Modul Anak Erlen
Modul Anak Erlen
user
Modul Keperawatana anak |3
NAMA : .……………………………...........
NIM : .……………………………………
SEMESTER : .……………………………………
KELAS : ..……………………………............
Foto 3 x4
Modul Keperawatana anak |4
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Ra'd 13:11).
Modul Keperawatana anak |5
Setiap ilmu mesti ada permulaanya, tetapi sama sekali tidak ada pengakhirannya. Kita
harus menyadari dan mengakui bahwa apa yang kita ketahui dari ilmu-ilmu jauh lebih
sedikit daripada yang tidak kita ketahui
“ Tindakan utama yang harus kita kerjakan bukanlah melihat apa yang terletak samar-
samar dikejauhan, melainkan melaksanakan apa yang tampak jelas di depan mata. ”
Tuntutlah ilmu, tetapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah ibadah, tetapi tidak
melupakan ilmu (Hasan al-Bashri)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga modul Keperawatan dapat disusun oleh penulis. Modul ini berisikan kompetensi
mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada anak secara komprehensif dan sistematis
dalam tatanan pelayanan keperawatan di rumah sakit maupun di komunitas. Modul ini
diharapkan dapat memberikan acuan bagi mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran
dengan sistem Student Centered Learning (SCL) khususnya pada topik keperawatan anak.
Selain itu, dengan modul ini dapat mendukung proses belajar mengajar dengan pendekatan
metode pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa sehingga dapat memfasilitasi dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan.Meskipun dalam modul ini hanya berkisar pada
Konsep Keperawatan Anak , namun bukan berarti bahwa pengetahuan mahasiswa hanya
berhenti sampai di sini, diharapkan mahasiswa mengembangkan pengetahuannya melalui
konsultasi, membaca artikel, buku teks, jurnal dan informasi lain. Diharapkan dengan
adanya modul ini akan memicu kemampuan mahasiswa untuk mandiri dan meningkatkan
kreatifitas dalam kerangka tujuan pembelajaran. Pada saat menggunakan modul ini
mahasiswa diharapkan memulainya dengan membaca dan memahami kasus pada masing-
masing unit belajar untuk kemudian didiskusikan dalam kelompok. Akhir kata penyusun
Modul Keperawatana anak |8
sangat menyadari keterbatasan modul ini, tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu
kritik serta saran demi perbaikan dan penyempurnaan modul ini sangat diharapkan.
Penyusun
Modul Keperawatana anak |9
DAFTAR ISI
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 10
A. Aktivitas Pembelajaran
1. Klasikal
Adalah metode pengajaran yang diberikan dengan cara satu arah, dosen
atau pengajar memaparkan materi dan menjelaskan kepada peserta didik
dengan tujuan membangun suasana akademik yang baik.
2. Tutorial
Metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara diskusi menggunakan
problem base learning (PBL) , mhahasiswa dibagi dalam kelompok kecil.
3. Mandiri
Pembelajaran secara mandiri dilakukan oleh mahasiswa di laboratorium
untuk menambah skill dalam melakukan asuhan keperawatan yang sudah
diajarkan dan didemonstrasikan oleh fasilitator.
B. Kompetensi Utama
Menguasai teknik, prinsip, dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik
keperawatan yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok. (CP.P.7)
Mampu memberikan askep kepada individu, keluarga, dan kelompok baik
sehat, sakit, dan kegawatdaruratan dengan memperhatikan aspek bio,
psiko, sosial kultural, dan spiritual yang menjamin keselamatan klien
(patient safety), sesuai standar askep dan berdasarkan perencanaan
keperawatan yang telah tersedia.
Mampu memilih dan mengunakan peralat dlm memberikan askep sesuai
dg standar askep
Mampu mengumpulkan data, menyusun, mendokumentasikan, dan
menyajikan informasi askep.
C. Kompetensi Penunjang
Mampu melakukan asuhan keperawatan anak sehat dan sakit
Mampu melakukan tindakan keperawatan khusus pada anak
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 11
ALUR PEMBELAJARAN
LAPORAN
HASIL
Pertemuan Ke-1
1. Identifikasi dan mencari kata-kata sulit dari kasus (mahasiswa
mendaftar/menuliskan kata-kata sulit atau pertanyaan tanpa diskusi)
2. Definisikan masalah yang akan didiskusikan (mahasiswa membuat asuhan
keperawatan berdasarkan kasus yang telah disediakan)
3. Sesi ‘brainstorming’ untuk mendiskusikan masalah. (mahasiswa memberikan
penjelasan berdasar pada pengetahuan dasar, dan menuliskan jawaban atas
permasalahan yang ditemukan)
4. Penyusunan penjelasan menjadi solusi yang bersifat tentative/belum pasti
(mahasiswa menuliskan dan mengorganisasikan penjelasan)
5. Menyusun tujuan pembelajaran (tutor mengarahkan tujuan pembelajaran
yang terfokus, dapat dicapai, komprehensif dan sesuai)
Pertemuan Ke-2
1. Belajar mandiri (mahasiswa menggabungkan informasi dari berbagai macam
sumber yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Buku teks, jurnal,
artikel, internet, dll)
2. ‘Group sharing’ (mahasiswa mengidentifikasi semua referensi yang dimiliki
dan berbagi hasil dengan anggota kelompok lainnya, tutor mengevaluasi
proses pembelajaran baik perorangan maupun kelompok)
3. Melakukan prosedur pratikum
2. Sekretaris, bertugas:
a. Berpartisipasi dalam diskusi
b. Mencatat sumber-sumber belajar pada kelompok
c. Mencatat hasil diskusi kelompok
3. Anggota, bertugas:
a. Mengikuti dan berpartisipasi proses diskusi
b. Mendengar aktif dan menghormati anggota lain yang mengutarakan
pendapat
c. Menanyakan pertanyaan terbuka
d. Mencari semua tujuan pembelajaran
e. Berbagi informasi dengan anggota kelompok yang lain
Laporan tugas
1. Laporan diketik dengan Ms. Word (ukuran kertas A4 margin Left: 3; Right: 4
Top: 3Bottom 3).
2. Susunan penulisan:
Halaman depan/cover: Judul, logo umm, nama kelas dan kelompok, daftar
nama dan NIM anggota kelompok, nama program studi, fakultas dan
universitas).
Isi:
A. Kasus
B. Kata-kata sulit dari kasus.
C. Definisikan masalah
D. Daftar pertanyaan jawaban dari hasil reference
E. Daftar pustaka
3. Tugas dikumpulkan paling lambat 4 hari setelah diskusi melalui email dikirim ke
tim mata ajar.
Cover
Daftar isi
Pendahuluan
Isi (materi)
Kesimpulan
Daftar pustaka
4. Literatur atau sumber pustaka dapat diperoleh pada pustaka (Teksbook), Internet,
atau konsultasi pakar. Minimal lima referensi yang berbeda.
5. Makalah dijilid dengan plastic putih dan buffalo Kuning.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 13
TOPIK
MODUL : KEPERAWATAN ANAK
Pemeriksaan fisik
Pada Bayi & anaj
KPSP
KEPERAWATAN
ANAK
IMUNISASI
Pemeriksaan Antropometri
PIJAT BAYI
MTBS
Bronkhopnemonia
KUMPULAN PATOFlOW Gastro enteritis
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 14
1. Klasifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario dan tentukan kata/kalimat kunci
2. Mengidentifikasi problem dasar dalam skenario dengan membuat beberapa
pertanyaan penting
3. Menganalisa problem tersebut dg menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
4. Menentukan dan mengklasifikasikan pertanyaan yang belum terjawab
5. Menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional khusus
6. Mencari informasi tambahan tentang kasus di atas (belajar mandiri atau diskusi
dengan pakar, tanpa di dampingi fasilitator/tutor)
7. Melaporkan hasil diskusi dan sintesis hasil informasi yang telah dilakukan
UNIT BELAJAR 1
1. Hockenberry, M.J. & Wilson,D. (2014). Wong’s Nursing Care of Infant and
Children. 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Marcdante K.J., Kliegman R.M., Jenson H.B., Behrman R.E. , IDAI (2014)
Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial, Edisi Indonesia 6. Saunders: Elsevier
(Singapore) Pte Ltd.
3. Anonym. (2016). Asymmetric Crying Faces. Diakses dari
https://www.rrnursingschool.biz pada 1 Februari 2018
4. The Free Dictionary by Farlex. Medical Dictionary: Talipes. Diakses dari
https://medical-dictionary.thefreedictionary.com/talipes pada 1 Februari 2018
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 15
1. Neonatus
Setiap bayi baru lahir membutuhkan pemeriksaan fisik singkat pada beberapa
menit pertama setelah lahir yang selanjutnya akan diikuti oleh pemeriksaan fisik
yang lengkap sampai dengan 48 jam pertama dan sebelum keluar dari Rumah Sakit.
Pemeriksaan fisik selanjutnya dilakukan pada minggu pertama oleh tenaga medis
dan 6-8 minggu setelah lahir. Komponen dari pengkajian pemeriksaan fisik pada
bayi baru lahir merupakan hal utama untuk diketahuinya kelainan kongenital
meskipun sebetunya tidak ada waktu khusus untuk mendeteksi adanya
kelainan/abnormalitas pada neonates. Menurut data, sekitar 8.8% neonatus
memiliki abnormalitas pada pemeriksaan awal dan 4.4% diketahuinya abnormalitas
pada pemeriksaan selanjutnya.
a) Peradangan
b) Penumpukan srumen
c) Perdarahan
d) Perforasi (memakai
otoscop, bila
ada/optional/advance)
e) Uji pendengaran:
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 17
Gambar 4. Talipes
Gambar 3. Neonatal Oxymeter
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 22
DILAKUKAN
Tahapan No Prosedur
YA TDK
Pra Interaksi 1 Baca catatan keperawatan atau catatan medis
2 Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
3 Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat
Persiapkan alat: Medline, Timbangan BB Bayi, Sarung tangan,
4
termometer,
stetoskop
Orientasi 1 Ucapkan Assalammu’alaikum Wr Wb dan perkenalkan diri
Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau nama
2
dan alamat pasien, serta cek gelang identitas pasien
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
3
pasien dan / keluarga
4 Lakukan kontrak waktu
5 Beri kesempatan pasien dan / untuk bertanya
6 Minta persetujuan pasien dan / keluarga
7 Dekatkan alat di dekat pasien
Jaga privasi (tutup tirai), keamanan (pasang/lepas side rail), dan
8
kenyamanan pasien (posisi dan lingkungan)
Kerja 1 Baca Bismillahirrohmanirrohim sebelum melakukan tindakan
2 Cuci tangan 6 langkah sebelum tindakan
3 Pemeriksaan keadaan umum pasien
Postur secara umum
Warna kulit/kehangatan kulit dan perfusi jaringan
Aktivitas bayi: menangis
Gerakan spontan: menendang, menggerakkan tangan
Tonus otot: kuat/lemah
4 Pemeriksaan antropometri
Berat badan
Panjang badan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkar perut
Lingkar lengan atas
Kebersihan dan keutuhan kulit
Pemeriksaan fisik kepala
Bentuk kepala
Fontanela anterior
Sutura sagitalis
Gambaran wajah
Molding
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 23
1. Inspeksi
Pergerakan abdomen
Umbilicus
Ascites
Spider nevi
Pelebaran vena
Pulsasi aorta
Trauma/jejas
2. Auskultasi
Bising usus
Bruits
3. Perkusi
Hepar
Lien
Ginjal
4. Palpasi
Hepar
Lien
Ginjal
Vesika urinaria
Pulsasi aorta
15 Eliminasi
1. Inspeksi
Anus
Meatus urinarius
Skrotum
& testis
Labia
Klitoris
Mekonium
Pseudomenses
2. Palpasi
Penis
Skrotum
Massa
16 Aktifitas dan mobilisasi
Pemeriksaan fisik anggota gerak
1. Kekuatan otot
2. Postur & struktur ektremitas
3. Dysplasia
4. Fraktur
5. Spinal column
6. Refleks
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 26
Rooting
Sucking
Tonic neck
Grasping
Glabella
Moro
Babinski
Stepping
Rapikan pasien dan alat
Baca Alhamdulillahirobbil’alamin setelah kegiatan selesai
Cuci tangan 6 langkah setelah tindakan
PEMERIKSAAN ABDOMEN
REVIEW LETAK ANATOMIS ORGAN ABDOMEN
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 28
DILAKUKAN
Tahapan Prosedur
YA TDK
1 Baca catatan keperawatan atau catatan medis
2 Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
Pra 3 Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat
Interaksi Persiapkan alat: stetoskop, sarung tangan, midline/ micro toys, termometer,
4
stopwatch, pen light, boneka tangan, sticker, boneka tangan(maianan),
timbangan Berat Badan
5 Cuci tangan 6 langkah sebelum ke pasien
1 Ucapkan Assalammu’alaikum Wr Wb dan perkenalkan diri
Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau nama dan
2
alamat pasien, serta cek gelang identitas pasien
3 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/
keluarga
Orientasi 4 Kontrak waktu
5 Beri kesempatan pasien dan / untuk bertanya
6 Minta persetujuan pasien dan / keluarga
7 Dekatkan alat di dekat pasien
Jaga privasi (tutup tirai), keamanan (pasang/lepas side rail), dan kenyamanan
8
pasien (posisi dan lingkungan)
1 Baca Bismillahirrohmanirrohim sebelum melakukan tindakan
2 Cuci tangan 6 langkah sebelum tindakan
Observasi penampilan secara umum: warna kulit, warna dan karakteristik
3
rambut, kesimetrisan wajah, mata, hidung, mulut, telinga (cek adanya
Kerja keabnormalan)
4 Antopometri (ukur tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan
atas)
5 Ukur suhu badan pasien
6 Pemeriksaan Sistem Respirasi
Inspeksi
a. Perhatikan apakah anak terlihat nyaman? Atau dalam keadaan respiratory
distress? (Adanya nasal flaring penggunaan otot tambahan, retraksi
intercosta, grunting)
b. Perhatikan apakah anak bergerak aktif atau hanya berada di sisi orang tua?
c. Perhatikan apakah anak tampak lemah?
d. Hitung frekwensi pernafasan (Lihat table Frekwensi nadi dan pernafasan
normal di bawah)
Usia (thn) Denyut Nadi Pernafasan
(x/mnt) (x/mnt)
<1 120-160 30-60
1-3 90-140 24-40
3-5 75-110 18-30
5-12 75-100 18-30
12-16 60-90 12-16
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 30
Volume: apakah kuat atau lemah? Nadi yang kecil atau lemah mengindikasikan
adanya hypovolemia
Frekwensi: Frekwensi akan bervariasi tergantung usia, aktivitas, keadaan emosi
dan kenaikan suhu. (kenaikan 1 oC meningkatkan frekwensi nadi 10x/menit)
Ritme: peningkatan frewensi pada saat inspirasi dan melambat saat expirasi
merupakan hal yang biasa pada anak-anak. Adanya ventricular ectopic juga
merupakan hal yang
normal pada anak-anak.
f. Periksa dada apakah ada tonjolan di pericordial, denyut nadi ventrikular
atau skar
Palpasi
a. Rasakan adanya denyut nadi di ventrikular kiri Letakkan ujung jari di batas
sternum kiri
b. Lakukan palpasi pada empat area katup (aortic, pulmonary, tricuspid, dan
mitral)
c. Palpasi abdomen untuk mengetahui adanya hepatomegali
Adanya hepatomegali, mungkin disebabkan oleh gagal jantung. Peningkatan
JVP, edema pulmoner dan perifer jarang terjadi pada anak-anak.
AUSKULTASI
Dengarkan suara jantung di empat area menggunakan stetoskop
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 31
DOKUMENTASI
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 33
UNIT BELAJAR 2
pengukuran Skenario
Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan.
B Orientasi
3. Cuci tangan
4. Ucapkan salam dan bersalaman
5 Tunjukkan wajah berseri, tersenyum
6. Perkenakan diri
7. Tanyakan nama pasien dan alamatnya
8. Jelaskan maksud dan tujuan KPSP
9. Lakukan kontrak waktu
10. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya
11. Persiapan Alat
Baki dan alas
Buku bagan KPSP
Lembar penilaian KPSP
Alat tulis dan Penggaris
Set Permainan sesuai usia
C Kerja
12. Tanyakan tanggal lahir anak
13. Hitung usia anak
14. Lakukan 10 butir skrening sesuai dengan usia
anak
15. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
menjadi sesuai tahap perkembangan (S)
;Meragukan (M) ; atau Penyimpangan (P)
16. Berikan pujian jika anak melakukan keberhasilan
E Sikap
a. Teliti
b. Empati
c. Memperhatikan keamanan
NILAI:
Jumlah ya x 100
24
Penguji
( )
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 37
UNIT BELAJAR 3
Imunisasi
Pengertian
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada
bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Depkes 2000)
Kekebalan
Bila anak pernah menderita campak (meales) maka anak akan mempunyai kekebalan seumur
hidup dan tidak pernah sakit campak lagi. Jika ada terinfeksi tubuh anak akan berusaha untuk
membuat antibody (zat anti) untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan infeksi tersebut.
Antibodi membunuh bibit penyakit tersebut dan mencegah pertumbuhannya, tetapi antibody
tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk kedalam
tubuh tidak terhadap penyakit lainnya.
Pada bayi yang baru lahir dan beberapa bulan setelah lahir tubuhnya dilindungi oleh anti bodi
yang dbawa sejak lahir dari ibunya melalui plasenta misalnya antibody terhadappenyakit campak.
Didalam air susu ibu (ASI) juga terdapat antibody terutama didalam air susu jolong (colostrum)
yang keluar beberapa hari setelah persalinan yang membantu melindungi bayi terhadap diare dan
infeksi lainnya. Kekebalaan terhadap penyakit karena terpapar bibit penyakit dan dapat juga
karena divaksinasi dengan vaksin
Pemberian Imunisasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan perawat yaitu sebagai berikut :
1. Orang tua harus ditanyakan aspek berikut :
a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 38
Jenis Imunisasi
Pada dasaennya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang
masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut meliputi [ertahanan spesifik dan nonspesifik
proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti
kompelemen dan makrog dimana komlemen-komplemen dan makrofak ini akan pertamakalinya
memberikan peran ketika ada kuman yang masuk dalamtubuh. Setelah itu kuman harus melawan
pertahanan tubuh yangkedua yaitu pertahanan tubuh yang spesifik terdiri dari system humoral dan
seluler. Sistem pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip bentuknya
dengannya. Sistem pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang mirip bentuknya dengannya.
Sistem pertahanan humoral akan me nghasilkan zat yang disebut immunoglobulin (IgA, IgM, IgG,
IgE IgD) dan system pertahanan seluluer terdiri dari Limfosit T dan Limfosit B, dalam pertahanan
spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu cell yang disebut sel memori, sel ini akan berguna
atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk kedalam tubuh, kondisi ini yang
digunakan dalam prinsip imunisaasi. Berdasarkan proses tersebut maka imunisasi dibagi menjadi
dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi Pasif.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 39
Imunisasi pasif di bagi atas dua klasifikasi yaitu menurut bentuknya dan menurut lokasi dalam
tubuh.
1. Menurut bentuknya
Dua kategori menurut klasifikasi ini yaitu kekebalan pasif bawaan ( Passive congenital) dan
pasif didapat (Passive acquired). Kekebalan passif adalh pemberian antibody yang berasal dari
hewan atau manusia kepada manusia lain dengan tujuan memberi perlindungan terhadap
penyakit infeksi yang bersifat sementara karena kadar antibody akan berkurang setelah
beberapa minggi atau bulan (Depkes, 2000). Kekebalan pasif ini terdapat pada neonatus
sampai dengan enam bulan yang terdapat dari ibu berupa antibody melalui vaskularisasi pada
placenta misalnya difteri tetanus campak. Antibodi tersebut dapat meindungi bayi dari
penyakit tertentu sampai usia 12 bulan.
Kekebalan pasif didapat (passive acquired immunity) didapat dari luar, misalnya gama
globulin murni dari darah yang menderita penyakit tertentu (misalnya campak, tetanus,
gigvitan ular berbisa, rabies). Umumnya imunisasi ini berupa serum dan pemberian serum ini
menimbulkan efek samping berupa reaksi atopic, anafilaktik dan alergi. Oleh karena itu peril
dilakukan skintest sebelumnya.
Imunisasi Aktif
Kekebalan aktif dapat terjadi apabila stimulus “Sistemimunitas” yang menghasilkan antibody dan
kekebalan seluler dan bertahan lebih lama dbanding kekebalan pasif (Depkes 2017). Ada dua jenis
kekebalan aktif yaitu kekebalan aktif didapat dan kekebalan aktif dibuat. Kekebalan yang didapat
secara alami misalnya anak yang kena difteri atau poliomyelitis dengan proses anakterkena
penyakit infeksi kemudia terjadi silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit
tersebut. Jadi bila seseorang menderita suatu penyakit apabila sembuh selanjutnya kebal terhadap
penyakit tersebut. Paparan penyakit terhadap sistem kekebalan tubuh tersebut akan beredar dalam
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 40
darah dan apabila suatu ketika terpapar lagi pada antigen yang sama, sel limfosit akan
memproduksi antibody untuk mengembalikan kekuatan imunitas terhadap penyakit tersebut.
Kekebalan yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi dasar dan ulangan (booster),
berupa pemberikana vaksin (misalnya cacar, polio)yang kumannya masih hidup tetapi
dilemahkan: virus, kolera. Tipus, pertusis, toksoit (toksin). Vaksin tersebut akan berinteraksi
dengan system kekebalan tubuh untuk menghasilkan respons imun. Hasil yang diproduksi akan
sama dengan kekebalan seseorang yang mendapat penyakit tersebut secara alamiah.
Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi ini hanya satu kali dan waktu pemberian pada usia 0 – 11 bulan,
namun pada umumnya diberikan pada bayi umur 2-3 bulan, pemberiannya secara intracutan tepat
di insersio muskulus deltoideus. Efek samping terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
limfadenitis regional.
Adanya kesulitan untuk menilai dampak imunisasi BCG terhadap angka kejadian tuberculosis
karena banyaknya faktor yang mempengaruhi misalnya pemukinan yang padat dan tidak sehat dan
banyaknya sumber penularan di masyarakat yang tidakmendapatkan pengobatan yang
tepat.Walapun denmikian dampak BCg paling tidak apabila terkena penyakit akan lebih ringan
sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan
ostruksi jalan nafas yang tidak bisa dihindarkan. Pertusis infeksi yang disebabkan ileh Bortedella
pertusis dengan penularan melalui Droplet. Masyarakat awam lebih mengenal istilah batuk rejan
atau batuk 100 hari . Gejala awal batuk pilek setelah hari ke sepuluh bertambah berat dan sering
disertai muntah. Bahaya dari pertusis adalah pneumonia yang dapat menyebabkabn kematian.
Tetanus penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tetani yang berupa spora masuk dalam luka
terbuka, berkembang niak secara anaerob dan membentuk toksin. Tetanus yang khas terjadi pada
bayi adalah tetanus beonatorum. Dapat menimbulkan kematian karena kejang, sianosis dan henti
nafas. Reservoir adalah kotoran hewan atau tanah yang terkontaminasi kotoran hewan dan
manusia. Gejala awal hewan menunjukkan mulut mencucu, bayi tidak mau menyusu.
Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit difteri pertusis dan tetanus adalah DPT
diberikan pada anak dibawah 1 tahun. Frekuensi pemberian tiga kali dengan maksud pemberian
pertama zat anti terbentuk masik sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan
organ-organ tubuh membuat zat anti kedua dan ketiga terbetuk zat anti yang cukup. Interveal
pemberin 4 minggi. Cara peemberian melalui intra muscular. Efek samping dapat ringan yaotu
seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan demam sedangkan efek samping berat
seperti menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam kesadaran menururn terjadi kejang,
ensefalofati dan shock. Imunisasi ini dapat diulang pada anak SD kelas I dan IV.
Poliomielitis
Penyebab penyakit ini adalah virus polio tipe 1,2 dan 3 yang menyerang myelin atau serabut otot.
Gejala awal tidak jelas, dapat ditimbulkan gejala demam ringan dan infeksi saluran nafas bagian
atas IISPA), kemudian timbul gejala gejsls paralisis yang yang bersifat flaksit yang mengenai
sekelompok serabut otot sehingga timbul kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota
badan, saluran nafas dan otot menelan. Penularan penyakit ini adalah melalui droplet atau fekal
dan reservoirnya adalah manusia yang menderita polio. PEncegahan dapat dilakukan dengan
memberikan imunisasi polio.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 43
Campak.
Penyebab penyakit iniadalah virus morbili yang menular melalui droplet. Gejala awal adanya
kemerahan yangh timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota
badan kemudian flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis).
Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menkadi kehitaman yang akan bertambah
dalam1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak sereti bersisik. Imunisasi diberikan pada
usia 9 bulan dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan hilang
sampai usia 9 bulan. Komplikasi yang harus dicegah adalah otitis media, konjungtivitis berat,
enteritis, dan pneumonia, terutama pada anak dengan status gizi buruk.
Hepatitis
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko yaitu : bayi
daribu pengidap, tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien hemoliasila, pekerja
laboratorium dll. Gejala yang muncul tidak khas sepertianoreksia, mual dan kadang-kadang
ikterik. Imunisasi hepatitis B diberikan pada bayi 0 – 11 bulan.
Jenis Vaksin dan Cara Pemberiannya
1. Vaksin polio dan cara pemberiannya.
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus. Vaksin yang digunakan oleh banyak
Negara adalah vaksin hidup yang telah dilemahkan. Vaksin berbentuk cair. Kemasan sebanyak
1 cc dan 2 cc dalam flacon dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin. Pemberian
secara oral sebanyak 2 tetes laangsung dari botol ke mulut bayi, tanpa menyentuh mulut bayi.
disuntikkan harius dilarutkan dengan pelarut. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan
dalam waktu 3 jam. Botol kemasan biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap untuk
menghindari cahaya. Pemberkuan tidak merusak vaksin kering, Tempat penyuntikan adalah
sepertiga bagian lengan atas (insersio musculus deltoideus). Bersihkan daerah penyuntikan
dengan kapas rebus jangan menggunakan alcohol/desinfektan sebab dapat merusak vaksin
BCG.
Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar (Depkes RI, 2006)
VAKSIN PEMBERIAN SELANG WAKTU UMUR
IMUNISASI PEMBERIAN PEMBERIAN
BCG 1 kali -- 0 – 11 bulan
DPT 3 kali 4 minggu 2 – 11 bulan
POLIO 4 kali 4 minggu 0 – 11 bulan
CAMPAK 1 kali 4 minggu 9 – 11 bulan
HEPATITIS B 3 kali 4 minggu 0 – 11 bulan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 45
Imunisasi BCG
Keselamatan Kerja
1. Pastikan vaksin tidak kadaluarsa dan masih dalam keadaan baik serta sesuai dengan
kebutuhan ( Tepat : Obat, dosis, waktu )
2. Perhatikan teknik anti septic selama proses pemberian imunisasi
3. Jagalah kesterilan alat dan bahan yang digunakan
4. Pastikan lokasi/ daerah penyuntikan dan cara penyuntikan, sudah tepat dan benar.
5. Lakukan teknik pembuangan sampah/limbah bekas pakai sesuai prosedur.
PEKERJAAN LABORATORIUM
1. Peralatan :
Spuit Disposable 0,1 cc
Spuit 3 cc ( untuk mengoplos vaksin )
Bak instrument kecil
Nierbekken
Termos imunisasi
Vaksin BCG dan pelarutnya
2. Bahan :
Phantom bayi
Kapas DTT
PROSEDUR PELAKSANAAN
Persiapan :
1) Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2) Berikan penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan serta
efek samping yang mungkin terjadi pada bayinya setelah pemberian imunisasi BCG.
3) Cuci tangan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 46
2. Pelaksanaan :
No Langkah-langkah Ilustrasi Gambar
A B
A : Vaksin BCG Kering
B : Pelarut BCG
Key point :
Lokasi penyuntikan daerah sepertiga
bagian lengan kanan atas (musculus
deltoideus)
: Daerah Musculus
Deltoideus
Imunisasi Hepatitis B
Referensi :
- Soleh Kasim M, dkk.,2003, Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Bayi Muda,
Jakarta : Depkes
- Markum A.H.,1997, Imunisasi, Jakarta : FK Universitas Indonesia
- IDI, 2003, Buku Imunisasi, Jakarta
- Majalah Human Health, Tahun III,No.6, Juni 2003, Anak Kebal Berkat Imunisasi
- Staf akademik Budim Kemuliaan, 2002, Evaluasi Ketrampilan Asukan Kebidanan
Pada Anak, Jakarta
Teori Dasar :
Imunisasi Hepatitis B diberikan dengan Uniject secara intra muskuler dengan
menggunakan Uniject. Uniject adalah alat suntik ( semprit dan jarum ) sekali pakai yang sudah
diisi dengan vaksin dan dosis yang tepat dari pabriknya Untuk hasil terbaik, Imunisasi Hepatitis B
harus diberikan sedini mungkin, paling lama tujuh hari setelah kelahiran. Semakin ditunda
pemberiannya, maka semakin berkurang efektifitas perlindungan terhadap penularan hepatitis B.
Pemberian Imunisasi Hepatitis B dapat ditunda bila bayi dalam keadaan kejang, asfiksia,
panas tinggi lebih dari 38,5 C, berat badan kurang dari 2.500 gr, atau klasifikasi merah.
Apabila Imunisasi Hepatitis B diberikan dengan cara yang benar, hamper tidak ada
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ( KIPI ). Namun kemungkinan KIPI yang dapat terjadi adalah :
reaksi pada kulit, demam, shock anafilaksis.
Beberapa istilah baru yang akan dijumpai dalam pelaksanaan keterampilan ini adalah :
- Uniject adalah alat suntik (semprit dan jarum) sekali pakai yang sudah diisi dengan vaksin
hepatitis B dan dengan dosis yang tepat dari pabriknya.
- Reservoir adalah bagian dari uniject yang berisi vaksin hepatitis B.
Petunjuk :
- Tindakan Imunisasi Hepatitis B dilakukan oleh mahasiswa secara individu.
- Baca dan pelajari lembaran keja.
- Ikuti petunjuk instruktur.
- Tanyakan pada instruktur bila terdapat hal – hal yang tidak dimengerti.
Keamanan :
- Sebelum melakukan tindakan, pastikan tidak ada kontra indikasi.
- Perhatikan teknik antiseptic.
- Pastikan posisi / tempat penyuntikan.
- Pastikan anak dipegang erat oleh ibu atau orang lain.
Pekerjaaan Laboratorium:
Peralatan :
Uniject
Nierbekken
Termos es / cold pack tempat uniject
Bahan :
Bayi
Kapas DTT
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 52
Perlengkapan :
Tempat uniject yang telah digunakan / Safety Box
KMS Balita
Buku vaksinasi
Buku status bayi
Lap tangan
PROSEDUR KERJA
16 Bereskan alat-alat.
Alat-alat dikembalikan ketempat semula dengan
keadaan bersih.
Keselamatan Kerja :
Jaga kesterilan alat-alat.
Jaga agar vaksin Hepatitis B tidak terpapar sinar matahari.
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 56
Imunisasi DPT
DASAR TEORI
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen , sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Salah
satu pemberian imunisasi yaitu imunisasi DPT , yaitu imunisasi untuk mencegah penyakit
Dipteri , Pertusis dan Tetanus .
PETUNJUK
1. Siapkan alat dan bahan yang di perlukan untuk melakukan Imunisasi DPT
2. Susun alat secara berurutan dan periksa kelengkapannya
3. Baca dan pelajari job sheet dengan cermat dan teliti
4. Lakukan kegiatan secara berurutan sesuai dengan petunjuk yang ada pada job sheet
KESELAMATAN KERJA
1. Pusatkan perhatian pada setiap langkah yang akan di kerjakan
2. Letakan peralatan pada tempat yang aman dan mudah di jangkau
3. Perhatikan prosedur pencegahan Infeksi
4. Lakukan Imunisasi dengan benar
PEKERJAAN LABORATORIUM
PERALATAN
1. Spruit 1.CC dan jarum
2. Gergaji ampul
3. Bengkok
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 57
PROSEDUR PELAKSANAAN
EVALUASI
1. Setiap langkah di lakukan secara sistematis dan hati-hati
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 60
III Sikap 15
1. Memperhatikan penampilan dan
kerapihan perawat
2. Menjaga prinsip prinsip kerja:
Perawatan atraumatik
Memperhatikan ku pasien
Menjaga privasi
Cek instruksi pengobatan 5 benar
(obat, pasien, dosis, waktu, cara)
Imunisasi POLIO
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 62
Petunjuk :
1. Peragaan dilakukan oleh mahasiswa secara berpasangan dan bergantian.
2. Baca dan pelajari lembar kerja yang tersedia.
3. Ikuti petunjuk dosen / instruktur .
4. Tanyakan pada dosen / instruktur lab. Bila terdapat hal-hal yang tidak atau kurang
dimengerti
Keselamatan kerja
1. Setiap langkah dilakukan secara sistematis dan hati-hati.
2. Pastikan keadaan ruangan yang dipergunakan bersih dan nyaman.
3. Pastikan peralatan yang akan digunakan dalam keadaan siap pakai.
4. Jaga Privacy Pasien setiap melakukan prosedur tindakan
Peralatan dan perlengkapan :
- Termos es
- Cold pack/es batu
- Pinset anatomis
- Alat tulis
- KMS/buku catatan/buku laporan
Bahan-bahan : Phantom
PROSEDUR PELAKSANAAN
Key point :
Beritahu ibu dengan bahasa sopan
dan membaringkan bayi pada
posisi yang nyaman diatas
pangkuan dan memegangnya erat
– erat.
Key point :
6. Teteskan vaksin polio. Teteskan langsung dari pipet ke
dalam mulut anak sebanyak 2
tetes.
Perhatikan, pemberian dosis yang
tepat.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 64
Key point :
Mencuci tangan mengbunakan
prinsip Pencegahan Infeksi (PI),
(ada 6 langkah).
EVALUASI :
1. Seluruh langkah kerja dilakukan dengan urutan yang benar
2. Aturan keselamatan kerja diikuti pada saat melakukan pemberian imunisasi polio pada bayi
3. Persiapan alat dilakukan dengan benar tanpa ada alat yang tertinggal
4. Pemberian imunisasi polio pada bayi dilakukan sesuai dengan prosedur/standar
UNIT BELAJAR 4
Pemeriksaan antropometri
REFERENSI
1. Bobak, L. Jensen, 2005, Buku Ajar Perawatan Maternitas. ECG: Jakarta. Hal 387 – 388
2. Soetjiningsih, 2000, Tumbuh Kembang anak. Surabaya, Universitas Airlangga, Hal 37 -53
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 65
DASAR TEORI
Pengukuran antopometri merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui atau
menilai pertumbuhan fisik. Tujuan pengukuran antopometri adalah untuk mengidentifikasi
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak berjalan normal atau tidak.
Pengukuran antopometri yang dilakukan meliputi pengukuran berat badan (BB), tinggi badan
(TB), lingkar kepala (LK), lingkar lengan atas (LLA), lingkar dada (LD) dan lingkar perut (LP)
PETUNJUK KERJA
Siapkan alat dan bahan secara lengkap sebelum tindakan dimulai
Baca dan pelajari lembar kerja yang tersedia
Ikuti petunjuk instruktur
Tanyakan pada instruktur biLA dimulai
Baca dan pelajari lembar kerja yang tersedia
Ikuti petunjuk instruktur
Tanyakan pada instruktur biLa terdapat hal-hal yang kurang dimengerti
KESELAMATAN KERJA
Terapkan tehnik pencegahan infeksi yaitu diantaranya cuci tangan
Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya, letakkan peralatan pada tempat yang
terjangkau /ergonomis
Lakukan pengukuran antopometri bayi secara berurutan dan tepat
Pastikan bayi tetap terjaga kenyamanannya dan kehangatan tubuhnya
Pastikan tempat yang digunakan aman bagi bayi
PEKERJAAN LABORATORIUM
PERALATAN
Timbangan berat badan ( Timabangan Tidur )
Pita pengukur ( Metelin )
Pita Pengukur dari kertas
Pengukur tinggi badan
BAHAN
Bayi / Phantoom bayi
PERLENGKAPAN
Perlak atau pengalas
Handuk kecil
Meja kerja
Alat tulis / KMS
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 66
PROSEDUR TINDAKAN
NO LANGKAH - LANGKAH GAMBAR
1 Persiapkan alat
Key Point :
Susun alat secara argonomis
sehingga pemerikasaan menjadi
efektif dan efisien
Key Point :
Jelaskan maksud dan tijuan
dilakukan pemerikasaan
antopometri
Key Point :
Cuci tangan dengan sabun dan air
yang mengalir dengan tehnik 7
langkah
Keringkan dengan handuk pribadi
Key Point :
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 68
Key Point :
Letakkan kain atau kertas pelindung
dan atur skalia timbangan sebelum
menimbang
Hasil timbangan dikurangi dengan
berat alas dan pembungkus bayi
Key Point :
Pengukuran diletakjkan merapat
pada kepala dan badan.
Pengukuran kepala dilakukan dari
puncak kepala sampai tumit
Key Point :
Ukur kepala pada diameter terbesar.
Pengukuran dilakukan dari titik
pangkal hidung menlingkar ke titik
yang terjauh bagian belakang kepala
Key Point :
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 69
Key Point :
Pengukuran dilakukan di bawah
umbilicus ke pinggang lalu kembali
ke perut atas
10 Rapihkan bayi
Key Point :
Kenakan kembali pakaian bayi
untuk menjaga kehangatan suhu
tubuh bayi
Key Point :
Setiap selesai melaksanakan
tindakan segera bereskana lat seperti
semula untuk memudahkan tindakan
selanjutnya
Key Point :
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 70
Key Point :
Pencatatan hasil tindakan sebagai
dokumentasi asuhan yang telah
dilakukan/diberikan.
Key Point :
Jelaskan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti ibu / keluarga.
Beri tahukan rencana kunjungan
ulang selanjutnya.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 71
Dilakukan
NO LANGKAH - LANGKAH
ya Tdk Ket
1 Menyiapkan alat, bahan dan perlengkapan secara sistematis dan
ergonomis/
2 Menjelaskan pada ibu dan / keluarga tujuan pemeriksaan
3 Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan keringkan 6 langkah
4 Meletakkan bayi ditempat tidur dengan memperhatikan keamanan
bagi bayi
5 Mengukur berat badan bayi
6 Mengukur panjang badan bayi
7 Mengukur lingkar kepala
8 Mengukur lingkar dada
9 Mengukur lingkar perut
10 Merapihkan bayi
11 Membereskan alat dan bahan
12 Mencuci tangan kemudian keringkan
13 Mencatatan hasil pemeriksaan
14 Menjelaskan pad aibu / keluarga hasil pemeriksaan
15 DOKUMENTASI
Nilai :
Nilai ya x 100
15
Penguji
( )
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 72
UNIT BELAJAR 5
Pijat bayi
A. Skenario
Seorang Bayi perempuan, usia 4 bulan dibawa ibu ke poli klinik tumbuh kembang . Ibu berkonsultasi
dengan perawat. Ibu menanyakan kepada perawat bagaimana caranya agar bayinya dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal, dan ibu dapat meningkatkan komunikasi dengan bayi
B. Pertanyaan minimal
1. Bagaimanakah cara mengoptimalkan tumbuh kembang bayi?
2. Apakah manfaat dari pijat bayi?
C. Lampiran materi
Pengertian
Pijat bayi adalah memberikan sentuhan pada tubuh bayi atau anak. Pijat bayi ini merupakan
kebiasaan yang sudah lama dilakukan oleh orang orang Timur. Pijat bayi dapat memberikan manfaat
menstimulasi tumbuh kembang bayi dan merupakan salah satu cara mengungkapkan kasih sayang
orang tua terhadap anaknya.
Tujuan/manfaat :
Tidak ada kata terlalu awal untuk melakukan pijat bayi, selama kondisi medis bayi memungkinkan. Pijat
bayi juga dianjurkan untuk bayi yang premature, karena dalam beberapa penelitian pijat bayi tersebut
dapat membantu meningkatkan berat badan, membantu bayi sadar sehingga cepat berinteraksi
dengan ibu maupun lingkungannya.
Kapan saja boleh asal bayi tidak dalam keadaan rewel, mengantuk, lapar. Bayi dalam kondisi
senang/siaga.
1. Terus melakukan kontak mata dengan bayi dan sambil berbicara dengan bayi
2. Ibu /keluarga boleh sambil bernyanyi bersama bayi, atau melantunkan ayat suci al-qur’an
3. Mulailah dengan sentuhan ringan dan perlahan tingkatkan tekanan pijatan saat anda
semakin yakin dan bayi anda terbiasa dipijat
4. Perhatikan isyarat yang ditunjukkan oleh bayi anda.
5. Gunakan minyak alami seperti minyak goreng, minyak kelapa, minyak zaitun, minyak
anggur, dll
Tips yang tidak boleh dilakukan:
1. Memijat bayi tidak lama setelah ia makan atau disusui, ataupun saat bayi lapar atau
mengantuk
2. Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan
3. Memijat bayi dalam keadaan sakit, terdapat luka/cidera/kulit teriritasi/bengkak.
4. Memijat bayi dengan paksa
5. Memaksakan posisi saat memijat bayi
6. Hindari memijatnya saat ia tidur
A. Pemijat
1. Cuci tangan bersih-bersih. Usahakan tangan Ibu dalam keadaan hangat, agar si kecil
merasa nyaman dengan usapan Ibu.
2. Potong pendek kuku Ibu dan lepaskan perhiasan yang memungkinkan menyakiti kulit
si kecil yang lembut.
B. Minyak
Minyak/lotion yang digunakan sebaiknya minyak yang :
C. Ruangan
Ruangan yang digunakan adalah yang hangat. Tidak terlalu gelap atau terang. Tidak bising atau
terlalu senyap. Tidak terlalu banyak gambar atau mainan. Permukaan alas lembut .Siapkan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 74
perlengkapan sehingga mudah dijangkau seperti minyak, handuk, popok bersih dan pakaian bersih.
D. Posisi Memijat
Posisi I
Pemijatan dilakukan di pangkuan, dengan kedua kaki dirapatkan, lipat lutut, dan bayi didorong
kea rah perut
Posisi II
Kedua kaki pemijat dibuka, lipat sedikit lutut, sehingga punggung bawah tidak tertekan, atau
biarkan satu kaki dilipat dan yang lain diluruskan
Posisi II
Duduk bersimpuh
Prosedur:
Saat akan melakukan pemijatan, mintalah ijin pada bayi supaya bayi dapat memberikan respon. Jangan
melakukan pemijatan bila bayi menangis, membuang muka, posisi mempertahankan diri da bila
keadaan bayi tidak memungkinkan untuk dipijit. Lakukan pemijatan kira-kira 15 menit. Sebaiknya
pemijatan dimulai dari kaki untuk membiasakan bayi dipijat sebelum bagian lain dari badannya
disentuh. Tetap pertahankan kontak mata selama melakukan pemijatan dan jaga temperatur si kecil
jangan sampai suhu tubuhnya di bawah 35 derajat Celsius.
Unutk bayi umur 1 – 3 bulan, disarankan diberi gerakan halus disertai tekanan ringan dalam
waktu yang lebih singkat.
Untuk bayi umur 3 bukan – 3 tahun, disarankan agar seluruh gerakan dilakukan dengan
tekanan dan waktu yang lebih meningkat. Total waktu pemjatan disarankan sekitar 15 menit.
Lumurkan sesering mungkin minyak yang lembut sebelum dan selama pemijatan. Setelah itu,
lakukanlah gerakan pembukaan berupa sentuhan ringan di sepanjang sisi muka bayi atau
usaplah rambutnya. Gerakan pembuka ini untuk memberitahukan bahwa waktu pemijatan akan
dilakukan padanya.
Pemijtan sebaiknya dimulai dari kaki bayi, sebab umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat
pada daerah kaki. Permulaan seperti ini akan memberi kesempatan pada bayi untuk
membiasakan dipijat sebelum bagian lain disentuh. Itu sebabnya, urutan pemijatan bayi
dianjurkan dimulai dari bagian kaki, kemudian perut, dada, tangan, WAJAH, dan dan diakhiri
pada bagian punggung.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 75
Stomach
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 77
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 78
Chest
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 79
Face
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 81
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 82
Back
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 83
Sun Moon
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 84
Water Wheel
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 85
UNIT BELAJAR 6
MTBS
Skenario Kasus
Anak perempuan usia 15 bulan. BB 8.5 kg. suhu badan 38.50C dibawa ke puskesmas oleh
ibunya. Perawat puskesmas melakukan pengkajian kepada ibu dan anaknya. perawat bertanya,
“anak ibu sakit apa?”ibu menjawab “ sudah 4 hari ini anak saya batuk dan tidak mau makan.”
perawat memeriksa apakah anak bisa minum atau menetek?”ibu menjawab, “tidak, anak saya
tidak mau menetek.” perawat memberikan air kepada pasien. Pasien terlalu lemah untuk
mengangkat kepalanya dan tidak bisa minum dari cangkir. Kemudian perawat bertanya kepada
ibu,” apakah pasien muntah?”ibunya berkata, “tidak.”.”apakah pasien kejang?”.”tidak”. saat
perawat berbicara dengan ibu, pasien memperhatikan mereka dan melihat ke sekeliling ruangan
Pertanyaan minimal
1. tulislah informasi penting pada kasus di atas
2. apakah masalah pasien dibawa ke puskesmas?
3. apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulangan?alasan?
4. sudahkah perawat memeriksa tanda bahaya umum pada pasien?
5. apakah pasien menunjukan tanda bahaya umum?
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian
vitamin A dan konseling pemberian makan. MTBS merupakan manajemen balita sakit untuk 2
kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun Materi MTBS
dituangkan dalam bentuk suatu bagan. Bagan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah
petugas kesehatan dalam mengikuti setiap langkah yang harus dilaksanakan untuk memeriksa
balita sakit sesuai bagan MTBS. Petugas kesehatan dilatih untuk mudah mengerti langkah-
langkah yang ada dalam bagan tersebut. Setiap langkah dengan maksud tertentu tertulis dalam
bagan tersebut dengan tanda khusus dalam kotak, baris dengan warna dasar tertentu dan tulisan
dengan huruf cetak tebal.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 86
cubitan kulit perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2
detik) atau lambat. Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya
diklasifikasikan apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa dehidrasi,
diare pesisten berat, diare persisten atau disentri.
6. Menilai demam dan klasifikasinya.
Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil. Tanyakan kepada ibu
apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah anak teraba panas atau mengukur suhu
tubuh dengan termometer. Dikatakan demam jika badan anak teraba panas atau jika suhu
badan 37,5 derajat celcius atau lebih. Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria:
resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa
resiko malaria, tanyakan apakah anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu
terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudian tanyakan
sudah berapa lama anak demam. Jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi setiap hari,
lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek, apakah anak menderita campak dalam
3 bulan terakhir, lihat adanya tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit yang
menyeluruh dan terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan demam, malaria
atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bulan
terakhir: lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya dalam atau luas, lihat apakah matanya
bernanah, lihat adakah kekeruhan pada kornea mata. Kemudian klasifikasikan apakah anak
menderita campak, campak dengan komplikasi berat, atau campak dengan komplikasi pada
mata atau mulut. Jika demam kurang dari 7 hari, tanyakan apakah anak mengalami
perdarahan dari hidung atau gusi yang cukup berat, apakah anak muntah: sering, muntah
dengan darah atau seperti kopi; apakah berak bercampur darah atau berwarna hitam; apakah
ada nyeri ulu hati atau anak gelisah; lihat adanya perdarahan dari hidung atau gusi yang
berat, bintik perdarahan di kulit (petekie), periksa tanda- tanda syok yaitu ujung ekstrimitas
teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tak teraba. Kemudian klasifikasikan apakah anak
menderita Demam Berdarah Dengue (DBD), mungkin DBD atau demam mungkin bukan
DBD.
7. Menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
Setelah memeriksa demam, petugas menanyakan kepada ibu apakah anak mempunyai
masalah telinga. Jika anak mempunyai masalah telinga, tanyakan apakah telinganya sakit,
lihat adakah nanah keluar dari telinga, raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang
telinga. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita mastoiditis, infeksi telinga akut,
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 88
merujuk anak, memberikan obat yang sesuai, mengajari ibu cara memberikan obat di
rumah, mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah, nasehat perawatan di rumah
tanpa obat dan meningkatkan kesehatan anak.
13. Menasehati ibu.
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran pemberian makan
selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah pemberian makan, meningkatkan
pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu kapan harus kembali dan menasehati ibu
tentang kesehatannya sendiri.
14. Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang atau
kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak lanjut menggunakan
kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru
lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada
bagan penilaian dan klasifikasi.
ya Tidak
11 Tanyakan keluhan utama dan periksa adanya tanda dan gejala yang
timbul
12 Tentukan klasifikasi penyakit berdasarkan tanda dan gejala sesuai
dengan bagan MTBS
13
Periksa status Gizi anak berdasarkan BB menurut panjang badan atau
tinggi badan
14 Periksa kemungkinan adanya anemia
UNIT BELAJAR 7
BRONKHOPNEUMONIA
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 91
A. Pengertian
Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru-paru yang terjadi pada anak-anak.
(Suriadi. 2001)
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang disebabkan bakteri,
virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah,
dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk kering dan produktif. (Hidayat. 2006)
Bronchopneumonia adalah infeksi tratus respiratorius bagian atas yang ditandai dengan nafas
menjadi sesak, disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut serta
rasa nyeri pada dada. Menurut Ngastiah, yang dikutip dari Monica (2007).
B. Etiologi
Menurut Misnadiarly (2008) ada beberapa penyebab dari bronchopneumonia, diantaranya:
1. Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Influensa
2. Bakteri: Streptococcus Pneumonia, Staphylococcus Aureus, dan Haemophilus Influenza
3. Jamur: Mycoplasma Pneumonia, Histoplasma Capsulatum, Crytocoxcus Neofarmans
4. Aspirasi misalnya: makanan, cairan amnion dan benda asing
C. Patofisiologi
1. Proses Penyakit
Organisme atau gen masuk jaringan paru-paru melalui saluran nafas bagian atas mencapai
ke bronkheolus dan alveolus kemudian akan timbul reaksi radang yang dimulai dari paru-
paru menjalar secara progresif ke kapiler satu atau seluruh lobus, kemudian lobus
bronkhiolus menyebar sel radang akut, lumen terisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak
sehingga rongga sel tersumbat dan sekitarnya penuh dengan netrofil dan sedikit eksudat
6
fibrinogen maka pertukaran gas di alveolus dan bronkus tidak efektif maka akan terjadi
asidosis atau respirasi alkalosis metabolic (Price. 2002).
2. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala bronchopneumonia yaitu:
a. Demam tinggi (390 – 400 C)
b. Gelisah
c. Sesak nafas
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 92
NAMA : ……………………………………………
TINGKAT : ………………………………………..…
TANGGAL : ………………………………………..…
III Sikap 15
1. Memperhatikan penampilan dan kerapihan
perawat
2. Menjaga prinsip-prinsip kerja
- Cek program fisioterapi dada
- Memperhatikan keadaan umum klien
- Mempertahankan kebersihan
- Mengatasi rasa malu
- Menjaga privasi
- Mengetahui lokasi/ area fisioterapi dada
POSTURAL DRAINAGE
14. Lepaskan pakaian klien, berikan tempat
penampungan sputum dan siapkan tisue
15. Posisikan klien dengan kepala lebih rendah
dari badan daan sesuaikan letaknya menurut
area paru yang perlu diterapi. Berikan bantal
bila perlu dan tutup area yang terbuka dengan
selimut
16. Pertahankan posisi selama 5 menit
17. Selama 5 menit, minta klien untk batuk daan
mengeluarkan sputum/sekret
18. Tingkatkan waktu untuk postural drainage
secara bertahap
PERKUSI
19. Naikkan tempat tidur setinggi pinggang untuk
memudahkan bekerja. Perawat berdiri
berseberangan dengan area yang akan
dilakukan perkusi
20. Tangan dan jari-jari dirapatkan dan
membentuk ‘cup’, lalu tepuk-tepuk di area
yang diperlukan selama 3 menit
21. Minta klien untuk batuk dan mengeluarkan
sputum/sekret segera setelah perkusi selesai
VIBRASI
22. Instruksikan klien untuk menghirup nafas
dalam secara lambat melalui hidung dan
mengeluarkannya melalui mulut selama vibrasi
dilakukan
23. Ratakan telapak tangan pada area dada yang
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 96
BATUK EFEKTIF
25. Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam-
dalam secara perlahan
26. Minta klien untuk tahan nafas selama 2 detik
27. Minta klien untuk buka mulut dan batuk untuk
mengeluarkan sputum/sekret
28. Setelah semua dilakukan, kaji kembali kondisi
klien
29. Bila perlu lakukan fisioterapi kembali
30. Kembalikan ke posisi normal dan berikan
posisi yang nyaman
31. Berikan perawatan mulut dan cuci tangan klien
32. Cuci tangan dan dokumentasi: hasil pengkajian
status respiratori dan respon klien: jumlah
sekret dan warna
33. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan, catat pula data hasil pengkajian dan
respon klien
JUMLAH 100
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 97
UNIT BELAJAR 8
GASTROENTERITIS
Pengertian
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri
yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s, 2009). Gastroenteritis
adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi
atau keracunan zat makanan ( Mayers,2015).
Patofisiologi.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis biasa
melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran
patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare
). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan
elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan
sirkulasi darah.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 98
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis berupa diare, muntah, demam, nyeri abdomen, membran, mukosa mulut dan
bibir kering, fontanel cekung, kehilangan berat badan, tidak nafsu makan, lemah
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul adalah dehidrasi, renjatan hipovolemik, kejang, bakterimia,
mal nutrisi, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
c. Dehidrasi Berat : Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Penatalaksanaan Medis.
a. Pemberian cairan.
Pemberian cairan pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
1) cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas
adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.
2) Cairan parentral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
Dehidrasi ringan : pemberian cairan 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari, kemudian
125 ml / Kg BB / oral
Dehidrasi sedang : pemberian 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / hari, kemudian 125
ml / kg BB / hari.
Dehidrasi berat :
Untuk anak umur 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg, pemberian:
1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15
tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20
tetes ).
16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum, atau dengan
2 A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan tinja, pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan pH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,
pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari
penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
d. Kebutuhan dasar.
1) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK
sedikit atau jarang.
2) Pola nutrisi : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
5) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
e. Pemeriksaan fisik.
1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai
koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.
2) Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat
badan menurun,anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
3) Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
4) Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 102
2. Diagnosa keperawatan.
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prog-
nosis dan pengobatan.
f. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.
3. Intervensi.
Diagnosa 1 : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur infut dan output cairan
(balanc ccairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak
kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi
cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah
sodium.
Diagnosa 2 : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan
mual dan muntah.
Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji factor
penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemerikasaan fisik abdomen
(palpasi,perkusi,dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol. Beri zalp seperti
zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
4. Evaluasi.
a. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
c. Integritas kulit kembali noprmal.
d. Pengetahuan kelurga meningkat.
e. Cemas pada klien teratasi.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 104
2. Bayi perempuan 12 bulan datang dengan keluhan demam, diare lebih dari 10 x/hari selama 5
hari ada darah dalam feses. Anak tampak rewel, mata cekung, cubitan kulit perut lambat
kembali. Termasuk klasifikasi apakah kasus di atas?
A. Diare Dehidrasi Berat
B. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
C. Diare Tanpa Dehidrasi
D. Diare Persisten
E. Disentri
3. Balita perempuan 30 bulan datang dengan keluhan demam, diare lebih dari 10 x/hari selama 5
hari. Anak tampak rewel, mata cekung, cubitan kulit perut lambat kembali, tampak haus
minum dengan lahap. Apakah klasifikasi kasus di atas?
A. Diare Dehidrasi Berat
B. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
C. Diare Tanpa Dehidrasi
D. Diare Persisten
E. Disentri
4. Bayi perempuan usia 6 bulan, BB 7 kg dirawat dengan keluhan muntah 12 x, nafsu makan
menurun. Pasien sudah dibawa ke dokter klinik dan memdapat obat antiemetik namun masih
muntah. Setelah dilakukan pemeriksaan BB badan menurun 0,5 kg. Berapakah kebutuhan
nutrisi yang harus diberikan untuk pasien tersebut?
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 105
5. Balita perempuan usia 4 tahun, BB 17 kg dirawat dengan keluhan BAB cair 5x/hari, muntah
12 x, nafsu makan menurun. Hasil pengkajian didapat suhu 37 0C, nadi 110x/menit. Ibu
mengatakan tampak cemas karena anaknya tidak mau makan, padahal biasanya anak di rumah
mau makan. Berapakah kebutuhan cairan yang harus diberikan untuk pasien tersebut?
A. 1350 cc C. 1500 cc E. 1700 cc
B. 1450 cc D. 1600 cc
CATATAN :