat
pengakuan pendapatan. Pada prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognation
principle), umumnya pendapatan diakui pada saat:
1. Pendapatan direalisasikan atau dapat direalisasikan, yaitu bila barang dan jasa,
barang dagangan, atau harta lain ditukar dengan kas atau klaim atas kas;
Pendapatan dianggap dapat direalisasikan apabila aset yang diterima dalam
pertukaran segera dapat dikonversi (siap ditukar) menjadi kas atau klaim atas kas
dengan jumlah yang diketahui.
2. Pendapatan dianggap dihasilkan (earned) bila entitas bersangkutan pada hakikatnya
telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas
manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni apabila proses menghasilkan laba
telah selesai atau sebenarnya telah selesai.

Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip di atas, yaitu :
1. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya
diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan pada pelanggan.
2. Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa diakui ketika jasa-jasa itu telah
dilaksanakan dan dapat ditagih.
3. Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan
seperti bunga, sewa dan royalti diakui sesuai dengan berlakunya waktu atau ketika
aktiva itu digunakan.
4. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan.

Pengukuran pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa pendapatan
timbul dari peristiwa ekonomi berikut ini : (1) Penjualan barang; (2) Penjualan jasa; (3)

15
Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan
deviden.

Pendapatan dari penjualan barang harus diakui jika :


1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan
manfaat kepemilikan barang kepada pembeli
2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal
4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan
mengalir kepada perusahaan tersebut
5. Biaya yang terjadi dan akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur
dengan andal.

Pendapatan yang berhubungan dengan transaksi penjualan jasa yang dapat diestimasi
dengan andal (bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakaiannya sebagai pemakaian yang tuluis dan jujur dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan) harus diakui dengan acuan
pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.

Suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal jika :


1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan
2. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi dari tanggal neraca dapat diukur dengan
andal
3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk penyelesaian transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
Bila transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan
yang diakui hanya berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.

16
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalty, dan dividen harus diakui atas dasar :
1. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif
aktiva tersebut
2. Royalty harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang
relevan
3. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai diakui bila hak pemegang saham
untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Pengakuan atas dasar tersebut dilakukan bila : (1) besar kemungkinan manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; dan (2) jumlah
pendapatan dapat diukur secara andal.

Namun bila ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sebesar jumlah yang telah masuk
dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah pemulihannya atau
pengembaliannya tidak lagi besar kemungkinan, diakui sebgai beban, dari pada penyesuaian
jumlah pendapatan yang diakui semula.

Pengakuan pendapatan yang sering dilakukan perusahaan menurut Kieso, dkk (2002:5)
terdiri dari:
1. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan) 
Pendapatan dari aktivitas pabrikasi serta penjualan umumnya diakui pada saat
penjualan (point of sell) yang biasanya berarti terjadi penyerahan.  Namun timbul
masalah dalam pelaksanaannya yang disebabkan oleh tiga situasi yaitu :
a) Penjualan dengan Perjanjian Beli Kembali
Dalam situasi ini, hak milik legal telah berpindah pada pembeli namun resiko
kepemilikan tetap berada pada penjual.  Untuk itu jika terjadi perjanjian beli kembali
dengan harga tertntu dan harga tersebut dapat menutupi semua biaya persediaan
ditambah biaya kepemilikan yang terkait, maka persediaan dan kewajiban yang
terkait itu tetap ada dalam pembukuan penjualan dengan kata lain tidak terjadi
penjualan. 
b) Penjualan dengan hak retur

17
Perlakuan akuntansi untuk situasi seperti ini sebenarnya normal, namun jika tingkat
retur tinggi maka perlu dilakukan penundaan pelaporan penjualan sampai hak retur
habis masa berlakunya.  Untuk itu terdapat tiga metode pengakuan pendapatan
alternative jika penjual mengalami situasi ini yaitu : (1) Tidak mencatat penjualan
sampai seluruh hak retur habis masa berlakunya; (2) Mencatat penjualan, tetapi
mengurangi penjualan dengan estimasi retur dimasa depan; dan (3) Mencatat
penjualan serta memperhitungkan retur pada saat terjadi.
Jika terjadi penjualan dengan hak retur maka pendapatan dari transaksi penjualan
diakui pada saat penjualan jika memenuhi keenam kondisi sebagai berikut : (1) Harga
penjual kepada pembeli relatif tetap (fixed) atau dapat ditentukan pada tanggal
penjualan; (2) Pembeli sudah membayar penjual, atau pembeli berkewajiban untuk
membayar penjual, dan kewajiban itu tidak bergantung pada penjualan kembali
produk tersebut; (3) Kewajiban pembeli pada penjual tidak akan berubah apabila
terjadi pencurian atau kerusakan atau rusaknya fisik produk; (4) Pembeli yang
memperoleh produk untuk dijual kembali memiliki substansi ekonomi yang terpisah
dari yang diberikan oleh penjual; (5) Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan
atas kinerja masa depan yang secara langsung menyebabkan penjualan kembali
produk itu oleh pembeli; dan (6) Jumlah retur dimasa depan dapat diestimasi secara
layak.
Jika pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan tidak diakui karena keenam
kondisi tidak dipenuhi harus diakui ketika hak retur secara substansial telah habis
masa berlakunya atau kemudian keenam kondisi ini dapat dipenuhi.
c)    Trade Loading
Trade Loading dan Channel Stuffing merupakan praktik yang gila; licik; dan tidak
ekonomis; melalui praktik ini pabrikan membujuk (dengan penjualan, laba, dan
pangsa pasar yang sebenarnya tidak mereka miliki) pelanggan mereka untuk
membeli produk dari pada yang bisa mereka jual kembali atau dengan kata lain
mencatat pembukuan hari ini untuk pendapatan yang akan datang.
2. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan  
Contoh yang paling konkrit dari pengakuan pendapatan sebelum penyerahan adalah
”akuntansi kontrak konstruksi jangka panjang”.  Kontrak jangka panjang sering kali
menetapkan bahwa penjual (kontraktor) dapat menagih pembeli pada selang waktu

18
ketika berbagai tahap  dari proyek yang telah dicapai.  Terdapat dua metode
akuntansi untuk kontrak kontruksi jangka panjang yang diakui oleh profesi akuntansi,
yaitu :
a) Metode persentase penyelesaian
Pendapatan dan laba kotor  diakui setiap periode berdasarkan kemajuan
proses kontruksi, yaitu persentase penyelesaian. Metode ini digunakan
hanya jika estimasi kemajuan kearah penyelesaian, pendapatan, serta biaya
secara layak dapat dipercaya, dan memenuhi syarat-syarat  berikut : (1)
Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan
pemberlakuannya mengenai barang atau jasa yang diberikan dan diterima
oleh pihak yang terlibat dalam kontrak, imbalan yang akan dipertukarkan,
serta cara dan cara penyelesaian; (2) Pembeli dapat diharapkan untuk
memenuhi semua kewajiban dalam kontrak; dan (3) Kontraktor dapat
diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual tersebut. 
b) Metode kontrak selesai
Pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat kontrak diselesaikan.
Metode ini hanya digunakan (1) Jika suatu entitas terutama memiliki kontrak
jangka pendek, atau (2) Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode
persentase penyelesaian tidak dapat terpenuhi, atau (3) Jika terdapat bahaya
yang melekat dalam kontrak  itu di luar resiko bisnis normal dan berulang.
3. Pengakuan pendapatan setelah penyerahan
Dalam beberapa kasus, hasil penagihan atas harga jual tidak dapat dipastikan secara
layak sehingga pengakuan pendapatan akan ditangguhkan.  Ada dua metode yang
dapat digunakan dalam menagguhkan pengakuan pendapatan sampai kas diterima,
yaitu :
a. Metode akuntansi penjualan cicilan (installment sales method)   
Dalam metode akuntansi penjualan cicilan mengakui laba dalam periode
penagihan bukan dalam periode penjualan.  Metode akuntansi penjualan
cicilan dibenarkan atas dasar bahwa jika tidak ada pendekatan yang layak
untuk mengestimasi tingkat ketertagihan, pendapatan tidak boleh diakui
sampai kas berhasil ditagih.

19
b. Metode pemulihan biaya (cost recovery method)
Dalam metode pemulihan biaya, tidak ada laba yang diakui sampai
pembayaran kas oleh pembeli melebihi harga pokok barang dagang yang
dijual bagi penjual.  Setelah seluruh biaya dipulihkan, setiap penagihan kas
tambahan dimasukkan dalam laba.  Laporan laba rugi untuk periode
penjualan melaporkan pendapatan penjualan, harga pokok penjualan, serta
laba kotor baik jumlah yang diakui selama periode berjalan maupun jumlah
yang ditangguhkan.  Laba kotor yang ditangguhkan dikurangkan dari piutang
terkait dengan neraca.  Laporan laba rugi selanjutnya melaporkan laba kotor
sebagai pos pendapatan terpisah apabila laba kotor diakui pada saat
dihasilkan.
Dalam beberapa situasi kas diterima sebelum penyerahan atau pengalihan properti
dan dicatat sebagai simpanan karena transaksi penjualan tersebut belum selesai. 
Cara ini disebut metode simpanan (deposit method).  Menurut metode ini penjualan
melaporkan kas yang diterima dari pembeli sebagai uang tanggungan atas kontrak
dan mengklasifikasikannya dalam neraca.  Selain itu, penjual juga mencatat beban
penyusutan sebagai biaya periode untuk properti tersebut. Menurut metode ini
tidak ada pendapatan atau laba yang harus diakui sampai penjualan selesai.  Pada
saat itu akun simpanan ditutup dan salah satu metode pengakuan pendapatan diatas
diterapkan.
4. Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus
a) Waralaba
Peruasahaan waralaba memperoleh pendapatan dari sumber-sumber berikut,
yaitu : (1) dari penjualan waralaba awal dan aktiva atas jasa terakit; dan (2) dari
iuran (fee) berkesinambungan yang didasarkan pada pengoperasian waralaba.
Franchisor adalah pihak yang memberikan hak bisnis dalam waralaba, dan
franchisee adalah pihak yang megoperasikan bisnis warlaba.
Dalam perjanjian waralaba iuran awal dicatat sebagai pendapatan hanya bila
dan ketika franchisor melaksanakan pelaksanaan substansial jasa yang wajib ia
laksanakan dan penagihan iuran dapat dipastikan secara layak.  Iuran waralaba
yang berkesinambungan diakui sebagai pendapatan saat dihasilkan dan dapat
ditagih dari franchisee.

20
b) Konsinyasi
Dalam perjanjian konsinyasi,  Consignor (pabrikan) mengirim barang dagang
kepada Consignee (dealer) yang bertindak sebagai agen yang menerima barang
dagang dan setuju untuk menjual dan menjaga barang tersebut.  Kas yang
diterima dari pelanggan dikirim kepada consignor setelah dikurangi komisi
penjualan dan semua beban yang dapat dikenakan.
Pendapatan hanya diakui setelah consignor menerima pemberitahuan penjualan dan
pengiriman kas dari consignee.

Saat Pengakuan Pendapatan


Pada Saat Kontrak Penjualan
Pendapatan diakui jika sudah terjadi penjualan. Jika saat kontrak dilakukan ada pembayaran
di muka, maka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada
pembeli

Selama Proses Produksi Secara Bertahap


Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama dalam
penyelesaiannya, misalnya proyek pembangunan gedung atau jalan. Pengakuan pendapatan
dapat dilakukan secara bertahap sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus
pada saat proyek selesai dan diserahkan. Ada dua metode yang digunakan yaitu metode
presentase selesai dan metode kontrak selesai. Terdapat beberapa masalah yang terkait
dengan pengakuan selama proses produksi yaitu akresi, apresiasi, dan penghematan kas.
Secara definisional, akresi merupakan pendapatan karena tidak merefleksi kenaikan aset
dan berkaitan dengan operasi utama perusahaan. Akan tetapi jumlah kenaikan tidak dapat
diakui sebagai pendapatan karena kriteria realitas belum terpenuhi. Namun demikian, akresi
cukup penting untuk diukur dan dilaporkan sebagai data tambahan. Selama jangka waktu
persiapan, pemelihataan, dan pertumbuhan, semua kas yang selayaknya telah terjadi dapat
diakumulasi menjadi kas yang kan dibebankan terhadap pendapatan yg diharapkan.
Seperti halnya akresi, apresiasi dapat dipandang sebagai pendapatan secaradefinisional
khususnya untuk aset berupa produk atau barang dagangan. Akan tetapi apresiasi tidak
dapat dianggap sebagai pendapatan karena belum terealisasi dan juga bukan hasil suatu
proses pembentukan pendapatan.

21
Potongan tunai dan keringangan-keringanan yang terjadi dalam pembelian barang atau jasa
bukanlah merupakan suatu pendapatan melainkan merupakan pengurang kas atau
penghemat kas aset yang diperoleh. Demikian juga halnya dengan penghematan kas yang
terjadi dalam pembelian dengan harga murah bukanlah merupakan suatu laba meskipun hal
tersebut akan mempunyai pengaruh terhadap laba neto yang akhirnya akan terealisasi.

Pada Saat Produksi Selesai


Ini memiliki arti bahwa pendapatan diakui pada saat akhir tahap produksi. Misalnya untuk
produk pertambangan dan pertanian. Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasr
saat produk selesai mempunyaialasan logis yang kuat untuk indusri ekstraktif,
penggunaannya secara uum kurang dapat diterima bahkan dalam industri ekstraktif
sekalipun.

Pada Saat Penjualan


Saat penjualan kriteria penghimpunana dan realisasi telah dipenuhi. Saat penjualan
jugamerupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan sehingga menjadi standar utama
dalam pengakuan pendapatan. Biasanybidana untuk perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri dan perdagangan. Masalah-masalah yang timbul pada pengakuan ini adalah
kepastian pengukuran pendapatan akibat kas pasca-jual dan pengembalian barang. Cara-
cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah:
1. Kembalian dan Potongan Tunai
Kembalian atau return untuk suatu periode yang timbul akibat barang cacat atau
rusak dicatat dengan membalik jurnal yang telah dibuat pada saat penjualan dengan
jumlah rupiah pengembalian. Potongan tunai sama sekai tidak menghalangi
pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Potongan tunai adalah potongan yng
ditawarkan penjual melalui penjualan.
2. Kos Purna-jual
Prosedur umum yang dilakukan terkait dengan kos purna jual adalah dengan
mendebit jumlah rupiah taksiran kas kegiatan dan mengkredit jumlah rupiah yang
sama ke dalam suatu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.

22
Kerugian Piutang
Keberatan lain atas dasar penjualan adalah pendapat mengenai piutang yang bukan
merupakan bukti efektif terhadap realisasi pendapatan. Namun hal ini bisa diatasi dengan
membentuk cadangan kerugian piutang.

Transaksi Penjualan
Kontrak penjualan yang belum disertai transfer produk secara teknis belum dapat dikatakan
sebagai transaksi penjualan walaupun perusahaan telah menerima uang muka.

Pada Saat Kas Terkumpul


Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan
pendapatan berdasarkan kas. Berbeda dengan pengakuan pada saat kontrak yang
barangnya belum diserahkan, pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan
yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima
secara berkala dalam waktu yang cukup panjang.

Saat Pengakuan Penjualan Jasa


Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang
melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoritis yang dihadapi
lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan. AICPA
memberikan kaidah umum untuk penjualan jasa, yaitu saat jasa telah dilaksanakan atau
dikonsumsi, selama proses pelaksanaan secara bertahap, saat pelaksanaan jasa selesai
sepenuhnya, dan saat kas terkumpul.

Prosedur Pengukuran
Saat kaidah pengakuan pendapatan merupakan ketentuan pada lebel penetap standar. Agar
dapat dilaksanakan pada level perusahaan, kaidah tersebut harus dijabarkan secara teknis
dan prosedural dalam bentuk kebijakan akuntansi perusahaan. Kebijakan akuntansi
perusahaan yang menetapkan kapan suatu penjualan dianggap secara teknis telah terjadi
sehingga memicu pencatatan jumlah rupiah penjualan tersebut.

23
b. Pengaitan beban dan kerugian (Expense and loss Matching)
Ketika pendapatan telah diakui untuk menghitung laba, biaya yang berkaitan dengan
pendapatan harus diakui (pengaitan beban). Untuk menjadi perhatian bahwa belanja harus
diakui saat keterjadian bukan saat kas keluar terjadi.

Beban (expenses) merupakan arus kas keluar yang terjadi atau arus kas keluar yang akan
terjadi yang berasal dari aktivitas perusahaan yang masih berlangsung. Sedangkan kerugian
(loss) merupakan penurunan aset bersih perusahaan yang berasal dari aktivitas sampingan
perusahaan atau insidental.

Disamping itu, pengeluaran (expenditure) dalam pemahaman paling sederhana mengenai


pengeluaran adalah uang yang dikeluarkan dalam proses operasi. Dalam akuntansi, kita
memecah pengeluaran menjadi dua kelompok utama: cost (biaya) dan expense (beban).

Cost (biaya) adalah harga dari suatu aset. Cost basis dari suatu aset memasukkan setiap
biaya untuk pembelian, pengadaan/akuisisi, dan set up aset, dan untuk men-training
karyawan dalam penggunaannya. Cost basis digunakan untuk membangun dasar untuk
depresiasi dan faktor pajak lain (Murray, 2009). Kemudian, akuntan menggunakan bentuk
expense untuk mengartikan cost yang telah digunakan ketika perusahaan melaksanakan
kegiatan-kegiatan penghasil-pendapatannya (Averkamp, 2007).

Seperti pada pembahasan sebelumnya untuk menghitung laba dilakukan dengan mengakui
pendapatan dan biaya yang terkait. Oleh karena itu laba akuntansi menjadikan pendapatan
atau keuntungan dan beban atau kerugian bagian dari komponen untuma dalam penyajian
laba akuntansi.

PENGAKUAN BEBAN – ANALISIS LEVERAGE

Konsep operating dan financial Leverage adalah bermanfaat untuk analisis, perencanaan dan
pengendalian keuangan. Dalam manajemen keuangan, Leverage adalah penggunaan assets dan
sumber dana (sources of founds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan
maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Jika semua biaya bersifat

24
variabel, maka akan memberikan kepastian bagi perusahaan dalam menghasilkan laba. Tapi karena
sebagai biaya perusahaan bersifat biaya tetap, maka untuk menghasilkan laba diperlikan tingkat
penjualan minimum tertentu.

Biaya tetap adalah biaya yang tidak terkait dengan operasi perusahaan, sehingga tidak ada
kaitannya dengan penjualan perusahaan. Karena biaya tetap tidak terkait dengan penjulan
perusahaan, maka biaya ini menjadi risiko yang hasus ditanggung oleh perusahaan. Biaya tetap
perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Biaya tetap operasi
Adalah biaya tetap dari aktivitas operasional perusahaan. Risiko yang ditimbulkan dari biaya ini
disebut risiko operasional. Biaya ini seperti biaya sewa gudang, biaya tenaga kerja bagian
administrasi, dan lain-lain.
2. Biaya tetap keuangan
Adalah biaya tetap karena perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan
perusahaan. Risiko yang ditimbulkan dari biaya ini disebut risiko keuangan. Biaya ini berupa biaya
bunga.
3. Biaya tetap total
Adalah penjumlahan dari biaya tetap operasi dan keuangan. Risiko yang ditimblkan dari biaya ini
disebut risiko bisnis atau perusahaan.

Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan
yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian akan
meningkatkan keuangan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga menigkatkan variabilitas (risko)
keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari
biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.

25
LEVERAGE DAN LAPORAN RUGI LABA
PT ASDB
Laporan Rugi Laba
1 Januari – 31 Desember 1989
( dalam Rp 000,- )

Bentuk yang Diperbaiki

Penjualan Bersih Rp5.000.000,-


Biaya operasi variabel Rp3.000.000,-
Biaya operasi tetap 1.000.000,-
Operating Rp4.000.000,-

Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)


Rp1.000.000,-
Bunga pinjaman 250.000,-

Laba sebelum pajak (EBT) Rp 750.000,-


Financial
Pajak penghasilan (40%) 300.000,-
Leverage

BIAYA TETAP DAN VARIABEL


Biaya variable adalah biaya yang dalam jangka pendek berubah karena perubahan operasi
persuahaan. Biaya variable tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya pemasaran langsung.

Biaya tetap adalah biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah karena variabilitas operasi
(tingkat output yang dihasilkan) maupun penjualan. Biaya-biaya tersebut meliputi depresiasi
bangunan kantor dan pabrik, kendaraan, peralatan kantor, asuransi kecelakaan, kesehatan dan gaji
manajer.
Biaya semivariabel adalah biaya yang menigkat secara bertahap dengan kenaikan output.
Contohnya adalah gaji manajer

26
Biaya va

VC

FC

AFC
Output Output
(a) Variabel (b) Tetap
(b)
Biaya

SVC

Output
( c ) Semivariabel

Dengan adanya biaya tetap pada struktur biaya perusahaan, maka untuk mencapai tingkat
keuntungan tertentu, perusahaan harus mampu menghasilkan penjualan inimum tertentu. Jika
sebua biaya perusahaan bersifat variable, maka tidak ada risiko bagi perusahaan. Biaya tetap itu
dapat diklasivikasikan menjadi:
1. Biaya tetap operasi
2. Biaya tetap keuangan
3. Biaya tetap total

Biaya tetap operasi menimbulkan risiko operasi bagi perusahaan. Biaya ini timbul dari
kegiatan operasi keuangan. Biaya tetap keuangan menimbulkan risiko keuangan. Biaya ini timbul
karena penggunaan hutang sebagai sumber dana perusahaan. Biata tetap total adalah penjumlahan
dari biaya tetap operasi dengan biaya tetap keuangan.

27
Seluruh biaya tetap itu menimbulkan risiko bagi perusahaan. Risiko yang ditimbulkan oleh
biaya tetap operasi disebut risiko operasi. Tingkat risiko tersebut secara kuantitaif dapat diukur
dengan leverage operasi. Risiko yang ditimbulkan dari biaya tetap keuangan disebut risiko keuangan.
Tingkat risiko tersebut secara kuantitatif dapat diukur dengan leverage keuangan. Secara
keseluruhan risiko operasi dan risiko keuangan disebut risiko bisnis atau risiko perusahaan. Tingkat
risiko tersebut secara kuantitatif dapat diukur dengan leverage total.

OPERATING LEVERAGE
Apabila perusahaan memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka dikatakan
perusahaan menggunakan leverage. Dengan menggunakan operating leverage, perusahaan
mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga
dan pajak yang lebih besar. Multiplier effect hasil penggunaan biaya operasi tetap terhadap laba
sebelum bunga dan pajak disebut dengan degree of operating leverage atau disingkat menjadi DOL.

Sementara itu perusahaan yang menggunakan sumber dana dengan beban tetap dikatakan
bahwa perusahaan mempunyai financial leverage. Penggunaan financial leverage ini dengan harapan
agar terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar daripada perubahan laba
sebelum bungan dan pajak (EBIT). Multiplier effect yang dihasilkan karena penggunaan dana denga
biaya tetap ini disebut dengan degree of financial leverage (DFL).
DOL PADA X = % PERUBAHAN EBIT
% PERUBAHAN PENJUALAN

ATAU
∆ EBIT
EBIT
DOL pada X =
∆ Penjualan

Penjualan
Atau:
(P-V) Q
DOL =
(P-V) Q - F

28
Setelah menghitung nilai DOL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DOL. DOL
dapat diartikan, jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EBIT akan berubah
searan sebesar m% x DOL. Jadi DOL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap
laba operasinya.

FINANCIAL LEVERAGE
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan
harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya
sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Financial leverage
dengan demikian menunjukan perubahan lab per lembar saham (earning per share atau EPS)
sebagai akibat perubahan EBIT.

% Perubahan EPS
DFL pada X =
% Perubahan EBIT

Yang dapat diformulasikan menjadi :


∆ EPS

EPS
DFL pada X =
∆ EBIT

EBIT
Atau:

(P-V) Q - F
DFL =
(P-V) Q – F – I

Setelah menghitung nilai DFL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DFL. DFL
dapat diartikan, jika EBIT berubah (naik/turun) sebesar n%, maka EPS akan berubah searah sebesar n
% x DFL. Jadi DFL menunjukkan tingkat sensitivitas EBIT terhadap EPS.

29
COMBINED LEVERAGE
Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating leverage maupun
financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa.
Degree combined leverage adalah multiplier atas perubahan laba per lembar saham (EPS) karena
perubahan penjualan. Dengan kata lain degree of combined leverage adalah rasio antara persentase
perubahan EPS dengan persentase perubahan penjualan.

% Perubahan EPS
DCL pada X =
% Perubahan Penjualan

Yang dapat diformulasikan menjadi :


∆ EPS
EPS
DCL pada X =
∆ Penjualan

Penjualan

ATAU DCL = DOL x DFL

Setelah menghitung nilai DCL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DCL. DCL
dapat diartikan, jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EPS akan berubah
searah sebesar m% x DCL. Jadi DCL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap EPS.

Seperti halnya degree of operating leverage dan degree of financial leverage, maka degree of
combined leverage juga mengukur resiko perusahaan secara keseluruhan, baik risiko bisnis maupun
risiko financial. Bagi investor yang ingin menanamkan dananya dalam hubungannya untuk
menentukan tingkat keuntungan yang diminta. Apabila DCL tinggi berarti resiko perusahaan secara
keseluruhan juga tinggi maka investor juga akan tingkat keuntungan yang tinggi pula. Dengan kata
lain perusahaan yang menggunakan excessive leverage akan menanggung beban tetap yang lebih
tinggi pula kemudian beban tetap yang lebih tinggi ini cenderung akan offset keuntungan kare na
penggunaan leverage, dan akhirnya penggunaan leverage yang excessive akan menyebabkan harga
pasar saham menurun yang berarti nilai perusahaan juga kemakmuran pemegang saham menurun.

30
ANALISIS BREAK-EVEN
Banyak perencanaan kegiatan dalam perusahaan yang didasarkan atas perkiraan tingkat
output. Pemahaman hubungan antara skala perusahaan, biaya operasi dan EBIT pada berbagai
tingkat output disebut analisis volume biaya laba atau cost profit volume analisis yang sering disebut
juga dengan break event analysis atau analisis break event. Suatu perusahaan mencapai kondisi
keuangan yang break even ketika hasil penjualannya sama dengan biaya operasinya. Hubungan
antara pendapatan penjualan, biaya dan laba dapat diilustrasikan dengan gambar di bawah ini.

Biaya, Pendapatan
(Rp)
Pendapatan Total

Biaya Total

BEP
Biaya Variabel

Biaya Tetap

Q1 Qb Q2 Output

Jika dikaitkan dengan raporan laba-rugi terhadap konsep biaya dalam ekonomi dapat
dijelaskan dengan gambar sebagai berikut:

LAPORAN LABA-RUGI

Sales xxx TR

31
COGS (xxx) VC
GROSS PROFIT xxx
Administrative expenses (xxx)
Other cash expenses (xxx)
Depreciation expenses (xxx)
EBIT xxx Laba
Interest exopenses (xxx)
EBT xxx
Tax (%) (xxx)
EAT xxx

Biaya-biaya yang lain sebelum EBIT adalah biata tetap (FC). Atas dasar konsep biaya dan
pendapatan di atas maka analisis break pont dapat dilakukan.

Operating Break Even


Adalah untuk menentukan besarnya penjualan yang akan memperoleh laba operasi (EBIT)
mencapai brerak even.

FC
QBE ¿
P − V
Dan
FC
S BE ¿
V
1 −
P atau
¿ P x Q BE

32
KESIMPULAN

Pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi pada umumnya didasarkan pada konsep
objektivitas yaitu bahwa jumlah rupiah tersebut dapat diukur secara cukup pasti dan ada
keterlibatan pihak independen dalam pengukurannya. Dengan kata lain harus ada bukti
yang cukup objektif untuk dapat mengakui. Bila kondisi atau kejadian tertentu menjadikan
kriteria tersebut dipenuhi maka kondisi atau kejadian tersebut akan memicu pengakuan
pendapatan.

Pengakuan pendapatan menjadi penting dalam menilai pendapatan yang dihasilkan


perusahaan untuk dilaporkan keuangan perusahaan selama periode tertentu, dengan
demikian pendapatan diakui jika besar kemungkinan manfaat ekonomi dapat diterima
perusahaan dan dapat diukur dengan andal.

Analisis biaya dengan leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of
founds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Biaya tetap adalah biaya yang tidak terkait
dengan operasi perusahaan, sehingga tidak ada kaitannya dengan penjualan perusahaan. Karena
biaya tetap tidak terkait dengan penjulan perusahaan, maka biaya ini menjadi risiko yang hasus
ditanggung oleh perusahaan.

Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan
yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian akan
meningkatkan keuangan pemegang saham.

33
DAFTAR PUSTAKA

John J.Wild, K.R. Subramanyam and Robert F. Halsey, 2005, Financial Statement Analysis,
Buku I, Salemba Empat, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2004, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai