1. Development
Pengembangan merujuk kepada upaya mengembangkan sesuatu yang sudah ada dan
sedang berjalan. Misalnya : kegiatan belajar mengajar IPS yang dilaksanakan secara
konvensional dengan metode ceramah, bisa dikembangkan dengan pembelajaran model
inquiry, diskusi, dan sebagainya. Artinya sesuatu yang sudah dan sedang berjalan itu
tidak statis atau stagnan pada satu jenis kegiatan, namun berkembang menjadi seuatu
yang lebih bermakna dan berhasil guna.
2. Difusi
Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota sistem sosial),
dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu (Udin & Ayi, .... : 17)
Difusi terjadi karena adanya komunikasi di antara warga masyarakat itu, sehingga
melalui komunikasi itu terjadi peristiwa saling tukar informasi, saling mengisi, saling
memberi masukan, dan sekaligus saling mempengaruhi.
3. Diseminasi
Penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan dan dikelola dengan baik merupakan
diseminasi. Ini berbeda dengan difusi yang merupakan alur komunikasi spontan.
Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun menurut perencanaan yang matang,
melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat
kesepakatan untuk melaksanakan inovasi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan bentuk diseminasi, karena sebarannya berdasarkan sebuah perencanaan
dengan pandangan jauh ke depan. Di dalam pelaksanaannya pun, tidak sembarang
kegiatan dapat dlakukan, namun benar-benar berdasarkan sebuah program yang terarah
dan terencana secara matang.
Berangkat dari program baik yang terencana maupun spontan, sebuah inovasi kemudian
menjadi suplemen tersendiri dalam pelaksanaan pendidikan. Artinya, pendidikan tidak berjalan
mandeg dalam koridor yang sama dan statis. Ia bergerak maju ke arah oembaharuan-
pembaharuan melalui proses kreatif para inovator.
Alur gerak inovasi pendidikan ada yang berangkat secara "Top-Down " atau dikenal
dengan"Top Down Innovation" yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu
sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan
yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Alur semacam ini merupakan inovasi
yang sengaja diciptakan dan direncanakan oleh Pemerintah atau pihak pengambil kebijakan
pendidikan agar terjadi pemerataan dalam pelayanan pendidikan. Hal demikian memang
merupakan bagian dari tugas Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional, untuk
membuat sebuah aturan baku mengenai pelaksanaan pendidikan dengan tetap berpegang kepada
upaya desentralisasi, atau memberikan kewenangan yang lebih luas kepada daerah untuk
mengembangkan pendidikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lokal masing-masing.
Inovasi top-down lebih mengarah kepada memberikan pengaruh dan ajakan melaksanakan suatu
kebijakan yang dianggap baik menurut atasan. Otoritas penolakan atas kebijakan ini tidak
dimiliki oleh bawahan.
Contoh-contoh inovasi pendidikan yang dihasilkan oleh Depdiknas antara lain :
Sayang sekali, banyak upaya inovasi pendidikan yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Contohnya, Cara Belajar Siswa Aktif tidak berjalan mulus, dan bahkan hanya sampai
tingkat wacana karena pelaksanaannya mandeg di tengah jalan seiring dengan keburu terbitnya
model kurikulum baru. Di samping itu, banyak inovasi hasil kerja sama dengan lembaga-
lembaga asing seperti British Council, USAID dan lain-lain banyak yang tidak bertahan lama.
Model inovasi yang demikian hanya berjalan dengan baik ketika berstatus sebagai proyek.
Kebalikan dari To Down Innovation adalah Bottom Up Innovation yaitu model inovasi
yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Ini merupakan reaksi penting para
pelaksana pendidikan di tingkat bawah, atau dalam hal ini guru di tingkat sekolah. Inovasi
bootom up dilakukan oleh guru-guru di sekolah, yang dalam pelaksanaannya masih menghadapi
kendala sehubungan dengan beberapa hal, antara lain masalah pendanaan dan pemahaman atasan
atas inisiatif yang muncul dari guru itu sendiri. Kendala lainnya adalah bahwa sistem pendidikan
di Indonesia pada umumnya masih sentralistis, belum sepenuhnya terjadi desentralisasi.
Sentralisasi pendidikan tidak memberikan keleluasaan bagi guru untuk melakukan inovasi.
Namun pada saat sekarang ini, inovasi merupakan sebuah keharusan. Bagaimana
mungkin guru terjebak dalam rutinitas yang sama dalam kesehariannya, sementara ilmu dan
teknologi makin berkembang dengan cepat. Tanpa upaya inovasi, maka proses pendidikan hanya
merupakan sebuah wacana saja, karena ukuran kualitas output kini lebih ditekankan kepada
bagaimana mereka mampu menyikapi kebermaknaan teknologi yang berkembang saat ini. Untuk
itu, inovasi kini diarahkan kepada bagaimana pendidikan mampu bersejajar dengan kemajuan
ilmu dan teknologi.
Sehubungan dengan itu, sebuah program inovasi harus memiliki karakteristik yang jelas,
sehingga arah pencapaiannya jelas pula. Berikut diuraikan beberapa karakteristik yang
terkandung dalam sebuah program inovasi.
1. Sosial
2. Kesenangan
Biasanya, sesuatu akan melekat secara mutlak pada diri seseorang ketika sesuatu itu
memiliki sifat keberterimaan atau mengandung unsur-unsur kesenangan yang
dikehendaki oleh orang tersebut. Sebuah lagu baru yang diciptakan oleh seorang
musisi akan langsung diterima oleh masyarakat ketika lagu itu cocok dan disenangi
oleh masyarakat penggemarnya. Demikian pula dalam inovasi pendidikan, akan
diterima masyarakat ketika program itu sesuai dan menimbulkan kesenangan pada
pihak masyarakat. Artinya, sebuah inovasi bukan sesuatu yang malah bertentangan
dengan masyarakat, baik secara kultural, sosial, maupun ideologi. Pada akhirnya,
semua segi harus dipikirkan sejak sebuah program inovasi dibicarakan.
3. Kepuasan
Identik dengan masalah mutu, bahwa kepuasan pelanggan merupakan faktir penting
yang harus diperhatikan. Jika kepuasan sudah dicapai, maka langkah-lamgkah
berikutnya akan mendapat kemudahan.
Sumberdaya manusia, yang dalam hal ini adalah guru dan personal
kependidikan lainnya yang bersangkut paut dengan inovasi yang
diprogramkan. Pemanfaatan sumber daya manusia merupakan faktor yang
amat sentral, mengingat manusia adalah actor utama yang membuat dan
melaksanakan inovasi. Dalam hal ini, pemanfatan sumber daya manusia
penting sekali dipandang dari beberapa sudut :
o Individu tenaga kerja
1. Kepentingan lembaga
Yang dimaksud lembaga di sini adalah lembaga sekolah di mana
seorang guru bekerja. Pemanfaatan SDM yang tepat dalam inovasi
pendidikan akan menguntungkan bagi pihak lembaga, antara lain
mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam jangka waktu
tertentu.
2. Kepentingan masyarakat
1. Sumber daya alam, yakni segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari
lingkungan sekitar. Sumberdaya alam akan memberikan kemungkinan
efisiensi ekonomi, karena ketersediaannya di alam tanpa harus
diperhitungkan secara finansial. Misalnya, pemanfaatan barang bekas,
tumbuhan, dll.
2. Sumberdaya ekonomi, yakni sumberdaya berupa uang yang
memungkinkan segala sesuatu yang diperlukan dapat dibeli dengan
uang. Sarana dan prasarana yang tidak tersedia di alam, tentunya harus
disediakan dengan cara mengeluarkan sejumlah dana. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa sebuah program inovasi tidak bisa lepas dari masalah
biaya. Namun intensitas pembiayaan yang dikeluarkan harus
diperhitungkan, sehingga kemudian program inovasi tidak malah
menjadi rugi karena biaya yang dikeluarkan lebih besar.
Pilot proyek adalah program ujicoba yang dibiayai pemerintah. Para peserta pilot
proyek ini adalah guru-guru yang kelak diharapkan dapat membuat inovasi-inovasi
lainnya dalam bidang pendidikan.
Seperti disebutkan di muka bahwa program pendidikan terdiri atas beberapa komponen
yang satu sama lain saling berhubungan. Walaupun demikian, komponen-komponen itu
harus dapat dipelajari dan digunakan oleh phak manapun, terutama oleh masyarakat
sebagai penerima pengaruh inovasi.
Bahwa program inovasi bukan sesuatu yang hanya pantas disembunyikan atau
diujicobakan secara diam-diam. Inovasi pendidikan harus merupakan bahan yang siap
dipublikasikan. Rangakain uji coba kepada siswa merupakan bagian serangkaian
kegiatan inovatif yang dapat diamati atau dilihat hasilnya.
Kemungkinan memberikan bukti melalui media elektronik seperti video dll. semakin
terbuka ketika para pelaksana program melakukan uji coba program. Hasil inovasi
berupa video tape disebar ke masyarakat, kemudian masyarakat memberikan
kompentar atau pertimbangan untuk selanjutnya memberika keputusan menerima
program itu secara kseseluruhan.
3. Aplikasinya bervariasi
Variasi dalam kegiatan apa pun dapat memberikan dampak khusus bagi semua pihak.
Suatu kegiatan tidak dikatakan monoton, ambigu, atau statis, apabila dalam
implementasinya disertakan metode, teknik, dan prosedur yang berbeda dari satu
pembelajaran ke pembelajaran berikutnya.
Selain rangkaian karakteristik di atas, Zaltman, Duncan, dan Hoibek dalam Udin dan Ayi (Hal.
46) mengemukakan tentang beberapa atribut program inovasi pendidikan dalam kaitannya
dengan kemungkinan diterimanya program itu oleh masyarakat. Atribut itu antara lain :
Kesimpulan
Program inovasi pendidikan dirancang dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang
sudah ditentukan. Program inovasi pendidikan merupakan sistem yang terdiri atas beberapa
komponen yang satu sama lain saling berhubungan, saling mempengaruhi, dan saling
membutuhkan.
Dalam menyusun program inovasi pendidikan, perlu diperhatikan karakteristik yang
terkandung di dalamnya. Dengan memperhatikan karakteristik program, maka sebuah inovasi
akan dengan cepat dan mudah diterima masyarakat penerima. Kegiatan inovasi adalah upaya
untuk mempublikasikan sesuatu yang baru kepada masyarakat, dan masyarakat perlu
menerima setelah melalui berbagai pertimbangan termasuk takaran kualitas dan aspek-aspek
lainnya yang berkaitan