beristiqamah, yakni tetap teguh berdiri bersama al-haq hingga akhir hayat. Inilah yang
diperintahkan oleh Allah Ta’ala kepada para nabi dan rasul serta seluruh pengikutnya,
Definisi
Istiqamah adalah antonim dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa
bermakna: ‘berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser’.
Abu Bakar As-Shiddiq ketika ditanya tentang istiqamah ia menjawab bahwa istiqamah
adalah kemurnian tauhid (tidak menyekutukan Allah dengan apa dan siapa pun).
Umar bin Khattab berkata, “Istiqamah adalah komitmen terhadap perintah dan larangan
serta tidak menipu sebagaimana tipuan musang”
Utsman bin Affan berkata, “Istiqamah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah Ta’ala”.
Ali bin Abu Thalib berkata, “Istiqamah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”.
Al-Hasan berkata, “Istiqamah adalah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan”.
Mujahid berkata, “Istiqamah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai
bertemu dengan Allah Ta’ala” I
bnu Taimiyah berkata, “Mereka beristiqamah dalam mencintai dan beribadah kepada-
Nya tanpa menoleh kiri kanan”
Jadi, muslim yang ber-istiqamah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan
dan akidahnya dalam situasi dan kondisi apapun.
*****
Harus ada al-furqan (pembeda) yang tegas dalam berpegang kepada al-haq, apakah
terpatri dalam diri kita al-istiqamah (konsistensi) ataukah ghairul istiqamah (tidak
konsisten).
Allah Ta’ala menghendaki keteguhan sikap dalam kebenaran; tidak bimbang dan tidak
ragu,
ِإنَّ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ثُ َّم َك َفرُ وا ثُ َّم آ َمنُوا ثُ َّم َك َفرُ وا ثُ َّم ازْ دَادُوا ُك ْفرً ا لَ ْم يَ ُك ِن اللَّ ُه ِليَ ْغ ِفرَ لَ ُه ْم وَ اَل ِليَ ْه ِديَ ُه ْم س َِبياًل
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula),
kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak
akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada
jalan yang lurus.” (QS. An-Nisa, 4: 137)
Sebaliknya, bukanlah termasuk sikap istiqamah (ghairul istiqamah), mereka yang amal-
amalnya li ghairillah (untuk selain Allah) atau li ghairil Islam (untuk selain Islam).
Islam juga tidak menghendaki amal yang ditujukan untuk kebanggaan atas ras dan
kelompok; atau untuk meninggikan suku dan golongan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َات عَ لَى عَ صَ ِبيَّ ٍة
َ لَيْسَ ِمنَّا مَنْ دَعَ ا ِإلَى عَ صَ ِبيَّ ٍة وَ لَيْسَ ِمنَّا مَنْ َقاتَ َل عَ لَى عَ صَ ِبيَّ ٍة وَ لَيْسَ ِمنَّا مَنْ م
“Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada ashabiyah (fanatisme
golongan), bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ashabiyah dan
bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.” (HR. Abu Dawud).
Dalam hadits yang lain, beliau bersabda,
ِميَّ ٍة يَدْعُ و عَ صَ ِبيَّ ًة َأوْ يَ ْنصُ رُ عَ صَ ِبيَّ ًة َف ِق ْتلَ ٌة َجا ِه ِليَّ ٌةklِّ ت رَ ايَ ٍة ِع
َ مَنْ ُق ِت َل تَ ْح
“Barangsiapa terbunuh karena membela bendera kefanatikan yang menyeru
kepada fanatisme kelompok atau mendukungnya, maka matinya seperti mati
Jahiliyah.” (HR. Muslim).
Waki’ dan Ibnu Zaid berpendapat bahwa para malaikat memberikan berita gembira
kepada orang-orang yang beriman pada tiga keadaan yaitu: ketika mati, di dalam kubur,
dan di waktu kebangkitan.
Kepada orang-orang yang beriman itu para malaikat mengatakan agar mereka tidak
usah khawatir menghadapi hari kebangkitan dan hari perhitungan nanti. Mereka juga
tidak usah bersedih hati terhadap urusan dunia yang luput dari mereka seperti yang
berhubungan dengan keluarga, anak, harta, dan sebagainya.
Terakhir, marilah kita renungkan hadits berikut ini.
ْل ِليkهللا ُق ِ وْ َلkس ُ َا رkَ ي: ُ ُق ْلت: ا َلk ُه َقkهللا عَ ْن
ُ ي ِ َهللا الثَّ َق ِفي ر
َ ض ِ ْن عَ ْب ِد ُ َأ ِبي عَ مْ رَ َة: وَ ِق ْي َلk،عَ نْ َأ ِبي عَ مْ رو
ِ س ْفيَانُ ب
ِ ُق ْل آ َمنْتُ ِبا: َقا َل. َس َأ ُل عَ ْن ُه َأ َحد ًا َغيْرَ ك
ْ هلل ثُ َّم ا
س َت ِق ْم ْ سالَ ِم َقوْ الً الَ َأ ِ ِفي ْا
ْ إل
Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats-
Tsaqofi radhiallahu anhu dia berkata, saya berkata, “Wahai Rasulullah katakan kepada
saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun
selainmu”. Beliau bersabda, “Katakanlah, saya beriman kepada Allah, kemudian
beristiqamah-lah”. (HR. Muslim)
Wallahu A’lam