Anda di halaman 1dari 106

Modul Keperawatana anak |1

The leading institution


Modul Keperawatana anak |2
In nursing and midwife education

user
Modul Keperawatana anak |3

IDENTITAS PEMILIK MODUL

NAMA : .……………………………...........

NIM : .……………………………………

SEMESTER : .……………………………………

KELAS : ..……………………………............

PROGRAM STUDI :…………………………………........

Foto 3 x4
Modul Keperawatana anak |4

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Ra'd 13:11).
Modul Keperawatana anak |5

Setiap ilmu mesti ada permulaanya, tetapi sama sekali tidak ada pengakhirannya. Kita
harus menyadari dan mengakui bahwa apa yang kita ketahui dari ilmu-ilmu jauh lebih
sedikit daripada yang tidak kita ketahui

“ Tindakan utama yang harus kita kerjakan bukanlah melihat apa yang terletak samar-
samar dikejauhan, melainkan melaksanakan apa yang tampak jelas di depan mata. ”
Tuntutlah ilmu, tetapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah ibadah, tetapi tidak
melupakan ilmu (Hasan al-Bashri)

A. VISI MISI STIKes Kharisma Karawang


 Visi

Terwujudnya Institusi Pendidikan yang Unggul dan Mandiri Dalam


Menghasilkan Tenaga Profesional di Bidang Kesehatan, dengan
Keunggulan Penanganan Kegawatdaruratan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, Dapat Bersaing di Pasar Bebas Tahun 2024
 Misi
a. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam rangka
menghasilkan lulusan yang profesional dan kompeten dibidangnya
dengan keunggulan Penanganan Kegawatdaruratan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), kreatif dan inovatif, berwawasan global.

b. Menghasilkan penelitian dan karya-karya ilmiah lainnya dibidang


kesehatan.
Modul Keperawatana anak |6

c. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

d. Menyelenggarakan kerjasama dengan stakeholder di bidang yang


strategis, sinergis dan berkelanjutan dalam lingkup pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat

B. VISI MISI PROGRAM STUDI


Visi Program Studi Sarjana Keperawatan
Menjadi program studi yang menghasilkan lulusan profesional di bidang
Keperawatan, serta memiliki Keunggulan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja sesuai dengan IPTEK Tahun 2021

Misi Program Studi Sarjana Keperawatan


A. Terselenggara proses pendidikan keperawatan yang profesional,
dinamis, kreatif dan antisipatif, berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini dengan keunggulan kesehatan
dan keselamatan kerja dan gawat darurat.
B. Terselenggara kegiatan penelitian dalam ruang lingkup keperawatan
dan kesehatan berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
C. Terselenggara pengabdian masyarakat khususnya di bidang
kesehatan.
D. Terselenggara kerjasama lintas program dan lintas sektor baik
dengan institusi Pemerintah maupun Swasta dalam bidang
kesehatan
Modul Keperawatana anak |7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga modul Keperawatan dapat disusun oleh penulis. Modul ini berisikan kompetensi
mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada anak secara komprehensif dan sistematis
dalam tatanan pelayanan keperawatan di rumah sakit maupun di komunitas. Modul ini
diharapkan dapat memberikan acuan bagi mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran
dengan sistem Student Centered Learning (SCL) khususnya pada topik keperawatan anak.
Selain itu, dengan modul ini dapat mendukung proses belajar mengajar dengan pendekatan
metode pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa sehingga dapat memfasilitasi dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan.Meskipun dalam modul ini hanya berkisar pada
Konsep Keperawatan Anak , namun bukan berarti bahwa pengetahuan mahasiswa hanya
berhenti sampai di sini, diharapkan mahasiswa mengembangkan pengetahuannya melalui
konsultasi, membaca artikel, buku teks, jurnal dan informasi lain. Diharapkan dengan
adanya modul ini akan memicu kemampuan mahasiswa untuk mandiri dan meningkatkan
kreatifitas dalam kerangka tujuan pembelajaran. Pada saat menggunakan modul ini
mahasiswa diharapkan memulainya dengan membaca dan memahami kasus pada masing-
masing unit belajar untuk kemudian didiskusikan dalam kelompok. Akhir kata penyusun
Modul Keperawatana anak |8

sangat menyadari keterbatasan modul ini, tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu
kritik serta saran demi perbaikan dan penyempurnaan modul ini sangat diharapkan.

Penyusun
Modul Keperawatana anak |9

DAFTAR ISI
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 10

A. Aktivitas Pembelajaran
1. Klasikal
Adalah metode pengajaran yang diberikan dengan cara satu arah, dosen
atau pengajar memaparkan materi dan menjelaskan kepada peserta didik
dengan tujuan membangun suasana akademik yang baik.
2. Tutorial
Metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara diskusi menggunakan
problem base learning (PBL) , mhahasiswa dibagi dalam kelompok kecil.
3. Mandiri
Pembelajaran secara mandiri dilakukan oleh mahasiswa di laboratorium
untuk menambah skill dalam melakukan asuhan keperawatan yang sudah
diajarkan dan didemonstrasikan oleh fasilitator.
B. Kompetensi Utama
 Menguasai teknik, prinsip, dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik
keperawatan yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok. (CP.P.7)
 Mampu memberikan askep kepada individu, keluarga, dan kelompok baik
sehat, sakit, dan kegawatdaruratan dengan memperhatikan aspek bio,
psiko, sosial kultural, dan spiritual yang menjamin keselamatan klien
(patient safety), sesuai standar askep dan berdasarkan perencanaan
keperawatan yang telah tersedia.
 Mampu memilih dan mengunakan peralat dlm memberikan askep sesuai
dg standar askep
 Mampu mengumpulkan data, menyusun, mendokumentasikan, dan
menyajikan informasi askep.

C. Kompetensi Penunjang
 Mampu melakukan asuhan keperawatan anak sehat dan sakit
 Mampu melakukan tindakan keperawatan khusus pada anak
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 11

ALUR PEMBELAJARAN

Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2

LAPORAN
HASIL

Langkah-langkah pembelajaran diskusi:

Pertemuan Ke-1
1. Identifikasi dan mencari kata-kata sulit dari kasus (mahasiswa
mendaftar/menuliskan kata-kata sulit atau pertanyaan tanpa diskusi)
2. Definisikan masalah yang akan didiskusikan (mahasiswa membuat asuhan
keperawatan berdasarkan kasus yang telah disediakan)
3. Sesi ‘brainstorming’ untuk mendiskusikan masalah. (mahasiswa memberikan
penjelasan berdasar pada pengetahuan dasar, dan menuliskan jawaban atas
permasalahan yang ditemukan)
4. Penyusunan penjelasan menjadi solusi yang bersifat tentative/belum pasti
(mahasiswa menuliskan dan mengorganisasikan penjelasan)
5. Menyusun tujuan pembelajaran (tutor mengarahkan tujuan pembelajaran
yang terfokus, dapat dicapai, komprehensif dan sesuai)
Pertemuan Ke-2
1. Belajar mandiri (mahasiswa menggabungkan informasi dari berbagai macam
sumber yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Buku teks, jurnal,
artikel, internet, dll)
2. ‘Group sharing’ (mahasiswa mengidentifikasi semua referensi yang dimiliki
dan berbagi hasil dengan anggota kelompok lainnya, tutor mengevaluasi
proses pembelajaran baik perorangan maupun kelompok)
3. Melakukan prosedur pratikum

Peran Dan Tugas Mahasiswa


Dalam proses pembelajaran ini masing-masing mahasiswa mempunyai peran sebagai:
1. Ketua, bertugas:
a. Memimpin kelompok dalam proses diskusi
b. Mempertahankan dinamika kelompok
c. Memotivasi partisipasi anggota kelompok
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 12

d. Memastikan agar laporan selesai dan menjadi catatan yang akurat

2. Sekretaris, bertugas:
a. Berpartisipasi dalam diskusi
b. Mencatat sumber-sumber belajar pada kelompok
c. Mencatat hasil diskusi kelompok
3. Anggota, bertugas:
a. Mengikuti dan berpartisipasi proses diskusi
b. Mendengar aktif dan menghormati anggota lain yang mengutarakan
pendapat
c. Menanyakan pertanyaan terbuka
d. Mencari semua tujuan pembelajaran
e. Berbagi informasi dengan anggota kelompok yang lain

Laporan tugas
1. Laporan diketik dengan Ms. Word (ukuran kertas A4 margin Left: 3; Right: 4
Top: 3Bottom 3).
2. Susunan penulisan:
 Halaman depan/cover: Judul, logo umm, nama kelas dan kelompok, daftar
nama dan NIM anggota kelompok, nama program studi, fakultas dan
universitas).
 Isi:
A. Kasus
B. Kata-kata sulit dari kasus.
C. Definisikan masalah
D. Daftar pertanyaan  jawaban dari hasil reference
E. Daftar pustaka
3. Tugas dikumpulkan paling lambat 4 hari setelah diskusi melalui email dikirim ke
tim mata ajar.
 Cover
 Daftar isi
 Pendahuluan
 Isi (materi)
 Kesimpulan
 Daftar pustaka
4. Literatur atau sumber pustaka dapat diperoleh pada pustaka (Teksbook), Internet,
atau konsultasi pakar. Minimal lima referensi yang berbeda.
5. Makalah dijilid dengan plastic putih dan buffalo Kuning.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 13

TOPIK
MODUL : KEPERAWATAN ANAK

Pemeriksaan fisik
Pada Bayi & anaj

KPSP
KEPERAWATAN
ANAK
IMUNISASI

Pemeriksaan Antropometri

PIJAT BAYI

MTBS

Bronkhopnemonia
KUMPULAN PATOFlOW Gastro enteritis
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 14

PROSES PEMECAHAN MASALAH SEVEN JUMP

1. Klasifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario dan tentukan kata/kalimat kunci
2. Mengidentifikasi problem dasar dalam skenario dengan membuat beberapa
pertanyaan penting
3. Menganalisa problem tersebut dg menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
4. Menentukan dan mengklasifikasikan pertanyaan yang belum terjawab
5. Menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional khusus
6. Mencari informasi tambahan tentang kasus di atas (belajar mandiri atau diskusi
dengan pakar, tanpa di dampingi fasilitator/tutor)
7. Melaporkan hasil diskusi dan sintesis hasil informasi yang telah dilakukan

UNIT BELAJAR 1

Pemeriksaan fisik Pada Bayi & Anak

1. Hockenberry, M.J. & Wilson,D. (2014). Wong’s Nursing Care of Infant and
Children. 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Marcdante K.J., Kliegman R.M., Jenson H.B., Behrman R.E. , IDAI (2014)
Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial, Edisi Indonesia 6. Saunders: Elsevier
(Singapore) Pte Ltd.
3. Anonym. (2016). Asymmetric Crying Faces. Diakses dari
https://www.rrnursingschool.biz pada 1 Februari 2018
4. The Free Dictionary by Farlex. Medical Dictionary: Talipes. Diakses dari
https://medical-dictionary.thefreedictionary.com/talipes pada 1 Februari 2018
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 15

1. Neonatus
Setiap bayi baru lahir membutuhkan pemeriksaan fisik singkat pada beberapa
menit pertama setelah lahir yang selanjutnya akan diikuti oleh pemeriksaan fisik
yang lengkap sampai dengan 48 jam pertama dan sebelum keluar dari Rumah Sakit.
Pemeriksaan fisik selanjutnya dilakukan pada minggu pertama oleh tenaga medis
dan 6-8 minggu setelah lahir. Komponen dari pengkajian pemeriksaan fisik pada
bayi baru lahir merupakan hal utama untuk diketahuinya kelainan kongenital
meskipun sebetunya tidak ada waktu khusus untuk mendeteksi adanya
kelainan/abnormalitas pada neonates. Menurut data, sekitar 8.8% neonatus
memiliki abnormalitas pada pemeriksaan awal dan 4.4% diketahuinya abnormalitas
pada pemeriksaan selanjutnya.

Pada pemeriksaan fisik neonatus direkomendasikan untuk melakukan


pemeriksaan “head to toe” dan “front to back”. Tabel dibawah akan menunjukkan
kondisi neonatus dan merupakan dasar jika ada indikasi untuk pemeriksaan lebih
lanjut. Gunakan “clinical judgement” jika menemukan hal-hal yang sifatnya
“urgent” untuk di follow up jika ada temuan yang abnormal.

Aspek Pemeriksaan Fisik Indikasi pemeriksaan lebih lanjut

Keadaan Pemeriksaan:  Dysmorphic


Umum bayi 1. Postur secara umum (fleksi)  Kulit dingin, berwana
kebiruan/pucat
2. Warna kulit/kehangatan kulit dan
 Bayi terlihat lethargic
perfusi jaringan
Aspek Pemeriksaan Fisik Indikasi pemeriksaan lebih lanjut

3. Activitas bayi: menangis


4. Gerakan spontan: menendang,
menggerakkan tangan
5. Tonus otot : kuat/lemah
Antropometri 1. Berat badan  Berat badan lebih dari usia gestasi,
2. Panjang badan berat badan kurang dari usia gestasi,
berat badan sesuai usia gestasi
3. Lingkar kepala
 Ukuran antropometri yang lain missal:
4. Lingkar dada panjang badan / lingkar dada kurang
5. Lingkar perut atau lebih dari normal
6. Lingkar lengan atas  Mikro/makrosefali, hidrocephalus
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 16

Kebersihan & Pemeriksaan fisik:  Fontanela membesar atau cekung


Keutuhan 1. Kepala  Mikrocephal atau makrocephal
kulit a) Bentuk kepala  Perdarahan subgaleal
b) Fontanela anterior  Caput/cephalhaematoma
c) Sutura sagitalis (pertimbangkan untuk
d) Gambaran wajah kemungkinan terjadi jaundice)
e) Molding, caput  Fused suture
suksadenum

2. Rambut  Rontok, alopesia kelainan bawaan


a) Penyebaran
b) Bau
c) Rontok/alopesia (botak)
d) Hirsutisme: rambut banyak
sekali
e) Warna

3. Mata  Asimetris saat menangis


a) Ukuran & struktur: lensa,  kornea kusam
kornea, pupil  tidak ada red reflex
b) Pergerakan bola mata:  pupil tidak sama, dilatasi atau
selaras konstriksi
c) Posisi dibandingkan dengan  konjunctivitis purulent
hidung  strabismus/juling
d) Red eye reflex
(menggunakan
opthalmoscope
bila
ada/optional/advance)
4. Telinga  Tidak responsive terhadap suara
a) Bentuk  Tidak terdapat kanal auditori
b) Ukuran simetris kana kiri eksternal atau mikrotia
c) Warna  Terdapat cairan dari telinga
d) Lesi
e) Nyeri tekan

Pemeriksaan Fisik Indikasi pemeriksaan lebih lanjut

a) Peradangan
b) Penumpukan srumen
c) Perdarahan
d) Perforasi (memakai
otoscop, bila
ada/optional/advance)
e) Uji pendengaran:
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 17

menggunakan mainan yang


dapat bersuara atau lebih tepat
memakai otoacustic emission
test
 oleh dokter
anak/opthalmologist)
5. Hidung  Nasal flaring
a) Bentuk  Nares tidak paten terutama
b) Septum nasi bilateral
c) Meatus
d) Mukosa hidung
e) Luka
6. Mulut  Bibir sumbing/langit-langit
a) Bentuk
b) Warna
c) Lesi
d) Massa
e) Mukosa
f) Warna lidah
g) Uvula
h) Tonsil
7. Kuku  Club foot
a) Bentuk  Berwarna biru
b) Warna
c) Lesi

8. Kulit  Jaundice < 24 jam


a) Warna: pink, sianosis,  Central sianosis
jaundice  Ptechie yang tidak sesuai dengan
b) Kelembapan: kulit kering kondisi saat lahir
terkelupas  Pallor/pucat
c) Turgor kulit < 2detik  Multipel hemangioma
d) Temperature/suhu tubuh:  Kulit teraba hangat apabila anak
hipertermi, hipotermi demam
e) Trauma/lesi  Hipotermi tingkat 1 (350 - 360 C)
f) Edema: bengkak  Hipotermi tingkat 2 (350 – 35.90 C)
 Hipotermi tingkat 3 (340 – 34.90 C)
 Hipotermi tingkat 4 (< 340 C)
 Hipertermi (> 37.5 C)
Pemeriksaan Fisik Indikasi pemeriksaan lebih lanjut
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 18

 Kulit kering, turgor > 2 detik indikasi


dehidrasi
 Edema pada kaki (Syndrome turner)

Pemeriksaan fisik dada:  Tanda dari stress respiratory:


1. Inspeksi dispneu
a) Bentuk dada  Episode apneu
b) Jejas  Variasi dari rata-rata, rhytme dan
c) Luka regularity
d) Pergerakan dinding dada  Dullness, Tympany
e) Tipe pernafasan  Ronkhi, reckles, friction rub
f) Pola pernafasan
g) Retraksi ruang sela iga
h) Frekuensi nafas: 40 – 60
x/mnt
i) Irama nafas: reguler
j) Pulseoximetry/level saturasi
oksigen, bila ada indikasi
saja
2. Palpasi
a) Nyeri tekan
b) Ekspansi dinding dada
c) Massa
3. Perkusi
a) Suara paru: sonor,
resonan
b) Batas paru
4. Auskultasi
a) Suara paru: vesikuler,
bronkovesikuler
Pemeriksaan fisik jantung:  Kurang dari 110x/mnt/ lebih dari
1. Inspeksi 160x/mnt
a) Ictus cordis  Nadi lemah atau tidak ada nadi
2. Palpasi  Bunyi jantung tambahan
a) Batas jantung  Frekuensi dan irama jantung
b) Pelebaran jantung
irreguler
3. Auskultasi
 Murmur
a) Frekuensi denyut
jantung/nadi (120-
160x/mnt)
b) Bunyi jantung
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 19

Pemeriksaan fisik umum:  Secret purulent pada mata


a) Sklera: pucat  Konjungtiva berwarna pucat
b) Konjungtiva: jernih  Turgor > 2detik, kulit kering
c) Turgor kulit < 2 dtk mengelupas
d) Jaundice/warna kulit: pink

Pemeriksaan Fisik Indikasi pemeriksaan lebih lanjut

 Kulit berwarna kuning,


hiperbilirubinemia

Pemeriksaaan firik abdomen:  Organomegali


1. Inspeksi  Gastrochisis
a) Pergerakan dinding  Hernia inguinal
abdomen  < 3 pembuluh darah umbilical
b) Umbilikus  Eritema atau pembengkakan pada
c) Ascites dasar umbilicus ke dinding anterior
d) Spider navi abdomen
e) Pelebaran vena  Secret pururlent pada umbilikal
f) Pulsasi aorta
g) Trauma/jejas
2. Auskultasi
a) Bising usus (+)
b) Bruits
3. Perkusi
a) Perkusi hepar: ukuran hepar
dari garis
mideasternum, jarak antara batas atas
dan bawah
b) Perkusi lien
c) Perkusi ginjal
4. Palpasi
a) Palpasi hepar
b) Palpasi lien
c) Palpasi ginjal
d) Palpasi vesika urinaria
e) Pulsasi aorta
Pemeriksaan fisik:  Tidak ada urine dalam 24 jam
1. Inspeksi  Ambigous genitalia
a) Anus: patent  Bilateral undescended testes
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 20

b) Meatus urinarius  Testicular torsion


c) Skrotum/testis  Hipospadia
d) Labia  Penile torsion > 60%
e) Klitoris  Mikropenis (panjangnya < 2,5 cm)
f) Mekonium  Ukuran skrotum tidak sama dan
g) Pseudomenses terdapat perubahan warna
2. Palpasi  Testis terpalpasi di kanal inguinal
a) Penis  Tidak ada meconium dalam 24 jam
b) Skrotum
c) Massa
Pemeriksaan Fisik Indikasi pemeriksaan lebih lanjut

Pemeriksaan fisik:  Lemah, sensitive, nangis bernada


1. Kekuatan otot: bayi aktif, tinggi
menendang kuat  Tidak menangis
2. Postur & struktur ekstremitas  Tidak berespon terhadap dukungan
3. Dysplasia: manuver Ortolani atau  Tidak ada reflex
Barlow  Kejang
4. Fraktur  Perubahan status kesadaran
5. Spinal column  Risk factors for hip dysplasia:
6. Refleks breech
a) Rooting  presentation, fixed talipes, fixed
b) Sucking  flexion deformity, severe
c) Tonic neck  oligohydramnios, 1st degree
relative
d) Babinski
 with developmental hip dysplasia
e) Plantar fleksi
 Positive/abnormal Barlow’s and/or
f) Mengenggam/grasping
 Ortolani manouvers
g) Moro  Hypotonia/contractures
h) Glabela  Fixed talipes: kelainan struktur telapak
i) Stepping kaki
 Curvature of spine
 Non-intact spine
 Rambut pada sina dapat
mengindikasikan defect pada neural
tube
 Kyphosis, lordosis, skoliosis
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 21

Gambar 1. Mouth drooping


Gambar 2. Fontanela anterior dan
posterior

Gambar 4. Talipes
Gambar 3. Neonatal Oxymeter
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 22

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK PADA NEONATUS

DILAKUKAN
Tahapan No Prosedur

YA TDK
Pra Interaksi 1 Baca catatan keperawatan atau catatan medis
2 Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
3 Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat
Persiapkan alat: Medline, Timbangan BB Bayi, Sarung tangan,
4
termometer,
stetoskop
Orientasi 1 Ucapkan Assalammu’alaikum Wr Wb dan perkenalkan diri
Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau nama
2
dan alamat pasien, serta cek gelang identitas pasien
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
3
pasien dan / keluarga
4 Lakukan kontrak waktu
5 Beri kesempatan pasien dan / untuk bertanya
6 Minta persetujuan pasien dan / keluarga
7 Dekatkan alat di dekat pasien
Jaga privasi (tutup tirai), keamanan (pasang/lepas side rail), dan
8
kenyamanan pasien (posisi dan lingkungan)
Kerja 1 Baca Bismillahirrohmanirrohim sebelum melakukan tindakan
2 Cuci tangan 6 langkah sebelum tindakan
3 Pemeriksaan keadaan umum pasien
Postur secara umum
Warna kulit/kehangatan kulit dan perfusi jaringan
Aktivitas bayi: menangis
Gerakan spontan: menendang, menggerakkan tangan
Tonus otot: kuat/lemah
4 Pemeriksaan antropometri
Berat badan
Panjang badan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkar perut
Lingkar lengan atas
Kebersihan dan keutuhan kulit
Pemeriksaan fisik kepala
Bentuk kepala
Fontanela anterior
Sutura sagitalis
Gambaran wajah
Molding
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 23

5 Pemeriksaan fisik rambut


Penyebaran
Bau
Rontok/alopesia (botak)
Hirsutisme/rambut tubuh terlalu banyak
Warna
6 Pemeriksaan fisik mata
Ukuran & struktur: lensa, kornea jernih, pupil tidak dilatasi
Pergerakan bola mata: selaras
Posisi dibandingkan dengan hidung
Red eye reflex (opsional)
7 Pemeriksaan fisik telinga
Bentuk
Ukuran
Warna: lensa, bola mata, sklera
Lesi
Nyeri tekan
Peradangan (optional)
Penumpukan srumen
Perdarahan
Uji pendengaran sederhana: menggunakan mainan yang dapat
mengeluarkan suara
Perforasi (opsional)
8 Pemeriksaan fisik hidung
Bentuk
Septum nasi
Meatus
Mukosa hidung
Luka
9 Pemeriksaan fisik mulut
Bentuk
Warna
Lesi
Massa
Mukosa
Warna lidah
Uvula (optional)
Tonsil (optional)
10 Pemeriksaan fisik kuku
Bentuk
Warna
Lesi
11 Pemeriksaan fisik kulit
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 24

Warna: pink, sianosis, jaundice


Kelembapan: kulit kering terkelupas
Turgor kulit < 2detik
Temperature/suhu tubuh: hipertermi, hipotermi
Trauma/lesi
Edema
12 Pernafasan dan sirkulasi
Pemeriksaan fisik dada/respirasi
1. Inspeksi
Bentuk dada
Jejas
Luka
Pergerakan dinding dada
Tipe pernafasan: clavicular, thoracic, diafragmatic/abdominal
Pola pernafasan: kussmaul, cheyne stokes, biots, tachypnea,
dyspnea. Orthopnea, apnea, eupnea
Retraksi ruang sela iga
Frekuensi nafas: 40 – 60 x/mnt
Irama nafas: reguler
Pulse oximetry/level saturasi oksigen, bila ada indikasi saja
2. Palpasi
Nyeri tekan
Ekspansi dinding dada
Massa
3. Perkusi
Suara paru
Batas paru
4. Auskultasi
Suara paru
13 Pemeriksaan fisik jantung
1. Inspeksi
Iktus cordis
2. Palpasi
Batas jantung
Frekuensi denyut nadi
Irama nadi
Capillary reffil time
Pelebaran jantung
3. Auskultasi
Frekuensi denyut jantung
Bunyi jantung
14 Makan dan minum
Pemeriksaan fisik abdomen
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 25

1. Inspeksi
Pergerakan abdomen
Umbilicus
Ascites
Spider nevi
Pelebaran vena
Pulsasi aorta
Trauma/jejas
2. Auskultasi
Bising usus
Bruits
3. Perkusi
Hepar
Lien
Ginjal
4. Palpasi
Hepar
Lien
Ginjal
Vesika urinaria
Pulsasi aorta
15 Eliminasi
1. Inspeksi
Anus
Meatus urinarius
Skrotum
& testis
Labia
Klitoris
Mekonium
Pseudomenses
2. Palpasi
Penis
Skrotum
Massa
16 Aktifitas dan mobilisasi
Pemeriksaan fisik anggota gerak
1. Kekuatan otot
2. Postur & struktur ektremitas
3. Dysplasia
4. Fraktur
5. Spinal column
6. Refleks
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 26

Rooting
Sucking
Tonic neck
Grasping
Glabella
Moro
Babinski
Stepping
Rapikan pasien dan alat
Baca Alhamdulillahirobbil’alamin setelah kegiatan selesai
Cuci tangan 6 langkah setelah tindakan

Simpulkan hasil kegiatan


17 DOKUMENTASI
Tanggal dan jam pelaksanaan
Data (DS, DO sebelum tindakan)
Action / Tindakan Keperawatan yang dilakukan
Respon (DS / DO sesudah tindakan)

PEMERIKSAAN HEAD TO TOE PADA ANAK PERHATIKAN


POSTUR TUBUH ANAK SECARA UMUM

PEMERIKSAN SISTEM RESPIRASI


M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 27

PEMERIKSAAN SISTEM KARDIOVASKULAR

PEMERIKSAAN ABDOMEN
REVIEW LETAK ANATOMIS ORGAN ABDOMEN
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 28

AREA AUSKULTASI PADA ABDOMEN

PEMERIKSAAN GENITALIA WANITA DAN PRIA


M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 29

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

DILAKUKAN

Tahapan Prosedur
YA TDK
1 Baca catatan keperawatan atau catatan medis
2 Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
Pra 3 Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat
Interaksi Persiapkan alat: stetoskop, sarung tangan, midline/ micro toys, termometer,
4
stopwatch, pen light, boneka tangan, sticker, boneka tangan(maianan),
timbangan Berat Badan
5 Cuci tangan 6 langkah sebelum ke pasien
1 Ucapkan Assalammu’alaikum Wr Wb dan perkenalkan diri
Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau nama dan
2
alamat pasien, serta cek gelang identitas pasien
3 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/
keluarga
Orientasi 4 Kontrak waktu
5 Beri kesempatan pasien dan / untuk bertanya
6 Minta persetujuan pasien dan / keluarga
7 Dekatkan alat di dekat pasien
Jaga privasi (tutup tirai), keamanan (pasang/lepas side rail), dan kenyamanan
8
pasien (posisi dan lingkungan)
1 Baca Bismillahirrohmanirrohim sebelum melakukan tindakan
2 Cuci tangan 6 langkah sebelum tindakan
Observasi penampilan secara umum: warna kulit, warna dan karakteristik
3
rambut, kesimetrisan wajah, mata, hidung, mulut, telinga (cek adanya
Kerja keabnormalan)
4 Antopometri (ukur tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan
atas)
5 Ukur suhu badan pasien
6 Pemeriksaan Sistem Respirasi
Inspeksi
a. Perhatikan apakah anak terlihat nyaman? Atau dalam keadaan respiratory
distress? (Adanya nasal flaring penggunaan otot tambahan, retraksi
intercosta, grunting)
b. Perhatikan apakah anak bergerak aktif atau hanya berada di sisi orang tua?
c. Perhatikan apakah anak tampak lemah?
d. Hitung frekwensi pernafasan (Lihat table Frekwensi nadi dan pernafasan
normal di bawah)
Usia (thn) Denyut Nadi Pernafasan
(x/mnt) (x/mnt)
<1 120-160 30-60
1-3 90-140 24-40
3-5 75-110 18-30
5-12 75-100 18-30
12-16 60-90 12-16
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 30

e. Dengarkan bila ada wheezing atau bunyi respirasi yang kasar


Palpasi
a. Raba leher rasakan adanya pembesaran nodus lymfe
b. Palpasi trakea (apakah ada di tengah)
c. Rasakan adanya denyut di apeks dada
d. Kaji adanya ekspansi dada
e. Perhatikan apakah ada crackles
Perkusi (jarang diakukan pada bayi dan toddler)
Dull: adanya konsolidasi
Hyperresonant : Adanya udara atau pneumothorax
Stony dull : effusi pleura
Auskutasi
a. Dengarkan suara nafas (vesikuler, bronchial atau tidak ada). Lakukan
pemeriksaan di dada depan, belakang dan bawah axilla.
b. Dengarkan adanya bunyi pernafasan tambahan
Peningkatan frekwensi pernafasan, merupakan tanda penting adanya infeksi
pernafasan
bawah.
Pemeriksaan Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi
a. Periksalah adanya tanda tanda gagal jantung, seperti: cyanosis,
berkeringat, kesulitan nafas dan tachypnea
b. Periksa tangannya, apakah terdapat clubbing finger, tanda endocarditis
(splinter hemorraghes, janeway lessions, dan Osler’s nodes)
c. Periksa wajah, apakah sianosis, dan konjungtiva anemis
d. Periksa leher, apakah terdapat peningkatan tekanan vena jugularis
e. Lakukan pemeriksaan nadi perifer: volume, frekwensi, ritme, karakter

Volume: apakah kuat atau lemah? Nadi yang kecil atau lemah mengindikasikan
adanya hypovolemia
Frekwensi: Frekwensi akan bervariasi tergantung usia, aktivitas, keadaan emosi
dan kenaikan suhu. (kenaikan 1 oC meningkatkan frekwensi nadi 10x/menit)
Ritme: peningkatan frewensi pada saat inspirasi dan melambat saat expirasi
merupakan hal yang biasa pada anak-anak. Adanya ventricular ectopic juga
merupakan hal yang
normal pada anak-anak.
f. Periksa dada apakah ada tonjolan di pericordial, denyut nadi ventrikular
atau skar
Palpasi
a. Rasakan adanya denyut nadi di ventrikular kiri Letakkan ujung jari di batas
sternum kiri
b. Lakukan palpasi pada empat area katup (aortic, pulmonary, tricuspid, dan
mitral)
c. Palpasi abdomen untuk mengetahui adanya hepatomegali
Adanya hepatomegali, mungkin disebabkan oleh gagal jantung. Peningkatan
JVP, edema pulmoner dan perifer jarang terjadi pada anak-anak.
AUSKULTASI
Dengarkan suara jantung di empat area menggunakan stetoskop
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 31

S1 terdengar dengan jelas menggunakan bell di apeks, S1 yang keras terdengar


jika adanya peningkatan cardiac output, misal pada anak yang cemas, olah
raga atau panas. S1 yang terdengar lemah terdapat pada anak yang
emphysema dan gangguan fungsi ventrikel kiri.
S2 (aortic =A2 dan Pulmonary=P2) terdengar jelas di dasar, dekat diafragma,
biasanya terdengar terpisah di anak2
P2 lemah terdengar pada stenotic pulmonary valve, P2 keras terdengar pada
pulmonary hypertension. Adanya jarak antara A2 dan P2 yang menetap
disebabkan oleh atrial septal defect.
S3 disebabkan oleh peningkatan Left Ventrivular stroke volume
Pemeriksaan Abdomen dan Sistem Gastrointestinal
Inspeksi
a. Lakukan inspeksi secara umum, lihat adanya pembesaran hati atau
spleen, peristaltik, jaundice, adanya tanda gangguan liver, edema
tibia dan sacrum, apakah anak memiliki berat badan yang kurang atau
berlebih.
b. Periksa tangan adanya clubbing dan palmar erythema
c. Lihat wajah adakah conjunctiva yang anemis atau periorbital edema
d. Periksa abdomen adakah distensi abdomen,
Palpasi
a. Minta anak untuk relax dan hangatkan tangan pemeriksa
b. Tanyakan tentang rasa nyeri yang dialami anak
c. Lakukan palpasi dengan lembut
d. Lakukan palpasi di daerah spleen
e. Lakukan palpasi pada untuk mengetahui adanya pembesaran hati
f. Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya pembesaran ginjal
g. Lakukan palpasi di area lain untuk mengetahui ada atau tidaknya
massa atau konstipasi
Perkusi
a. Lakukan test adanya asites
b. Lakukan perkusi untuk membedakan ukuran liver dan spleen
Auskultasi
a. Dengarkan suara bising usus
Pemeriksaan Genetalia Anak laki-laki
Penis
a. Periksa kebersihan penis
b. Periksa apakah orifisium uretra ada di ujung penis
Scrotum
a. Minta anak untuk berdiri
b. Palpasi testis
Pemeriksaan Genetalia perempuan
a. Lakukan inspeksi genetalia eksternal
Rapikan pasien dan alat
Baca Alhamdulillahirobbil’alamin setelah kegiatan selesai
Cuci tangan 6 langkah setelah tindakan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 32

DOKUMENTASI
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 33

UNIT BELAJAR 2

KUESIONER PRA SKRINING


PERKEMBANGAN (KPSP)

pengukuran Skenario

Seorang ibu membawa anaknya ke posyandu untuk mengukur pertumbuhan dan


perkembangannya. Anak lahir tanggal 13 Maret 2019. Ibu mengatakan anaknya sangat aktif
.
KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)

Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan.

Cara menggunakan KPSP :


Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil dari usia anak.
Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan. Bila anak ini
kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan.

Menentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.


Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Bila usia anak kelebihan 15 hari atu
kurang, maka dibulatkan ke bawah.
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan
menjadi 3 bulan.

Melakukan skrining perkembangan anak


1. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh : “dapatkah bayi makan
kue sendiri?”
b. Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP. Contoh : “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”
2. Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau ragu-ragu
tanyakan
lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 34

3. Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.


4. Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.
5. Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.
6. Lakukan interpretasi hasil KPSP
Interpretasi Hasil KPSP
1. Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)
2. Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
3. Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S)
4. Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
5. Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja

Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)


1. Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik.
2. Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan
dengan umur dan kesiapan anak.
3. Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah
mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang
terarah.
4. Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.

Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)


1. Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang diberikan lebih
sering.
2. Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan anak.
3. Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak. Tanyakan

adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat perkembangannya.


4. Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada
saat anak pertama dinilai.
5. Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa
semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8 YA.
Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu KPSP
6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9
bulan.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 35

1. Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.


2. Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas
klinik tumbuh kembang

Format pemeriksaan tumbuh kembang (KPSP)


No Prosedur Dilakukan
ya Tidak
A Pre interaksi
1. Kaji kebutuhan pasuen
2. Persiapkan peralatan

B Orientasi
3. Cuci tangan
4. Ucapkan salam dan bersalaman
5 Tunjukkan wajah berseri, tersenyum
6. Perkenakan diri
7. Tanyakan nama pasien dan alamatnya
8. Jelaskan maksud dan tujuan KPSP
9. Lakukan kontrak waktu
10. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya
11. Persiapan Alat
 Baki dan alas
 Buku bagan KPSP
 Lembar penilaian KPSP
 Alat tulis dan Penggaris
 Set Permainan sesuai usia
C Kerja
12. Tanyakan tanggal lahir anak
13. Hitung usia anak
14. Lakukan 10 butir skrening sesuai dengan usia
anak
15. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
menjadi sesuai tahap perkembangan (S)
;Meragukan (M) ; atau Penyimpangan (P)
16. Berikan pujian jika anak melakukan keberhasilan

17. Catat nomer yang memiliki jawaban TIDAK


D Tahap Terminasi
18. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan

19. Tanyakan respon pasien dan keluarga tentang


pemeriksaan yang dilakukan
20. Lakukan kontrak waktu kembali pertemuan
selanjutnya
21. Ucapkan hamdalah dan doakan pasien
22. Ucapkan salam dan salaman
23. Dokumentasikan secara lengkap pda 4 sektor
ya : jika mampu melakukan keterampilan
tdk : jika tidak dapat melaksanakan keterampilan
24 .Tuliskan tanggal, tanda tangan dan nama
pemeriksa
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 36

E Sikap
a. Teliti
b. Empati
c. Memperhatikan keamanan

NILAI:
Jumlah ya x 100
24
Penguji
( )
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 37

UNIT BELAJAR 3

Imunisasi

Pengertian
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada
bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Depkes 2000)

Kekebalan
Bila anak pernah menderita campak (meales) maka anak akan mempunyai kekebalan seumur
hidup dan tidak pernah sakit campak lagi. Jika ada terinfeksi tubuh anak akan berusaha untuk
membuat antibody (zat anti) untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan infeksi tersebut.
Antibodi membunuh bibit penyakit tersebut dan mencegah pertumbuhannya, tetapi antibody
tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk kedalam
tubuh tidak terhadap penyakit lainnya.

Pada bayi yang baru lahir dan beberapa bulan setelah lahir tubuhnya dilindungi oleh anti bodi
yang dbawa sejak lahir dari ibunya melalui plasenta misalnya antibody terhadappenyakit campak.
Didalam air susu ibu (ASI) juga terdapat antibody terutama didalam air susu jolong (colostrum)
yang keluar beberapa hari setelah persalinan yang membantu melindungi bayi terhadap diare dan
infeksi lainnya. Kekebalaan terhadap penyakit karena terpapar bibit penyakit dan dapat juga
karena divaksinasi dengan vaksin

Tujuan Pemberian Vaksinasi


Pemberian imunisasi pada anak bertujuan agar anak mempunyai kekebalan terhadap penyakit
tertentu, kekebalan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya terdapat tingginya
kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara
pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut tergantung dari faktor
yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada dieri anaknya.

Pemberian Imunisasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan perawat yaitu sebagai berikut :
1. Orang tua harus ditanyakan aspek berikut :
a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 38

b. Pengalaman/reaksi terhadap yang pernah didapat sebelumnya


c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent). Pengertian
mencakup jenis imunisasi menfaat imunisasi dan efek sampingnya.
3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi) pentingnya menjaga
kesehatan melalui tindakan imunisasi
4. Pendidikan kesehatan untuk orang orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus didasari
pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan
penyakit.
5. Kontra indikasi pemberian imunisasi. Adanya beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan
untuk tidak memberikan imunisasi pada anak yaitu :
a. Flu berat atau panas tingggi dengan penyebab yang serius
b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup
c. Sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan sistem imun seperti sitostatika
transfuse darah dan imunglobulin.
d. Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis

Jenis Imunisasi
Pada dasaennya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang
masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut meliputi [ertahanan spesifik dan nonspesifik
proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti
kompelemen dan makrog dimana komlemen-komplemen dan makrofak ini akan pertamakalinya
memberikan peran ketika ada kuman yang masuk dalamtubuh. Setelah itu kuman harus melawan
pertahanan tubuh yangkedua yaitu pertahanan tubuh yang spesifik terdiri dari system humoral dan
seluler. Sistem pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip bentuknya
dengannya. Sistem pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang mirip bentuknya dengannya.
Sistem pertahanan humoral akan me nghasilkan zat yang disebut immunoglobulin (IgA, IgM, IgG,
IgE IgD) dan system pertahanan seluluer terdiri dari Limfosit T dan Limfosit B, dalam pertahanan
spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu cell yang disebut sel memori, sel ini akan berguna
atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk kedalam tubuh, kondisi ini yang
digunakan dalam prinsip imunisaasi. Berdasarkan proses tersebut maka imunisasi dibagi menjadi
dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi Pasif.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 39

Imunisasi pasif di bagi atas dua klasifikasi yaitu menurut bentuknya dan menurut lokasi dalam
tubuh.
1. Menurut bentuknya
Dua kategori menurut klasifikasi ini yaitu kekebalan pasif bawaan ( Passive congenital) dan
pasif didapat (Passive acquired). Kekebalan passif adalh pemberian antibody yang berasal dari
hewan atau manusia kepada manusia lain dengan tujuan memberi perlindungan terhadap
penyakit infeksi yang bersifat sementara karena kadar antibody akan berkurang setelah
beberapa minggi atau bulan (Depkes, 2000). Kekebalan pasif ini terdapat pada neonatus
sampai dengan enam bulan yang terdapat dari ibu berupa antibody melalui vaskularisasi pada
placenta misalnya difteri tetanus campak. Antibodi tersebut dapat meindungi bayi dari
penyakit tertentu sampai usia 12 bulan.

Kekebalan pasif didapat (passive acquired immunity) didapat dari luar, misalnya gama
globulin murni dari darah yang menderita penyakit tertentu (misalnya campak, tetanus,
gigvitan ular berbisa, rabies). Umumnya imunisasi ini berupa serum dan pemberian serum ini
menimbulkan efek samping berupa reaksi atopic, anafilaktik dan alergi. Oleh karena itu peril
dilakukan skintest sebelumnya.

2. Menurut lokalisasi dalam tubuh


Menurut lokalisasinya ada dua jenis imunitas yaitu humoral dan seluler. Imunitas humoral
terdapat pada immunoglobulin yaitu IgA,G,M. Imunitas seluler terdiri atas fasositosis oleh sel-
sel system retikuloenditelial. Pada dasarnya imunitas seluler berhubungan dengan kemampuan
sel tubuh untuk menolak benda asing dan dapat ditunjukkan dengan adanya alergi kulit
terhadap benda asing. Untuk itu pentingnya mengenali adanya reaksi yang terlalu terhadap
alergi tertentu sehingga perawat dapat bertindak tepat.

Imunisasi Aktif
Kekebalan aktif dapat terjadi apabila stimulus “Sistemimunitas” yang menghasilkan antibody dan
kekebalan seluler dan bertahan lebih lama dbanding kekebalan pasif (Depkes 2017). Ada dua jenis
kekebalan aktif yaitu kekebalan aktif didapat dan kekebalan aktif dibuat. Kekebalan yang didapat
secara alami misalnya anak yang kena difteri atau poliomyelitis dengan proses anakterkena
penyakit infeksi kemudia terjadi silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit
tersebut. Jadi bila seseorang menderita suatu penyakit apabila sembuh selanjutnya kebal terhadap
penyakit tersebut. Paparan penyakit terhadap sistem kekebalan tubuh tersebut akan beredar dalam
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 40

darah dan apabila suatu ketika terpapar lagi pada antigen yang sama, sel limfosit akan
memproduksi antibody untuk mengembalikan kekuatan imunitas terhadap penyakit tersebut.

Kekebalan yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi dasar dan ulangan (booster),
berupa pemberikana vaksin (misalnya cacar, polio)yang kumannya masih hidup tetapi
dilemahkan: virus, kolera. Tipus, pertusis, toksoit (toksin). Vaksin tersebut akan berinteraksi
dengan system kekebalan tubuh untuk menghasilkan respons imun. Hasil yang diproduksi akan
sama dengan kekebalan seseorang yang mendapat penyakit tersebut secara alamiah.

Bahan Bahan Untuk Membuat Vaksin


Vaksin dibuat dilaboratorium berasal dari bibit penyakit tertentu yang dapat enimbulkan penyakit.
Tetapi kemudian bibit penyakit tersebut dilemahkan/dimatikan sehingga tidak beradaya bagi
manusia.
- Ada yang dibuat dari bibit penyakityang sudah dimatikan contohya pertusis dan vaksin DPT
- Ada yang dibuat dari bibit penyakit yang hidup yang sudah dilemahkan contohnya virus
campak dalam vaksin campak, virus polio dalam vaksin polio, bacillis calmetequerin dalam
vaksin BCG
- Ada yang dibuat dari toxin (racun) uang dihasilkan oleh bakteri, kemudian dirubah menjadi
toxoid sehingga tidak berdaya bagi manusia contohnya tetanus toxoid dalam vaksin TT, Difteri
Toxoid dalan vaksin DPT
- Ada yang dibuat dari hasil biotehnilogi (rekayasa genetika) contohnya vaksin Hepatitis B
Recobinan (rekayasa genetika)

Hal-Hal Yang Dapat Menimbulkan Kerusakan Vaksin


Bila vaksin ditangani sebagaimana mestinya, maka potensi vaksin akan baik sampai tanggal
kadaluarsa yang tercantum pada label. Vaksin yang baik akan menimbulkan kekebalan yang
cukup tinggi.

Panas, Sinar Matahari Dan Pembekuan Dapat Merusak Vaksin


- Panas merusak semua jenis vaksin sinar matahari terutama merusak vaksin BCG dan campak
- Pembekuan dapat merusakvaksin yang dibuat dari toxiod misalnya DPT TT DT HB
- Bila vaksin sudah rusak karena pana atau oembekuan maka poptensinya akan hilang walaupun
disimpan kembali kedalam penyimpanan denbgan suhu yang tepat oleh sebab itu sejak awal
simpanlah vaksin pada suhu yang telah ditentukan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 41

- Desinfektan/antiseptic (alcohol formalin, sprotus) dapat juga merusak vaksin

Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


Ada tujun penyakit yang dapat divegah dengan imunisasi yaitu : Tuberkulosis, difteri, pertusis,
tetanus, poliomyelitis, campak dan hepatitis.
Tuberkulosis
Tuberkulosis masih merupakan penyabab kematian. Penyakit ini disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis yang sebagaian besar menyerang masyarakat dengan kelas sosial ekonomi rendah
karena umumnya masyarakat ini mengalami gangguan nutrisi sehingga daya tahan tubuh rendah
dan tinggal dipemukiman yang padat dan tidak sehat sehingga mudah terjadi penularan penyakit.
Anak terkena tuberkolusis, organ tubuh yang terkena adalah paru-paru, kelenjar, kulit tulang,
sedni dan selaput otak. Cara penularannya melalui droplet atau percikan air ludah, sedangkan
reservoir adalah manusia. BacillusCalmete Guerin ( BCG) adalah imunisasi yang digunakan
untuk mencegah penyakit tuberculosis tersebut.

Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi ini hanya satu kali dan waktu pemberian pada usia 0 – 11 bulan,
namun pada umumnya diberikan pada bayi umur 2-3 bulan, pemberiannya secara intracutan tepat
di insersio muskulus deltoideus. Efek samping terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
limfadenitis regional.

Adanya kesulitan untuk menilai dampak imunisasi BCG terhadap angka kejadian tuberculosis
karena banyaknya faktor yang mempengaruhi misalnya pemukinan yang padat dan tidak sehat dan
banyaknya sumber penularan di masyarakat yang tidakmendapatkan pengobatan yang
tepat.Walapun denmikian dampak BCg paling tidak apabila terkena penyakit akan lebih ringan
sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan

Difteri Pertusis, Tetanus ( DPT)


Difteru disebabkan Corynebacterium Dyptheriae tipe gravis, millis dan intermedus, yang menular
melalui percikan ludah yang tercemar. Anak yang terjena difteri akan menunjukkan gejala ringan
sampai berat. Gejala ringan berupa membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi
obstruksi jalan nafas karena mengenai laring saluran nafas bagian atas, tonsil, dan kelenajar
sekitar leher membengkak (bullneck) Kematian dapat terjadi bila apabila gagal jantung dan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 42

ostruksi jalan nafas yang tidak bisa dihindarkan. Pertusis infeksi yang disebabkan ileh Bortedella
pertusis dengan penularan melalui Droplet. Masyarakat awam lebih mengenal istilah batuk rejan
atau batuk 100 hari . Gejala awal batuk pilek setelah hari ke sepuluh bertambah berat dan sering
disertai muntah. Bahaya dari pertusis adalah pneumonia yang dapat menyebabkabn kematian.

Tetanus penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tetani yang berupa spora masuk dalam luka
terbuka, berkembang niak secara anaerob dan membentuk toksin. Tetanus yang khas terjadi pada
bayi adalah tetanus beonatorum. Dapat menimbulkan kematian karena kejang, sianosis dan henti
nafas. Reservoir adalah kotoran hewan atau tanah yang terkontaminasi kotoran hewan dan
manusia. Gejala awal hewan menunjukkan mulut mencucu, bayi tidak mau menyusu.

Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit difteri pertusis dan tetanus adalah DPT
diberikan pada anak dibawah 1 tahun. Frekuensi pemberian tiga kali dengan maksud pemberian
pertama zat anti terbentuk masik sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan
organ-organ tubuh membuat zat anti kedua dan ketiga terbetuk zat anti yang cukup. Interveal
pemberin 4 minggi. Cara peemberian melalui intra muscular. Efek samping dapat ringan yaotu
seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan demam sedangkan efek samping berat
seperti menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam kesadaran menururn terjadi kejang,
ensefalofati dan shock. Imunisasi ini dapat diulang pada anak SD kelas I dan IV.

Poliomielitis
Penyebab penyakit ini adalah virus polio tipe 1,2 dan 3 yang menyerang myelin atau serabut otot.
Gejala awal tidak jelas, dapat ditimbulkan gejala demam ringan dan infeksi saluran nafas bagian
atas IISPA), kemudian timbul gejala gejsls paralisis yang yang bersifat flaksit yang mengenai
sekelompok serabut otot sehingga timbul kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota
badan, saluran nafas dan otot menelan. Penularan penyakit ini adalah melalui droplet atau fekal
dan reservoirnya adalah manusia yang menderita polio. PEncegahan dapat dilakukan dengan
memberikan imunisasi polio.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 43

Campak.
Penyebab penyakit iniadalah virus morbili yang menular melalui droplet. Gejala awal adanya
kemerahan yangh timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota
badan kemudian flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis).

Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menkadi kehitaman yang akan bertambah
dalam1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak sereti bersisik. Imunisasi diberikan pada
usia 9 bulan dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan hilang
sampai usia 9 bulan. Komplikasi yang harus dicegah adalah otitis media, konjungtivitis berat,
enteritis, dan pneumonia, terutama pada anak dengan status gizi buruk.

Hepatitis
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko yaitu : bayi
daribu pengidap, tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien hemoliasila, pekerja
laboratorium dll. Gejala yang muncul tidak khas sepertianoreksia, mual dan kadang-kadang
ikterik. Imunisasi hepatitis B diberikan pada bayi 0 – 11 bulan.
Jenis Vaksin dan Cara Pemberiannya
1. Vaksin polio dan cara pemberiannya.
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus. Vaksin yang digunakan oleh banyak
Negara adalah vaksin hidup yang telah dilemahkan. Vaksin berbentuk cair. Kemasan sebanyak
1 cc dan 2 cc dalam flacon dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin. Pemberian
secara oral sebanyak 2 tetes laangsung dari botol ke mulut bayi, tanpa menyentuh mulut bayi.

2. Vaksin campak dan pemberiannya.


Vaksin yang digunkan adalah vaksin hidup yang sudah dilemahkan. Kemasan dalam flacon
berbentuk dalam gumpalan – gumpalan yang beku dan kering ntuk dilarutkan dalam 5 cc
pelarut. Sebelum penyuntikan vaksin ini haraus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarit (aqua
bidest) Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan ini pertama kali membekukan
vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah larut potensinya cepat
menurun dan hanya bertahan selama 3 jam, Cara pemberiannya secara subcutan.

3. Vaksin BCG dan cara pemberiannya.


Vaksin ini ditemukan oleh Calmette Guurin maka disebur BCG. Vaksin ini vaksin hidup yang
berasal dari bakteri. Vaksin ini beku kering seperticampak berbentuk bubuk. Sebelum
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 44

disuntikkan harius dilarutkan dengan pelarut. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan
dalam waktu 3 jam. Botol kemasan biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap untuk
menghindari cahaya. Pemberkuan tidak merusak vaksin kering, Tempat penyuntikan adalah
sepertiga bagian lengan atas (insersio musculus deltoideus). Bersihkan daerah penyuntikan
dengan kapas rebus jangan menggunakan alcohol/desinfektan sebab dapat merusak vaksin
BCG.

4. Vaksin DPT dan cara pemberiannya.


Vaksin DPT merupakan vaksin cair yang mengandung toksoid defter, tetanus dan pertusis
yang telah dihilangkan sifat racunnya tetapi masih dapat merangsang pembentukan zar anti
(toxsoid). Pembekuan dan panas dapat merusak vaksin. Cara pemberian secara intra muskuler
subcutan dalam disentuikn pada paha bagian luar.

5. Vaksin Hepatitis B dan cara pemberiannyaa


Vaksin Hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah
mengalami pemurnian.Vaksin inirusak karena pembekuan juga karena pemanasan paling baik
disimpan pada temperature 2-8. Cara pemberiannya disuntikan subcutan dalam seperti DPT.
Cara pemberian imunisasi dasar (Depkes RI, 2017)
VAKSIN DOSIS CARA PEMBERIAN
BCG 0,05 cc Intrakutan tepat di insersio muskulus
DPT 0,5 cc deltoideus kanan
POLIO 2 tetes Intramuskuler
CAMPAK 0,5 cc Diteteskan ke mulut
HEPATITIS 0,5 cc Subcutan, bianya di lengan kiri atas
Intramusculer pada paha bagian luar

Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar (Depkes RI, 2006)
VAKSIN PEMBERIAN SELANG WAKTU UMUR
IMUNISASI PEMBERIAN PEMBERIAN
BCG 1 kali -- 0 – 11 bulan
DPT 3 kali 4 minggu 2 – 11 bulan
POLIO 4 kali 4 minggu 0 – 11 bulan
CAMPAK 1 kali 4 minggu 9 – 11 bulan
HEPATITIS B 3 kali 4 minggu 0 – 11 bulan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 45

Imunisasi BCG

Keselamatan Kerja

1. Pastikan vaksin tidak kadaluarsa dan masih dalam keadaan baik serta sesuai dengan
kebutuhan ( Tepat : Obat, dosis, waktu )
2. Perhatikan teknik anti septic selama proses pemberian imunisasi
3. Jagalah kesterilan alat dan bahan yang digunakan
4. Pastikan lokasi/ daerah penyuntikan dan cara penyuntikan, sudah tepat dan benar.
5. Lakukan teknik pembuangan sampah/limbah bekas pakai sesuai prosedur.

PEKERJAAN LABORATORIUM

1. Peralatan :
 Spuit Disposable 0,1 cc
 Spuit 3 cc ( untuk mengoplos vaksin )
 Bak instrument kecil
 Nierbekken
 Termos imunisasi
 Vaksin BCG dan pelarutnya

2. Bahan :
 Phantom bayi
 Kapas DTT

PROSEDUR PELAKSANAAN

Persiapan :
1) Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2) Berikan penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan serta
efek samping yang mungkin terjadi pada bayinya setelah pemberian imunisasi BCG.
3) Cuci tangan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 46

2. Pelaksanaan :
No Langkah-langkah Ilustrasi Gambar

1. Lakukan informed consent


Key point :
Gunakan bahasa yang jelas dan
mudah di mengerti klien

2. Siapkan alat dan bahan


Key point :
Letakkan alat dan bahan secara
ergonomis

3. Cuci tangan dan keringkan


Key point :
Biasakan mencuci tangan sebelum
tindakan di bawah air mengalir, dan
dengan menerapkan 7 langkah prinsip
mencuci tangan

4. Siapkan vaksin BCG


Key point :
Pastikan vaksin tidak kadaluarsa dan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 47

masih dalam keadaan baik serta


sesuai dengan kebutuhan
(Tepat : Obat, dosis, waktu)

A B
A : Vaksin BCG Kering
B : Pelarut BCG

5. Larutkan Vaksin BCG


Key Point :
Pastikan serbuk vaksin tercampur
homogen dengan pelarutnya

6. Siapkan larutan vaksin dalam spuit.


Key point :
Larutan vaksin yang terhisap dalam
spuit 0,1 cc tepat sebanyak 0,05 cc
tanpa adanya gelembung udara.

7. Atur posisi bayi.


Key point :
Pastikan bayi terlindungi dari benda-
benda tajam

8. Tentukan lokasi penyuntikan.


M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 48

Key point :
Lokasi penyuntikan daerah sepertiga
bagian lengan kanan atas (musculus
deltoideus)

: Daerah Musculus
Deltoideus

9. Bersihkan tempat penyuntikan


dengan kapas DTT.
Key Point :
Sesuai Standard Pencegahan Infeksi

: Daerah Musculus Deltoideus


M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 49

10. Lakukan penyuntikan vaksin BCG


secara intra kutan.
Key point :
Lubang jarum menghadap
keatas,membuat sudut 15–20˚ dengan
permukaan kulit dan terdapat
gelembung setelah penyuntikan.

: Daerah Musculus Deltoideus


11 Rapikan pasien dan bereskan alat-
alat.
Key point:
Lakukan teknik pembuangan
sampah/limbah bekas pakai sesuai
prosedur.

12. Cuci tangan dan keringkan


Key point :
Cuci tangan sesudah tindakan di
bawah air mengalir, dan dengan
menerapkan 7 langkah prinsip
mencuci tangan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 50

Imunisasi Hepatitis B

Referensi :
- Soleh Kasim M, dkk.,2003, Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Bayi Muda,
Jakarta : Depkes
- Markum A.H.,1997, Imunisasi, Jakarta : FK Universitas Indonesia
- IDI, 2003, Buku Imunisasi, Jakarta
- Majalah Human Health, Tahun III,No.6, Juni 2003, Anak Kebal Berkat Imunisasi
- Staf akademik Budim Kemuliaan, 2002, Evaluasi Ketrampilan Asukan Kebidanan
Pada Anak, Jakarta

Objektif Perilaku Siswa :


Setelah berlatih di laboratorium mahasiswa dapat melakukan imunisasi Hepatitis B dengan
baik dan benar.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 51

Teori Dasar :
Imunisasi Hepatitis B diberikan dengan Uniject secara intra muskuler dengan
menggunakan Uniject. Uniject adalah alat suntik ( semprit dan jarum ) sekali pakai yang sudah
diisi dengan vaksin dan dosis yang tepat dari pabriknya Untuk hasil terbaik, Imunisasi Hepatitis B
harus diberikan sedini mungkin, paling lama tujuh hari setelah kelahiran. Semakin ditunda
pemberiannya, maka semakin berkurang efektifitas perlindungan terhadap penularan hepatitis B.
Pemberian Imunisasi Hepatitis B dapat ditunda bila bayi dalam keadaan kejang, asfiksia,
panas tinggi lebih dari 38,5 C, berat badan kurang dari 2.500 gr, atau klasifikasi merah.
Apabila Imunisasi Hepatitis B diberikan dengan cara yang benar, hamper tidak ada
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ( KIPI ). Namun kemungkinan KIPI yang dapat terjadi adalah :
reaksi pada kulit, demam, shock anafilaksis.
Beberapa istilah baru yang akan dijumpai dalam pelaksanaan keterampilan ini adalah :
- Uniject adalah alat suntik (semprit dan jarum) sekali pakai yang sudah diisi dengan vaksin
hepatitis B dan dengan dosis yang tepat dari pabriknya.
- Reservoir adalah bagian dari uniject yang berisi vaksin hepatitis B.
Petunjuk :
- Tindakan Imunisasi Hepatitis B dilakukan oleh mahasiswa secara individu.
- Baca dan pelajari lembaran keja.
- Ikuti petunjuk instruktur.
- Tanyakan pada instruktur bila terdapat hal – hal yang tidak dimengerti.
Keamanan :
- Sebelum melakukan tindakan, pastikan tidak ada kontra indikasi.
- Perhatikan teknik antiseptic.
- Pastikan posisi / tempat penyuntikan.
- Pastikan anak dipegang erat oleh ibu atau orang lain.

Pekerjaaan Laboratorium:
Peralatan :
 Uniject
 Nierbekken
 Termos es / cold pack tempat uniject

Bahan :
 Bayi
 Kapas DTT
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 52

Perlengkapan :
 Tempat uniject yang telah digunakan / Safety Box
 KMS Balita
 Buku vaksinasi
 Buku status bayi
 Lap tangan
 PROSEDUR KERJA

No Langkah Kerja Gambar

1 Siapkan alat, bahan, dan perlengkapan secara


sistematis serta mudah dijangkau.

2 Beritahu ibu atau keluarga tindakan yang akan


dilakukan.

3 Atur posisi bayi


Bayi dapat di baringkan di atas kasur, atau
didudukkan di pangkuan ibunya kemudian lengan
kanan bayi dilipat diketiak, ibu, tangan kiri ibu
menopang kepala bayi, tangan kanan ibu
memegang erat tangan kiri bayi bersamaan dengan
kaki kanan bayi

4 Cuci tangan dengan sabun dan bilas di bawah air


mengalir, kemudian keringkan dengan handuk
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 53

kering dan bersih serta lepaskan perhisan sebelum


mencuci tangan.
5 Buka kotak wadah Uniject dan periksa :
 Label jenis vaksin untuk memastikan
bahwa Uniject tersebut memang benar berisi
vaksin hepatitis B.
 Tanggal kadaluarsa.
 Warna pada tanda pemantau paparan panas
yang tertera atau menempel pada
pembungkus Uniject.
Selama tanda berwarna putih atau lebih terang dari
warna dalam lingkaran rujukan, maka vaksin
Hepatitis B masih layak pakai.

Bila tanda berwana sama atau lebih tua dari warna


lingkaran rujukan maka vaksin sudah tidak layak
pakai.

6 Buka kantong aluminium / plastik uniject dari


bagian ujung atau sudut kemudian keluarkan
Uniject..

7 Pegang Uniject pada bagian leher dan bagian tutup


jarum, bersamaan dengan itu aktifkan uniject degan
cara mendorong tutup jarum ke arah leher dengan
tekanan dan gerakan cepat.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 54

8 Pastikan uniject telah aktif dan siap digunakan.

9 Buka tutup jarum dan buang ke dalam tempat yang


tekah disediakan.
Setelah jarum dibuka usahakan tidak menyentuh
benda lain, untuk menjaga kesterilannya.

10 Ambil sedikit kapas DTT

11 Tetap pegang Uniject pada bagian leher dan


tusukkan jarum pada pertengahan paha secara Intra
Muskuler. Tidak perlu diaspirasi.

12 Pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntikkan


vaksin Hepatitis B.
Saat menyunyikkan vaksin pastikan seluruh isi
vaksin tidak ada yng tersisa di dalam resevoir.

13 Buang Uniject yang telah dipakai tersebut ke dalam


wadah alat suntik bekas yang telah tersedia ( safety
box ).
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 55

14 Beri penyuluhan tentang vaksinasi Hepatitis B.


Gunakan kalimat yang mudah dimengerti ibu,
jangan menggunakan istilah medis, dan anjurkan
ibu untuk menanyakan hal-hal yang tidak
dipahaminya.

15 Catat tindakan pada KMS, buku status dan kartu


vaksinasi sesuai dengan tanggal pemberian
imunisasi.

16 Bereskan alat-alat.
Alat-alat dikembalikan ketempat semula dengan
keadaan bersih.

17 Cuci tangan kembali.


Lakukan secara efektif.

Keselamatan Kerja :
 Jaga kesterilan alat-alat.
 Jaga agar vaksin Hepatitis B tidak terpapar sinar matahari.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 56

Imunisasi DPT

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Dengan menggunakan peralatan dan bahan yang telah di sediakan, mahasiswa mampu
memberikan Imunisasi DPT pada bayi sesuai dengan langkah-langkah atau prosedur yang
ditetapkan.

DASAR TEORI
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen , sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Salah
satu pemberian imunisasi yaitu imunisasi DPT , yaitu imunisasi untuk mencegah penyakit
Dipteri , Pertusis dan Tetanus .
PETUNJUK
1. Siapkan alat dan bahan yang di perlukan untuk melakukan Imunisasi DPT
2. Susun alat secara berurutan dan periksa kelengkapannya
3. Baca dan pelajari job sheet dengan cermat dan teliti
4. Lakukan kegiatan secara berurutan sesuai dengan petunjuk yang ada pada job sheet
KESELAMATAN KERJA
1. Pusatkan perhatian pada setiap langkah yang akan di kerjakan
2. Letakan peralatan pada tempat yang aman dan mudah di jangkau
3. Perhatikan prosedur pencegahan Infeksi
4. Lakukan Imunisasi dengan benar
PEKERJAAN LABORATORIUM
PERALATAN
1. Spruit 1.CC dan jarum
2. Gergaji ampul
3. Bengkok
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 57

4. Bak Instrumen kecil


5. Termos Vaksin dan cold pack 4
6. Kursi
7. Tempat Sampah
BAHAN
1. Vaksin DPT
2. Panthoom Bayi
3. Kapas basah (DTT)
4. Larutan Klorin

PROSEDUR PELAKSANAAN

No Langkah Kerja Gambar


1 Siapkan alat dan bahan yang akan di
gunakan -
2 Beritahu pada Ibu atas tindakan yang
akan dilakukan dan berikan
Informed Consent -

3. Cuci tangan dengan sabun desinfektan


dan bilas di bawah air mengalir
kemudian keringkan

4. Bukalah tutup metal Flacon Vaksin


dengan menggunakan gergaji ampul -
5. Usap karet penutup Flacon dengan kapas -
basah
6. Ambil spuit 1. cc yang masih terbungkus
kemudian di buka, dan pasanglah
jarum dengan kuat ke dalam spuit -

7. Tusukan jarum kedalan flacon pada


karet penutupnya, kemudian sedotlah
Vaksin 0,6 cc ke dalam spuit
(ingat jarum jangan sampai patah)
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 58

8. Cabut jarum dari flacon dan tegak


luruskan ke atas untuk mengeluarkan
gelembung udara, ketuklah pelan-pelan
supaya gelembung naik keatas lalu -
doronglah piston sehingga gelembung
udara keluar dan vaksin tersisa hanya 0,5
cc
9. Atur posisi bayi, bayi di pangku oleh
Ibu, tangan kiri Ibu merangkul bayi,
menyangga kepala, bahu dan memegang
sisi luar tangan kiri, tangan kanan bayi
melingkar ke belakang badan ibu, tangan
kanan Ibu memegang kaki bayi dengan
kuat

10. Tempat penyuntikan vaksin DPT


dibagian paha sebelah luar yaitu otot
Vastus lateralis dengan arah jarum 80 ° -
90°

Letakan Ibu jari dan telunjuk pada posisi


yang akan di suntik -
Pegang otot paha di antara jari telunjuk
dan Ibu Jarim -
Tusukan jarum tegak lurus ke bawah
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 59

melalui kulit antara jari sampai masuk -


kedalam otot
Kemudian tarik piston untuk
meyakinkan bahwa jarum tidak
mengenai pembuluh darah, dorong
pangkal piston dengan Ibu jari untuk
memasukan vaksin sebanyak 0,5 cc,
kemudian cabutlah jarum dengan cepat,
Usaplah bekas suntikan dengan kapas
basah

11. Tutuplah kembali spuit bekas menyuntik


tadi dengan menggunakan satu tangan

12. Bereskan alat-alat ketempatnya,


kemudian rendam dalam larutan klorin
0,5 % selama 10 menit dan buanglah
sampah pada tempatnya sesuai dengan
jenis sampahnya

13. Rapikan kembali peralatan dan cuci


tangan setelah melakukan tindakan di
bawah air mengalir dengan
menggunakan sabun lalu keringkan

14. Catatlah Imunisasi yang telah di berikan


di dalam KMS atau kartu catatan lain -

EVALUASI
1. Setiap langkah di lakukan secara sistematis dan hati-hati
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 60

2. Prosedur pencegahan Infeksi di ikuti pada saat melakukan tindakan


3. Perhatikan keadaan umum dan kenyamanan bayi pada saat melakukan prosedur kerja
4. Mahasiswa dapat mendemonstrasikan Imunisasi DPT secara individual

N0 KETERAMPILAN BOBOT NILAI KET


(%) 1 2 3 4
I Komunikasi (sebelum dan sesudah 15
melakukan perasat)
a. Mengucapkan salam
b. Memberitahukan pasien tentang apa
yang dilakukan
c. Menanyakan pada pasien setelah
melakukan perasat

II Menyiapkan alat alat secara lengkap 20


1. Bak suntik steril
2. Jarum dan syringe
3. Kapas alkohol
4. Vaksin DPT
5. Pengalas
6. Bengkok

III Sikap 15
1. Memperhatikan penampilan dan
kerapihan perawat
2. Menjaga prinsip prinsip kerja:
 Perawatan atraumatik
 Memperhatikan ku pasien
 Menjaga privasi
 Cek instruksi pengobatan 5 benar
(obat, pasien, dosis, waktu, cara)

Melaksanakan prosedur keperawatan


IV 1. Perawat mencuci tangan 50
2. Pastikan vaksin yang akan di
gunakan, baca labelnya
3. Siapkan vaksin sesuai instruksi
 buka tutup vial tarik penghisap
dan masukan udara dengan
jumlah yang sama dengan dosis
obat .
 Hapus hamakan vial dengan satu
kali usapan menggunakan kapas
 Ambil 0,5 cc vaksin DPT
 Ganti jarum baru, hilangkan
gelembung udara
4. Pasang sarung tangan
5. Tempatkan anak pada posisi
terlentang, lepaskan pakaian dan pilih
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 61

N0 KETERAMPILAN BOBOT NILAI KET


(%) 1 2 3 4
area yang akan yang diinjeksi
6. Regangkan jari tangan anda pada
posisi yang akan disuntik untuk
melokalisasi titik injeksi yang tepat
7. Dengan gerakan sirkular bersihkan
area injeksi dengan alkohol
8. Tempatkan penutup diantara jari
tengah dan telunjuk dan tarik keluar
spuit tersebut
9. Suntikkan vaksin secara intra
muskular dengan sudut 90 derajat
10. Tarik penghisap dan priksa untuk
melihat apakah ada darah dalam
spuit.
 Bila terdapat darah, angkat jarum
ganti dengan yang baru. Dan
mulai kembali setelah yakin
bahwa dosis obat masih benar,
tempatkan jarum diarea yang
sedikit lebih jauh dari titik
pertama
 Bila tidak terdapat darah dorong
penghisap perlahan lahan sampai
spuit kosong
11. Letakkan kapas alkohol, tarik spuit
dengan cepat dari area tersebut, dan
dengan perlahan usap area injeksi
tersebut dengan bantalan/ kapas steril
kering atau tisu bersih
12. Tempatkan kapas kering dan plester
13. Tenangkan anak , beri lingkungan
yang nyaman
14. Puji anak atas kerjasamanya
15. Kembalikan obat ketempat yang jauh
dari jangkauan anak
16. Buang jarum dan spuit yang telah
digunakan kedalam wadah yang tahan
tusukan
17. Terangkan kepada ibu anak tersebut,
tentang panas akibat DPT, berikan
antipiretik kepada ibu anak tersebut
bila anak panas tinggi (lebih dari 39 0
C) serta kompres hangat dingin
disekitar lokasi untuk menghilangkan
nyeri
18. Buka sarung tangan
19. Cuci tangan
20. Dokumentasi pada kartu imunisasi

Imunisasi POLIO
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 62

Petunjuk :
1. Peragaan dilakukan oleh mahasiswa secara berpasangan dan bergantian.
2. Baca dan pelajari lembar kerja yang tersedia.
3. Ikuti petunjuk dosen / instruktur .
4. Tanyakan pada dosen / instruktur lab. Bila terdapat hal-hal yang tidak atau kurang
dimengerti
Keselamatan kerja
1. Setiap langkah dilakukan secara sistematis dan hati-hati.
2. Pastikan keadaan ruangan yang dipergunakan bersih dan nyaman.
3. Pastikan peralatan yang akan digunakan dalam keadaan siap pakai.
4. Jaga Privacy Pasien setiap melakukan prosedur tindakan
Peralatan dan perlengkapan :
- Termos es
- Cold pack/es batu
- Pinset anatomis
- Alat tulis
- KMS/buku catatan/buku laporan
Bahan-bahan : Phantom

PROSEDUR PELAKSANAAN

LANGKAH KERJA KEY POINT


1. Siapkan peralatan dan bahan yang
diperlukan Key point :
Alat dan bahan disiapkan sesuai
standard dan disusun secara
ergonomis.

2. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, di Key point :


bawah air yang mengalir Mencuci tangan sesuai standar
Pencegahan Infeksi (PI), (ada 6
langkah).
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 63

3. Menyiapkan vaksin polio :


Key point :
Buka tutup metal dan tutup karet
dengan menggunakan pinset
anatomis
Pasanglah pipet plastik pada
flakon

4. Mengatur posisi bayi :

Key point :
Beritahu ibu dengan bahasa sopan
dan membaringkan bayi pada
posisi yang nyaman diatas
pangkuan dan memegangnya erat
– erat.

5. Buka mulut anak


Key point :
Jangan membuka mulut bayi
dengan paksa. Buka mulut anak
dengan menggunakan dua jari,
tekanlah ke dua pipi anak
sehingga mulutnya terbuka.

Key point :
6. Teteskan vaksin polio. Teteskan langsung dari pipet ke
dalam mulut anak sebanyak 2
tetes.
Perhatikan, pemberian dosis yang
tepat.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 64

7. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, di


bawah air yang mengalir.

Key point :
Mencuci tangan mengbunakan
prinsip Pencegahan Infeksi (PI),
(ada 6 langkah).

EVALUASI :
1. Seluruh langkah kerja dilakukan dengan urutan yang benar
2. Aturan keselamatan kerja diikuti pada saat melakukan pemberian imunisasi polio pada bayi
3. Persiapan alat dilakukan dengan benar tanpa ada alat yang tertinggal
4. Pemberian imunisasi polio pada bayi dilakukan sesuai dengan prosedur/standar

UNIT BELAJAR 4

Pemeriksaan antropometri

REFERENSI
1. Bobak, L. Jensen, 2005, Buku Ajar Perawatan Maternitas. ECG: Jakarta. Hal 387 – 388
2. Soetjiningsih, 2000, Tumbuh Kembang anak. Surabaya, Universitas Airlangga, Hal 37 -53
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 65

OBJEK PERILAKU SISWA


Setelah membaca dan berlatih setiap langkah yang terdapat dalam daftar tilik dan dengan
menggunakan alat, bahan dan perlengkapan yang terdapat di laboratorium, mahasiswa mampu:
1. Menyiapkan alat, bahan dan perlengkapan pengukuran antopometri pada bayi secara lengkap
sesuai dengan daftar tilik .
2. Melakukan pengukuran antopometri pada bayi baru lahir secara berurutan sesuai dengan
langkah-langkah/prosedur dalam daftar tilik

DASAR TEORI
Pengukuran antopometri merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui atau
menilai pertumbuhan fisik. Tujuan pengukuran antopometri adalah untuk mengidentifikasi
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak berjalan normal atau tidak.
Pengukuran antopometri yang dilakukan meliputi pengukuran berat badan (BB), tinggi badan
(TB), lingkar kepala (LK), lingkar lengan atas (LLA), lingkar dada (LD) dan lingkar perut (LP)
PETUNJUK KERJA
 Siapkan alat dan bahan secara lengkap sebelum tindakan dimulai
 Baca dan pelajari lembar kerja yang tersedia
 Ikuti petunjuk instruktur
 Tanyakan pada instruktur biLA dimulai
 Baca dan pelajari lembar kerja yang tersedia
 Ikuti petunjuk instruktur
 Tanyakan pada instruktur biLa terdapat hal-hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA
 Terapkan tehnik pencegahan infeksi yaitu diantaranya cuci tangan
 Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya, letakkan peralatan pada tempat yang
terjangkau /ergonomis
 Lakukan pengukuran antopometri bayi secara berurutan dan tepat
 Pastikan bayi tetap terjaga kenyamanannya dan kehangatan tubuhnya
 Pastikan tempat yang digunakan aman bagi bayi

PEKERJAAN LABORATORIUM
PERALATAN
 Timbangan berat badan ( Timabangan Tidur )
 Pita pengukur ( Metelin )
 Pita Pengukur dari kertas
 Pengukur tinggi badan

BAHAN
 Bayi / Phantoom bayi

PERLENGKAPAN
 Perlak atau pengalas
 Handuk kecil
 Meja kerja
 Alat tulis / KMS
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 66

 Tempat tidur pasien


M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 67

PROSEDUR TINDAKAN
NO LANGKAH - LANGKAH GAMBAR
1 Persiapkan alat

Key Point :
Susun alat secara argonomis
sehingga pemerikasaan menjadi
efektif dan efisien

2 Jelaskan pad aibu / keluarga tujuan


pemeriksaan

Key Point :
Jelaskan maksud dan tijuan
dilakukan pemerikasaan
antopometri

3 Cuci tangan kemudian keringkan

Key Point :
Cuci tangan dengan sabun dan air
yang mengalir dengan tehnik 7
langkah
Keringkan dengan handuk pribadi

4 Letakkan bayi ditempat yang rata


(tempat tidur)

Key Point :
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 68

Upayakan tempat untuk melakukan


pengukuran aman, supaya bayi tidak
trjatuh

5 Ukur berat badan bayi di atas


timbangan

Key Point :
Letakkan kain atau kertas pelindung
dan atur skalia timbangan sebelum
menimbang
Hasil timbangan dikurangi dengan
berat alas dan pembungkus bayi

6 Ukur panjang badan bayi

Key Point :
Pengukuran diletakjkan merapat
pada kepala dan badan.
Pengukuran kepala dilakukan dari
puncak kepala sampai tumit

7 Ukur lingkar kepala

Key Point :
Ukur kepala pada diameter terbesar.
Pengukuran dilakukan dari titik
pangkal hidung menlingkar ke titik
yang terjauh bagian belakang kepala

8 Ukur lingkar dada

Key Point :
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 69

Pengukuran dilakukan melalui


kedua putting susu, dari daerah dada
ke punggung kembali ke dada.

9 Ukur lingkar perut

Key Point :
Pengukuran dilakukan di bawah
umbilicus ke pinggang lalu kembali
ke perut atas

10 Rapihkan bayi

Key Point :
Kenakan kembali pakaian bayi
untuk menjaga kehangatan suhu
tubuh bayi

11 Raihkan alat dan bahan

Key Point :
Setiap selesai melaksanakan
tindakan segera bereskana lat seperti
semula untuk memudahkan tindakan
selanjutnya

12 Cuci tangan kemudian keringkan

Key Point :
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 70

Cuci tangan dengan sabun dan air


yang mengalir dengan tehnik 7
langkah
Keringkan dengan handuk pribadi

13 Tulis hasil pengukuran

Key Point :
Pencatatan hasil tindakan sebagai
dokumentasi asuhan yang telah
dilakukan/diberikan.

14 Jelaskan pad aibu / keluarga hasil


pemeriksaan

Key Point :
Jelaskan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti ibu / keluarga.
Beri tahukan rencana kunjungan
ulang selanjutnya.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 71

Dilakukan
NO LANGKAH - LANGKAH
ya Tdk Ket
1 Menyiapkan alat, bahan dan perlengkapan secara sistematis dan
ergonomis/
2 Menjelaskan pada ibu dan / keluarga tujuan pemeriksaan
3 Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan keringkan 6 langkah
4 Meletakkan bayi ditempat tidur dengan memperhatikan keamanan
bagi bayi
5 Mengukur berat badan bayi
6 Mengukur panjang badan bayi
7 Mengukur lingkar kepala
8 Mengukur lingkar dada
9 Mengukur lingkar perut
10 Merapihkan bayi
11 Membereskan alat dan bahan
12 Mencuci tangan kemudian keringkan
13 Mencatatan hasil pemeriksaan
14 Menjelaskan pad aibu / keluarga hasil pemeriksaan
15 DOKUMENTASI

Nilai :
Nilai ya x 100
15
Penguji
( )
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 72

UNIT BELAJAR 5

Pijat bayi

A. Skenario
Seorang Bayi perempuan, usia 4 bulan dibawa ibu ke poli klinik tumbuh kembang . Ibu berkonsultasi
dengan perawat. Ibu menanyakan kepada perawat bagaimana caranya agar bayinya dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal, dan ibu dapat meningkatkan komunikasi dengan bayi

B. Pertanyaan minimal
1. Bagaimanakah cara mengoptimalkan tumbuh kembang bayi?
2. Apakah manfaat dari pijat bayi?

C. Lampiran materi
Pengertian

Pijat bayi adalah memberikan sentuhan pada tubuh bayi atau anak. Pijat bayi ini merupakan
kebiasaan yang sudah lama dilakukan oleh orang orang Timur. Pijat bayi dapat memberikan manfaat
menstimulasi tumbuh kembang bayi dan merupakan salah satu cara mengungkapkan kasih sayang
orang tua terhadap anaknya.

Tujuan/manfaat :

A. MANFAAT BAGI BAYI


1. Pertumbuhan bayi lebih cepat dari pada bayi yang tidak dipijat
2. Merangsang bayi untuk minum ASI lebih banyak dari pada bayi yang tidak
dilakukan pemijatan
3. Membantu mengembangkan sistem imun dan kestabilan system syaraf.
4. Membantu bayi berlatih relaksasi dan semakin sadar akan lingkungannya.
5. Meningkatkan oksigenasi tubuh
6. Membantu mengatasi gangguan tidur dan membuat bayi tidur lebih lelap dan lama
7. Membantu mengatur sistem pencernaan, sistem respirasi dan sirkulasi, membantu
meredakan ketidaknyamanan (kolik, tumbuh gigi), serta menurunkan produksi
hormon stressor yang membuat stres bayi.

B. MANFAAT BAGI IBU


1. Memperkuat ikatan (bonding) bayi dengan ibu/orangtua
2. Membangun kepercayaan dan kedekatan antara bayi dengan orang tua
3. Membangun kepercayaan diri dalam merawat bayi
4. Orang tua dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi
5. Mengurangi depresi post natal
6. Relaksasi bagi ibu dan bayi
7. Meningkatkan Produksi ASI
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 73

Kapan bayi boleh mulai dipijat :

Tidak ada kata terlalu awal untuk melakukan pijat bayi, selama kondisi medis bayi memungkinkan. Pijat
bayi juga dianjurkan untuk bayi yang premature, karena dalam beberapa penelitian pijat bayi tersebut
dapat membantu meningkatkan berat badan, membantu bayi sadar sehingga cepat berinteraksi
dengan ibu maupun lingkungannya.

Waktu yang tepat untuk memulai pemijatan

Kapan saja boleh asal bayi tidak dalam keadaan rewel, mengantuk, lapar. Bayi dalam kondisi
senang/siaga.

Tips yang boleh dilakukan:

1. Terus melakukan kontak mata dengan bayi dan sambil berbicara dengan bayi
2. Ibu /keluarga boleh sambil bernyanyi bersama bayi, atau melantunkan ayat suci al-qur’an
3. Mulailah dengan sentuhan ringan dan perlahan tingkatkan tekanan pijatan saat anda
semakin yakin dan bayi anda terbiasa dipijat
4. Perhatikan isyarat yang ditunjukkan oleh bayi anda.
5. Gunakan minyak alami seperti minyak goreng, minyak kelapa, minyak zaitun, minyak
anggur, dll
Tips yang tidak boleh dilakukan:

1. Memijat bayi tidak lama setelah ia makan atau disusui, ataupun saat bayi lapar atau
mengantuk
2. Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan
3. Memijat bayi dalam keadaan sakit, terdapat luka/cidera/kulit teriritasi/bengkak.
4. Memijat bayi dengan paksa
5. Memaksakan posisi saat memijat bayi
6. Hindari memijatnya saat ia tidur
A. Pemijat

1. Cuci tangan bersih-bersih. Usahakan tangan Ibu dalam keadaan hangat, agar si kecil
merasa nyaman dengan usapan Ibu.
2. Potong pendek kuku Ibu dan lepaskan perhiasan yang memungkinkan menyakiti kulit
si kecil yang lembut.

B. Minyak
Minyak/lotion yang digunakan sebaiknya minyak yang :

1. Berasal dari bahan alami


2. Dapat diserap oleh tubuh bayi
3. Aman digunakan untuk bayi
Minyak yang digunakan dpat berupa minyak yang berasal dari tumbuhan ( vegetable oil), karena
memberikan manfaat yang terpeutik, tidak berbau sehingga bayi dapat mencium bau ibu ( bonding
attachment). Minyak akan melumasi tangan pemijat memudahkan saat melakukan pemijatan

C. Ruangan
Ruangan yang digunakan adalah yang hangat. Tidak terlalu gelap atau terang. Tidak bising atau
terlalu senyap. Tidak terlalu banyak gambar atau mainan. Permukaan alas lembut .Siapkan
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 74

perlengkapan sehingga mudah dijangkau seperti minyak, handuk, popok bersih dan pakaian bersih.

D. Posisi Memijat
 Posisi I
Pemijatan dilakukan di pangkuan, dengan kedua kaki dirapatkan, lipat lutut, dan bayi didorong
kea rah perut

 Posisi II
Kedua kaki pemijat dibuka, lipat sedikit lutut, sehingga punggung bawah tidak tertekan, atau
biarkan satu kaki dilipat dan yang lain diluruskan

 Posisi II
Duduk bersimpuh

Prosedur:

Saat akan melakukan pemijatan, mintalah ijin pada bayi supaya bayi dapat memberikan respon. Jangan
melakukan pemijatan bila bayi menangis, membuang muka, posisi mempertahankan diri da bila
keadaan bayi tidak memungkinkan untuk dipijit. Lakukan pemijatan kira-kira 15 menit. Sebaiknya
pemijatan dimulai dari kaki untuk membiasakan bayi dipijat sebelum bagian lain dari badannya
disentuh. Tetap pertahankan kontak mata selama melakukan pemijatan dan jaga temperatur si kecil
jangan sampai suhu tubuhnya di bawah 35 derajat Celsius.

Cara pemijatan untuk berbagai kelompok umur


1. Bayi umur 0 – 1 bulan
Untuk bayi umur 0 – 1 bulan, disarankan hanya diberi gerakan yang lebih mendekati
usapan-usapan halus. Perlu diingat bahwa sebelum tali pusat bayi lepas sebaiknya tidak
dilakukan pemijatan di daerah perut.

2. Bayi umur 1 – 3 bulan

Unutk bayi umur 1 – 3 bulan, disarankan diberi gerakan halus disertai tekanan ringan dalam
waktu yang lebih singkat.

3. Bayi umur 3 bulan sampai 3 tahun

Untuk bayi umur 3 bukan – 3 tahun, disarankan agar seluruh gerakan dilakukan dengan
tekanan dan waktu yang lebih meningkat. Total waktu pemjatan disarankan sekitar 15 menit.

Lumurkan sesering mungkin minyak yang lembut sebelum dan selama pemijatan. Setelah itu,
lakukanlah gerakan pembukaan berupa sentuhan ringan di sepanjang sisi muka bayi atau
usaplah rambutnya. Gerakan pembuka ini untuk memberitahukan bahwa waktu pemijatan akan
dilakukan padanya.

Pemijtan sebaiknya dimulai dari kaki bayi, sebab umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat
pada daerah kaki. Permulaan seperti ini akan memberi kesempatan pada bayi untuk
membiasakan dipijat sebelum bagian lain disentuh. Itu sebabnya, urutan pemijatan bayi
dianjurkan dimulai dari bagian kaki, kemudian perut, dada, tangan, WAJAH, dan dan diakhiri
pada bagian punggung.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 75

GAMBAR GERAKAN PIJAT BAYI

Tangan dan kaki


M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 76

Stomach
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 77
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 78

Chest
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 79

Arms & Hands


M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 80

Face
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 81
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 82

Back
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 83

Sun Moon
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 84

Water Wheel
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 85

UNIT BELAJAR 6

MTBS

Skenario Kasus
Anak perempuan usia 15 bulan. BB 8.5 kg. suhu badan 38.50C dibawa ke puskesmas oleh
ibunya. Perawat puskesmas melakukan pengkajian kepada ibu dan anaknya. perawat bertanya,
“anak ibu sakit apa?”ibu menjawab “ sudah 4 hari ini anak saya batuk dan tidak mau makan.”
perawat memeriksa apakah anak bisa minum atau menetek?”ibu menjawab, “tidak, anak saya
tidak mau menetek.” perawat memberikan air kepada pasien. Pasien terlalu lemah untuk
mengangkat kepalanya dan tidak bisa minum dari cangkir. Kemudian perawat bertanya kepada
ibu,” apakah pasien muntah?”ibunya berkata, “tidak.”.”apakah pasien kejang?”.”tidak”. saat
perawat berbicara dengan ibu, pasien memperhatikan mereka dan melihat ke sekeliling ruangan
Pertanyaan minimal
1. tulislah informasi penting pada kasus di atas
2. apakah masalah pasien dibawa ke puskesmas?
3. apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulangan?alasan?
4. sudahkah perawat memeriksa tanda bahaya umum pada pasien?
5. apakah pasien menunjukan tanda bahaya umum?

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian
vitamin A dan konseling pemberian makan. MTBS merupakan manajemen balita sakit untuk 2
kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun Materi MTBS
dituangkan dalam bentuk suatu bagan. Bagan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah
petugas kesehatan dalam mengikuti setiap langkah yang harus dilaksanakan untuk memeriksa
balita sakit sesuai bagan MTBS. Petugas kesehatan dilatih untuk mudah mengerti langkah-
langkah yang ada dalam bagan tersebut. Setiap langkah dengan maksud tertentu tertulis dalam
bagan tersebut dengan tanda khusus dalam kotak, baris dengan warna dasar tertentu dan tulisan
dengan huruf cetak tebal.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 86

Prosedur Pelaksanaan MTBS pada Balita


Beberapa macam prosedur penanganan balita sakit sesuai standar MTBS ini, antara lain
meliputi: penilaian, klasifikasi penyakit, tindakan/pengobatan, nasehat bagi ibu dan tindak
lanjut. Detail Penjelasan langkah-langkah tersebut sebagai berikut :
1. Menilai dan membuat klasifikasi penyakit
Menilai dan membuat klasifikasi penyakit anak umur 2 bulan sampai 5 tahun. Tindakan ini
dilakukan dengan cara melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan
pengklasifikasian delakukan dengan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan
penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya.
2. Menilai dan membuat klasifikasi penyakit
dilakukan dengan beberapa kegiatan, antara lain dengan memeriksa tanda bahaya
umum, merupakan tanda penyakit yang serius. Tanda bahaya umum dapat terjadi pada
penyakit apapun dan tidak dapat membantu menentukan jenis penyakit secara spesifik.
Hanya dengan satu tanda bahaya umum saja, sudah cukup untuk menunjukkan bahwa
penyakit itu berat, sehingga sebelum melakukan penilaian setiap penyakit, penting
memeriksa beberapa tanda bahaya umum
seperti Tidak bisa minum atau menetek, Muntahkan semuanya, Kejang, serta Letargis atau tidak
sadar .
3. Menanyakan keluhan utama
Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan Menilai batuk atau
sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan klasifikasinya, menilai demam dan
klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
4. Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya.
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah menderita batuk
atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah berapa lama, menghitung
frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke dalam, dan melihat dan dengar
adanya stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi apakah anak menderita pneumonia berat,
pneumonia atau batuk bukan pneumonia.
5. Menilai diare dan klasifikasinya.
Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada ibu apakah anak
menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama, apakah beraknya berdarah
(apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya adalah memeriksa keadaan umum
anak, apakah anak letargis atau tidak sadar, apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah;
melihat apakah mata anak cekung, memeriksa kemampuan anak untuk minum: apakah anak
tidak bisa minum atau malas minum, apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 87

cubitan kulit perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2
detik) atau lambat. Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya
diklasifikasikan apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa dehidrasi,
diare pesisten berat, diare persisten atau disentri.
6. Menilai demam dan klasifikasinya.
Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil. Tanyakan kepada ibu
apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah anak teraba panas atau mengukur suhu
tubuh dengan termometer. Dikatakan demam jika badan anak teraba panas atau jika suhu
badan 37,5 derajat celcius atau lebih. Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria:
resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa
resiko malaria, tanyakan apakah anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu
terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudian tanyakan
sudah berapa lama anak demam. Jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi setiap hari,
lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek, apakah anak menderita campak dalam
3 bulan terakhir, lihat adanya tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit yang
menyeluruh dan terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan demam, malaria
atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bulan
terakhir: lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya dalam atau luas, lihat apakah matanya
bernanah, lihat adakah kekeruhan pada kornea mata. Kemudian klasifikasikan apakah anak
menderita campak, campak dengan komplikasi berat, atau campak dengan komplikasi pada
mata atau mulut. Jika demam kurang dari 7 hari, tanyakan apakah anak mengalami
perdarahan dari hidung atau gusi yang cukup berat, apakah anak muntah: sering, muntah
dengan darah atau seperti kopi; apakah berak bercampur darah atau berwarna hitam; apakah
ada nyeri ulu hati atau anak gelisah; lihat adanya perdarahan dari hidung atau gusi yang
berat, bintik perdarahan di kulit (petekie), periksa tanda- tanda syok yaitu ujung ekstrimitas
teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tak teraba. Kemudian klasifikasikan apakah anak
menderita Demam Berdarah Dengue (DBD), mungkin DBD atau demam mungkin bukan
DBD.
7. Menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
Setelah memeriksa demam, petugas menanyakan kepada ibu apakah anak mempunyai
masalah telinga. Jika anak mempunyai masalah telinga, tanyakan apakah telinganya sakit,
lihat adakah nanah keluar dari telinga, raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang
telinga. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita mastoiditis, infeksi telinga akut,
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 88

infeksi telinga kronis atau tidak ada infeksi telinga.


8. Memeriksa status gizi dan anemia serta klasifikasinya.
Setiap anak harus diperiksa status gizinya karena kekurangan gizi merupakan masalah yang
sering ditemukan, terutama diantara penduduk miskin. Langkahnya yaitu memeriksa
apakah anak tampak sangat kurus, memeriksa pembengkakan pada kedua kaki, memeriksa
kepucatan telapak tangan: apakah sangat pucat atau agak pucat, dan membandingkan berat
badan anak menurut umur. Kemudian mengklasifikasikan sesuai tanda/gejala apakah gizi
buruk dan/atau anemia berat, bawah garis merah (BGM) dan/atau anemia, tidak BGM dan
tidak anemia.
9. Memeriksa status imunisasi.
Petugas memeriksa status imunisasi dari setiap anak yang sakit, kemudian menuliskan
tanggal pemberian imunisasi untuk setiap jenis vaksin. Jika data imunisasi tidak ada,
tanyakan pada ibu imunisasi apa saja yang sudah pernah diberikan kepada anaknya dan
kapan diberikan. Semua anak harus mendapat semua jenis imunisasi yang dianjurkan
sebelum ulang tahunnya yang pertama.
10. Memeriksa pemberian vitamin A.
Setiap balita berumur 6 bulan sampai 5 tahun perlu mendapat suplemen vitamin A untuk
mencegah kebutaan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian vitamin A biasanya
dilakukan setahun 2 kali di Posyandu pada “bulan vitamin A” yaitu Februari dan Agustus.
Menanyakan kepada ibu apakah
anaknya yang berumur 6 bulan keatas telah mendapatkan tambahan vitamin A dan kapan
yang terakhir. Tuliskan tanggal pemberian vitamin A, jika pemberian terakhir telah lebih
dari 6 bulan, anak tersebut sudah memerlukan 1 dosis vitamin A sesuai umurnya. Anjurkan
kepada ibu untuk secara teratur melanjutkan pemberian vitamin A kepada anaknya di
posyandu pada bulan vitamin A sampai anaknya berumur 5 tahun.
11. Memeriksa masalah kesehatan lainnya
Setelah dilakukan penilaian terhadap tanda bahaya umum, batuk atau sukar bernapas, diare,
demam, memeriksa status gizi dan anemia, kemudian periksa apakah ada masalah
kesehatan/keluhan lain.
12. Menentukan tindakan/pengobatan.
Setelah beberapa tahap kegiatan diatas, kemudian dilakukan kegiatan untuk menentukan
jenis tindakan atau pengobatan yang perlu dilakukan. Tindakan ini berarti menentukan
tindakan dan memberi pengaobatan di fasilitas kesehatan yang sesuai. Untuk menentukan
tindakan/pengobatan bagi penyakit anak maka kolom tindakan harus dilengkapi mulai dari
penilaian, tanda/gejala, klasifikasi dan tindakan yang akan dilakukan. Langkahnya adalah
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 89

merujuk anak, memberikan obat yang sesuai, mengajari ibu cara memberikan obat di
rumah, mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah, nasehat perawatan di rumah
tanpa obat dan meningkatkan kesehatan anak.
13. Menasehati ibu.
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran pemberian makan
selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah pemberian makan, meningkatkan
pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu kapan harus kembali dan menasehati ibu
tentang kesehatannya sendiri.
14. Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang atau
kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak lanjut menggunakan
kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru
lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada
bagan penilaian dan klasifikasi.

Format daftar tilik pelaksanaan MTBS


Dilakukan
Tahapan Prosedur

ya Tidak

1 Baca catatan keperawatan atau catatan medis

2 Tentukan tindakan yang akan dilakukan


3 Persiapkan diri (berdoa)
Pra Persiapan alat:
Interaksi Formulir MTBS
Alat tulis
4
Thermometer
Stetoskop
Timbangan berat badan dan microtoise
1 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2 Tanyakan nama , umur pasien dan alamat pasien

3 Tentukan apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang


Orientasi 4 Tanyakan pada ibu tentang masalah/keluhan anak/pasien
5 Minta persetujuan pasien/keluarga
6 Dekatkan alat di dekat pasien
7 Jaga privasi pasien, tutup tirai/pintu

Cuci tangan (Lakukan gerakan 6 langkah cuci tangan menggunakan


Kerja 8
hand rub)
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 90

9 Posisikan pasien sesuai dengan kondisi pasien

10 Periksa pasien untuk segala kemungkinan tanda bahaya umum

11 Tanyakan keluhan utama dan periksa adanya tanda dan gejala yang
timbul
12 Tentukan klasifikasi penyakit berdasarkan tanda dan gejala sesuai
dengan bagan MTBS
13
Periksa status Gizi anak berdasarkan BB menurut panjang badan atau
tinggi badan
14 Periksa kemungkinan adanya anemia

15 Periksa status imunisasi pasien


16 Tanyakan apakah ibu ada masalah/keluhan lain terkait dengan
pasien
17 Berikan pengobatan/tindakan sesuai dengan anjuran pedoman
MTBS
18 Berikan konseling yang dibutuhkan pasien
19 Cuci tangan setelah tindakan (Lakukan gerakan 6 langkah cuci
tangan menggunakan hand rub)

TERMINASI Simpulkan hasil kegiatan

20 Evaluasi respon ibu dan pasien


21 Berikan reinforcement pada ibu dan pasien
22 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
23 Akhiri kegiatan dengan cara memberi salam

UNIT BELAJAR 7

BRONKHOPNEUMONIA
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 91

A. Pengertian
Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru-paru yang terjadi pada anak-anak.
(Suriadi. 2001)
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang disebabkan bakteri,
virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah,
dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk kering dan produktif. (Hidayat. 2006)
Bronchopneumonia adalah infeksi tratus respiratorius bagian atas yang ditandai dengan nafas
menjadi sesak, disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut serta
rasa nyeri pada dada. Menurut Ngastiah, yang dikutip dari Monica (2007).

B. Etiologi
Menurut Misnadiarly (2008) ada beberapa penyebab dari bronchopneumonia, diantaranya:
1. Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Influensa
2. Bakteri: Streptococcus Pneumonia, Staphylococcus Aureus, dan Haemophilus Influenza
3. Jamur: Mycoplasma Pneumonia, Histoplasma Capsulatum, Crytocoxcus Neofarmans
4. Aspirasi misalnya: makanan, cairan amnion dan benda asing

C. Patofisiologi
1. Proses Penyakit
Organisme atau gen masuk jaringan paru-paru melalui saluran nafas bagian atas mencapai
ke bronkheolus dan alveolus kemudian akan timbul reaksi radang yang dimulai dari paru-
paru menjalar secara progresif ke kapiler satu atau seluruh lobus, kemudian lobus
bronkhiolus menyebar sel radang akut, lumen terisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak
sehingga rongga sel tersumbat dan sekitarnya penuh dengan netrofil dan sedikit eksudat
6
fibrinogen maka pertukaran gas di alveolus dan bronkus tidak efektif maka akan terjadi
asidosis atau respirasi alkalosis metabolic (Price. 2002).
2. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala bronchopneumonia yaitu:
a. Demam tinggi (390 – 400 C)
b. Gelisah
c. Sesak nafas
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 92

d. Nafas cepat dan dalam


e. Cuping hidung
f. Batuk produktif
g. Tidak dapat makan dan gangguan tidur
h. Ronkhi
i. Sianosis sekitar hidung dan mulut
j. Sakit kepala dan malaise
k. Kadang disertai muntah dan diare
3. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia yaitu :
a. Gagal pernafasan
b. Obstruksi jalan nafas
c. Hipoksia
d. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang
e. Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
f. Meningitis purulenta yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
g. Perikarditis (infeksi haemophilus influenza tipe B)
h. Efusi pleura
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan terhadap klien dengan bronchopneumonia adalah:
1. Tes diagnostic
a. Foto thoraks
Terdapat bercak-bercak konsolidasi atau infiltrate pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dapat mencapai 15.000–40 .000
mm3 dan peningkatan Hb serta Ht.
c. Pemeriksaan cairan pleura
d. Pemeriksaan mikrobiologik, specimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan
bronkhus atau sputum, darah dan aspirasi
2. Therapy
a. Menjaga kelancaran pernafasan
Pemberian oksigen, fisiotherapi dada, cairan intravena.
b. Kebutuhan istirahat
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 93

c. Kebutuhan nutrisi dan cairan


d. Mengkontrol suhu tubuh
e. Pemberian antibiotik bila sekunder dari infeksi bakteri (sesuai program)
f. Inhalasi
g. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian harus
akurat, lengkap sesuai dengan kenyataan. (Nursalam. 2001)
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan dan insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat gagal jantung kronik
Tanda : Takikardi, penampilan kemerahan dan pucat
3. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah
Tanda : Distensi, turgor buruk dan penampilan kurang nutrisi
4. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : Perubahan mental (bingung dan somnolen)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat oleh batuk, nyeri dada
Tanda : Melindungi area yang sakit
6. Pernafasan
Gejala : Penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), takipnea, dipsnea, nafas dangkal, nafas
cuping hidung
Tanda : Sputum, bunyi nafas menurun, ronkhi, pucat/sianosis bibir dan kuku
7. Keamanan
Gejala : Riwayat kemotherapi dan demam
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 94

PROSEDUR TETAP TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA : ……………………………………………
TINGKAT : ………………………………………..…
TANGGAL : ………………………………………..…

KEMAMPUAN : Mahasiswa mampu melakukan Fisioterapi dada

N Keterampilan yang dinilai Bobot Nilai Ket


O (%) 4 3 2 1
I Komunikasi (sebelum dan sesudah melakukan 15
perasat)
a. Mengucapkan salam
b. Menjelaskan klien tentang apa yang akan
dilakukan
c. Mengevaluasi perasaan klien setelah
melakukan perasat

II Menyiapkan alat-alat secara tepat dan lengkap 20


1. Tempat tidur yang dapat diatur pada posisi
trendelenberg
2. Bantal/guling
3. Tisue
4. Tempat sekret
5. Lap mulut
6. Handuk/kain

III Sikap 15
1. Memperhatikan penampilan dan kerapihan
perawat
2. Menjaga prinsip-prinsip kerja
- Cek program fisioterapi dada
- Memperhatikan keadaan umum klien
- Mempertahankan kebersihan
- Mengatasi rasa malu
- Menjaga privasi
- Mengetahui lokasi/ area fisioterapi dada

IV Melaksanakan prosedur keperawatan 50


1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Melakukan evaluasi/ validasi
3. Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
4. Menjelaskan langkah-langkah tindakan
5. Mencuci tangan
6. Mempersiapkan alat
7. Kaji kondisi klien (bunyi nafas dan jantung,
pola pernafasan, dan sekresi) dan tingkat
kenyamanan
8. Cek catatan klien terutama instruksi untuk
melakukan fisioterapi dada/rasional tindakan.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 95

N Keterampilan yang dinilai Bobot Nilai Ket


O (%) 4 3 2 1
Kaji riwayat kesehatan jantung, masalah dan
kemungkinan kontra indikasi untuk fisioterapi
dada (peningkatan tekanan intraserebral,
edema paru, dan komplikasi abdominal)
9. Tentukan area paru yang membutuhkan terapi
10. Siapkan peralatan yang diperlukan
11. Jelaskan prosedur dan tujuan. Medikasi
diberikan sesuai kebutuhan (misal
ekspektoran)
12. Pastikan klien telah berkemih. Tentukan kapan
klien makan yang terakhir (bila baru selesai
makan, tunggu paling tidak 1 jam kemudian
untuk fisioterapi)
13. Anjurkan klien untuk mengemukakan bila
terasa ingin muntah, nyeri dada atau sesak
nafas yang meningkat

POSTURAL DRAINAGE
14. Lepaskan pakaian klien, berikan tempat
penampungan sputum dan siapkan tisue
15. Posisikan klien dengan kepala lebih rendah
dari badan daan sesuaikan letaknya menurut
area paru yang perlu diterapi. Berikan bantal
bila perlu dan tutup area yang terbuka dengan
selimut
16. Pertahankan posisi selama 5 menit
17. Selama 5 menit, minta klien untk batuk daan
mengeluarkan sputum/sekret
18. Tingkatkan waktu untuk postural drainage
secara bertahap

PERKUSI
19. Naikkan tempat tidur setinggi pinggang untuk
memudahkan bekerja. Perawat berdiri
berseberangan dengan area yang akan
dilakukan perkusi
20. Tangan dan jari-jari dirapatkan dan
membentuk ‘cup’, lalu tepuk-tepuk di area
yang diperlukan selama 3 menit
21. Minta klien untuk batuk dan mengeluarkan
sputum/sekret segera setelah perkusi selesai

VIBRASI
22. Instruksikan klien untuk menghirup nafas
dalam secara lambat melalui hidung dan
mengeluarkannya melalui mulut selama vibrasi
dilakukan
23. Ratakan telapak tangan pada area dada yang
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 96

N Keterampilan yang dinilai Bobot Nilai Ket


O (%) 4 3 2 1
mengalami penumpukan sekret
24. Dengan hati-hati lakukan vibrasi saat klien
menghembuskan nafas

BATUK EFEKTIF
25. Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam-
dalam secara perlahan
26. Minta klien untuk tahan nafas selama 2 detik
27. Minta klien untuk buka mulut dan batuk untuk
mengeluarkan sputum/sekret
28. Setelah semua dilakukan, kaji kembali kondisi
klien
29. Bila perlu lakukan fisioterapi kembali
30. Kembalikan ke posisi normal dan berikan
posisi yang nyaman
31. Berikan perawatan mulut dan cuci tangan klien
32. Cuci tangan dan dokumentasi: hasil pengkajian
status respiratori dan respon klien: jumlah
sekret dan warna
33. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan, catat pula data hasil pengkajian dan
respon klien
JUMLAH 100
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 97

UNIT BELAJAR 8

GASTROENTERITIS

Pengertian
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri
yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s, 2009). Gastroenteritis
adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi
atau keracunan zat makanan ( Mayers,2015).

Patofisiologi.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis biasa
melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran
patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare
). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan
elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan
sirkulasi darah.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 98

Manifestasi klinis
Manifestasi klinis berupa diare, muntah, demam, nyeri abdomen, membran, mukosa mulut dan
bibir kering, fontanel cekung, kehilangan berat badan, tidak nafsu makan, lemah

Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul adalah dehidrasi, renjatan hipovolemik, kejang, bakterimia,
mal nutrisi, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

Tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


a. Dehidrasi ringan : Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang : Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 99

c. Dehidrasi Berat : Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

Penatalaksanaan Medis.
a. Pemberian cairan.
Pemberian cairan pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
1) cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas
adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.
2) Cairan parentral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
 Dehidrasi ringan : pemberian cairan 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari, kemudian
125 ml / Kg BB / oral
 Dehidrasi sedang : pemberian 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / hari, kemudian 125
ml / kg BB / hari.
 Dehidrasi berat :
Untuk anak umur 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg, pemberian:
 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15
tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20
tetes ).
 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum, atau dengan
2 A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.

Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.


 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15
tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 100

 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.


 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20
tetes ).
 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan, adapun hal yang perlu diperhatikan adalah memberikan
asi, memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih serta obat-obatan.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan tinja, pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan pH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,
pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Gastroenteritis


1. Pengkajian.
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment.
a. Riwayat keperawatan.
1) Awal serangan: anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
2) Keluhan utama: faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus
dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih
dari 4 kali dengan konsistensi encer.
b. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi.
c. Riwayat psikososial keluarga.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 101

Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari
penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
d. Kebutuhan dasar.
1) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK
sedikit atau jarang.
2) Pola nutrisi : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
5) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
e. Pemeriksaan fisik.
1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai
koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.

2) Pemeriksaan sistematik :
 Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat
badan menurun,anus kemerahan.
 Perkusi : adanya distensi abdomen.
 Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
 Auskultasi : terdengarnya bising usus.
3) Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.

4) Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 102

2. Diagnosa keperawatan.
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prog-
nosis dan pengobatan.
f. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.

3. Intervensi.
Diagnosa 1 : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur infut dan output cairan
(balanc ccairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak
kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi
cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah
sodium.

Diagnosa 2 : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan
mual dan muntah.
Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji factor
penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemerikasaan fisik abdomen
(palpasi,perkusi,dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

Diagnosa 3 :Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang


berlebihan.
Intervensi :
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 103

Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol. Beri zalp seperti
zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

Diagnosa 4 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.


Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri
kompres hangat pada daerah abdoment. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi
analgetik sesuai indikasi.

Diagnosa 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakit,prognosis dan pengobatan.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses
penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes. Berikan
kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya. Libatkan keluarga dalam
pemberian tindakan pada klien.

Diagnosa 6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang


menakutkan.
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji factor pencetus cemas. Buat jadwal kontak dengan klien.
Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien. Libatkan keluarga dalam
setiap tindakan. Anjurkan pada keluarga unrtuk selalu mendampingi klien.

4. Evaluasi.
a. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
c. Integritas kulit kembali noprmal.
d. Pengetahuan kelurga meningkat.
e. Cemas pada klien teratasi.
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 104

TES FORMATIF UNIT 8


Pilihlah jawaban yang paling tepat:
1. Bayi perempuan 7 bulan datang dengan keluhan demam, diare lebih dari 5 x/hari selama 5
hari. Saat diperiksa perawat anak tampak rewel, mata cekung, cubitan kulit perut lambat
kembali. Apakah tindakan prioritas pada kasus tersebut diatas?
A. Menganjurkan ibu untuk memberi anak minum
B. Menghitung intake output
C. Menghitung frekuensi napas
D. Menimbang berat badan
E. Mengukur panjang badan

2. Bayi perempuan 12 bulan datang dengan keluhan demam, diare lebih dari 10 x/hari selama 5
hari ada darah dalam feses. Anak tampak rewel, mata cekung, cubitan kulit perut lambat
kembali. Termasuk klasifikasi apakah kasus di atas?
A. Diare Dehidrasi Berat
B. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
C. Diare Tanpa Dehidrasi
D. Diare Persisten
E. Disentri

3. Balita perempuan 30 bulan datang dengan keluhan demam, diare lebih dari 10 x/hari selama 5
hari. Anak tampak rewel, mata cekung, cubitan kulit perut lambat kembali, tampak haus
minum dengan lahap. Apakah klasifikasi kasus di atas?
A. Diare Dehidrasi Berat
B. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
C. Diare Tanpa Dehidrasi
D. Diare Persisten
E. Disentri

4. Bayi perempuan usia 6 bulan, BB 7 kg dirawat dengan keluhan muntah 12 x, nafsu makan
menurun. Pasien sudah dibawa ke dokter klinik dan memdapat obat antiemetik namun masih
muntah. Setelah dilakukan pemeriksaan BB badan menurun 0,5 kg. Berapakah kebutuhan
nutrisi yang harus diberikan untuk pasien tersebut?
M o d u l K e p e r a w a t a n a a n a k | 105

A. 400 kkal C. 650 kkal E. 800 kkal


B. 500 kkal D. 700 kkal

5. Balita perempuan usia 4 tahun, BB 17 kg dirawat dengan keluhan BAB cair 5x/hari, muntah
12 x, nafsu makan menurun. Hasil pengkajian didapat suhu 37 0C, nadi 110x/menit. Ibu
mengatakan tampak cemas karena anaknya tidak mau makan, padahal biasanya anak di rumah
mau makan. Berapakah kebutuhan cairan yang harus diberikan untuk pasien tersebut?
A. 1350 cc C. 1500 cc E. 1700 cc
B. 1450 cc D. 1600 cc
CATATAN :

Anda mungkin juga menyukai