Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA SCROTALIS
A. Definisi
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu
defek pada fasia muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau
didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut (Mansjoer dkk, 2015).
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut (Sjamsuhidayat, 2014).
Sedangkan menurut Sue Hinclift (2010), Hernia adalah protusio
(penonjolan) abnormal suatu organ atau bagian suatu organ melalui lubang
(apertura) pada stuktur disekitarnya, umumnya protusio organ abdominal melalui
celah dari dinding abdomen (Sue Hinchliff, 2015).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup
(Nada, 2015).
Sedangkan Hernia Scrotalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada
kantong scrotum sering terjadi pada anak-anak karena kelainan kongenital
(bawaan). Operasi hernia adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
mengembalikan isi hernia pada posisi semula dan menutup cincin hernia (Long,
2015).
Menurut Oswari (2055) mengungkapkan hernia Scrotalis adalah hernia isi
perut yang tampak/masuk di daerah kantung scrotum (region genitalis). Hernia
Scrotalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus ( Sjamsuhidayat, 2014)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
hhernia menurut Sjamsuhidayat (2014), Hernia Scrotalis adalah hernia yang
melalui atau menekan area Scrotum yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dan menekan testis.
Sedangkan Herniotomi adalah pembedahan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
(Sjamsuhidayat, 2014)

B. Etiologi
Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau
melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi. Adapun beberapa faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya hernia antara lain sebagai berikut:
1. Kongenital
Terjadi akibat prosesus vaginalis peritonium disertai dengan annulus inguinalis
yang cukup lebar, terutama ditemukan pada bayi. Lemahnya dinding rongga
perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup. Adapun
penyebab kongenital atau bawaan dapat dibagi menjadi dua berdasarkan
kelainannya:
a) Hernia congenital sempurna. Bayi sudah menderita hernia kerena adanya
defek pada tempat – tempat tertentu.
b) Hernia congenital tidak sempurna. Bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu
(predisposisi) dan beberapa bulan (0 – 1 tahun) setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan
intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, yang disebabkan oleh:
a)      Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
b)      Batuk kronik, bronchitis kronik, TBC.
c)      Hipertropi prostat, konstipasi dan Pekerja keras
3.  Kelemahan otot dinding perut, yang disebabkan oleh: Usia tua, sering
melahirkan dan Perubahan defek setelah appendiktomy.
4. Aquisial, aquisial adalah hernia yang terbuka disebabkan karena adanya defek
bawaan tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama
hidupnya, antara lain:
a) Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang
sering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
b) Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya
yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia
karena banyaknya jaaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban
kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
c) Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d) Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.

C. Klasifikasi Hernia
Menurut Sjamsuhidayat, tahun2004 terdapat pembagian hernia atau klasifikasi
hernia. Berikut ini adalah pembagian atau klasifikasi dari hernia:
1. Hernia Menurut Lokasinya.
a) Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Batang usus
melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke
dalam kanalis inguinalis. Jenis ini merupakan yang tersering ditemukan
atau terjadi pada pasien dan dikenal dengan istilah turun berok atau
burut.
Gambar 1.3. Hernia Inguinalis
b) Hernia Scrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk kedalam
kantung scrotum ini terjadi bila batang usus melewati cincin abdomen
dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis
kemudian masuk kedalam kantong scrotum dan menekan pada isi
kantung scrotum sehingga scrotum membesar.

Gambar1.4. Hernia Scrotalis


c) Hernia umbilikus adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui
prosecus discus pada pusat atau sering disebut hernia di pusat, hernia
jenis ini terjadi pada bayi yang baru lahir yang disebabkan karena
kelainaan kongenital.
d) Hernia femoralis adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui
prosecus discus di paha.
2. Hernia Menurut Isinya
a)      Hernia usus halus adalah hernia yang terjadi bila yang melewati cincin
abdomen adalah usus halus.
b)      Henia Omentum
Hernia omentum adalah hernia yang terjadi bila yang melewati cincin
abdomen adalah penyangga usus. Omentum adalah berupa organ atau
jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium, dan
jaringan penyangga usus (omentum).
c)      Hernia Nukleus Pulposus
Adalah jenis hernia yang terjadi apabila, system syaraf pusat atau sumsum
tulang belakang pada vertebra terjepi pada discus vertebrae terjadi karena
trauma yang melibatkan tulang belakang misalmya jatuh dalam posisi
terduduk.
3.      Hernia Menurut Sifatnya
a)   Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengejan dan masuk jika
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala.
b)   Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan
oleh perlengketan isi kantong pada peritonial. Penatalaksanaan harus
dengan operasi.
c)   Hernia Inkaserata/Hernia Stragulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut.
Bagian – bagian hernia :
a) Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis.\
b) Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
c) Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
d) Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

D. Tanda dan Gejala


1. Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan Misalnya: Rasa sakit yang
terus menerus
2. Muntah
3. Mual
4. Nyeri abdomen
5. Distensi abdomen
6. Kram
7. Ada penonjolan keluar

E. Komplikasi dan Dampak Pembedahan Herniotomy


1.      Hemtoma (luka atau pada skrotum).
2.      Retensi urin akut.
3.      Infeksi pada luka.
4.      Gangguan aktivitas
5.      Nyeri kronis.
6.      Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis
7.      Rekurensi hernia (sekitar 2%).
Dampak post herniotomi terhadap sistem tubuh dan system
kelangsungan aktivitas pasien setelah dilakukan post operasi herniotomy
antara lain adalah sebagai berikut:
a) Sistem Gastrointestinal
Pembedahan traktus gastrointestinal sering kali mengganggu proses
fisiologi normal pencernaan dan penyerapan. Mual, muntah dan nyeri
dapat terjadi selama pembedahan ketika digunakan anestesia spinal. Dan
penurunan peristaltik usus ini mengakibatkan distensi abdomen dan gagal
untuk mengeluarkan feses dan flatus. motalitas gastrointestinal dapat
mengakibatkan distensi abdomen dan gagal untuk mengeluarkan feses
dan flatus ( Brunner & Suddarth 2015).
b) Sistem Neurologi
Luka pembedahan mengakibatkan spasme otot dan pembuluh darah
sehingga merangsang pelepasan mediator kimia ( seratonin, bradikinin,
histamin ). Proses ini merangsang reseptor nyeri kemudian rangsangan
ditransmisikan ke thalamus, kortek cerebri sehingga terasa nyeri. Nyeri
akan merangsang RAS ( Retikular Activating Sistem ) stimulus ini
menyebabkan sikap terjaga dan berkurangnya stimulus untuk mengantuk.
c) Sistem Pernapasan
Peningkatan frekuensi nafas dapat terjadi akibat nyeri pada luka operasi,
hal ini merangsang sinyal dari sum-sum tulang belakang yang
dihantarkan melalui dua jalur yaitu Spinal Thalamus Traktus ( STT ) ke
Spinal Respiratory Traktus ( SRT ). Dari spinal thalamus traktus akan
dihantarkan ke korteks cerebri sehingga nyeri dipersepsikan, sedangkan
dari spinal respirator, traktus akan dihantarkan ke medula oblongata
sehingga mengakibatkan neural inspiratory yang akan meningkatkan
frekuensi pernapasan. Nyeri pada luka operasi dapat menekan
pengembanahan rongga dada dan pasien dapat memerlukan sangat
banyak dorongan untuk beergerak, ambulasi dan bernafas dalam (C.Long,
Barbara, 2011).
d) Sistem Kardiovaskuler
Pada klien post herniotomi biasanya dapat terjadi peningkatan denyut
nadi, hal ini disebabkan dari rasa nyeri akibat luka operasi sehingga
mengakibatkan medula oblongata untuk meningkatkan frekuensi
pernapasan dan merangsang epineprin sehingga menstimulasi jantung
untuk memompa lebih cepat selain itu juga dapat terjadi akibat faktor
metabolik, endokrin dan keadaan yang menghasilkan adrenergik sehingga
dimanifestasikan peningkatan denyut nadi.
e) Sistem Integumen
Luka operasi akan mengakibatkan kerusakan kontinuitas jaringan dan
keterbatasan gerak dapat mengakibatkan kerusakan kulit pada daerah
yang tertekan karena sirkulasi perifer terhambat. Akibat dari keadaan post
operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi
pembekakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinal lateral ( C.Long,
Barbara, 2011 ).
f) Sistem Muskuloskeletal
Nyeri pada luka operasi timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan
serta adanya spasme otot, terjadi penekanan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan metabolisme anaerob sehingga menghasilkan asam laktat,
hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan ( otot persendian )
sehingga aktivitas sehari-hari dapat terganggu. Selain itu nyeri akibat luka
operasi dapat mengakibatkan klien mengalami keterbatasan gerak.
g) Sistem Perkemihan
Terjadinya retensi urine dapat terjadi setelah prosedur pembedahan.
Retensi terjadi paling sering setelah pembedahan pada rektum, anus dan
vagina setelah pembedahan pada abdomen bagian bawah, penyebabnya
diduga adalah spasme spinkter kandung kemih (Brunner & Suddarth
2011)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan Rontgen Spinal dan Endoskopi
3. Test Leseque (mengangkat kaki lurus keatas)
4. CT-Scan dan MRI

G. Penatalaksaan Medis
1. Pemakaian Sandat ( “truss” )
Alat ini baru digunakan bagi pasien yang usianya amat lanjut atau yang
keadanya lemah. Salah satu tipe sandat terdiri atas pegas yang kuat dan
bantalan yang diletakkan pada leher hernia sehingga leher tersebut selalu
tertutup oleh tekanan setelah isi hernia dikembalikan ke tempatnya
(direposisi).
2. Pembedahan
Leher hernia ditutup dengan penjahitan dan kantongnya dieksisi. Jaringan
yang teregang diperbaiki dengan salah satu dari banyak bahan yang tersedia.
3. Herniotomi Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.
4. Herniorafi
Memperbaiki defek- perbaikan dengan pemasangan jarring ( mesh ) yang
biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukan melalui bedah
terbuka atau laparoskopik.
BAB II
WOC
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
(Pre operasi)
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya,
apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan
banyaknya akar syaraf yang terkompresi.
1. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: atropi otot , gangguan dalam berjalanmriwayat pekerjaan
yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
2. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia
atau retensi urine
3. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
4. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia,
nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
5. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku, semakin
memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
6. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

(Post Operasi)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Keluhan nyeri pada insisi luka.
b. Keadaan balutan: ada rembesan
2. Pola nutrisi metabolik.
a. Keadaan bising usus.
b. Mual, muntah.
c. Pemberian diit lunak/saring.
d. Demam.
3. Pola eliminasi
a. Keluhan BAK dengan pemasangan kateter.
b. Konstipasi, retensi.
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Tirah baring
b. Penggunaan suspensoar (celana penyokong)
5. Pola persepsi dan kognitif
a. Nyeri pada luka operasi.
b. Pusing.

B. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.
2. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan seperti
operasi.
3. Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah.
4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi yang jelas dan tepat.
(Post operasi)

1. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.


2. Potensial injuri pada luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area
operasi.
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA

No. KEPERAWATAN DAN RASIONAL


INTERVENSI
Dx KOLABORASI
PRE OPRASI
1 Nyeri berhubungan 1. Kaji intensitas nyeri, lokasi, jenis. 1. mempermudah pengelolaan, daya tahan tubuh
dengan adanya benjolan. 2. Observasi TTV (TD, N, S). dan pengurasan nyeri.
3. Beri posisi tidur yang nyaman: semi 2. Mengkaji tanda-tanda syok.
fowler. 3. Mengurangi ketegangan abdomen.
4. Anjurkan pasien untuk mengurangi 4. Aktivitas yang berlebihan dapat
aktivitasnya. meningkatkan nyeri.
5. Anjurkan pasien untuk melakukan 5. Teknik relaksasi dapat mengurangi
teknik relaksasi: nafas dalam. ketegangan abdomen.
6. Anjurkan untuk tidak mengejan. 6. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan
7. Kolaborasi dengan medik. intraabdomen.
7. Menentukan pemberian terapi selanjutnya

2 Kecemasan berhubungan 1. Mengkaji tingkat kecemasan pasien. 1. Mengetahui sejauh mana kecemasannya.
2. Dorong klien untuk mengungkapkan 2. Mengurangi kecemasan dan menimbulkan
dengan tindakan medik
kecemasannya. kepercayaan diri pasien.
yang akan dilakukan 3. Libatkan keluarga yang dekat dengan 3. Mengurangi kecemasan dan menimbulkan
pasien. kepercayaan diri.
seperti operasi.
4. Berikan informasi yang jelas setiap 4. Mengurangi kecemasan dan menimbulkan
prosedur tindakan yang akan diberikan. kepercayaan diri pasien.
5. Bantu klien untuk mengidentifikasi 5. Membantu mengurangi kecemasan
penggunaan koping yang positif 6. Mengurangi kecemasan klien
6. Beri penyuluhan tentang prosedur pre-
operasi dan post operasi.
3 Potensial perubahan 1. Kaji intake output 1. Sebagai dasar dalam merencanakan asuhan
nutrisi: kurang dari 2. Beri makanan dalam porsi kecil tapi keperawatan.
kebutuhan tubuh sering 2. Merangsang nafsu makan dalam mencegah
berhubungan dengan 3. Sajikan makanan ynag hangat mual dan muntah.
mual, muntah. 4. Timbang berat badan tiap hari 3. Merangsan nafsu mkan dan mencegah mual
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dan muntah.
4. Menentukan kegunaan nutrisi pasien
terpenuhi atau tidak
5. Menentukan rencana kebutuhan nutrisi agar
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4 Kurang pengetahuan 1. Kaji tingkat pengetahuan tentang proses 1. mempermudah dalam pemberian informasi
tentang proses penyakit penyakit. sesuai dengan tingkat pengetahuan.
berhubungan dengan 2. Jelaskan proses penyakit. 2. Pasien perlu mengerti tentang kondisi dan
kurangnya informasi 3. Motivasi pasien untuk menghindari cara untuk mengontrol timbulnya serangan

yang jelas dan tepat faktor/situasi yang dapat menyebabkan nyeri.


3. Dapat menurunkan insiden/beratnya
timbulnya nyeri
serangan.
4. Kaji pasien untuk mengidentifikasikan
4. Merupakan langkah untuk
sumber nyeri dan benjolan, serta membatasi/mencegah terjadinya nyeri.
diskusikan jalan keluar untuk 5. Mengurangi faktor resiko terjadinya
menghindarinya. komplikasi
5. Anjurkan pasien untuk mengontrol
berat badan, menggunakan teknik yang
benar dalam mengangkat beban berat
dan menggunakan celana penyokong

POST OPRASI

1 Nyeri berhubungan 1. Kaji intensitas, lokasi dan 1. menentukan tindakan selanjutnya.


dengan insisi luka karakteristik nyeri 2. Peningkatan tanda vital merupakan
operasi 2. Observasi tanda-tanda vital. indikator adanya nyeri.
3. Pertahankan istirahat dengan posisi 3. Menghilangkan tegangan abdomen yang
yang nyaman < semi fowler> bertambah karena posisi terlentang.
4.  Anjurkan teknik relaksasi nafas 4. Mengurangi rasa nyeri.
dalam. 5. Meningkatkan normalisasi fungsi organ.
5. Dorong klien untuk ambulasi dini. 6. mencegah komplikasi selama proses
6. Anjurkan klien untuk membatasi penyembuhan
aktifitas seperti tidak mengangkat 7. Mengurangi nyeri
beban berat, tidak mengejan.
7. Kolaborasi dengan medik untuk
pemberian analgesik.
2 Potensial injuri pada luka 1. Anjurkan menekan insisi luka operasi 1. Batuk dan bersin meningkatkan tekanan
operasi berhubungan bila batuk/bersin. intra abdominal dan stressing pada insisi.
dengan masih lemahnya 2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
area operasi. 3. Berikan hidrasi adekuat 2-3 liter/hari 3. Supaya tidak terjadi konstipasi.
dan makanan yang cukup serat.
4. Periksa scrotum, catat tanda edema 4. Edema dan perdarahan dapat terjadi 2-3 hari
dan hematoma. post operasi.
5. Gunakan celana penyokong
5. Membantu menyokong scrotum dan
(suspensoar).
mengurangi edema serta memperkuat dinding
abdomen.

3 Kurang pengetahuan 1. Hindari mengangkat beban berat, 1. mencegah komplikasi setelah operasi.
tentang perawatan di mengejan 2. Mencegah konstipasi dan mencegah
rumah dan follow up 2. Beri diit tinggi serat seperti sayur- hiperperistaltik usus.
sayuran dan buah-buahan serta  3. mengetahui perkembangan status kesehatan
minum 2-3 liter.     klien.
3. Lakukan follow up secara teratur. 4. Menyokong daerah yang telah dioperasi
yang memungkinkan akan kembali lagi bila
tidak ada sokongan dikarenakan masih
lemahnya daerah operasi

Anda mungkin juga menyukai