Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Osteomielitis merupakan infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi ini dapat
terjadi akibat infeksi yang menyebar melalui pembuluh darah atau penyebaran
melalui jaringan sekitar. Infeksi ini juga dapat terjadi akibat infeksi langsung
terhadap tulang tersebut. Kejadian seperti trauma dapat mengubah integrasi dari
tulang dan menimbulkan onset infeksi pada tulang. 1
Prevalensi terjadinya osteomielitis telah mengalami penurunan selama
 beberapa tahun disebabkan oleh semakin meningkatnya kontrol penyebaran
osteomyelitis pada banyak rumah sakit. Hal ini juga terjadi akibat semakin
meningkatnya pemahaman mengenai pengobatan osteomielitis. Insidensi
osteomielitis pada anak di Amerika pada tahun 1970 telah mengalami
 pengurangan dari 87 per 10.000 kejadian. 1
per 10.000 kejadian menjadi 47 per 10.000
Osteomielitis masih merupakan permasalahan di Indonesia karena tingkat
higienis yang masih rendah dan pengertian mengenai pengobatan yang belum
 baik, diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan
osteomyelitis kronis, fasilitas diagnostik yang belum memadai di puskesmas,
angka kejadian tuberkulosis yang masih tinggi sehingga kasus-kasus tuberkulosis
tulang dan sendi juga masih tinggi, pengobatan osteomyelitis memerlukan waktu
yang cukup lama dan biaya tinggi, serta banyaknya penderita dengan fraktur
terbuka yang datang terlambat dan biasanya datang dengan komplikasi
osteomyelitis.2,3 Referat ini berusaha merangkum mengenai patogenesis,
diagnosis, dan tatalaksana dari osteomielitis agar sebagai dokter umum dapat
mencegah dan mengobati penyakit osteomyelitis tersebut.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Osteomielitis (berasal dari kata osteo 
osteo  dan mielitis)
mielitis) adalah radang tulang
yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai organ infeksi lain
 juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar
melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum. 2
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Penyebab
tersering adalah bakteri, walaupun penyebab lain seperti jamur juga didapati pada
 penderita dengan imunikompromais, seperti neonatus dan pasien dengan
defisiensi imun. Penyebaran mikroorganisme ke dalam tulang dapat secara
hematogen, inokulasi langsung dari luar seperti pada trauma (fraktur terbuka atau
operasi), ataupun melalui penyebaran langsung dari struktur yang terinfeksi di
sekitarnya.4

2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates
adalah sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan
anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma
 pada kaki sekitar
s ekitar 16% (30-40% pada pasien dengan DM). Insidensi osteomielitis
vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Osteomielitis hematogen
akut banyak ditemukan pada anak-anak, anak laki-laki lebih sering terkena
dibanding perempuan (3:1). Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan
tersering adalah femur, tibia, humerus, radius, ulna, fibula. Pada dewasa infeksi
hematogen biasanya paling banyak pada tulang vertebra dibandingkan tulang
 panjang.
Orang dewasa terkena karena menurunnya pertahanan tubuh karena
kelemahan, penyakit ataupun obat-obatan. Diabetes juga berhubungan dengan
osteomielitis, imunosupresi sementara  baik yang didapat ataupun di induksi
meningkatkan faktor predisposisi, trauma menentukan tempat infeksi,

2
kemungkinan disebabkan oleh hematom kecil atau terkumpulnya cairan di tulang.
Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi lokal ke
 jaringan lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi kronis, dengan
rasa nyeri dan kecacatan; amputasi ekstremitas yang terlibat; infeksi umum; atau
sepsis. Sebanyak10-15% pasien dengan osteomielitis vertebral mengembangkan
temuan neurologis atau kompresi corda spinalis. Sebanyak 30% dari pasien anak
dengan osteomielitis tulang panjang dapat berkembang menjadi trombosis vena
dalam (DVT). Perkembangan DVT juga dapat menjadi penanda adanya
 penyebarluasan infeksi.5

2.3 ETIOLOGI
Staphylococcus aureus   merupakan
aureus  organisme tersering penyebab
osteomielitis terutama osteomiletis akut yaitu lebih kurang 90% kasus. Tempat
masuk dari bakteri ialah melalui kulit yang terluka dan terinfeksi, lecet, dan
 jerawat atau
ata u bisul. Terkadang juga dapat melalui
melal ui mukosa membran selaput lendir
dari saluran napas atas sebagai komplikasi dari infeksi tenggorokan atau hidung.
Bahkan bila menyikat gigi yang telalu kuat dan menyebabkan inflamasi gusi dapat
mengakibatkan bakteremia transien. Adanya bakteremia, memainkan peranan
 penting dalam menentukan bagian tulang yang berkembang menjadi osteomielitis
(kemungkinan karena ada trombosis lokal dan penurunan resistensi terhadap
infeksi) selain itu juga menjelaskan mengapa insiden osteomielitis lebih tinggi
 pada laki-laki dan lebih sering menyerang ekstremitas bawah.6
Selain itu bakteri lain yang dapat menyebabkan osteomielitis ialah
Streptococcus 
Streptococcus  dan  Pneumococcus 
 Pneumococcus  terutama pada bayi. Dengan berkembangnya
vaksin yang efektif maka  Haemophilus influenzae 
influenzae  sudah jarang menyebabkan
osteomielitis.7 Bakteri lain yang dapat menyebabkan osteomielitis yaitu  E. colli,
colli,
 Aerogenus kapsulata,
kapsulata, Salmonella tifosa,
tifosa,  Psedumonas aerogenus,
aerogenus,  Proteus
mirabilis,
mirabilis, Brucella, yaitu Bakteroides fragilis. 2
 Brucella, dan bakteri anaerobik yaitu Bakteroides
Untuk osteomielitis kronis terutama disebabkan bakteri Staphylococcus
auerus (75%) atau  E.colli,
 E.colli,  Proteus,
 Proteus, atau  Pseudomonas.
 Pseudomonas. Staphylococcus

3
epidermidis merupakan
epidermidis merupakan penyebab utama osteomielitis kronik pada pasien operasi
ortopedi yang menggunakan implan. 2
Organisme penyebab osteomielitis tersering berdasarkan umur pasien :
Bayi ( < 1 tahun) - Grup B Streptococci
- Staphylococcus auereus
-  Escherichia coli
Anak (1  –  16 tahun) - Staphylococcus auereus
- Streptococcus pyogenes
-  Haemophilus influenzae
Dewasa ( >16 tahun) - Staphylococcus epidermidis
- Staphylococcus auereus
-  Pseudomonas aeruginosa
aeruginosa
- Serratia mercescens
-  Escherichia coli
Tabel 1. Organisme Penyebab Osteomielitis Berdasarkan Umur 2

2.4 PATOFISIOLOGI
Penyebaan osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu: 2
1. Penyebaran umum
- Melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septikemia
- Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada
daerah-daerah lain
2. Penyebaran lokal
- Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
- Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah kulit
- Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi arthritis septik
- Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi ke
dalam tulang terganggu.
Perkembangan awal dan cepat dari osteomielitis hematogen yang tidak
diobati ditandai adanya fokus awal kecil dari inflamasi bakteri disertai hiperemia
awal dan edema pada tulang cancellous 
cancellous  dan sumsum daerah metafisis tulang

4
 panjang. Tidak seperti jaringan lunak yang mampu berkembang untuk
mengakomodasi pembengkakan, tulang merupakan suatu ruang yang tertutup dan
kaku. Oleh karena itu, edema awal dari proses inflamasi menyebabkan
 peningkatan tajam tekanan intraosseous. Sehingga menimbulkan gejala berupa
nyeri lokal yang berat dan konstan. Terbentuknya pus juga semakin meningkatkan
pembuluh darah dan nekrosis tulang. 6
tekanan lokal dan menyebabkan trombosis pembuluh
Infeksi yang tidak diobati akan menyebar cepat dengan berbagai cara,
menghancurkan tulang melalui osteolisis. Melalui pembuluh darah yang rusak di
lesi lokal, sejumlah besar bakteri kembali menyerang aliran darah dan bakteremia
yang tidak terdeteksi tersebut menjadi septikemia yang bermanifestasi menjadi
malaise, anoreksia, dan demam. Penyebaran lokal infeksi melalui ekstensi
langsung dibantu oleh peningkatan tekanan lokal, menembus korteks yang tipis di
daerah metafisis dan melibatkan periosteum yang sangat sensitif sehingga terjadi
tenderness lokal.
tenderness lokal. Periosteum yang melekat pada tulang selama masa kanak-kanak
menjadi longgar lalu terpisah dari meninggi dari tulangnya. Hasilnya berupa abses
subperiosteal yang tetap terlokalisasi atau menyebar ke seluruh  shaft   tulang.
Periosteum yang meninggi akan mengganggu aliran darah yang mendasari korteks
sehingga memperluas nekrosis tulang.6

5
Gambar 1. Mekanisme Terjadinya Osteomielitis 4

Setelah beberapa hari pertama, infeksi menembus periosteum dan


menyebabkan selulitis dan akhirnya berupa abses jaringan lunak. Pada daerah
metafisis di dalam sendi sinovial, seperti ujung atas femur dan radius, penetrasi
 periosteum membawa infeksi secara langsung ke dalam sendi dan menyebabkan
arthritis septik. Di sisi lain ketika daerah metafisis luar tetapi dekat dengan sendi
maka sering terbentuk efusi sinovial steril.
Sementara itu, penyebaran infeksi lokal melalui rongga meduler dapat
mengganggu sirkulasi internal. Daerah yang dihasilkan dari nekrosis tulang yang
mungkin berbeda dalam batas dari  spicule 
 spicule  kecil ke seluruh 
seluruh  shaft   dan akhirnya
terpisah sehingga terbentuk kepingan jaringan tulang yang sudah mati dan disebut
sebagai sekuestrum. Pembentukan tulang baru yang luas dari lapisan dalam
 periosteum menyebabkan  shaft tulang terbungkus atau disebut sebagai
involokrum, yang mempertahankan eterlibatan tulang bahkan ketika segemen
 besar dari  shaft   mati dan mengalami sekuestrum. Lempeng epifisis berperan
sebagai penghalang penyebaran langsung infeksi tetapi bila lempeng tersebut
sudah rusak maka gangguan pertumbuhan yang serius akan muncul di kemudian

6
hari. Jika tidak dikontrol, setiap saat septikemia dapat menyebabkan fokus
metafisis infeksi pada tulang lainnya. Lebih pentingnya hal tersebut akan
menyebabkan fokus infeksi pada organ lain terutama di paru-paru dan otak juga
menyebabkan kematian.6

2.5 KLASIFIKASI
Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
klinis, yaitu osteomielitis akut, subakut, dan kronis. Hal tersebut tergantung dari
intensitas proses infeksi dan gejala yang terkait.8
2.5.1 Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum
tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen di mana mikroorganisme berasal
dari fokus di tempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering
ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang
dini sangat penting oleh karena prognosis tergantung dari pengobatan yang tepat
dan segera.9
Sebanyak 90 % disebabkan oleh Stafilokokus aureus hemoliticus
(koagulasi positif) dan jarang oleh streptokokus hemolitikus. Pada anak umur di
 bawah 4 tahun sebanyak 50 % disebabkan oleh  Hemofilus influenza.
influenza. Adapun
organisme lain seperti  B. Colli,
Colli,  B. Aerogenus kapsulata,
kapsulata,  Pneumococcus sp,
Salmonella tifosa,
tifosa,  Pseudomonas aerogenus,
aerogenus,  Proteus mirabilis,
mirabilis,  Brucella 
 Brucella  sp, dan
 bakteri anaerobik yaitu Bakteroides
yaitu Bakteroides fragilis juga
fragilis juga dapat menyebabkan osteomielitis
hematogen akut. Faktor predisposisi osteomielitis akut adalah sebagai berikut.8
 Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak
 Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki daripada wanita dengan
 perbandingan 4:1.
 Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.
 Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah metafisis
karena daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan
tulang.

7
  Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi
sebelumnya (seperti bisul, tonsilitis) merupakan faktor predisposisi
osteomielitis hematogen akut.2,7

2.5.2 Osteomielitis Hematogen Subakut


Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena
organisme penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resist en.
a. Etiologi
Osteomielitis hematogen subakut biasanya disebabkan oleh Stafilokokus
aureus dan
aureus dan umumnya berlokasi di bagian distal femur dan proksimal tibia.
 b. Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan
mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi
yang terdiri atas sel-sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat
 penebalan trabekula.
c. Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak-anak dan
remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal,
sedikit pembengkakan, dan dapat pula penderita menjadi pincang. Terdapat
rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin
 berbulan-bulan. Suhu tubuh biasanya normal. 7,8,10
d. Pemeriksaan Radiologis
Dengan foto Rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm
terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang pada
daerah diafisis tulang panjang.

8
Gambar 2. Radiologi abses Brodie pada epifisis distal tibia pada anak usia 3 tahun8

Gambar 3. Radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan


ditemukan pada osteomielitis
sub akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah
sklerosis.

9
2.5.3 Osteomielitis Hematogen Kronik 
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut
yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga
dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau
ata u setelah tindakan operasi pada tulang.
a. Etiologi
Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh Stafilokokus
S tafilokokus aureus
(75 %), atau E
atau E colli,
colli, Proteus sp atau Pseudomonas
atau Pseudomonas sp.
 b. Patologi
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat
terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang.
Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya
 penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada kulit). Sekuestrum diselimuti
oleh involucrum yang tidak dapat keluar/dibersihkan dari tulang kecuali
dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis
tulang yang dapat terlihat pada foto Rontgen.
c. Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus
setelah operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai
demam dan nyeri yang hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu. Pada
 pemeriksan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi
dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol
keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau
osteomielitis pada penderita.2,8
d. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto Rontgen dapat ditemukan adanya tanda-tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periosteum, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sekuestrum.

10
Gambar 4. Gambaran sekuestrum pada tibia dengan osteomielitis kronis8

Gambar 5. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan. Ditandai dengan
adanya gambaran sekuestrum (panah).

11
2.6 DIAGNOSIS
Osteomielitis harus dicurigai bila pasien datang dengan rasa sakit,
 bengkak, eritema atau kehangatan kulit dan jaringan lunak diatas tulang. Pada
kondisi subakut atau kronis manifestasi yang muncul umumnya hanya berupa
nyeri. Gejala sistemik (demam yaitu dan menggigil) terjadi pada pasien dengan
osteomielitis akut tapi jarang terdapat pada pasien dengan kronis osteomielitis
kronis. Lubang drainase biasanya terlihat pada kasus-kasus osteomyelitis kronis.
Tes probe-to-bone banyak digunakan untuk mendiagnosis osteomyelitis pada
 pasien dengan diabetes ulkus kaki dan contiguous osteomyelitis.
osteomyelitis. Grayson et al.
menemukan bahwa tes ini memiliki sensitivitas 66% dan nilai prediksi positif
89%.
Konfirmasi dari osteomyelitis membutuhkan penggunaan berbagai tes
laboratorium, mikrobiologi, radiografi dan tes patologis. Tingkat sedimentasi
eritrosit (ESR) dan protein C-reaktif (CRP) biasanya normal. Jumlah sel darah
 putih kadang-kadang meningkat. Jumlah trombosit dapat meningkat (penanda
inflamasi) sedangkan konsentrasi hemoglobin bisa rendah (anemia penyakit
kronis). kultur darah mungkin positif pada hematogen akut dan osteomielitis
vertebral. Kultur pada luka dangkal atau saluran drainase harus diinterpretasikan
secara hati-hati tidak boleh digunakan untuk memilih terapi antimikroba kecuali
telah dilakukan isolasi terhadap S. aureus.
Pengambilan sampel jaringan tulang melalui aspirasi jarum di bawah
 bimbingan radiologis atau prosedur bedah memungkinkan identifikasi organisme
yang imenginfeksi dan penentuan profil kerentanan in vitro. Informasi yang
didapat penting untuk pemberian antimikroba yang tepat dan efektif. Jaringan
tulang yang dikumpulkan dari tempat terinfeksi juga dapat diajukan untuk
dilakukan pemeriksaan histopatologi yang dianggap baku emas untuk diagnosis
osteomielitis.
Radiografi konvensional memiliki sedikit nilai dalam mendiagnosis
osteomielitis akut tetapi mungkin akan membantu dalam kasus-kasus osteomielitis
kronis. Setidaknya 10-14 hari diperlukan sebelum kelainan yang konsisten dengan
osteomielitis terlihat. Dalam sebuah penelitian, sensitivitas radiografi polos dalam

12
kasus osteomielitis kaki diabetik ditemukan menjadi 54%, sedangkan
spesifisitasnya 68%. Tanda-tanda radiografi yang dapat menggambarkan
osteomielitis termasuk adanya fokal atau wilayah geografis dari lucency sumsum,
hilangnya korteks dengan erosi tulang, pembentukan tulang baru, sklerosis tulang
dengan atau tanpa erosi, penyerapan, involucrum, dan elevasi periosteal. Scan
tulang dengan nuklir menggunakan berbagai radiotracers (Teknesium 99m
metilen diphosphonate, Galliumcitrate 67, dan Indium 111-berlabel sel darah
 putih) yang umum digunakan untuk mendiagnosis osteomielitis. Kinerja dari scan
 bervariasi tergantung pada klinis dan situasi. Pada orang dewasa dengan
radiografi normal (tidak ada lesi yang menyebabkan pergantian tulang
meningkat), threephase bone scan memiliki akurasi yang lebih tinggi daripada
scan lainnya dengan sensitivitas 94% dan 95% spesifisitas. Namun, ketika
remodeling tulang meningkat, spesifisitas tes menurun menjadi 33%.
 Positron emission tomography 
tomography  (PET) menggunakan 18-
 fluorodeoxyglucose 
 fluorodeoxyglucose  semakin banyak digunakan dalam diagnosis osteomielitis.
Dalam review sistematis dan meta-analisis, Termaat et al. menemukan bahwa
PET scan memiliki sensitifitas 96% dan spesifisitas 91% untuk diagnosis
osteomielitis. PET scan adalah modalitas lebih murah bila dibandingkan dengan
teknik pemindaian tulang nuklir lainnya dan biasanya dilakukan dalam satu hari.
Sayangnya, hasil positif palsu dapat ditemukan pada penyembuhan tulang.
Computed tomography 
tomography   (CT) menampilkan detail kortikal tulang yang baik yang
menunjukkan erosi tulang kortikal atau perusakan dan reaksi periosteal. Bisa juga
menunjukkan fokus kecil udara dalam saluran medula, badan asing kecil
 berfungsi sebagai nidus untuk infeksi dan pembentukan
pembentukan sekuestrum.
Magnetic resonance imaging (MRI) lebih sensitif dibandingkan CT dalam
mendeteksi osteomyelitis dan sensitif seperti studi nuklir. Sensitivitas dan
spesifisitas MRI berkisar antara 82% sampai 100% dan 75% sampai 96%. MRI
dianggap sebagai pilihan modalitas pencitraan dalam penegakan kasus
osteomielitis karena memungkinkan penentuan tingkat infeksi yang
akurat,terutama dalam hal osteomielitis vertebra (mengidentifikasi epidural abses,
compression).11
 phlegmon, dan cord compression).

13
2.7 TATALAKSANA
Pengobatan antibiotik harus didasarkan pada identifikasi kultur tulang
 pada saat biopsi tulang atau debridement. Pertama, kultur tulang diambil, dan
 berikan antimikroba parenteral inisiasi
inisias i untuk pengobatan suspek patogen. Namun,
 pengobatan dapat dimodifikasi setelah organisme diidentifikasi. Perbaikan klinis
 biasanya terlihat dalam 24-48
24 -48 jam setelah pemberian antibiotika. Lama pemberian
antibiotik pada osteomielitis akut adalah 2-3 minggu. Antibiotik parenteral dan
oral dapat digunakan tunggal atau dalam kombinasi tergantung pada hasil
sensivitas mikroorganisme, kepatuhan pasien, dan konsultasi penyakit menular.
Antibiotik oral yang telah terbukti efektif termasuk klindamisin, rifampisin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan fluoroquinolones. Jika hasil kultur negatif,
 pemberian antibiotik oral dapat diteruskan selama 6 minggu. Osteomielitis pada
dewasa biasanya terjadi pada pasien dengan imunodefisiensi dan penyebabnya
dapat berupa bakteri gram negatif, sehingga antibiotik awal yang diberikan harus
sensitif terhadap S. aureus dan
aureus dan juga bakteri gram negatif.
Indikasi pembedahan pada osteomielitis adalah jika pasien tidak respon
terhadap pengobatan antimikroba spesifik, jika ada bukti dari abses jaringan lunak
yang persisten, atau jika dicurigai adanya infeksi sendi bersamaan. Debridement
 jaringan nekrotik, penghapusan bahan asing, dan kadang-kadang penutupan kulit
dari luka diperlukan dalam beberapa kasus. 1,4

2.8 KOMPLIKASI
Infeksi supuratif mencakup struktur tulang yang berdekatan, seperti
misalnya persendian dan jaringan lunak, yang menyebabkan terbentuknya saluran
sinus. Osteolisis dan fraktur patologis telah dijelaskan sebagai komplikasi yang
 jarang dengan adanya temuan penyakit
penyakit dan terapi osteomyelitis sejak dini.
Penyebab secara hematogen dan sepsis dapat terjadi, meskipun mungkin
sulit untuk ditentukan apakah sumber utama infeksinya di darah atau di tulang.
Pembentukan saluran sinus mungkin berhubungan dengan neoplasma, terutama
 pada keadaan infeksi yang lama dengan rentang waktu 4 sampai 50 tahun.

14
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor yang paling sering
dihubungkan dengan osteomyelitis, tumor-tumor lainnya yang telah dilaporkan
terdiri atas  fibrosarcoma,
 fibrosarcoma, myeloma,
myeloma, lymphoma,
lymphoma,  plasmacytoma,
 plasmacytoma, angiosarcoma,
angiosarcoma,
rhabdomyosarcoma,
rhabdomyosarcoma, dan malignant fibrous histiocytoma.
histiocytoma . Pada kebanyakan pasien
yang menderita neoplasma memiliki riwayat intervensi pembedahan berulang.
Perkembangan tumor malignan ditandai dengan makin membesarnya massa
tumor, peningkatan rasa nyeri, saluran luka yang berbau busuk, perdarahan, juga
terdapat bukti radiologis yang berupa destruksi tulang. Oleh karena itu, infeksi
tulang yang tidak sembuh dengan terapi konvensional seharusnya dilakukan
 biopsi untuk mengevaluasi adanya
adan ya malignansi dari berbagai sisi
si si (termasuk ulkus,
saluran sinus, dan dasar tulang).12

2.9 PROGNOSIS
Dengan diagnosa awal dan pengobatan yang tepat, prognosis osteomyelitis
adalah baik. Pada umumnya, pasien yang diobati dengan regimen antibiotik yang
tepat dan respon yang baik dari pasien mengalami penyembuhan total tanpa
komplikasi. Namun, pada pasien dengan diagnosa atau pengobatan yang terlambat
atau terjadinya kompresi pasokan darah pada jaringan tertentu akibat trauma, hal
ini dapat mengakibatkan defisit permanen pada pasien. Apabila operasi bone
grafting diperlukan, hal ini akan memperlambat proses penyembuhan. 1

15
BAB III
KESIMPULAN

Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sumsum tulang, biasanya


disebabkan oleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai
semua usia tetapi umumnya mengenai anak-anak dan laki-laki lebih banyak
daripada perempuan. Oteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri, diantaranya
dari species staphylococcus dan sreptococcus. Selain bakteri, jamur dan virus juga
dapat menginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur
 bagian distal, humerus , radius dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra,
maksila, dan mandibula merupakan tulang yang paling beresiko untuk terkena
osteomielitis karena merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
osteomielitis akut, sub akut dan kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas
tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan
nyeri. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan
lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau
hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang
terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk
dari tulang menuju kulit.
Oteomielitis didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing
sarkoma sebab memiliki gambaran radiologik yang mirip. Gambaran radiologik
osteomielitis baru terlihat setelah 10-14 hari setelah infeksi, yang akan
memperlihatkan reaksi periosteal, sklerosis, sekwestrum
s ekwestrum dan involikrum.
Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik atau dengan
debridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama perjalanan
 penyakitnya, untuk yang akut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang kronis
umumnya buruk.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Kishner, S. 2015. Osteomyelitis.


Osteomyelitis. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/1348767-overview#a6 [diakses Maret
2016]
2. Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: Yarsif
Watampone. 2007
3. Sabiston DC. 2000. Buku ajar bedah bagian II. Jakarta: EGC.
2006, Netter’s Orthopaedics
4. Greene W.B. 2006, Netter’s Orthopaedics,, 1st ed, Elsevier Inc. USA
5. W King, Randall. 2015. Osteomyelitis in Emergency Medicine.
Medicine. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview#a6 [diakses
Maret 2016]
6. Shalter, R.B., 1999. Textbook of Disorders and Injuries of the Muskuloskeletal
System Third
System Third Edition. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins
7. Wilson Scott C. 2006. Chapter 8  –   orthopedic infections. Dalam: Current
diagnosis & treatment in orthopedics, fourth edition. New Orleans: The
McGraw-Hill Companies.
8. Canale ST, Beaty JH. 2007. Chapter 16  –   Osteomyelitis. Dalam: Campbell's
operative orthopaedics, 11th ed. Pennsylvania: Saunders Elsevier Publishing.
9. Brinker. Review of orthopaedic infections. Pennsylvania: Saunders Company.
2001.
10. Wittman Dietmar, Condon Robert E. 2002 Surgical infections. Dalam: Oxford
textbook of surgery. Oxford: Oxford University Press.
11. Eid AJ, Berbari EF. 2012. Osteomyelitis: Review of Pathophysiology,
Diagnostic Modalities and Therapeutic Options. J
Options. J Med Liban :
Liban : 51-60.
12. Achdiono, D.N.W., Richardo, M., 2014. Osteomielitis dalam  Buku Ajar Ilmu
 Penyakit Dalam.
Dalam. Indonesia: Interna Publishing.

17

Anda mungkin juga menyukai