Anda di halaman 1dari 8

Karakteristik Inovasi Pendidikan

Inovasi sebagai sebuah istilah diderivasi dari kata innovation (Bahasa Inggris) yang


secara umum diartikan sebagai penemuan. Istilah inovasi sering disepadankan dengan
istilah invention dan discovery. Padahal, jika dirinci, ketiganya memiliki pengertian masing-
masing yang satu sama lain berbeda walaupun pada intinya mengarah kepada pengertian yang
sama.
Inovasi merupakan ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sesbagi
sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat. Inovasi dalam hal ini
bisa dalam bentuk invention maupun discovery.
Invention merupakan penemuan sesuatu yang benar-benar baru. Sesuatu yang benar-
benar baru ini adalah produk manusia, yakni sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau belum
pernah ditemukan orang. Ia orisinil hasil karya seseorang, misalnya teori belajar, teori
pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian, dan sebagainya. Penemuan
sesuatu yang baru memang tidak serta merta terjadi, akan tetapi berdasarkan pengalaman,
pengamatan dari sesuatu yang sudah ada, namun kemudian mampu memunculkan sesuatu yang
benar-benar baru. Bila kemudian ada hal-hal yang agak sama atau menyerupai, itu bukan berarti
terjadinya peniruan, namun dalam kapasitas karya manusia kesamaan-kesamaan bisa saja
teridentifikasi tanpa disengaja.
Di lain pihak, discovery merujuk kepada penemuan sesuatu yang sebelumnya sudah ada.
Kelebihannya adalah, bahwa sesuatu yang sudah ada itu belum banyak diketahui orang, atau
bahkan tidak diketahui orang sama sekali. Misalnya, seseorang menciptakan sebuah pusaka
sejenis keris dengan bentuk yang agak berbeda dari bentuk keris semula, maka ia dikatakan
melakukan discovery. Padahal keris mulanya diciptakan oleh Empu Gandring. Keris, walaupun
sudah ada sebelunya, tetapi bila diciptakan dalam bentuknya yang baru, maka ia sudah
memenuhi persyaratan sebuah discovery.
Inovasi kemudian diterapkan dalam penyelenggaraan pendidikan. Artinya di dalam
penyelenggaraan pendidikan perlu hadirnya pembaharuan melalui penemuan, invention, ataupun
discovery itu. Inovasi yang terjadi dalam pendidikan berlangsung melalui proses dan tahapan
perubahan yang berkaitan dengan masalah-masalah pengembangan (development), penyebaran
(diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan (planning), adopsi (adoption), penerapan
(implementation) dan evaluasi (evaluation) (Subandiyah 1992:77)

1. Development

Pengembangan merujuk kepada upaya mengembangkan sesuatu yang sudah ada dan
sedang berjalan. Misalnya : kegiatan belajar mengajar IPS yang dilaksanakan secara
konvensional dengan metode ceramah, bisa dikembangkan dengan pembelajaran model
inquiry, diskusi, dan sebagainya. Artinya sesuatu yang sudah dan sedang berjalan itu
tidak statis atau stagnan pada satu jenis kegiatan, namun berkembang menjadi seuatu
yang lebih bermakna dan berhasil guna.

2. Difusi

Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota sistem sosial),
dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu (Udin & Ayi, .... : 17)
Difusi terjadi karena adanya komunikasi di antara warga masyarakat itu, sehingga
melalui komunikasi itu terjadi peristiwa saling tukar informasi, saling mengisi, saling
memberi masukan, dan sekaligus saling mempengaruhi.
3. Diseminasi

Penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan dan dikelola dengan baik merupakan
diseminasi. Ini berbeda dengan difusi yang merupakan alur komunikasi spontan.
Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun menurut perencanaan yang matang,
melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat
kesepakatan untuk melaksanakan inovasi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan bentuk diseminasi, karena sebarannya berdasarkan sebuah perencanaan
dengan pandangan jauh ke depan. Di dalam pelaksanaannya pun, tidak sembarang
kegiatan dapat dlakukan, namun benar-benar berdasarkan sebuah program yang terarah
dan terencana secara matang.

Berangkat dari program baik yang terencana maupun spontan, sebuah inovasi kemudian
menjadi suplemen tersendiri dalam pelaksanaan pendidikan. Artinya, pendidikan tidak berjalan
mandeg dalam koridor yang sama dan statis. Ia bergerak maju ke arah oembaharuan-
pembaharuan melalui proses kreatif para inovator.
Alur gerak inovasi pendidikan ada yang berangkat secara "Top-Down " atau dikenal
dengan"Top Down Innovation" yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu
sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan
yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Alur semacam ini merupakan inovasi
yang sengaja diciptakan dan direncanakan oleh Pemerintah atau pihak pengambil kebijakan
pendidikan agar terjadi pemerataan dalam pelayanan pendidikan. Hal demikian memang
merupakan bagian dari tugas Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional, untuk
membuat sebuah aturan baku mengenai pelaksanaan pendidikan dengan tetap berpegang kepada
upaya desentralisasi, atau memberikan kewenangan yang lebih luas kepada daerah untuk
mengembangkan pendidikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lokal masing-masing.
Inovasi top-down lebih mengarah kepada memberikan pengaruh dan ajakan melaksanakan suatu
kebijakan yang dianggap baik menurut atasan. Otoritas penolakan atas kebijakan ini tidak
dimiliki oleh bawahan.
Contoh-contoh inovasi pendidikan yang dihasilkan oleh Depdiknas antara lain :

 Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA),


 Model Guru Pamong,
 Sekolah Persiapan Pembangunan,
 Sekolah kecil,
 Sistem Pengajaran Modul,
 Sistem Belajar jarak jauh dan lain-lain.

Sayang sekali, banyak upaya inovasi pendidikan yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Contohnya, Cara Belajar Siswa Aktif tidak berjalan mulus, dan bahkan hanya sampai
tingkat wacana karena pelaksanaannya mandeg di tengah jalan seiring dengan keburu terbitnya
model kurikulum baru. Di samping itu, banyak inovasi hasil kerja sama dengan lembaga-
lembaga asing seperti British Council, USAID dan lain-lain banyak yang tidak bertahan lama.
Model inovasi yang demikian hanya berjalan dengan baik ketika berstatus sebagai proyek.
Kebalikan dari To Down Innovation adalah Bottom Up Innovation yaitu model inovasi
yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Ini merupakan reaksi penting para
pelaksana pendidikan di tingkat bawah, atau dalam hal ini guru di tingkat sekolah. Inovasi
bootom up dilakukan oleh guru-guru di sekolah, yang dalam pelaksanaannya masih menghadapi
kendala sehubungan dengan beberapa hal, antara lain masalah pendanaan dan pemahaman atasan
atas inisiatif yang muncul dari guru itu sendiri. Kendala lainnya adalah bahwa sistem pendidikan
di Indonesia pada umumnya masih sentralistis, belum sepenuhnya terjadi desentralisasi.
Sentralisasi pendidikan tidak memberikan keleluasaan bagi guru untuk melakukan inovasi.
Namun pada saat sekarang ini, inovasi merupakan sebuah keharusan. Bagaimana
mungkin guru terjebak dalam rutinitas yang sama dalam kesehariannya, sementara ilmu dan
teknologi makin berkembang dengan cepat. Tanpa upaya inovasi, maka proses pendidikan hanya
merupakan sebuah wacana saja, karena ukuran kualitas output kini lebih ditekankan kepada
bagaimana mereka mampu menyikapi kebermaknaan teknologi yang berkembang saat ini. Untuk
itu, inovasi kini diarahkan kepada bagaimana pendidikan mampu bersejajar dengan kemajuan
ilmu dan teknologi.
Sehubungan dengan itu, sebuah program inovasi harus memiliki karakteristik yang jelas,
sehingga arah pencapaiannya jelas pula. Berikut diuraikan beberapa karakteristik yang
terkandung dalam sebuah program inovasi.

1. Karakteristik Program Inovasi

Inovasi pendidikan pada hakikatnya merupakan produk yang harus dipublikasikan


kepada masyarakat. Ia merupakan produk kegiatan pendidikan yang selayaknya dipahami dan
kemudian diterima oleh masyarakat secara luas.
Diterimanya program inovasi oleh masyarakat memang membutuhkan waktu yang
tidak sedikit. Namun kemungkinan bisa diterima secara cepat juga terbuka cukup lebar,
apabila program jelas karakteristiknya.
Pengalaman yang terjadi di Amerika Serikat menunjukkan, bahwa produk sebuah
mobil bisa diimplementasikan informasinya kepada masyarakat hanya dalam kurun waktu 1
sampai 5 tahun. Bagaimana dengan kemungkinan yang terjadi di Indonesia? Indonesia
beberapa tahun yang lalu pernah memproduksi mobil Timor. Ini merupakan produk anak
bangsa yang assemblingnya dikerjakan di Korea Selatan. Ketika pertama kali mendengar
informasi mengenai inovasi yang dilakukan anak bangsa ini, masyarakat Indonesia
menyambut gembira. Sayangnya, antusiasme masyarakat kemudian mengendur ketika
mengetahui bahwa mobil Timor tidak memiliki kualitas yang identik dengan produksi Jepang.
Karenanya, Timor  hanya populer beberapa saat, setelah itu hilang. Kasus yang terjadi pada
produk mobil Timor ini merupakan contoh inovasi yang karakteristiknya kurang jelas.
Dengan demikian, sebuah inovasi harus memiliki karakteristik seperti diuraikan di bawah ini.

1. Inovasi Pendidikan harus memiliki keuntungan relatif ( relative advantage)


Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih
baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya
Dalam hal ini berperan ukuran eknonomi, karena keuntungan relatif biasanya
diukur dengan perhitungan-perhitungan secara ekonomis. Sebuah inovasi pendidikan
harus memiliki tingkat keuntungan relatif. Misalnya, sebuah inovasi pembelajaran,
akankah ia menguntungkan bagi siswa dan bagi masyarakat.
Selain diukur berdasarkan aspek ekonomi, keuntungan atau manfaat sebuah
inovasi juga diukur menurut faktor-faktor :

1. Sosial

Apakah secara sosial inovasi yang dilakukan menguntungkan? Misalnya, inovasi


tertentu berhasil meningkatkan derajat gengsi seseorang di depan orang lainnya.

2. Kesenangan

Biasanya, sesuatu akan melekat secara mutlak pada diri seseorang ketika sesuatu itu
memiliki sifat keberterimaan atau mengandung unsur-unsur kesenangan yang
dikehendaki oleh orang tersebut. Sebuah lagu baru yang diciptakan oleh seorang
musisi akan langsung diterima oleh masyarakat ketika lagu itu cocok dan disenangi
oleh masyarakat penggemarnya. Demikian pula dalam inovasi pendidikan, akan
diterima masyarakat ketika program itu sesuai dan menimbulkan kesenangan pada
pihak masyarakat. Artinya, sebuah inovasi bukan sesuatu yang malah bertentangan
dengan masyarakat, baik secara kultural, sosial, maupun ideologi. Pada akhirnya,
semua segi harus dipikirkan sejak sebuah program inovasi dibicarakan.

3. Kepuasan

Identik dengan masalah mutu, bahwa kepuasan pelanggan merupakan faktir penting
yang harus diperhatikan. Jika kepuasan sudah dicapai, maka langkah-lamgkah
berikutnya akan mendapat kemudahan.

4. Memiliki komponen yang sangat penting.

Artinya inovasi pendidikan yang diprogramkan berkaitan erat dengan kepentingan


masyarakat pada waktu itu. Misalnya, penemuan pompa air praktis muncul pada saat
masyarakat membutuhkan alat tersebut. Karena itu, program inovasi juga harus
memprediksi kepentingan masyarakat pada saat itu.
Berkaitan dengan keuntungan relatif di atas, beberapa pokok berikut harus
diperhatikan, bahwa inovasi pendidikan harus :
a. Mampu meningkatkan pembelajaran.
Sekali lagi, bahwa kagiatan pembelajaran bukan semata-mata kegiatan rutinitas yang
monoton, ambigu, dan statis. Kegiatan pembelajaran harus mencerminkan sesuatu yang
dinamis dan progresif, sehingga perubahan dari waktu ke waktu terasa bukan hanya
oleh guru sendiri namun juga oleh siswa dan masyarakat. Dampak dari perubahan dan
peningkatan dalam pembelajaran akan terasa secara nyata ketika siswa mendapat
kepuasan dalam belajar, yang kemudian tercermin dalam prestasi belajar yang optimal.
Dengan demikian, masyarakat pun akan melihat dan menilai bagaimana sebuah sekolah
berhasil mempertahankankan atau bahkan meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Mampu memanfaatkan sumberdaya secara lebih efektif.
Sumberdaya yang dimaksud dalam hal ini adalah :

 Sumberdaya manusia, yang dalam hal ini adalah guru dan personal
kependidikan lainnya yang bersangkut paut dengan inovasi yang
diprogramkan. Pemanfaatan sumber daya manusia merupakan faktor yang
amat sentral, mengingat manusia adalah actor utama yang membuat dan
melaksanakan inovasi. Dalam hal ini, pemanfatan sumber daya manusia
penting sekali dipandang dari beberapa sudut :
o Individu tenaga kerja

Artinya bahwa sumber daya manusia merupakan individu pekerja


yang terlibat dalam perencanaan, penetapan strategi, dan
pelaksanaan inovasi pendidikan. Manfaat bagi individu itu sendiri
adalah :

 Bermanfaat bagi pengembangan karir


 Bermanfaat untuk menduduki jabatan tertentu
 Bermanfaat untuk memaksimalkan waktu pencapaian karir.

1. Kepentingan lembaga
Yang dimaksud lembaga di sini adalah lembaga sekolah di mana
seorang guru bekerja. Pemanfaatan SDM yang tepat dalam inovasi
pendidikan akan menguntungkan bagi pihak lembaga, antara lain
mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam jangka waktu
tertentu.

2. Kepentingan masyarakat

Masyarakat adalah pelanggan pelayanan pendidikan yang memiliki


kedudukan khusus. Dengan demikian mengetahui SDM yang tepat pada
upaya inovasi tertentu, maka masyarakat akan memberikan kepercayaan
yang penuh bagi lembaga yang bersangkutan.

3. Kedudukan rencana inovasi

Pemanfaatan SDM yang tepat akan memberikan keuntungan bagi


kukuhnya kedudukan sebuah rencana, karena rencana dapat berfungsi
untuk :

 membimbing ke arah sukes,


 memungkinkan lembaga mengatur penyesuaian dengan perubahan-
perubahan yang mungkin terjadi.
 memberi kesempatan seseorang untuk melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan.
 memungkinkan dilakukannya pengawasan secara efektif.

1. Sumber daya alam, yakni segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari
lingkungan sekitar. Sumberdaya alam akan memberikan kemungkinan
efisiensi ekonomi, karena ketersediaannya di alam tanpa harus
diperhitungkan secara finansial. Misalnya, pemanfaatan barang bekas,
tumbuhan, dll.
2. Sumberdaya ekonomi, yakni sumberdaya berupa uang yang
memungkinkan segala sesuatu yang diperlukan dapat dibeli dengan
uang. Sarana dan prasarana yang tidak tersedia di alam, tentunya harus
disediakan dengan cara mengeluarkan sejumlah dana. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa sebuah program inovasi tidak bisa lepas dari masalah
biaya. Namun intensitas pembiayaan yang dikeluarkan harus
diperhitungkan, sehingga kemudian program inovasi tidak malah
menjadi rugi karena biaya yang dikeluarkan lebih besar.

c. Berpengaruh terhadap keseluruhan program


Program inovasi tidak ubahnya sebuah sistem yang terdiri atas beberapa komponen.
Komponen yang satu dengan komponen yang lain saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Keterpengaruhan masing-masng komponen sudah tampak sejak
program itu dalam konsep penyusunan atau masih berupa draft sementara.
2. Program inovasi pendidikan harus konsisten terhadap nilai-nilai yang dianut
(compatibility)
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-
nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika
suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku,
maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi
yang sesuai (compatible).
Program inovasi pendidikan harus memiliki konsistensi atau kompatibilitas terhadap nilai-
nilai dan kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat penerima inovasi. Masyarakat secara
umum merupakan komunitas yang memiliki nilai-nilai yang berbeda di satu tempat dengan
tempat lainnya. Bertentangan paham dengan nilai yang dianut akan dianggap sebagai
sebuah pelanggaran. Karena itu, proram inovai pendidikan harus memiliki keselarasan dan
konsistensi tinggi dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Bila perlu, program inovasi
sedikitnya merupakan adopsi dari nilai-nilai yang dianut itu. Keselarasan akan
memungkinkan tercapainya tujuan program dengan mudah.
Sehubungan dengan masalah konsistensi ini, perlu dipikirkan beberapa hal berikut.
a. Program harus sesuai dengan aspek-aspek lainnya.
Aspek-aspek lain dari program itu antara lain nilai-nilai yang dianut masyarakat seperti
disebutkan di atas. Sekali lagi, bahwa kesesuaian akan memberikan kelancaran
pencapaian program.
b. Program itu harus dapat diterima.
Maksudnya, program inovasi pendidikan harus dapat diterima oleh masyarakat
penerima. Keberterimaan sebuah program merupakan hal yang penting
dipertimbangkan. Artinya di sini masyarakat merasakan kesesuaian dilihat dari
manfaat, keuntungan, maupun nilai-nilai yang ada.

3. Program Inovasi Pendidikan harus memiliki kompleksitas atau tingkat kemudahan


untuk dipahami (complexity)
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami
dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan
digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan
dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
Program inovasi pendidikan harus mudah dipahami oleh pihak mana pun, terutama oleh
masyarakat penerima. Pertimbangan diterima atau tidaknya program itu salah satunya
tergantung pada tingkat kemudahan yang dimiliki program tersebut. Semakin mudah
dipahami, maka kemungkinan diterima semakin terbuka. Mudah dipahami artinya mudah
dipelajari, terbaca jelas, dan proyeksi tujuannya pun mudah dilihat.
Berkenaan dengan masalah ini, sebuah program inovasi pendidikan harus mempunyai
karakteristik berikut.
a. Membutuhkan latihan khusus
Tingkat kemudahan program inovasi dapat ditakar dari kebutuhan perlu tidaknya
latihan khusus mengenai program tersebut. Program latihan memang penting untuk
mendapat pemahaman yang seksama tentang isi program. Di sini, program yang
memiliki tingkat kemudahan yang jelas akan segera dapat dipahami oleh peserta
pelatihan. Latihan tentang program ini dapat dilakukan melalui kegiatan MGMP, KKG,
dll, atau melalui kegiatan khusus.
b. Menambah agenda kerja guru
Program yang baik dan dengan tingkat kemudahan yang tinggi akan memberika tugas-
tugas tambahan bagi guru. Agenda kegiatan guru menjadi meningkat karenanya,
namun tetap dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan dedikasi.

4. Program Inovasi harus memiliki triabilitas (trialability)


Triabilitas artinya dapat dicoba oleh penerima pada waktu kapan pun, di mana pun, dan
dalam situasi apa pun. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya
umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi
sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Hasil percobaan disebarkan atau diinformasikan kepada masyarakat, sehingga kemudian
mereka memiliki referensi untuk memahami inovasi yang diajukan.
Sehubungan dengan hal di atas, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
a. Pernah dicoba di sekolah sendiri
Sebelum disodorkan atau dipublikasikan, program inovasi harus sudah pernah dicoba
di sekolah sendiri. Informasi mengenai keberhasilan diinformasikan kepada
masyarakat, sehingga masyarakat dapat menilai sejauh mana tingkat keberhasilan
program tersebut.

 Dapat diaplikasikan dalam sebuah pilot-proyek

Pilot proyek adalah program ujicoba yang dibiayai pemerintah. Para peserta pilot
proyek ini adalah guru-guru yang kelak diharapkan dapat membuat inovasi-inovasi
lainnya dalam bidang pendidikan.

 Dapat digunakan walaupun konsepnya masih terpisah

Seperti disebutkan di muka bahwa program pendidikan terdiri atas beberapa komponen
yang satu sama lain saling berhubungan. Walaupun demikian, komponen-komponen itu
harus dapat dipelajari dan digunakan oleh phak manapun, terutama oleh masyarakat
sebagai penerima pengaruh inovasi.

5. Program Inovasi harus memiliki observabilitas (observatibility)


Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh
orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar
kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Semakin besar
keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan
kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat
kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.
Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
Sebaliknya, inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima atau bahkan ditolak
oleh masyarakat. Oleh karena program inovasi harus melalui perencanaan yang matang,
sehingga pekerjaan tidak terjebak dalam kesia-siaan belaka.

1. Masyarakat dapat mengamati ketika program diujicobakan kepada siswa

Bahwa program inovasi bukan sesuatu yang hanya pantas disembunyikan atau
diujicobakan secara diam-diam. Inovasi pendidikan harus merupakan bahan yang siap
dipublikasikan. Rangakain uji coba kepada siswa merupakan bagian serangkaian
kegiatan inovatif yang dapat diamati atau dilihat hasilnya.

2. Masyarakat data melihat bukti fisik inovasi melalui video-tape

Kemungkinan memberikan bukti melalui media elektronik seperti video dll. semakin
terbuka ketika para pelaksana program melakukan uji coba program. Hasil inovasi
berupa video tape disebar ke masyarakat, kemudian masyarakat memberikan
kompentar atau pertimbangan untuk selanjutnya memberika keputusan menerima
program itu secara kseseluruhan.

3. Aplikasinya bervariasi

Variasi dalam kegiatan apa pun dapat memberikan dampak khusus bagi semua pihak.
Suatu kegiatan tidak dikatakan monoton, ambigu, atau statis, apabila dalam
implementasinya disertakan metode, teknik, dan prosedur yang berbeda dari satu
pembelajaran ke pembelajaran berikutnya.
Selain rangkaian karakteristik di atas, Zaltman, Duncan, dan Hoibek dalam Udin dan Ayi (Hal.
46) mengemukakan tentang beberapa atribut program inovasi pendidikan dalam kaitannya
dengan kemungkinan diterimanya program itu oleh masyarakat. Atribut itu antara lain :

1. Pembiayaan (cost). Pembiayaan menentukan cepat lambatnya penerimaan masyarakat


atas program inovasi. Biaya itu sendiri tergantung pada kualitas inovasi yang diajukan.
2. Balik modal (returns to investment). Di dalam inovasi pendidikan atribut ini sukar
dipertimbangkan, karena pada intinya pendidikan merupakan investasi jangka panjang
melalui pengorbanan langsung dan tidak langsung sebagaimana terdapat dalam teori
pembiayaan pendidikan. Balik modal hanya berlaku pada inovasi perusahaan.
3. Efisiensi. Inovasi pendidikan harus mencerminkan efisiensi, baik waktu maupun biaya.
4. Resiko dari ketidakpastian, jika resiko yang ditimbulkan kecil, maka program akan cepat
diterima.
5. Mudah dikomunikasikan. Inovasi akan cepat diterima jika mudah dikomunikasikan.
6. Kompatibilitas. Artinya konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
7. Kompleksitas. Artinya mudah untuk dipelajari dan dipahami.
8. status ilmiah. Kadar ilmiah yang dimiliki sebuah inovasi akan cepat diterima dari pada
yang tidak memiliki kadar ilmiah.
9. Dapat dilihat manfaatnya. Artinya manfaat dari inovasi itu jelas, mudah dilihat, dan
mudah dipahami, sehingga mudak pula untuk dilaksanakan.
10. Kadar keaslian. Ini artinya inovasi diluncurkan dalam bentuknya sebagai sesuatu yang
asli, tidak meniru, bukan jiplakan.
11. Dapat dilihat batas sebelumnya. Inovasi akan dapat diterima jika batas-batas sebelumnya
jelas terlihat.
12. Keterlibatan sasaran perubahan. Inovasi akan mudah diterima jika warga masyarakat
diikutsertakan dalam proses yang dijalankan.
13. Hubungan interpersonal. Artinya inovasi membutuhkan adanya hubungan antar semua
persenil yang terlibat. Saling memberitahu dan saling mempengaruhi.

Kesimpulan
Program inovasi pendidikan dirancang dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang
sudah ditentukan. Program inovasi pendidikan merupakan sistem yang terdiri atas beberapa
komponen yang satu sama lain saling berhubungan, saling mempengaruhi, dan saling
membutuhkan.
Dalam menyusun program inovasi pendidikan, perlu diperhatikan karakteristik yang
terkandung di dalamnya. Dengan memperhatikan karakteristik program, maka sebuah inovasi
akan dengan cepat dan mudah diterima masyarakat penerima. Kegiatan inovasi adalah upaya
untuk mempublikasikan sesuatu yang baru kepada masyarakat, dan masyarakat perlu
menerima setelah melalui berbagai pertimbangan termasuk takaran kualitas dan aspek-aspek
lainnya yang berkaitan

Anda mungkin juga menyukai