Anda di halaman 1dari 10

Vol. 1, No.

2 (2016)

POLA ASUH ORANG TUA DAN LINGKUNGAN PEMBELAJARAN TERHADAP


MOTIVASI BELAJAR SISWA

Rini Harianti1*, Suci Amin1


1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Al-Insyirah Pekanbaru, Indonesia
*
email: riniharianti37@gmail.com

Submitted : 29-09-2016, Reviewed: 06-10-2016, Accepted:13-10-2016


http://dx.doi.org/10.22216/JCC.v2i2.983

ABSTRAK
Motivasi dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar salah satunya adalah lingkungan pembelajaran dan pola asuh yang
selanjutnya akan menentukan kualitas hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini untuk menguji
korelasi antara pola asuh orangtua dan lingkungan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di
sekolah cerdas. Penelitian ini telah dilaksanakan di Sekolah Cerdas Tampan Pekanbaru. Sampel
terdiri dari 57 siswa sekolah cerdas Tampan Pekanbaru. Pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Hasil menunjukkan bahwa pola asuh positif dari segi
kontrol orangtua (64%), kejelasan komunikasi (61%) dan tuntutan orang tua menjadi matang
(54%). Siswa memiliki motivasi internal (68%) dan eksternal positif (55%) dalam pembelajaran.
Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara pola asuh terhadap motivasi belajar siswa
dengan nilai signifikan 0,000 dengan koefisien determinasi 69.1%. Disimpulkan bahwa pola asuh
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Disarankan kepada para orangtua dan sekolah agar
dapat menerapkan pola asuh yang baik, menciptakan situasi belajar yang dapat merangsang minat
siswa untuk giat belajar dan memperhatikan kebutuhan sekolah anak.
Kata kunci: lingkungan pembelajaran; motivasi; pola asuh orangtua

ABSTRACT
Motivation and learning are two things that affect each other . One of factors that affect the
motivation of learning is environment learning and parenting that determine the quality of student
learning outcomes. The objective of this study was to examine the correlation between parenting
with learning environment and learning motivation of students in cerdas school. The study was
conducted in a cerdas school, Tampan Pekanbaru. The sample consists of 57 students in cerdas
school. The approach was conducted in this study are qualitative and quantitative. The results
showed that positive parenting in terms of parental control (64%), clarity of communication (61%)
and the demands of the parents become mature (54%). Students have the internal motivation (68%)
and external motivation (55%) in positive learning. There are significant affect and positive among
parenting with student learning motivation with signification value 0.000 and determination
coefficient 69.1 percent. It was concluded that parenting affect to learning motivation of students. It
is recommended to parents and the school to be able to apply a good parenting style, creating a
situation that can stimulate learning interest of students to actively learn and pay attention to the
needs of school children.
Keywords: learning environment; motivation; parenting

PENDAHULUAN penguatan untuk mencapai tujuan


tertentu, sedangkan motivasi dapat
Motivasi dan belajar merupakan dua
dikatakan sebagai keseluruhan daya
hal yang saling mempengaruhi. Belajar
penggerak di dalam diri seseorang yang
adalah perubahan tingkah laku secara
menimbulkan kegiatan belajar, sehingga
relatif permanen dan secara potensial
tujuan yang dikehendaki dapat tercapai
terjadi sebagai hasil dari praktek atau
(Uno, 2007). Banyak faktor yang dapat

Jurnal Curricula Kopertis Wil X 20


Vol. 1, No. 2 (2016)

mempengaruhi motivasi belajar salah Berdasarkan realitas tersebut, maka


satunya adalah lingkungan pembelajaran peneliti tertarik mengangkat judul
dan pola asuh. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan
Hasil penelitian menunjukkan pola Lingkungan Pembelajaran Terhadap
asuh dan lingkungan pembelajaran Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Cerdas
mampu meningkatkan motivasi belajar Tampan Pekanbaru”.
dan memberi kontribusi sebesar 36%.
Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan METODE
positif dari orang tua sebagai pemegang Penelitian dilaksanakan di sekolah
pola asuh (Dimyati, 2011). Fenomena cerdas yang berlokasi di Jl. Sukakarya
yang terjadi di sekolah cerdas yang Gg. Permata Panam Tampan Pekanbaru.
siswanya berasal dari para golongan Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
dhuafa dan anak-anak jalanan, sekolah cerdas dari kelas 1-6 yang
berdasarkan data yang diperoleh dari berjumlah 57 orang melalui teknik
penanggung jawab sekolah, masih banyak pengambilan sampel adalah total
siswa yang membantu orang tua untuk sampling.
bekerja sehingga pekerjaan tersebut Pendekatan yang dilakukan dalam
menyita waktu mereka yang seharusnya penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
fokus mengecam pendidikan. Hasil survei dengan metode penelitian deskriptif untuk
juga menunjukkan bahwa sebagian besar menekankan atau menjelaskan peristiwa
siswa memiliki motivasi yang kurang. Hal kejadian yang terjadi pada masa sekarang
ini terlihat pada saat pembelajaran serta memperoleh gambaran empirik
sebagian siswa kurang menunjukkan tentang pola asuh ibu dan lingkungan
minatnya dalam proses pembelajaran
pembelajaran terhadap motivasi belajar
seperti datang terlambat, tidak siswa. Untuk mengungkapkan data
mengerjakan tugas bahkan bolos dari tersebut, perlu dilakukan pengamatan
sekolah serta tidak fokus menerima (observasi) dan berinteraksi langsung
pelajaran. (partisipasi) dengan siswa. Disamping itu
Salah satu faktor yang mempengaruhi juga dilakukan studi dokumenter, diskusi
motivasi belajar ini adalah keluarga yang dengan para guru. Selain itu juga
dalam hal ini adalah pola asuh orang tua. dilakukan pendekatan kuantitatif untuk
Jikalau sikap orang tua yang terbuka dan meneliti pengaruh variabel-variabel yang
selalu menyediakan waktu akan diteliti.
membantu anak dalam memahami dirinya Pendekatan kuantitatif menekankan
yang terus mengalami perubahan juga analisisnya pada data-data numerikal
akan membantu anak meningkatkan
(angka) yang diolah dengan metode
semangat belajarnya. Anak merasa tidak statistika (Azwar, 2010). Rancangan
terpaksa untuk sekolah dan semangat penelitian yang akan digunakan adalah
belajarnya pun akan tumbuh terus, dengan korelasional yang bertujuan menyelidiki
adanya sikap yang positif, maka anak sejauh mana variasi pada suatu peubah
akan merasa lebih mudah untuk berpengatuh dengan variasi pada satu atau
meningkatkan motivasi belajarnya. Anak lebih peubah lain, berdasarkan koefisien
akan mengoptimalkan potensi berpikirnya korelasional.
di sekolah dan selalu berusaha untuk Instrumen dan indikator penelitian
mengerjakan tugas-tugas sekolahnya menggunakan karakteristik responden yang
dengan tepat. Namun, hal itu tidak terjadi meliputi umur dan jenis kelamin, skala
di sekolah cerdas, motivasi itu lebih motivasi belajar siswa dengan memodifikasi
banyak tidak didukung oleh lingkungan sebaran nomor item dan daftar pernyataan
pembelajaran yang minim bahkan pola agar lebih sesuai dengan kondisi penelitian.
asuh orang tua yang tidak baik. Angket yang digunakan mengacu pada skala

Jurnal Curricula Kopertis Wil X 21


Vol. 1, No. 2 (2016)

Likert. Skala pola asuh orang tua meliputi usia. Hal ini akan terjadi apabila cara anak
tingkat kontrol orang tua terhadap anak, dalam memperoleh pengetahuan dan
kejelasan komunikasi orang tua dan anak keterampilan dirasa begitu majemuk dan
serta tuntutan orang tua kepada anak untuk memakan waktu, sehingga membuat
menjadi matang. Lingkungan pembelajaran sebagian minat anak menghilang.
dilihat secara langsung di sekolah yang
Menurut Piaget, pada setiap tahapan
meliputi: kondisi lingkungan sekolah, fasilitas
dan sarana prasarana yang mendukung untuk perkembangan, proses belajar setiap anak
meningkatkan motivasi belajar siswa. berbeda. Semakin tinggi tingkat kognitif
Analisis data dari angket dilakukan seseorang, semakin teratur dan abstrak
untuk memenuhi jawaban dari dugaan cara berpikir seseorang. Namun, tidak
terdapat pengaruh positif antara pola asuh berarti bertambahnya umur akan membuat
orang tua, lingkungan pembelajaran dengan seseorang semakin pintar karena stimulasi
motivasi belajar siswa. Pengolahan data lingkungan juga berperan penting dalam
dilakukan dengan menggunakan MS menunjang keberhasilan.
Office Excel for Windows. Analisis data Jenis kelamin merupakan salah satu
dilakukan dengan regresi linier sederhana hal yang menjadi pertimbangan orangtua
menggunakan progam SPSS 16. dalam berinteraksi dengan anak. Keadaan
biologis manusia dianggap dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN mempengaruhi tingkah laku manusia.
Karakteristik Responden Praktik pengasuhan yang berbeda antar
Sejak usia sekolah anak mulai jenis kelamin disebabkan karena adanya
memasuki tahap awal dari lingkungan pertumbuhan fisik, perkembangan mental,
pembelajaran formal dan tidak lagi dan sosial anak terutama pada masa akhir
sepenuhnya berada di bawah pengawasan sekolah. Anak laki-laki dianggap lebih
orangtua. Berdasarkan umur dan jenis diberi kesempatan untuk mandiri,
kelamin subjek dalam penelitian ini sehingga mereka lebih menunjukkan
adalah siswa-siswi sekolah cerdas kelas 1- inisiatif dan spontan.
6 SD, berjumlah 57 orang siswa dengan
kisaran usia antara 9-17 tahun. Sebanyak Pola Asuh Belajar Responden
40.4 persen subjek di sekolah cerdas Pola asuh belajar adalah interaksi
adalah laki-laki dan 59.6 persen subjek antara anak dan orang tua selama
adalah perempuan. mengadakan kegiatan pengasuhan dalam
Karakteristik individu merupakan mendidik anak. Gaya pengasuhan dalam
bagian dari identitas diri seseorang yang mendidik anak diukur berdasarkan
antara lain dapat dilihat melalui umur dan kategori positif dan negatif dengan tolak
jenis kelamin. Bertambahnya usia ruang ukur kontrol orang tua, kejelasan
lingkup sosial anak akan semakin luas. komunikasi dan tuntutan orangtua
Kehidupan pada masa anak-anak sangat menjadi matang. Hampir seluruh orangtua
berpengaruh dan berkaitan dengan subjek menerapkan pola asuh yang positif
diterimanya stimulasi lingkungan yang dari segi kontrol orangtua (64%),
ada di sekitar mereka terhadap apa yang kejelasan komunikasi (61%) dan tuntutan
mereka lihat dan rasakan. Pada masa usia orang tua menjadi matang (54%).
sekolah, anak-anak dirasa telah mampu
menerima pendidikan formal dan dapat Tabel 1 Sebaran Pola Asuh Orang Tua
menyerap berbagai hal yang ada di Responden di Sekolah Cerdas
lingkungan. Persentase (%)
Anak selalu tertarik pada sesuatu Pola Asuh
Positif Negatif
yang baru dan berbeda, akan tetapi rasa
ingin tahu dan dorongan untuk belajar Kontrol Orang
64 36
semakin berkurang dengan bertambahnya Tua

Jurnal Curricula Kopertis Wil X 22


Vol. 1, No. 2 (2016)

Kejelasan sampai 10 tahun. Proses kognitif ini


61 39
Komunikasi membantu perkembangan daya fikir
Tuntutan Orang abstrak, logis dan verbal. Tahap kedua
Tua Menjadi 54 46 terdiri dari kelas IV, V dan VI ketika
Matang siswa berusia antara 10 sampai 13 tahun.
Tahap ini menekankan pada kemampuan
Stimulasi orangtua merupakan faktor komunikasi, penggunaan bahasa,
yang berpengaruh secara signifikan pengembangan pemikiran logis dan
terhadap perkembangan kognitif seorang penguatan nilai-nilai budaya nasional.
anak. Di bidang pendidikan, orangtua Selebihnya, pada tahap ketiga yakni pada
memiliki pengaruh besar terhadap kelas VII, VIII dan IX ketika anak berusia
motivasi dan prestasi akademik anak. antara 13 sampai 15 tahun, penekanan
Adapun peran yang dapat orangtua ditujukan pada ilmu, teknologi dan seni
lakukan untuk menunjang motivasi dan secara merata.
prestasi akademik anak usia sekolah Sekolah merupakan lembaga
antara lain, menyediakan tempat yang pendidikan formal pertama yang sangat
kondusif di rumah untuk anak belajar, penting dalam menentukan keberhasilan
menyediakan buku-buku referensi sebagai belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan
sarana pembelajaran anak, mengatur sekolah yang baik dapat mendorong siswa
waktu kegiatan anak, memperhatikan untuk belajar lebih giat. Berikut gambaran
kegiatan anak di rumah dan di sekolah. umum sekolah yang menjadi lokasi
penelitian.
Keadaan Umum Lingkungan Sekolah sebagai sarana pendidikan
Pembelajaran merupakan tempat bagi siswa untuk
mempelajari ilmu pengetahuan yang
Pendidikan nasional menyebutkan
memiliki orientasi pada pembinaan
bahwa pembelajaran adalah proses
intelektual. Namun persoalannya, tidak
interaksi peserta didik dengan pendidik
semua anak-anak atau generasi muda di
dan sumber belajar pada suatu lingkungan
Indonesia termasuk Riau bisa mengecap
belajar. Sekolah dasar merupakan
pendidikan itu. Hal ini bisa disebabkan
lembaga pendidikan formal pertama yang
banyak hal, mulai dari keterbatasan
sangat penting dalam menentukan
ekonomi, keluarga yang terpecah belah
keberhasilan belajar siswa. Oleh karena
(broken home) atau disebabkan
itu lingkungan sekolah yang baik dapat
permasalahan ekonomi sosial lainnya.
mendorong siswa untuk belajar lebih giat
Salah satunya ialah anak-anak jalanan saat
(Ridwan, 2008). Hampir sepertiga dari
ini, banyak yang putus sekolah atau tidak
kehidupan anak sehari-hari berada di
melanjutkan pendidikannya yang
dalam gedung sekolah, sehingga sekolah
disebabkan keterbatasan ekonomi (tidak
turut membantu dan membimbing anak
memiliki biaya). Akibatnya, tidak saja
agar berhasil (Gunarsa dan Gunarsa
kehilangan ilmu pengetahuan pada sang
2006).
anak tetapi juga hilangnya pembinaan dan
Manrique dalam studi kasusnya
keterampilan soft skill maupun hard skill
menyebutkan, pendidikan dasar terbagi
pada anak-anak tersebut. Hal ini pula
menjadi tiga tahap yang berhubungan
yang mendorong terjadinya kekerasan,
dengan tahap perkembangan siswa
perilaku yang tidak baik hingga muncul
berkaitan dengan minat dan sifat siswa.
hal-hal negatif.
Masing-masing tahap memiliki tiga
Sekolah Cerdas beralamat di Jl.
tingkatan kelas. Tahap pertama terdiri dari
Sukakarya Gg. Permata Kecamatan
kelas I, II dan III. Tahap ini menekankan
Tampan Kelurahan Tuah Karya
pengembangan membaca, menulis dan
Pekanbaru-Riau. Guru yang mengajar di
kemampuan matematik pada anak usia 6

Jurnal Curricula Kopertis Wil X 23


Vol. 1, No. 2 (2016)

sekolah ini berjumlah 6 orang dengan sebagai alat bantu penunjang tercapainya
jumlah siswa 57 orang dan diantara tujuan pendidikan (Hasbullah, 2006).
mereka ada yang memiliki respon yang Kualitas pendidikan dalam
lambat terhadap menerima pembelajaran lingkungan pembelajaran tidak terlepas
(6 orang), tuna daksa (2 orang) dan autis dari peran tenaga pendidik (guru).
(1 orang). Persoalan kekurangan dana Apabila tenaga pendidik selain secara
khususnya untuk operasional, merupakan rutin mengajar di kelas juga berperan
persoalan utama pada sekolah cerdas, menciptakan kondisi yang memungkinkan
seperti sarana dan prasarana hadirnya profesionalisme ke dalam kelas
pembelajaran. Proses pembelajaran untuk berbagi pengalaman, maka peran
dilakukan disebuah rumah bulatan yang guru sebagai motivator dapat tercapai.
disewa 12 juta per tahun dengan ruang Mendukung ini semua, lingkungan
belajar yang terdiri dari kamar-kamar sekolah juga sangat berperan penting
yang di dalamnya terdapat meja tulis dan dalam proses belajar siswa. Sarana dan
papan tulis, dan satu ruang yang prasarana yang terdapat di sekolah sangat
dimanfaatkan kepala sekolah dan guru. diperlukan dalam proses pembelajaran.
Sekolah ini tanpa ada ruang perpustakaan, Sarana dan prasarana yang tidak
UKS, kantin dan tata usaha. lengkap akan membuat proses
Lindgren dalam Gunarsa dan Gunarsa pembelajaran akan terhambat. Begitu juga
(2006) mengemukakan bahwa, situasi dengan peran guru dalam proses
belajar dapat mempengaruhi proses pembelajaran yang digunakan dalam
belajar anak. Bagaimana keadaan ruangan menyampaikan materi kepada siswa.
yang digunakan sebagai tempat belajar, Kelas yang bersih dan nyaman akan
apakah memenuhi syarat agar anak dapat membuat suasana belajar yang kondusif
belajar dengan baik turut mempengaruhi sehingga guru dalam menyampaikan
prestasi anak. Kekurangan fasilitas belajar materi dapat diterima oleh para siswa.
dapat mengakibatkan siswa kurang dapat Guru juga mengajar pun tidak harus
mengaktualisasikan kemampuan dasar monoton dan harus mempunyai ide dalam
sehingga menimbulkan kegagalan dalam menjelaskan materi agar seluruh siswa
prestasi akademik. Agar nyaman paham dengan materi yang diberikan dan
digunakan untuk belajar, sekolah harus tidak merasa bosan dalam proses belajar
bersih, tertata rapi, aman dan jauh dari mengajar.
kebisingan serta tersedia sarana umum Selain peran guru yang menjadi
dan sarana khusus. Sarana umum berarti penutan siswa di sekolah, orang tua juga
tersedia ruang kelas, ruang UKS, sangat menentukan keberhasilan siswa di
perpustakaan, jamban, lapangan upacara, sekolah. Bagaimana orang tua mendidik
halaman sekolah, kantin, dan kebun anak di rumah sangat berpengaruh
sekolah. Sarana khusus berarti tersedianya terhadap kepribadian siswa di sekolah.
kantor kepala sekolah, ruang guru, kantor Orang tua harus menjadi sosok panutan
tata usaha, dan rumah penjaga sekolah. yang harus ditiru.
Selain situasi dan fasilitas, alat Walaupun semua kenakalan siswa di
pendidikan yang dimiliki oleh suatu sekolah sepenuhnya tidak dikarenakan
lingkungan pembelajaran termasuk oleh kesalahan mendidik dari orang tua,
jumlah siswa dalam suatu ruangan kelas tetapi dengan harapan yang besar orang
turut mempengaruhi sistem pendidikan. tua juga dapat memberi perubahan yang
Alat pendidikan merupakan segala besar terhadap keberhasilan anaknya di
sesuatu yang dapat digunakan untuk sekolah.
mencapai tujuan pendidikan. Ditinjau dari
segi wujud, alat pendidikan dapat berupa
nasihat atau pun dalam bentuk benda

Jurnal Curricula Kopertis Wil X 24


Vol. 1, No. 2 (2016)

Motivasi Belajar Responden seorang siswa dapat belajar dengan baik


Motivasi belajar dapat dikatakan (Uno, 2007).
sebagai keseluruhan daya pengerak di Menurut Sadirman (2011),
dalam diri siswa yang menimbulkan, motivasi yang ada pada diri setiap orang
menjamin kelangsungan dan memberikan itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
arah kegiatan belajar, sehingga a. Tekun menghadapi tugas.
diharapkan tujuan dapat tercapai dalam b. Tidak pernah putus asa, tidak cepat
suatu proses belajar mengajar. puas dengan prestasi yang telah di
Peranannya yang khas adalah dalam capai.
menumbuhkan gairah, merasa dan c. Menunjukan minat terhadap
semangat untuk belajar. Siswa yang bermacam-macam masalah untuk
memiliki motivasi kuat, akan mempunyai orang dewasa.
banyak energi untuk melakukan kegiatan d. Lebih senang bekerja mandiri.
belajar (Sadirman, 2011). Di dalam e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin,
motivasi terkandung adanya keinginan dapat mempertahankan pendapatnya
yang mengaktifkan, menggerakkan, kalau sudah yakin akan sesuatu.
menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan f. Tidah mudah melepaskan hal yang
perilaku individu belajar (Dimyati, 2011). diyakininya itu.
Hasil uji menunjukkan bahwa g. Senang mencari dan memecahkan
persentase motivasi internal yang positif masalah soal-soal.
sebesar 68 persen dan motivasi eksternal Motivasi merupakan faktor yang
positif sebesar 55 persen. Meskipun akan banyak berpengaruh terhadap proses dan
keterbatasan sarana prasarana dan hasil belajar. Motivasi memberi
lingkungan pembelajaran yang tidak kontribusi sebesar 36 persen terhadap
memadai, akan tetapi dari segi motivasi prestasi akademik. Potensi yang dimiliki
internal maupun eksternal siswa di seseorang akan tetap kurang berkembang
sekolah cerdas lebih baik dibandingkan bila tidak cukup disertai dengan motivasi.
dari motivasi internal dan eksternal yang Individu yang mempunyai kemampuan
negatif memotivasi tinggi, akan memiliki daya
Tabel 2 Distribusi Motivasi Responden di juang yang lebih tinggi dalam mencapai
Sekolah Cerdas cita-cita dan tidak mudah putus asa dalam
Persentase (%) menyelesaikan masalah.
Motivasi
Positif Negatif Adanya kemampuan memotivasi diri
Internal 68 32 seseorang akan cenderung memiliki
Eksternal 55 45 pandangan yang positif dalam menilai
segala sesuatu. Motivasi belajar yang
Hakikat motivasi belajar sebenarnya berasal dari dalam diri disebut motivasi
adalah adanya dorongan internal dan intrinsik. Motivasi ini muncul tanpa
eksternal pada siswa yang sedang belajar adanya dorongan dari pihak luar, siswa
untuk mengadakan perubahan tingkah belajar karena kesadaran atau keinginan
laku dengan beberapa indikator atau unsur untuk belajar dan berpendapat bahwa
yang mendukung. Indikator motivasi belajar merupakan suatu kebutuhan.
belajar dapat diklasifikasikan sebagai Motivasi belajar yang berasal dari luar
adanya hasrat dan keinginan berhasil, diri disebut motivasi ekstrinsik. Motivasi
adanya dorongan dan kebutuhan dalam ini muncul karena faktor di luar diri baik
belajar, adanya harapan dan cita-cita masa dari lingkungan keluarga atau dari
depan, adanya penghargaan dalam belajar, sekolah. Orangtua juga memiliki peran
adanya kegiatan yang menarik dalam penting dalam menumbuhkan motivasi
belajar, adanya lingkungan belajar yang belajar tersebut sehingga anak dapat
kondusif sehingga memungkinkan mencapai prestasi akademik dengan baik.

Jurnal Curricula Kopertis Wil X 25


Vol. 1, No. 2 (2016)

Selain itu, diperlukan adanya Pengaruh Pola Asuh Belajar,


kerjasama antara orangtua dengan pihak Lingkungan Pembelajaran dengan
sekolah. Peran sekolah dapat dijelaskan Motivasi Belajar Responden
melalui berbagai hal, antara lain kegiatan Hasil analisis regresi linear
belajar mengajar, keadaan dan fasilitas menunjukkan pengaruh pola asuh
sekolah, peraturan sekolah, guru, dan cara terhadap motivasi menunjukkan
penyajian materi pelajaran. Motivasi hubungan sangat kuat (R = 0.831) dan
merupakan faktor yang banyak berpola positif, artinya semakin baik pola
berpengaruh terhadap proses dan hasil asuh semakin meningkat motivasi. Nilai
belajar. Adanya tidaknya dorongan dari koefiensi dengan determinasi 0,691
pihak luar, siswa belajar seharusnya dapat mengandung arti bahwa persamaan garis
memotivasi dirinya sendiri karena regresi yang diperoleh dapat menerangkan
kesadaran atau keinginan untuk belajar 69,1 persen variasi pola asuh. Hasil uji
dan berpendapat bahwa belajar statistik didapatkan ada hubungan yang
merupakan suatu kebutuhan. Selain itu, signifikan antara pola asuh dengan
adanya kemampuan memotivasi diri motivasi (p = 0,000).
seseorang akan cenderung memiliki
pandangan yang positif dalam menilai Tabel 3 Pengaruh Pola Asuh terhadap
segala sesuatu. Motivasi Belajar Siswa
Potensi yang dimiliki seseorang akan Variabel R R2 p
tetap kurang berkembang bila tidak cukup Pola Asuh 0,831 0,691 0,000
disertai dengan motivasi. Individu yang
mempunyai kemampuan memotivasi Pola asuh atau mengasuh anak adalah
tinggi, akan memiliki daya juang yang semua aktivitas orang tua yang berkaitan
lebih tinggi dalam mencapai cita-cita dan dengan pertumbuhan fisik dan otak.
tidak mudah putus asa dalam Apabila pola asuh yang diberikan orang
menyelesaikan masalah. Kemampuan tua kepada anak salah, maka akan
memotivasi diri seseorang akan berdampak pada kepribadian anak itu
cenderung memiliki pandangan yang sendiri. Pola asuh juga merupakan
positif dalam menilai segala sesuatu. interaksi antara orang tua dengan anak
Penelitian yang dilakukan Wandini dengan tujuan untuk membimbing,
(2008) menyebutkan, pada ibu yang amat membina dan melindungi anak dan tidak
menekankan nilai rapor anaknya, maka ada perbedaan sikap antara ayah dan ibu.
motivasi yang berkembang lebih ke arah Setiap orang tua mempunyai gaya
ekstrinsik, sedangkan ibu yang lebih tersendiri dalam pola asuh dengan anak-
mengutamakan bagaimana anaknya anaknya. Sejumlah peneliti telah
bekerja dan melihat bahwa keberhasilan mengkaji beragam jenis pola asuh yang
adalah hasil dari usaha, maka motivasi digunakan para orang tua dalam
yang berkembang lebih ke arah intrinsik. mengasuh anak-anaknya. Pola asuh yang
Selain faktor keluarga, faktor lingkungan berbeda-beda berkaitan erat dengan sifat
pembelajaran seperti sekolah turut kepribadian yang berbeda-beda pada
mempengaruhi pembentukan ragam anak.
motivasi siswa. Situasi belajar, besar Lingkungan belajar merupakan
kecilnya kelas serta konsep dan metode bagian dari proses belajar yang
pembelajaran yang diterapkan merupakan menciptakan tujuan belajar. Lingkungan
aspek yang terkait dengan lingkungan belajar tidak lepas dari keberadaan siswa
sekolah. Pada umumnya, siswa akan dalam belajar. Kebiasaan siswa
terdorong bekerja lebih tekun pada mata dipengaruhi oleh kebiasaan siswa dalam
pelajaran yang diajarkan oleh guru yang belajar di sekolah, di rumah maupun di
disenangi. masyarakat. Kebiasaan belajar yang

Jurnal Curricula Kopertis Wil X 26


Vol. 1, No. 2 (2016)

efektif berdampak pada lingkungan modern dan ada yang kuno atau kolot; ada
belajar. Lingkungan belajar yang baik keluarga yang kaya dan ada yang kurang
juga harus diikuti dengan penguatan yang mampu; ada keluarga yang besar
diberikan oleh guru dengan maksimal. (memiliki anggota keluarga banyak), dan
Situasi belajar dapat mempengaruhi ada pula yang sedikit; ada keluarga yang
motivasi belajar siswa. Bagaimana selalu diliputi oleh suasana tenang dan
keadaan ruangan yang digunakan sebagai tentram, dan ada pula yang selalu gaduh,
tempat belajar, apakah memenuhi syarat cekcok dan sebagainya. Secara
agar anak dapat belajar dengan baik turut sendirinya, keadaan dalam keluarga yang
mempengaruhi. Selain situasi, fasilitas bermacam-macam coraknya ini akan
belajar juga dapat mempengaruhi proses membawa pengaruh pada bentuk pola
belajar seseorang. Kekurangan fasilitas asuh yang diberikan kepada anak.
belajar dapat mengakibatkan siswa kurang Pola asuh orangtua positif yang
dapat mengaktualisasikan kemampuan diterapkan pada anak, mencerminkan
dasar sehingga menimbulkan kegagalan hubungan keluarga yang sehat dan
dalam prestasi akademik. Agar nyaman bahagia, sehingga dapat menimbulkan
digunakan untuk belajar, sekolah harus dorongan anak untuk termotivasi dalam
bersih, tertata rapi, aman dan jauh dari pembelajarannya, sehingga berprestasi.
kebisingan serta tersedia sarana umum Sikap dan gaya pengasuhan orang tua
dan sarana khusus (Latifah, 2008). juga berdampak besar ke prestasi sekolah
Sekolah merupakan lembaga anak. Oleh karena itu, prestasi anak-anak
pendidikan formal pertama yang sangat bisa tercermin dari sikap dan gaya
penting dalam menentukan keberhasilan orangtua mereka. (Kordi dan Baharudin,
belajar siswa (Ridwan 2008). Lingkungan 2010).
sekolah yang baik dapat mendorong siswa Berdasar beberapa penelitian, jika
untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah dalam sebuah kelarga menerapkan pola
dapat dilihat melalui penyajian pelajaran, asuh otoritatif (authoritative parenting),
hubungan guru dengan siswa, kondisi maka orang tua dengan pola asuh
ruangan, dan kurikulum. Hubungan antara otoritatif akan menghadirkan lingkungan
guru dan siswa yang kurang baik akan rumah yang penuh kasih dan dukungan,
mempengaruhi hasil belajar siswa. memberikan harapan dan standar tinggi
Adanya keterkaitan antara lingkungan terhadap prestasi, memberikan penjelasan
pembelajaran dengan motivasi belajar dan mengapa suatu perilaku dapat atau tidak
prestasi akademik juga didukung oleh dapat diterima, menegakkan aturan-aturan
pendapat Hasbullah (2006) bahwa sarana keluarga secara konsisten, melibatkan
prasarana yang dimiliki oleh suatu anak dalam pengambilan keputusan, dan
lingkungan pembelajaran dan jumlah menyediakan kesempatan bagi anak untuk
siswa dalam suatu ruangan kelas turut menikmati kebebasan berperilaku sesuai
mempengaruhi sistem pendidikan. Situasi usianya. Konsekuensinya, anak-anak yang
dan keadaan ruangan yang digunakan diasuh dengan pola otoritatif umumnya
sebagai tempat belajar akan gembira, bersemangat, percaya diri,
mempengaruhi motivasi belajar. mandiri, mudah menjalin pertemanan,
Demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas memiliki keterampilan sosial yang baik,
lingkungan pembelajaran dapat dan menunjukkan kepedulian terhadap
menetukan motivasi belajar anak, hak dan kebutuhan orang lain. Mereka
sehingga juga menentukan kualitas juga termotivasi untuk berprestasi bagus
prestasi akademik anak didik. di sekolah sehingga seringkali meraih
Sebagian orang tua mendidik anak- prestasi yang tinggi (high achievers).
anaknya dengan cara yang berbeda. Ada Akan tetapi, kekurangan atau ketiadaan
yang menganut pendirian-pendirian motivasi, baik yang bersifat internal

Jurnal Curricula Kopertis Wil X 27


Vol. 1, No. 2 (2016)

maupun eksternal akan menyebabkan tinggi, interaksi yang baik, kesiapan


kurang bersemangatnya siswa dalam belajar dan sebagainya. Sifat dan ciri-ciri
melakukan proses mempelajari materi- yang dituntut dalam kegiatan belajar itu
materi pelajaran baik di sekolah maupun hanya terdapat pada individu yang
di rumah. Salah satu faktor yang mempunyai motivasi yang tinggi,
mempengaruhi motivasi belajar ini adalah sedangkan yang mempunyai motivasi
keluarga yang dalam hal ini adalah pola yang rendah tidak ada sehingga akan
asuh orang tua. Sifat orang tua terhadap menghambat kegiatan belajarnya.
anak, praktek pengelolaan keluarga, Salah satu faktor yang mempengaruhi
ketegangan dalam keluarga, semuanya belajar adalah motivasi siswa.
dapat memberi dampak baik maupun Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik
buruk terhadap kegiatan belajar siswa. yang bersifat internal maupun eksternal
Pola asuh orang tua merupakan cara akan menyebabkan kurang
mendidik anak di sekolah lanjutan dari bersemangatnya siswa dalam melakukan
pendidikan anak-anak yang telah proses mempelajari materi-materi
dilakukan di rumah. Saat mendidik anak pelajaran baik di sekolah maupun di
terdapat berbagai macam bentuk pola rumah. Salah satu faktor yang
asuh yang biasa dipilih dan digunakan mempengaruhi motivasi belajar ini adalah
oleh orangtua. Jadi, pola asuh orangtua keluarga yang dalam hal ini adalah pola
mempunyai peranan yang penting dalam asuh orang tua. Sifat orang tua terhadap
keberhasilan belajar anak, antara lain cara anak, praktek pengelolaan keluarga,
orang tua mendidik anak, apakah ia ikut ketegangan dalam keluarga, semuanya
mendorong, merangsang dan dapat memberi dampak baik maupun
membimbing terhadap aktivitas anaknya buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
atau tidak. Adanya motivasi, diharapkan setiap
Suasana emosional di dalam rumah, pekerjaan yang dilakukan secara efektif
dapat sangat merangsang anak belajar dan dan efesien, sebab motivasi akan
mengembangkan kemampuan mentalnya menciptakan kemauan untuk belajar
yang sedang tumbuh. Sebaliknya, suasana secara teratur, oleh karena itu siswa harus
tersebut bisa memperlambat otaknya yang dapat memanfaatkan situasi dengan
sedang tumbuh dan menjemukan perasaan sebaik-baiknya. Banyak siswa yang
kreatif, yang dibawa sejak lahir. Belajar belajar tetapi hasilnya kurang sesuai
dengan motivasi dan terarah dapat dengan yang diharapkan, sebab itu
menghindarkan diri rasa malas dan diperlukan jiwa motivasi, dengan
menimbulkan kegairahan siswa dalam motivasi seorang siswa akan mempunyai
belajar, pada akhirnya dapat cara belajar dengan baik.
meningkatkan daya kemampuan belajar Motivasi bukan saja penting, karena
siswa. Demikian maka keberhasilan siswa menjadi salah satu faktor penyebab
akan mudah tecapai. belajar, namun juga memperlancar belajar
Belajar merupakan proses aktif, dan prestasi belajar. Semakin tinggi
karena belajar akan berhasil jika perhatian orangtua terhadap anak, maka
dilakukan secara rutin dan sistematis. Ciri kemungkinan semakin besar motivasi
dari suatu pelajaran yang berhasil, salah anak dalam mendapatkan pelajaran,
satunya dapat dilihat dari motivasi belajar sehingga peluang untuk mencapai prestasi
siswa, makin tinggi motivasi belajar yang baik dalam keberhasilan belajar
siswa, maka makin tinggi prestasi anak. Keberhasilan anak dalam belajar
belajarnya. Dalam pencapaiannya merupakan sesuatu yang diharapkan oleh
diperlukan sifat dan tingkah laku seperti setiap orang tua. Untuk mewujudkan
aspirasi yang tinggi, aktif mengerjakan harapan tersebut tentunya orang tua perlu
tugas tugas-tugas, kepercayaan yang memahami anak sebagai manusia

Jurnal Curricula Kopertis Wil X 28


Vol. 1, No. 2 (2016)

seutuhnya dan memahami dirinya agar Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu


dapat menyesuaikan diri dengan anak Pendidikan. Ed ke-5. Jakarta: PT.
yang menjadi tanggung jawabnya. Raja Grafindo Persada
Kordi, A. dan Baharudin, R. 2010.
SIMPULAN
1. Orangtua sudah menerapkan pola Parenting Attitude And Style And Its
asuh yang positif dari segi kontrol Effect on Children’s School
orangtua, kejelasan komunikasi dan Achievements. International Journal
tuntutan orang tua menjadi matang of Psychological Studies. 2 (2): 217-
terhadap anak-anaknya. 222
2. Masih minimnya sarana dan Latifah M. 2008. Peranan Keluarga
prasarana serta lingkungan
Dalam Pendidikan Karakter Anak.
pembelajaran di sekolah cerdas
Tampan Pekanbaru dapat [terhubung berkala]. Diunduh di
mempengaruhi sistem pembelajaran http://www.tumbuh-kembang-
siswa didik. anak.blogspot.com.html. [04 Maret
3. Siswa sekolah cerdas Tampan 2015]
Pekanbaru sudah mampu Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi
menerapkan motivasi diri mereka, Belajar. Diunduh di
baik secara internal positif maupun
http://ridwan202.wordpress.com
eksternal positif
4. Pola asuh belajar menunjukkan tanggal 28 Agustus 2015
pengaruh yang kuat terhadap Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi
motivasi belajar siswa sekolah Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
cerdas Tampan Pekanbaru. Pers
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar.
UCAPAN TERIMAKASIH Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Penelitian ini didanai oleh
Uno, H B. 2007. Teori Motivasi dan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
melalui hibah penelitian dosen pemula Pengukurannya: Analisis di Bidang
tahun 2016. Ucapan terimakasih juga Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
penulis ucapkan kepada STIKes Wandini, K. 2008. pengaruh pola asuh
Al-Insyirah Pekanbaru yang telah belajar, lingkungan pembelajaran,
mendukung secara penuh penelitian ini motivasi belajar dan potensi
dan semua partisipan yang terlibat akademik terhadap prestasi akademik
terutama untuk responden dan institusi di
siswa sekolah dasar [Skripsi]. Bogor:
sekolah cerdas Tampan Pekanbaru.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. 2010. Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Dimyati. 2011. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Gunarsa dan Gunarsa. 2006. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulya

Jurnal Curricula Kopertis Wil X 29

Anda mungkin juga menyukai