Anda di halaman 1dari 58

NASKAH

AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN
DAERAH

TENTANG

PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN
ANAK
TIM PENYUSUN
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia anak merupakan tahapan terpenting dalam perkembangan manusia,


karena pada tahapan ini anak mengembangkan semua potensinya yang akan
menentukan kualitasnya sebagai manusia pada masa dewasa. Kualitas
kemampuan emosi, kognitif dan sosial seseorang akan sangat ditentukan oleh
kualitas tumbuh kembang yang mereka alami pada masa kanak-kanak. Masa
kanak-kanak diketahui sebagai periode tumbuh kembang tercepat, juga rentan
dengan berbagai resikonya. Pertumbuhan fisik (masa otot, otak, tulang) dan
perkembangan sosial serta intelektual berlangsung dengan sangat cepat di
periode lima tahun pertama kemudian semakin perlahan sampai anak mencapai
usia 18 tahun. Selain aspek sosial, moral spiritual, sejak usia 18 tahun aspek-aspek
fisik dan mental telah terhenti. Bahkan pertumbuhan otak manusia 80 % terjadi
pada masa kanak-kanak. Benyamin S. Bloom, seorang professor bidang
pendidikan dari Universitas Chicago menemukan fakta yang mengejutkan:
“Ternyata 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk ketika kita berada
dalam kandungan sampai usia 4 tahun. Lalu 30% berikutnya terbentuk pada usia
4 – 8 tahun ”.1 Artinya, separuh perkembangan intelektual anak berlangsung
sebelum usia 4 tahun. Sehingga bagaimana kita memperlakukan anak-anak di
masa kini akan menentukan kualitas Bangsa kita di masa yang akan dating.

Kemampuan pengendalian dan ekspresi emosi Anak dimulai sejak anak


dilahirkan. Bahkan dipengaruhi oleh masa janin ketika mereka masih dalam
kandungan. Pengalaman-pengalaman menyenangkan pada fase ini akan
menjadi energy bagi anak untuk tumbuh menjadi individu yang penuh percaya
diri. Respon-respon positif dan tepat yang diperoleh anak pada masa ini akan
membangun kepercayaan mendasar pada diri dan juga pada lingkungannya.
Sebaliknya respon yang kurang tepat, pengalaman tidak menyenangkan atau
pengabaian orang tua pada bayi di masa ini akan membangun
ketidakpercayaan yang juga mendasar baik pada dirinya maupun pada
lingkungannnya (Eric H. Erikson dalam Shaffer, 2005).2

1 Direktorat Tenaga Teknis. (2003). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 0 – 6 Tahun, Jakarta: PT
Grasindo.

2 Shaffer, David R. 2005. Social and Personality Development. United States of America: Thomson
Wadsworth.
••• 1 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Berdasarkan teori kelekatan, kemudian dijelaskan bahwa kelekatan antara anak


dengan ibu di masa bayi juga akan menjadi factor penentu bagi tumbuhnya
daya lenting anak (resiliensi) yang akan dia bawa sampai dengan masa
dewasanya. Resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bangkit kembali
dari setiap keterpurukan yang mereka alami dalam kehidupannya.

Pada usia 2 sampai dengan 3 tahun, lingkungan akan lebih berperan lagi dalam
membangun karakter anak. Pada fase usia ini, anak akan mulai belajar mengenai
aturan-aturan serta batasan yang ada di dalam lingkungan mereka. Mereka
akan mulai belajar mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Lagi-
lagi, pemberian respon yang yang tepat dan konsisten yang akan membantu
mereka mengerti tentang aturan-aturan dan norma-norma yang harus mereka
patuhi. Pada tahapan ini anak akan mulai belajar mengekspresikan emosinya
sesuai dengan norma-norma yang berlaku atas bimbingan orang tuanya. Peran
orang tua dan orang-orang dewasa di sekitarnya menjadi sangat penting dalam
membangun perilaku anak terutama yang berkaitan dengan cara mereka
mengekspresikan emosi. Teori Margaret Mahler tentang perkembangan anak
sebagian besar terfokus pada Ibu dan Anak. Studinya mengenai pemisahan-
individuasi merupakan kontribusinya yang sangat berharga m e n g e n a i
p e n t i n g n y a p e r h a t i a n y a n g k o n s i s t e n p a d a a n a k t erutama
pada 3 tahun pertama kehidupannya yang sama pentingnya dengan tujuan
akhir membesarkan anak-anak tumbuh sukses menjadi dewasa yang mudah
beradaptasi3.

Terbangunnya sifat inisiatif atau kebalikannya akan terjadi pada usia 4 sampai
dengan 5 tahun. Rasa bebas bergerak yang mereka peroleh pada fase itu akan
membangun inisiatif, sebaliknya kekangan dan pengalaman-pengalaman buruk
dari lingkungan di masa sifat inisiatif pada diri mereka. Atau sebaliknya,
pengekangan dan pengalaman-pengalaman buruk akan membuat
terbangunnya sifat murung dan rasa bersalah. Permainan yang membangun
4

rasa bebas bergerak merupakan sarana yang mereka butuhkan untuk


membangun karakter positif mereka. Anak pada fase ini memiliki naluri untuk
berinisatif melakukan sesuatu. Respon orang dewasa akan menjadi sumber
belajar bagi mereka tentang arti ditanggapi dengan baik atau ditolak.
Kemampuan kerjasama, imajinasi, dan kepemiminan akan berkembang di
tahapan ini jika anak mendapatkan respon dan stimulasi yang tepat.

3 Coates, Susan W : John Bowlby and Margaret S. Mahler: Their Lives and Theories, japa, pp 581-587

4Eric H. Erikson dalam Shaffer, David R. 2005. Social and Personality Development. United States of America:
Thomson
Wadsworth.
••• 2 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Begitu juga pada fase-fase perkembangan selanjutnya. Pemenuhan kebutuhan


dasar mereka secara memadai baik secara fisik, psikologis maupun secara sosial
akan menjadi factor penentu bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka,
yang pada gilirannya akan menentukan kualitas mereka sebagai manusia
dewasa.

Sayangnya, situasi yang dialami anak-anak di dalam masyarakat tidak selalu


sesuai dengan kebutuhan perkembangan sebagaimana dijelaskan dalam
teorinya. Tidak sedikit anak-anak yang diasuh dan dibesarkan dalam suasana
yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal. Berbagai situasi yang dialami oleh orang tua seperti stress, kemiskinan,
ketidak-tahuan mengenai cara-cara pengasuhan yang baik dan persoalan-
persoalan lainnya, menjadi penghalang bagi orang tua untuk mengasuh dan
membesarkan anak-anak mereka sesuai dengan kebutuhan perkembangannya.
Selain itu, lingkungan tempat mereka tinggal pun sangat besar pengaruhnya bagi
tumbuh kembang mereka. Pemukiman padat penduduk yang tidak memberikan
lahan bermain yang cukup untuk anak-anak. Ketegangan sosial atau bahkan
kerusuhan yang secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh
terhadap proses belajar yang sedang mereka alami. Bahkan tidak sedikit anak-
anak yang terpaksa harus diasuh oleh orang lain selain ibu dan bapanya sendiri.
Pengabaian oleh orang tua, eksploitasi, tindak kekerasan, bahkan penjualan
anak menjadi berita sehari-hari yang sering didengar pada berbagai media di
masa kini. Tidak sedikit anak-anak yang sejak usia dini telah dibebani oleh
kewajiban-kewajiban orang tuanya bekerja menjadi pencari nafkah dengan
berbagai pekerjaan yang sebenearnya belum pantas dikerjakan oleh anak-anak
dalam usia mereka.

Begitu pun juga yang terjadi di Provinsi Jawa Barat. Berbagai permasalahan
perlindungan anak masih banyak terjadi di sini. Salah satunya adalah megenai
keterlantaran anak dan kenakalan anak. Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
pada Bulan Juli Tahun 2018 mengatakan bahwa sebanyak 135.787 anak masih
berada dalam keadaan terlantar, dan sebanyak 2592 orang anak dilaporkan
sebagai anak nakal. Selain itu, berdasarkan data Sistem Informasi Online
Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak pada 2018, angka kekerasan anak di Jawa
Barat mencapai 819 kasus. Kekerasan anak tertinggi terjadi di
Kabupaten Sukabumi (77 kasus), Kota Depok (72 kasus), Kabupaten Bekasi (64
kasus), Kota Bogor (61 kasus), dan Kota Bandung (60 kasus). Jenis kekerasan yang
dialami pun bermacam-macam. Di Jawa Barat, kasus kekerasan seksual
terhadap anak mendominasi dengan 394 kasus, disusul kekerasan fisik 221 kasus,
kekerasan psikis 149 kasus, penelantaran anak 56 kasus, perdagangan anak 20
kasus, eksploitasi anak 6 kasus, dan kasus kekerasan lainnya sebanyak 80 kasus.
Masih banyak persoalan-persoalan perlindungan anak di Jawa barat yang jadi
••• 3 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

batu sandungan bagi anak-anak Jawa Barat untuk dapat hidup, tumbuh dan
berkembang secara optimal, sesuaai dengan hak-hak dasar mereka yang telah
dijamin dengan Undang-Undang dan peraturn-peraturan yang berlaku di
Indonesia.

Situasi-situasi tidak menguntungkan seperti ini tentunya tidak bisa dibiarkan.


Semua pihak dari semua penjuru dunia telah menyadari mengenai bahaya yang
mengancam kualitas manusia di masa yang kan datang. Kesadaran global ini
telah tertuang dalam Konvensi Hak Anak yang telah disepakati Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 Novermber 1989. Konvensi ini dibuat
dengan tujuan untuk menetapkan standar umum bagi hak-hak harus yang
diperoleh anak di seluruh dunia. Konvensi ini juga dilahirkan untuk tujuan
melindungi anak-anak dari segala bentuk tindakan penyia-nyiaan, eksploitasi dan
penyalahgunaan. Dengan demikian konvensi tersebut merupakan alat normatif
yang diakui oleh masyarakat Internasional untuk menjaga dan melindungi anak-
anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara layak sesuai dengan potensi
dasar yang dimilikinya sejak lahir di muka bumi.

Indonesia meratifikasi instrumen internasional Konvensi Hak Anak


(KHA) sejak tahun 1990 melalui Keppres No. 36 Tahun 1990. Dalam KHA
hak-hak anak dikelompokkan menjadi 4 (empat) hak dasar. Pertama, hak
untuk bertahan hidup (survival right). Kedua adalah hak untuk tumbuh
dan berkembang (development right). Ketiga adalah hak atas
perlindungan (protection right) dan terakhir adalah hak untuk
berpartisipasi (participation right). Dengan melakukan ratifikasi terhadap
KHA tersebut, maka Indonesia menyepakati bahwa seluruh hak anak
adalah hak asasi manusia dari seorang anak yang setara. Indonesia juga
akan melakukan segala upaya untuk memastikan seluruh hak tersebut
dihormati, dilindungi dan dipenuhi. Indonesia merealisasikan hal tersebut
dengan mengembangkan suatu kerangka kerja hukum yang relatif
progresif untuk memajukan hak-hak anak. Kerangka kerja hukum tersebut
terdapat pada Undang-Undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002,
utamanya adalah realisasi legislatif atas ratifikasi KHA tersebut.

••• 4 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 dalam


pertimbangannya menyatakan bahwa anak adalah amanah dari
karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Bila melihat kategori tersebut dapat disimpulkan
bahwa anak adalah manusia yang belum dewasa yang secara fisik,
psikis dan sosial sangat membutuhkan pertolongan, pengawasan dan
perlindungan dari manusia dewasa untuk pertumbuhan dan
perkembangannya secara optimal. Pasal 20 Undang-Undang tersebut
juga menegaskan mengenai siapa yang memliki kewajiban dan
tanggung jawab atas penyelenggaraan perlindungan anak yang
dimaksud. Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orangtua
berkewajiban dan bertanggungjawab atas penyelenggaraan
perlindungan anak. Psal tersebut kemudian diperjelas dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 dengan menyatakan bahwa: Negara,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua
atau Wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan Perlindungan Anak

Penyelenggaraan perlindungan anak menjadi hal yang sangat


penting untuk menjamin agar semua anak dapat diasuh dan dibesarkan
dalam lingkungan yang supportif yang dapat memenuhi semua hak-hak
dasarnya sesuai dengan kebutuhan fisik, psikis maupun sosialnya
sehingga mereka dapat tumbuh kembang secara optimal. Seluruh
penyelenggara perlindungan anak mempunyai tugas dan fungsi masing-
masing yang satu sama lainnya saling terikat dibawah pengertian
perlindungan sebagai wadahnya. Bentuk perlindungan anak dalam
suatu negara adalah dalam berbagai upayanya untuk memenuhi semua
hak dasar anak serta untuk melindungi mereka dari berbagai
kemungkinan terjadinya penelantaran, penyalahgunaan, tindak
kekerasan dan eksploitasi.

Sejak pemberlakuan pertama kalinya pada tahun 2002, Undang-

••• 5 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sudah 2 kali


mengalami perubahan. Perubahan pertama disahkan melalui Undang-
Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang No.
35 tahun 2014 ini lahir dengan latar belakang adanya tumpang tindih
antar peraturan perUndang-Undangan sektoral terkait definisi anak dan
maraknya kasus kejahatan seksual pada anak serta belum
terakomodirnya perlindungan hukum terhadap anak penyandang
disabilitas. Perubahan kedua Undang-Undang Perlindungan Anak
menjadi Undang-Undang No. 17 Tahun 2016 disusun untuk mempertegas
perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi pelaku kejahatan
terhadap anak terutama kejahatan seksual dengan tujuan memberikan
efek jera dan mendorong terwujudnya langkah-langkah konkrit dalam
memulihkan kembali kondisi fisik, psikis, dan sosial anak.

Perubahan-perubahan yang dituangkan dalam Undang-Undang


Perlindungan Anak merupakan ketentuan dasar yang harus didukung
oleh Peraturan Daerah (Peraturan Daerah) sebagai instrumen pertama
yang mengatur implementasi

••• 6 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

kewenangan daerah. Adanya Peraturan Daerah Perlindungan Anak


menjadi sangat penting dalam mewujudkan tujuan otonomi daerah yang
berkesinambungan dengan tujuan nasional dalam konteks perlindungan
anak.

Pada tahun 2006, Jawa Barat telah memberlakukan Peraturan Daerah


Provinsi Jawa Barat No. 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak yang
mengatur tentang upaya perlindungan anak. Munculnya Peraturan
Daerah tersebut merupakan langkah awal Jawa Barat untuk
meneguhkan komitmen Jawa Barat dalam rangka mengedepankan
upaya perlindungan anak. Peraturan Daerah (Peraturan Daerah) yang
mengatur tentang Perlindungan Anak merupakan panduan yang sangat
dibutuhkan untuk menjaga agar program kabupaten/kota layak anak
dapat terus diimplementasikan secara berkesinambungan karena
Peraturan Daerah menjadi koridor yang menjaga arah kebijakan daerah
agar tidak bergeser dari rencana pembangunan nasional yang
diturunkan dari Undang-Undang. Adanya Peraturan Daerah menjadi
jaminan agar kelangsungan upaya perlindungan anak dapat terus
berjalan tanpa terkena dampak pergantian kepala daerah.

Selain dengan diberlakukannya Undang-Undang yang mengubah,


melengkapi dan menyempurnakan Undang-Undang Perlindungan Anak
No. 23 tahun 2002 yang disertai dengan terbitnya pula aturan
pelaksanaan dari perubahan tersebut, seperti Peraturan Pemerintah No.
44 Tentang Pengasuhan Anak, yang menjelaskan pelaksanaan Pasal 38A
pada Undang-Undang No. 35 Tahun Tahun2014; telah terbit juga
beberapa kebijakan baru lainnya yang berkaitan dengan perlindungan
anak. Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak No. 11 Tahun 2012
telah menggantikan Undang-undang No. 3 Tahun 1997, dengan 4

••• 7 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Peraturan Pemerintah dan satu Peraturan Presiden sebagai aturan


pelaksanaannya. Selain itu, beberapa peraturan yang berasal dari
kementerian yang terkait dengan pelaksanaan tugas pemerintahan yang
membidangi perlindungan dan kesejahteraan anak telah diperbaharui
sejalan dengan perubahan perundang-undangan di atasnya.

Begitu pun juga yang terjadi dalam jajaran organisasi


pemerintahan provinsi Jawa Barat. Perubahan baik yang bersifat internal
di lembaga pemerintahan maupun eksternal di tingkat masyarakat
menuntut adanya penyesuaian dari aturan yang sebelumnya telah
tertuang dalam Peraturan Daerah No. 5 tahun 2006. Terbitnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang
didalamnya mengamatkan tentang pembagian tugas dan wewenang
antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/ kota, memrlukan
berbagai penyesuaian dan pengaturan baru terkait dengan
penyelenggaraan perlindungan anak. Dan masih banyak peraturan-
peraturan baru yang belum masuk ke dalam pertimbangan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat No, 5 Tahun 2006 yang secara lengkap akan
dibahas dalam Bab selanjutnya.

Perubahan-perubahan administratif maupun struktural mengenai


tatalaksana peraturan kelembagaan di level pemerintahan
mengharuskan dilakukannya perubahan atas Peraturan Daerah tersebut.
Selain itu, berubahnya perilaku sosial kemasyarakatan sebagai dampak
dari dinamika sosial menyebabkan permasalahan anak di Jawa Barat
yang semakin kompleks dan membutuhkan penanganan dan

••• 8 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

perlindungan secara terintegrasi. Karenanya pembaharuan dan


pemutakhiran Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 tahun 2006
tentang Perlindungan Anak akan menjadi langkah yang tepat untuk
menjawab permasalahan-permasalahan tersebut di atas.

B. Identifikasi Masalah

Sejalan dengan Latar Belakang yang telah diuraikan di atas, dapat


diidentifikasi beberapa permasalahan terpenting yang berkaitan dengan
perlindungan anak di Daerah Provinsi Jawa Barat. Diantara
permasalahan-permasalahan terpenting tersebut adalah sebagai berikut:
1. Belum terbangunnya sistem penyelenggaraan perlindungan anak
yang efektif demi tercapainya kualitas tumbuh kembang anak Jawa
Barat secara optimal;
2. Masih dibutuhkannya upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan
berbagai pelayanan-pelayanan dasar yang dibutuhkan anak-anak
Jawa Barat yang yang mudah di akses oleh seluruh anak yang
membutuhkannya

3. Masih perlunya pengembangan program-program yang dapat


menjamin pemenuhan kebutuhan dan hak dasar seluruh anak Jawa
Barat, untuk masa depan Bangsa Indonesia yang lebih baik, dan
masyarakat Jawa Barat pada khususnya.

4. Masih diperlukannya upaya untuk memaksimalkan kesadaran dan


partisispasi masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak di
Jawa Barat

5. Masih diperlukannya upaya peningkatan kerjasama yang sinergis antar


seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), organisasi profesi,
akademisi, swasta dan masyarakat dalam memberikan layanan untuk
menjamin terpenuhinya kebutuhan dan hak dasar anak.
••• 9 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

C. Tujuan Dan Kegunaan

Naskah Akademik disusun untuk tujuan-tujuan sebagi berikut:

1. Naskah Akademik dapat memberikan gambaran mengenai situasi


perlindungan anak di Jawa Barat

2. Dapat memberikan gambaran mengenai berbagai perubahan


peraturan peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan
dengan sistem penyelenggaraan perlindungan anak, baik pada
tingkat Nasional maupun dalam lingkungan Pemerintahan Provinsi
Jwa Barat.

3. Memberikan analisis mengenai kebutuhan penyusunan peraturan


daerah yang baru berkaitan dengan sistem perlindungan anak
yang paling dibutuhkan demi tumbuh kembang anak-anak Jawa
Barat yang lebih optimal.
Sesuai dengan ruang lingkup masalah perlindungan anak yang
teridentifikasi di Jawa Barat, sebagaimana telah dikemukakan di atas,
Naskah Akademik ini dapat menjadi bahan kajian bagi perumusan Perda
Perlindungan Anak Jawa Barat yang mampu:
1. Membangun sistem penyelenggaraan perlindungn anak yang efektif
demi tercapainya kualitas tumbuh kembang anak Jawa Barat
secara optmal;
2. Mendorong penyelenggaraan berbagai pelayanan-pelayanan
dasar yang dibutuhkan anak-anak Jawa Barat yang berkualitas dan
mudah di akses oleh seluruh anak yang membutuhkannya

3. Menciptakan berbagai program yang dapat menjamin pemenuhan


kebutuhan dan hak dasar seluruh anak Jawa Barat, untuk masa depan
Bangsa Indonesia yang lebih baik, dan masyarakat Jawa Barat pada
••• 10
•••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

khususnya.

4. Membangun peningkatan kesadaran dan partisispasi masyarakat dalam


penyelenggaraan perlindungan anak di Jawa Barat

5. Mendorong terbangunnya kerjasama yang sinergis antar seluruh


pemangku kepentingan (stakeholders), organisasi profesi, akademisi,
swasta dan masyarakat dalam memberikan layanan untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan dan hak dasar anak.

D. Metode Penelitian

Penelitian yang akan menghasilkan Naskah Akademik Peraturan Daerah


Provinsi Jawa Barat tentang Perlindungan Anak ini dilakukan melalui kajian
normatif atas seluruh perturan perUndang-Undangan tentang anak baik
secara horisontal maupun vertikal yang berlaku di Indonesia; serta studi
dokumentasi atas data-data mengenai permasalahan perlindungan anak
yang ada di Provinsi Jawa Barat.

Kajian normatif artinya melakukan kajian dengan mengunakan metode


penelitian normatif sebagai alat dalam melakukan penelitian. Metode
penelitian hukum dapat dibagi menjadi: metode penelitian hukum
normatif/dogmatis5; metode penelitian hukum historis, metode penelitin
hukum sosiologis, dan metode penelitian hukum multi dan inter disipliner.
Penelitian Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang
Perlindungan Anak ini akan menggunakan metode penelitian hukum
normatif/dogmatis, yaitu metode yang menjadi alat untuk mengetahui
atau mengenal apakah dan bagaimanakah hukum positif atas suatu

I Made Pasek Diantha berpendapat bahwa Metode Penelitian Normatif adalah meneliti hukum dari perspektif
internal dengan obyek penelitiannya adalah norma hukum. Lihat I Made Pasek Diantha,
••• 11
•••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

masalah hukum, metode yang menjadi alat untuk menyusun dokumen-


dokumen hukum, metode yang digunakan untuk menulis makalah, atau
buku, metode yang dapat menjawab sekaligus menjelaskan serta
menerangkan kepada orang lain apakah dan bagaimanakah hukumnya
mengenai peristiwa atau masalah tertentu, metode yang digunakan
untuk melakukan penelitian dasar (basic research) di bidang hukum,
metode yang dapat digunakan untuk menyusun Undang- Undang, dan
metode yang dapat digunakan untuk menyusun rencana-rencana
pembangunan hukum6.

6Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2016,
hlm. 12.
C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Alumni, Bandung, hlm., 139-
141
••• 12
•••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

1. Konvensi Hak Anak


Anak adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap
keluarga, lingkungan bahkan kepada Negara. Anak inilah yang kelak
akan tumbuh berkembang menjadi pemimpin bangsa, pemimpin
kelompok dan pemimpin dalam masyarakat serta pemimpin bagi
dirinya sendiri untuk mengembangkan, mengelola dan membangun
Negara Indonesia. Sebagai generasi penerus yang akan mewujudkan
cita-cita bangsa, anak memiliki hak asasi manusia yang dimilikinya
sejak lahir. Karena belum matangnya fisik dan mental seorang anak,
maka anak membutuhkan orang dewasa, lingkungan, masyarakat dan
pemerintah untuk menjaga hak asasi manusia yang telah dimilikinya.
Anak membutuhkan lingkungan yang akan mengawalnya tumbuh
berkembang menjadi sosok dewasa yang kelak dapat dipercaya
mengemban kewajiban dan tanggung jawab membangun Negara ini
dengan memenuhi hak asasi anak yang dimilikinya. Karena
pentingnya hak asasi anak tersebut, Negara-negara di dunia merasa
perlu untuk menyepakati suatu standar terkait perlindungan hak asasi
anak.
Gagasan mengenai hak anak bermula setelah berakhirnya
Perang Duania I sebagai reaksi atas pendertaan yang ditimbulkan
perang terutama kepada perempuan dan anak.7 Deklarasi Anak

7 Ima Susilowati dkk, Pengertian Konvensi Hak Anak, UNICEF.


••• 13 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

pertama dilakukan pada tahun 1924 dan deklarasi internasional


tentang anak yang kedua dinyatakan pada tahun 1959 oleh Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Tahun 1979 dicanangkan

Tahun Anak Internasional yang kemudian menjadi awal dari


perumusan Konvensi Hak Anak.8
Pada tahun 1989 Konvensi Hak Anak (KHA) diadopsi oleh Majelis
Umum PBB dan pada tanggal 2 September 1990, KHA mulai
diberlakukan sebagai hukum internasional.KHA atau United Nations
Convention on the Rights of the Child adalah sebuah konvensi
internasional yang berisikan hak-hak sipil, politik, ekonomi, social dan
budaya anak. Konvensi ini mengikat secara yuridis maupun politis
Negara-negara yang telah meratifikasinya.
Indonesia meratifikasi KHA dengan Keputusan Presiden No.
36/1990 tanggal 25 Agustus 1990 dan berlaku sejak 5 Oktober 1990.
Sebagai Negara yang mengikatkan diri pada sebuah kesepakatan
tentang standar hak asasi manusia, Indonesia terikat untuk
melaksanakan apa yang telah diamanatkan dalam standar tersebut
dan memiliki kewajiban untuk memenuhi hak asasi manusia anak
dengan standar yang telah ditetapkan oleh KHA.negara Indonesia
juga mempunyai tanggung jawab untuk mengimplementasikan
kewajiban-kewajiban yang ada dalam KHA serta mandat
kepemimpinan dalam melaksanakan peraturan dan mekanisme yang
diperlukan iuntuk mewujudkan kewajiban tersebut.

2. Undang-Undang Perlindungan Anak


Salah satu bentuk implementasi yang dilakukan pemerintah

8 Id.

••• 14 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Indonesia dalam mewujudkan kewajibannya terhadap ratifikasi KHA


adalah dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak (UUPA). Undang- Undang tersebut
menjadi acuan terhadap peraturan-peraturan lainnya mengenai hak
anak di Indonesia yang dikeluarkan setelah UUPA diberlakukan. UUPA
diberlakukan dengan pertimbangan antara lain karena

dibutuhkan adanya dukungan kelembagaan dan peraturan


perundangan untuk menjamin pelaksanaan perlindungan terhadap
anak. Selain itu, karena pelbagai peraturan perundangan terkait anak
yang telah diberlakukan sebelumnya ternyata hanya mengatur hal-
hal tertentu saja dan tidak secara komprehensif mengatur keseluruhan
hak anak.
Selain itu Undang-Undang Perlindungan Anak juga diperlukan
untuk menegaskan adanya kewajiban bagi Negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga, orangtua dan anak mengingat kewajiban
memberikan perlindungan anak walaupun sudah disadari merupakan
kewajiban bersama, namun perlu diberikan landasan hukum secara
khusus disamping yang sudah dicantumkan dalam pasal- pasal UUD
1945 atau dalam berbagai Peraturan PerUndang-Undangan yang lain,
agar lebih dapat menjamin pelaksanaannya secara komprehensif
dan tepat penanganannya serta sasarannya. Selain dari uraian di
atas, diperlukan pula adanya keseimbangan antara perlindungan hak
anak dan pemberian ekwajiban bagi anak dalam kapasitas mendidik
anak. Oleh karena itu, disamping dilindungi hak-haknya, agar tidak
menjadi salah asuh, salah arah, maka perlu pula ditunjukkan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh anak.
Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak diuraikan kewajiban
dan tanggung jawab Negara dan Pemerintah yaitu:

••• 15 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

a. Menghormati dan menjamin hak-hak asasi setiap anak tanpa


membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran, dan
kondisi fisik dan/mentalnya;
b. Memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam
penyelenggaraan perlindungan anak;
c. Menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak
dengan memperhatikan hak dan kewajiban orangtua atau wali
atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap
anak;

d. Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam


menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat
kecerdasan anak.

Secara lebih khusus, Pasal22 menyatakan bahwa Negara,


Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung
jawab memberikan dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan
sumber daya manusia dalam penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Sambil mengamanatkan juga agar tetap memperhatikan kewajiban
orang tua, wali atau orang lain yang secara hukum bertanggungjawab
terhadap anak (Pasal 23). Dalam hal ini Pemerintah dan Pemerintah
Daerah melakukan mengawasi penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Dalam kerangka memenuhi kewajiban yang dicantumkan
dalam Undang- Undang Perlindungan Anak tersebut, Negara
memberikan jaminan hak-hak asasi anak yang penyelenggaraannya
didasarkan pada peraturan yang lebih spesifik dan dilakukan oleh
pemerintah di daerah dalam bentuk Peraturan Daerah terkait
perlindungan anak. Dalam hal diperlukan, Pemerintah Daerah dapat
membentuk Komisi Perlindungan Anak Daerah atau lembaga lainnya
yang sejenis untuk mendukung pengawasan penyelenggaraan
Perlindungan Anak di daerah.

••• 16 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

3. Milenium Development Goals

Pemenuhan hak dan perlindungan anak di Indonesia


mempunyai hubungan yang signifikan dengan pencapaian Milenium
Developmet Goals (MDGs) Indonesia9. MDGs atau Milenium
Developmet Goals, adalah suatu kesepakatan dan kemitraan global
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, yang mempunyai tujuan
dan batas waktu serta target tertentu. Dari 9 tujuan (butir) MDG yang
dicanangkan, 7 (tujuh) di antaranya terkait dengan hak anak, yaitu
memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem, mewujdukan
pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS, malaria serta
penyakit lainnya serta memastikan kelestarian lingkungan.

UNICEF Indonesia menyatakan MDG memberikan sebuah


kerangka bagi para pembuat kebijakan untuk memastikan bahwa

hak-hak dasar anak dapat terpenuhi.5 Akan tetapi untuk


menghasilkan dampak yang diharapkan ini, keadilan harus dipahami
oleh seluruh penduduk. Kecenderungan data global menyatakan
bahwa meskipun telah ada kemajuan umum, tetapi sebagian besar

penduduk masih tertinggal, sehingga mengakibatkan meluasnya


kesenjangan social-ekonomi, dan semakin banyaknya orang yang
kurang beruntung. Jika situasi ini tidak dapat diperbaiki, pencapaian
MDG tidak dapat berkesinambungan. Oleh karena itu, masalah
keadilan menjadi sangat penting bagi pencapaian MDG secara

9 https://www.unicef.org/indonesia/id/A1_-_B_Ringkasan_Kajian_MDG.pdf, 20/11/2018, 09:31

••• 17 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

berkesinambungan.10

Untuk dapat mencapai apa yang telah dicanangkan dan


menjadi tujuan dalam MDG, pemenuhan hak anak di segala bidang
secara komprehensif harus menjadi kewajiban bagi setiap pemerintah
daerah. Penyusunan peraturan daerah yang menjadi payung bagi
penyelenggaraan perlindungan anak, senantiasa harus disesuaikan
dengan tujuan dari MDG secara umum dan secara khusus bagi
pemenuhan hak anak di daerah.

B. Kajian Prinsip Dalam Penyusunan Norma


Terdapat empat prinsip umum yang terkandung dalam KHA yang
dapat menjadi acuan bagi setiap penyelenggaraan perlindungan dan
pemenuhan hak anak. Empat prinsip tersebut adalah:
1. Non diskriminasi, artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam
KHA dan karenanya perlu diikuti dalam setiap penyelenggaraan
perlindungan dan pemenuhan hak anak harus diberlakukan kepada
setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip ini tertuang dalam
Pasal 2 (ayat 1) dan (ayat 2) KHA selengkapnya berbunyi: “Negara-
negara Peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak yang
ditetapkan dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berada dalam
wilayah hukum mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun,
tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
pandangan politik atau pandangan-pandangan lain, asal-usul
kebangsaan, etnik atau social,

status kepemilikan, cacata atau tidak, kelahiran atau status lainnya


baik dari si anak sendiri atau dari orangtua atau walinya yang sah”.

10 Id.

••• 18 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

“Negara-negara Peserta akan mengambil semua langkah yang perlu


untuk menjamin agar anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi
atau hukuman yang didasarkan pada status, kegiatan, pendapat
ayang dikemukakan atau keyakinan dari orangtua anak, walinya
yang sah, atau anggota keluarganya”.
Pasal 1 ayat 2 KHA memberikan kewajiban kepada semua
penyelenggaraan perlindungan dan pemenuhan hak anak untuk
selalu menggunakan prinsip non diskriminasi tersebut dalam setiap
bentuk penyelenggaraan perlindungan dan pemenuhan hak anak.
2. Yang terbaik bagi anak (the best interest of the child), yaitu bahwa
“dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah maupun sasta,
lembaga peradilan, lembaga pemerintah atau badan legislatif, maka
kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan
utama”. Rumusan tentang yang terbaik bagi anak tersebut ada di
dalam Pasal 3 (ayat 1) KHA yang memberikan dasar bagi setiap
penyelenggaraan pembangunan sejak perencanaan, pelaksanaan,
pembiayaan dan evaluasi untuk selalu memperhatikan keterkaitan
pembangunan dan kegiatan tersebut dengan kepentingan yang
terbaik untuk anak.
3. Hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan (the right to life,
survival and deveploment), artinya “Negara-negara Peserta mengakui
bahwa setiap anak memiliki hak yang melekat atas kehidupan” seperti
dirumuskan dalam Pasal 6 (ayat 1) KHA. Serta “Negara-negara Peserta
akan menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup dan
perkembangan anak”, seperti dirumuskan dalam Pasal 6 (ayat 2) KHA.
Prinsip ketiga ini juga merupakan prinsip yang mendasari setiap
penyusunan dan perumusan norma yang dilakukan oleh Negara
(pemerintah) terkait dengan penyelenggaraan perlindungan dan
••• 19 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

pemenuhan hak

anak. Jaminan atas hak hidup dan kelangsungan hidup dan


perkembangan anak harus menjadi salah satu tumpuan bagi
penyelenggaraan perlindungan dan pemenuhan hak anak dengan
perwujudannya yang dapat menyangkut pelbagai bidang seperti
kesehatan, kesejahteraan dan pendidikan.
4. Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the
child) yang berarti bahwa segala sesuatu yang dirumuskan dan
direncanakan untuk dilakukan terkait dengan dan berpengaruh pada
kehidupan anak, harus memperhatikan pendapat anak, termasuk dan
tidak terkecuali pada setiap pengambilan keputusan. Prinsip ini
tertuang dalam Pasal 12 (ayat 1) KHA yaitu: “Negara-negara Peserta
akan menjami agar anak-anak yang mempunyai pandangan sendiri
akan memperoleh hak untuk menyatakan pandangan-
pandangannya secara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi
anak, dan pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat
usia dan kematangan anak”.

Keempat prinsip tersebut di atas, harus senantiasa menjadi acuan dan


dasar dalam setiap penyusunan norma yang dilakukan oleh
pemerintah (pusat maupun daerah) sehingga dapat mewujudkan
komitmen Negara sebagai konsekuensi dari pengikatannya kepada
Konvensi tersebut.

C. Kajian Empiris
Provinsi Jawa Barat sejak tanggal 9 Januari 2009 telah memiliki
Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat yang didirikan berdasarkan:

1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2008 tentang


••• 20 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda, Lembaga Teknis


Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat.

2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 15 Tahun 2011 tentang


Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2008
3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 3 Tahun 2014 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22
Tahun 2008
4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 6 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat.

Latar Belakang terbentuknya DP3AKB Provinsi Jawa Barat karena


berbagai persoalan yang terkait dengan perempuan (termasuk anak),
antara lain:
 Masih rendahnya akses perempuan dalam pendidikan yang ditandai
dengan masih rendahnya rata-rata lama sekolah perempuan
dibandingkan dengan laki- laki,
 rendahnya akses perempuan dalam bidang ekonomi,
 derajat kesehatan perempuan yang masih rendah yang ditandai
dengan masih tingginya angka kematian ibu melahirkan,
 rendahnya akses perempuan dalam politik dan hukum, serta
perlakuan diskriminatif terhadap perempuan.

Seperti diketahui pemenuhan hak anak sangat bergantung


pada pemenuhan hak orangtua dan terkait erat dengan persoalan
yang dihadapi perempuan di Jawa Barat. Sehingga apa yang menjadi
persoalan dan kemudian program dari DP3AKB Provinsi jawa Barat
menjadi relevan dengan persoalan anak di Jawa Barat. Lembaga
DP3AKB ini adalah lembaga yang bertanggung-jawab untuk
mengkordinasi pemenuhan hak anak di Provinsi Jawa Barat. Selain itu

••• 21 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

telah dilakukan penelitian terhadap kondisi empiris anak di Provinsi


Jawa Barat yang menunjukkan adanya kebutuhan yang sangat tinggi
untuk dilakukannya penanganan atas penyelenggaraan pemenuhan
perlindungan anak secara terpadu.

Terkait permasalahan anak di Jawa Barat, berikut data empiris


yang dapat membantu mengarahkan proses penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Perlindungan Anak.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia pada tahun 2015 telah mengeluarkan Indeks
Komposit Kesejahteraan Anak yang menguraikan Status Pencapaian
Kesejahteraan Anak (IKKA 2015), dimana Jawa Barat status
pencapaiannya berada dalam kategori menengah.11 Berdasarkan
klasifikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), status pencapaian
dinyatakan sangat tinggi bila IKKA melebihi angka 90,00, tinggi bila
berada di antara angka 80,00 dan 90,00, menengah bila berada di
antara 66,67 dan 80,00, rendah bila berada di antara angka 50,00 dan
66,67 dan sangat rendah bila berada di bawah angka 50,00.
Untuk Indeks Pembangunan Manusia tahun 2015 terdapat
beberapa indikator yang diukur yaitu: angka harapan hidup, harapan
lama sekolah, rata-rata lama sekolah, pengeluaran perkapita dan IPM.
Untuk angka harapan hidup, Provinsi Jawa Barat berada di angka 70,57
tahun untuk laki-laki dan 74,39 tahun untuk perempuan. Harapan Lama
Sekolah untuk Provinsi Jawa Barat untuk laki-laki di 12,80 tahun dan 12,50
tahun untuk perempuan. Rata-rata lama sekolah untuk anak laki-laki
adalah 8,37 tahun dan anak perempuan 7,52 tahun. Pengeluaran
perkapita untuk laki-laki adalah 14,210 ribu, sedangkan perempuan 7,478

11Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi jawa Barat Tahun 2017, Kerjasama Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Barat dengan Biro Pusat Statistis Provinsi Jawa
Barat, 2017.
••• 22 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

ribu. Berdasarkan parameter tersebut didapat IPM untuk laki-laki di Jawa


Barat sebesar 74,11 dan perempuan 66,37.12
Selain dari IPM yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia tersebut, Deputi
Bidang Perlindungan Anak mengeluarkan data Indeks Komposit
Kesejahteraan Anak (IKKA) tahun 2015 menurut Hak Anak.13 IKKA ini akan
mengukur pencapaian pemenuhan hak-hak anak Indonesia, kualitas
hidup anak Indonesia dan tingkat kesejahteraan anak Indonesia. Secara
umum anak di Indonesia berada di tingkatan menengah yaitu dengan
angka 70,37. IKKA merupakan informasi strategis untuk memetakan
kualitas hidup anak Indonesia, meningkatkan kualitas hidup anak
Indonesia dengan cara memenuhi hak-hak mereka, mengetahui hak-hak
mana yang banyak belum dipenuhi dan menentukan kebijakan yang
berpihak pada anak. Parameter yang diukur adalah Kelangsungan
Hidup, Perlindungan, Tumbuh Kembang, Partisipasi, dan Identitas. Hak
kelangsungan hidup akan mengukur hak untuk melestarikan dan
mempertahankan hidup dan hak memperoleh standar kesehatan
tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. Hak Perlindungan meliputi
hak untuk memperoleh perlindungan dari penelantaran, tindak
kekerasan, dan eksploitasi. Hak Tumbuh Kembang adalah hak untuk
memperoleh pendidikan dan hak mencapai standar hidup yang layak
bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial. Hak Partisipasi
adalah hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang
mempengaruhi anak sedangkan Hak Identitas adalah hak untuk
memperoleh nama dan akta lahir.

12 Id.
13 Indeks Komposit Kesejahteraan Anak, Deputi Bidang Perlindungan Anak, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak.

••• 23 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Berdasarkan parameter tersebut, IKKA tahun 2015 untuk Provinsi


Jawa Barat secara umum ada di angka 70,93 (tingkatan menengah).14
Kelangsungan hidup anak berada di angka 79,60, perlindungan berada di
angka 77,10, tumbuh kembang berada di angka 67,42, partisipasi berada
di angka 50,73 dan identitas berada di angka 79,79. Masih rendahnya
angka IPM dan IKKA tersebut memperlihatkan masih diperlukannya
pemenuhan hak bagi anak di Provinsi Jawa Barat dengan disusunnya
standar untuk adanya perlindungan anak berupa peraturan daerah.

Selain dari data IKKA dan IPM tersebut di atas, Unicef telah pula
mengeluarkan data terkait prevalensi perkawinan anak perempuan yang
tinggi, salah satunya di Provinsi jawa Barat.15 Secara nasional Provinsi
Jawa Barat berada di peringkat 9 untuk rata-rata prevalensi perkawinan
usia anak (perempuan 20 – 24 tahun yang pernah menikah sebelum usia
18 tahun). Di Provinsi Jawa Barat, 30,5 % perempuan usia 20 – 24 tahun
pernah menikah sebelum usia 18 tahun. Selain itu, Provinsi Jawa Barat
bersama dengan Jawa Timur, tercatat sebagai provinsi dengan jumlah
tertinggi remaja perempuan (15 – 19 tahun) pernah kawin yaitu di 236,404
untuk Jawa Timur dan 220,501 untuk Jawa Barat. Meski data tersebut
diambil di tahun 2012, namun data tersebut memiliki keterkaitan dengan
Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Jawa Barat yang tinggi, yaitu 823 kasus
di tahun 2015 dan 780 di tahun 2016.16
Data lain terkait dengan kekerasan yang dialami anak dan
perempuan dan anak di Provinsi Jawa Barat menunjukkan angka yang
cukup tinggi, yaitu 296 kasus kekerasan terhadap anak hingga usia 17
tahun dan 422 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di
bawah usia 18 tahun. Data tersebut tercatat hingga bulan Desember

14 Id.
15 Kemajuan Yang Terunda: Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia, Berdasarkan Hasil Susenas 2008-2012
dan Sensus Penduduk 2010, Badan Pusat Statistik dan UNICEF, 2015.
16 Dinas Kesehatan Jawa Barat 2017

••• 24 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

2017.17
Selain itu, terdapat data empiris terkait anak yang berhadapan
dengan hukum (ABH) dan anak yang berkebutuhan khusus (ABK) di Jawa
Barat hingga tahun 2017 yang didapat dari Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) Bandung untuk ABH dan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat untuk ABK. Hingga tahun 2017 tercatat 146 orang ABH yang dibina
di LPKA di seluruh Jawa Barat dan 22.661 orang ABK yang tersebar di 27
(duapuluh tujuh) kabupaten dan kota di seluruh Jawa Barat.

Berdasarkan pada data-data yang telah dipaparkan di atas, maka


kajian untuk adanya penyusunan peraturan daerah terkait perlindungan
anak di Provinsi Jawa Barat yang dapat menjadi standar dan rujukan bagi
perlindungan anak sesuai dengan kondisi dan situasi anak di Jawa Barat
sangat dibutuhkan. Diharapkan kajian tersebut dapat merangkum
kebutuhan Provinsi Jawa Barat untuk memenuhi hak anak dengan
memberikan perlindungan hak anak yang diperlukan disesuaikan dengan
kondisi dan situasi anak di Provinsi Jawa Barat.

17 Supra No. 9
••• 25 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT

Pemerintah Indonesia pertama kali mengeluarkan peraturan terkait


dengan hak anak pada tahun 1979 melalui Undang-Undang No. 4 tahun
1979 tentang Kesejahteraan Anak. Peraturan ini hanya secara sempit
mengatur hal-hal yang terkait dengan hak anak di bidang kesejahteraan.
Dalam peraturan tersebut batas usia anak masih mengikuti batas usia
yang ditetapkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Peraturan
Daerahta yaitu 21 tahun. Undang-Undang ini mengacu pada Undang-
Undang sebelumnya yaitu Undang-Undang No. 6 tahun 1974 tentang
Ketentuan- ketentuan Pokok tentang Kejahteraan Sosial yang mengatur
secara umum hal-hal terkait dengan kesejahteraan sosial masyarakat.
Perhatian pemerintah terhadap kepentingan anak baru terlihat
kembali ketika pada tahun 1990 Pemerintah Indonesia meratifikasi
instrumen internasional Konvensi Hak Anak (KHA) yang kemudian
diberlakukan melalui Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990. KHA
menjadi standar bagi pemerintah dalam melakukan pemenuhan hak
anak khususnya bidang sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya secara
terintegrasi. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak menegaskan tentang hak-hak anak wajiba dipenuhi negara dan
menegaskan sanksi untuk pelanggarannya. Undang-Undang ini
memberikan dasar bagi penanganan pelbagai masalah anak. Undang -
Undang ini juga menjadi Undang-Undang pertama yang mengatur
tentang pemenuhan dan perlindungan hak anak di Indonesia.
Pemenuhan dan perlindungan hak anak di Indonesia menjadi penting
adaya sejak Undang-Undang Perlindungan Anak dicanangkan. Untuk
pelaksanaan Undang- Undang tersebut, KPP (Kementerian
••• 26 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Pemberdayaan Perempuan) yang telah diberi amanat oleh Presiden


mengambil peran dalam koordinasi dan advokasi pelaksanaannya di
tingkat nasional dan daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

••• 27 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Adanya tanggung-jawab untuk penanganan anak di tingkat pemerintah daerah, telah


meningkatkan kesadaran akan hak-hak anak, meningkatkan identifikasi masalah-
masalah perlindungan anak dan keterlibatan pihak-pihak yang sebelumnya tidak
terlibat.
Setelah 12 (duabelas) tahun berlaku, Undang-Undang Perlindungan Anak
kemudian mengalami perubahan di beberapa pasal yang penting. Perubahan
dilakukan melalui Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Hal-hal yang
mengalami perubahan dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2014 antara lain terkait
masalah anak penyandang disabilitas, anak yang memiliki keunggulan, pengertian
kekerasan, terkait kewajiban dan tanggung-jawab Negara, pemerintah dan
pemerintah daerah, terkait pendanaan serta terkait penambahan kaidah larangan
dan penambahan kaidah sanksi. Selain Undang-Undang No. 35 tahun 2014,
pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 ini lebih banyak terkait pengaturan kaidah
sanksi, khususnya pada tindakan kekerasan seksual terhadap anak.
Selain peraturan perundangan yang telah diuraikan di atas yang menjadi
landasan utama bagi pemerintah untuk memenuhi hak anak, beberapa peraturan
perundangan di bawah ini memiliki kaitan erat dengan kewajiban dan tanggung-
jawab pemerintah dalam memenuhi hak-hak anak. Peraturan-peraturan tesebut
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 B ayat 2
Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi;

••• 28 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

2. Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa hak anak adalah hak asasi manusia dan
untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan
sejak dalam kandungan.
3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000 tentang Konvensi ILO No. 182 tentang
Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk untuk Anak;
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Pasal 68 dalam Undang-Undang tersebut menyatakan pengusaha dilarang
mempekerjakan anak. Selanjutnya Pasal 69 ayat (1) menyatakan dikecualikan
bagi anak berumur antara 13 (tiga belas) tahun s/d 15 (lima belas) tahun untuk
melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan
kesehatan fisik, mental, dan sosial.
Pasal 74 ayat (1) menyatakan siapapun dilarang mempekerjakan dan
melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk dan ayat (2) menyatakan,
pekerjaan-pekerjaan terburuk yang diamaksud pada ayat (1) meliputi:
a) Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;
b) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan
anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau
perjudian;
c) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak
untuk produksi dan Peraturan Daerahgangan minuman keras, narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau
d) Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral
anak.
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 5 menyatakan:

••• 29 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh


pendidikan yang bermutu.
2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/ atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Pasal 11 menyatakan:
1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun.

Pasal 34 menyatakan:
a) Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program
wajib belajar.
b) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
c) Wajib belajar mmerupakan tanggung jawab negara yang yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemrintah Daerah,
dan masyarakat.
6. Undang-Undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga;
7. Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Peraturan Daerahgangan Orang
Pasal 5 menyatakan bahwa setiap orang yang melakukan pengangkatan anak
dengan menjanjikan sesuatu atau memberikan sesuatu dengan maksud untuk

••• 30 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

dieksploitasi dipidana dengan pidana penjara peling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
600.000.000,- (enam ratus juta rupiah).
Pasal 6 menyatakan, setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam
atau ke luar negeri dengan cara apapun yang mengakibatkan anak tersebut
tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
600.000.000,- (enam ratus juta rupiah).
8. Undang-Undang nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Pasal 55 menyatakan Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum
cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah
sakit, dan atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk
oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
9. Undang-Undang No. 9 tahun 2012 tentang Pengesahan Optional Protocol dari
Convention on the Rights of the Child (CRC) tentang Keterlibatan Anak dalam
Konflik Bersenjata;
10. Undang-Undang No. 10 tahun 2012 tentang Pengesahan Optional Protocol
dari Convention on the Rights of the Child (CRC) tentang Penjualan Anak,
Prostitusi Anak dan Pornografi Anak;
11. Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
UU SPPA ini merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1997 tentang Pengadilan Anak yang bertujuan agar dapat terwujud peradilan
yang benar-benar menjamin perlindungan kepentingan terbaik terhadap anak
yang berhadapan dengan hukum. Undang-Undang Pengadilan Anak lama dinilai

••• 31 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum dalam masyarakat dan belum
secara komprehensif memberikan perlindungan khusus kepada anak yang
berhadapan dengan hukum.
Substansi yang diatur dalam UU SPPA antara lain mengenai penempatan
anak yang menjalani proses peradilan dapat ditempatkan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Substansi yang paling mendasar dalam
Undang-Undang ini adalah pengaturan secara tegas mengenai Keadilan
Restoratif dan Diversi yang dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan
anak dari proses peradilan sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap
anak yang berhadapan dengan hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke
dalam lingkungan sosial secara wajar.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 Tentang Usaha Kesejahteraan
Anak bagi yang Mempunyai Masalah.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar.
14. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak.
15. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak.
16. Keputusan Presiden Nomor 88 Tahhun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Peraturan Daerahgangan Perempuan dan Anak (Trafiking).
17. Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 2004 Tentang Komisi Perlindungan
Anak.

••• 32 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, YURIDIS DAN SOSIOLOGIS

A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan
hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah
bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, selanjutnya UUD 1945.
Landasan filosofis yang pertama yang menjadi dasar bagi Naskah Akademik
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat adalah Pancasila, khususnya sila kedua,
kemanusiaan yang adil dan beradab, dimana anak merupakan salah satu elemen
penting bangsa yang akan melanjutkan keberadaan bangsa Indonesia sehingga anak
memperoleh jaminan akan keadilan dan keadabaan diberbagai segi kehidupan
bangsa, seperti misalnya keadilan dan keadabab akan perlakuan yang bebeda antara
anak dan orang dewasa, keadilan dan keadabab akan pendidikan, keadilan dan
keadaban, serta keadilan dan keadaban dari kemungkina perlakuan diskriminatif.
Landasan filosofis yang kedua adalah sila kelima dari Pancasila, khususnya
keadilan sosial bari seluruh rakyat Indonesia. Landasan filosofis ini menekankan
pada bagaimana dasar tumbuh dan perkembangan anak dijamin oleh negara,
sehingga diharapkan anak dapat berkembang secara positif di lingkungan terkecil
keluarga dan kemudian dapat berkembang secara positif pula di lingkungan
masyarakat.
Dua landasan filosofis yang merujuk pada Pancasila tersebut di atas bukan
berarti menaifkan dan meniadakan sila-sila Pancasila lainnya, yaitu sila pertama,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ketiga, persatuan Indonesia, dan sila keempat,
kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau

••• 33 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

perwakilan. Hal ini misalnya dalam konteks sila pertama Pancasila, anak juga dijamin
untuk memeluk agama yang diyakininya. Kemudian dalam konteks sila ketiga
Pancasila, anak merupakan elemen yang mempunyai peran penting dalam keutuhan
sebuah bangsa, dan dalam konteks sila keempat, nampak bahwa anak sebenarnya
menjadi salah satu elemen bangsa dan negara dimana bangsa dan negara dalam
mengambil keputusan tentang anak didasarkan dari dan pada perUndang-Undangan
yang mengatur tentang anak, tidak hanya dalam skala nasional tetapi juga dalam
skala internasional.
Landasan filosofis ketiga yang secara substansi berkorelasi erat dengan
keberadaan naskah akademik pemerintah provinsi Jawa Barat adalah tentang
Pemerintah Daerah yang diatur dalam Pasal 18, UUD 1945. Pasal 18, UUD 1945
memberi kewenangan kepada Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota) untuk menjalankan otonomi daerah, dalam hal ini otonomi dalam
hal kebijakan tentang anak.
Landasan filosofis keempat, berkorelasi erat dengan Hak Asasi Manusia yang
diatur dalam Pasal 28A sampai dengan Pasal 28 J, Bab XA, UUD 1945. Hak untuk
hidup, hak atas perlindungan dari dikriminasi dan kekerasan, hak untuk memperoleh
pemenuhan dasar, hak memajukan dirinya dan secara kolektif memajukan bangsa
dan negara, hak atas pengakuan, dan hak atas keadilan merupakan sebagian dari hal-
hal prinsip yang diatur dalam Pasal 28 J, Bab XA, UUD 1945, tidak hanya untuk
masyarakat Indonesia pada umumnya tetapi juga khususnya untuk anak.
Landasan filosofis kelima, diatur dalam Pasal 31, Bab XIII, UUD 1945, tentang
Pendidikan dan Kebudayaan, dimana sebagai warga negara, anak berhak
memperoleh pendidikan yang layak dan negara menjamin pembiayaan dan
pengembangan anak sesuai dengan nilai-nilai budaya yang hidup di dalam
masyarakat.

••• 34 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Landasan filosofis keenam, diatur dalam Pasal 34, Bab XIV, UUD 1945 tentang
Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial, dimana secara tegas dinyatakan
bahwa anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, dan negara mengembangkan
sistem jaminan sosial, fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum.
Pengembangan sistem jaminan sosial, fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
umum di sini tentu juga ditujukan untuk anak.

B. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan
hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang
telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum
dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang
berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk
Peraturan PerUndang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu,
antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis
atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang
sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau
peraturannya memang sama sekali belum ada.
Dari uraian yang dimaksud dengan substansi landasan yuridis di atas, maka
uraian selanjutnya adalah akan dipaparkan dasar dan landasan Yuridis dari naskah
akademik pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berkorelasi erat dengan kebutuhan,
permasalahan akibat dari keberlakuan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
5 Tahun 2006 tentang Perlindungan Anak, selanjutnya Peraturan Daerah Provinsi
Jabar Nomor 5/2006.

••• 35 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Landasan yuridis pertama, bahwa yang menjadi dasar atau landasan dari
keberlakuan Peraturan Daerah Provinsi Jabar Nomor 5/2006 adalah Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dimana Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 telah mengalami perubahan pada tahun 2014 menjadi Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002. Hal ini berarti Peraturan Daerah Provinsi Jabar Nomor 5/2006
seharusnya juga mengalami perubahan karena rujukan atau dasar hukum dari
keberlakukan Peraturan Daerah Provinsi Jabar Nomor 5/2006 telah mengalami
perubahan.
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, perubahan terdapat dalam hal:
Pasal 1, di antaranya pengaturan tentang anak penyandang disabilitas 18, anak yang
memiliki keunggulan19, kekerasan20, Pemerintah Daerah21, perubahan terhadap
substansi Pasal 6 dan penjelasan Pasal 6, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 200222,
perubahan terhadap substansi Pasal 9, Pasal 12, Pasal 14, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22,
Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 33, Pasal 38A, Pasal 39,
Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45,Pasal 45A, Pasal 45B, Pasal 46, Pasal
47, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 51, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 58, Pasal
59, Pasal 59A, Pasal 60, Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66, Pasal 67, Pasal 67A, Pasal 67B,
Pasal 67C, Pasal 68, Pasal 69A, Pasal 69B, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 71A, Pasal 71B,
Pasal 71C, Pasal 71D, Pasal 71E, Pasal 72, Pasal 73, Pasal 73A, Pasal 74, Pasal 75, Pasal
76, Pasal 76A, Pasal 76B, Pasal 76C, Pasal 76D, Pasal 76E, Pasal 76F, Pasal 76G, Pasal
76H, Pasal 76I, Pasal 76J, Pasal 77, Pasal 77A, Pasal 77B, Pasal 80, Pasal 81, Pasal 82,
Pasal 83, Pasal 86A, Pasal 87, Pasal 88, Pasal 89, dan Pasal 91A Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 200223. Hal ini berarti karena terdapat perubahan yang sifatnya
mendasar yang menjadi rujukan dari keberlakuan Peraturan Daerah Provinsi Jabar

18 Lihat Pasal 1, butir 7, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.


19 Lihat Pasal 1, butir 8, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.
20 Lihat Pasal 1, butir 15a, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
21 Lihat Pasal 1, butir 18, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.
22 Lihat Pasal 6, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.
23 Lihat Pasal 21, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

••• 36 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Nomor 5/2006, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, maka Peraturan


Daerah Provinsi Jabar Nomor 5/2006 secara yuridis harus juga mengalami
perubahan.
Landasan yuridis berikutnya, selain karena telah terjadi perubahan atas
Undang-Undang tentang anak, hal lain yang menjadi bahan pertimbangan akibat
perubahan dari Undang-Undang dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang
mengalami perubahan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 adalah terjadi kekosongan hukum dalam Peraturan Daerah Provinsi Jabar
Nomor 5/2006, dimana Peraturan Daerah Provinsi Jabar Nomor 5/2006 tidak
mengatur hal-hal tentang anak disabilitas, anak yang memiliki keunggulan, kekerasan
terhadap anak, anak korban perceraian, eksploitasi anak, anak korban bencana, anak
terpapar narkoba, pencegahan atas kemungkinan diskriminasi terdapat anak,
tanggung jawab negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas perlindungan
anak, kewajiban orang tua dan keluarga, pengangkatan anak, aborsi, kemungkinan
lahir sakit dan cacat, transplantasi organ anak, anak terlantar, anak rentan atas
HIV/AIDS, anak rentan terhadap narkoba, anak rentan terhadap terorisme dan
jaringan terorisme, anak korban kekerasan, anak korban kejahatan seksual, anak
korban trafficking, anak korban eksploitasi ekonomi, anak korban penelantaran, anak
korban stigma tertentu, penanganan anak yang menjadi korban, anak korban konflik
bersenjata, anak korban pornografi, dan perlindungan anak atas pornografi24.

C. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut
fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan
negara.
Landasan sosiologi juga seharusnya dapat memberi gambaran atas apa yang
terjadi atau menjadi persoalan khas tentang anak yang ada di 18 (delapan belas)
kabupaten dan 9 (sembilan) kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat, sehingga
24 Lihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.
••• 37 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

diharapkan peraturan daerah provinsi yang dirancang dapat menjadi norma atas
dasar kebutuhan masyarakat. Seperti misalnya kekhasan yang terjadi di Kabupaten
Indramayu, yang umumnya masyarakat mengetahui bahwa pada saat musim panen,
maka akan terjadi banyak perkawinan antara laki-laki dengan perempuan (anak),
dan pada saat musim tanam, maka kan terjadi banyak perceraian. Demikian halnya
dengan wilayah Cisarua, Kabupaten Bogor yang memiliki kekhasan kawin kontrak
pada saat musim haji. Hal-hal seperti inilah yang perlu dilakukan kajian mendalam
sebelum peraturan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat dirancang.
Kota Bandung misalnya, sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat memiliki
persoalan yang berkaitan dengan anak-anak di antaranya tentang anak jalanan25,
anak terpapar gadget, anak yang menjadi alat untuk mengemis, pergaulan bebas
anak, seks bebas anak, dan anak korban narkotika psikotropika.26 Demikian halnya
dengan Kabupaten Indramayu, dimana masih terjadi musim menikah pada bagi anak-
anak perempuan bilamana musim panen tiba dan akan terjadi perceraian bilamana

musim bercocok tanam tiba. Kemudian di Kabupaten Kabupaten Ciamis, berdasarkan


data Dinas Sosial tahun 2017, masalah yang berkorelasi erat dengan anak adalah
masalah kemiskinan, anak balita terlantar, anak terlantar, anak berhadapan dengan
hukum dan disabilitas.27
Wilayah lain yang memiliki kekhasan persoalan anak adalah Kabupaten
Bekasi. Di wiilayah Kabupaten Bekasi, berdasarkan data KPAI Kabupaten Bekasi pada
triwulan pertama 2018, jumlah kekerasan pada anak sudah mencapai 26 kasus,
dengan rata-rata 8-9 kasus pada setiap bulannya,28 dan hal ini berarti setiap

25 Berdasarkan informasi yang disampaikan Dinas Sosial Kota Bandung, perkiraan jumlah anak jalanan di
Kota Bandung adalah berkisar 2000 orang, https://bandung.merdeka.com/halo-bandung/jumlah-anak-
jalanan-di-bandung-sudah-berkurang-160813u.html - 22 Oktober 2018 – 10:08 WIB

26 http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2016/08/08/pemerintah-harus-total-benahi-masalah- anak-
jalanan-376849 - 22 Oktober 2018 – 10:06 WIB
27 https://wartapriangan.com/2017/03/30/tangani-masalah-pmks-dinsos-ciamis-berikan-penyuluhan-dan-
pembinaan/ - 22 Oktober 2018 – 09:59 WIB

28 http://www.beritasatu.com/megalopolis/491546-kasus-kekerasan-anak-di-kabupaten-bekasi-cukup-
tinggi.html - 23 Oktober 2018 – 21:35 WIB
••• 38 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

pekannya terjadi 2 kasus kekerasan terhadap anak.29


Di sisi yang lain, bilamana sebelumnya dipaparkan persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan anak, yang terdapat di beberapa Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa
Barat, khusus untuk Kabupaten Kuningan justru menjadi Kabupaten yang dapat
meraih penghargaan Kabupaten Layak Anak (KLA) sebanyak tiga kali karena telah
memenuhi beberapa prinsip anak, antara lain non diskriminasi, kepentingan hak
anak, dan mendengar pandangan anak dan hak kelangsungan hidup30. Walaupun
Kabupaten Kuningan telah memperoleh predikat KLA, namun masih ada persoalan
anak yang belum terselesaikan, yaitu kekerasan terhadap anak31. Lebih lanjut, dalam
kerangka Rancangan Peraturan Daerah tentang Anak Provinsi Jawa Barat, khusus
Kabupaten Kuningan seharusnya yang dapat didorong untuk meningkatkan potensi
anak, atau memecah aktivitas dari pencegahan dan menyelesaikan persoalan-

persoalan tentang anak menjadi meningkatkan potensi anak-anak di Kabupaten


Kuningan. Di kabupaten Karawang, persoalan anak meliputi 4 (empat) hal, yaitu:
asusila anak32; anak putus sekolah33; kekerasan terhadap anak34 dan peningkatan
anak jalanan35. Data tahun 2017, rata-rata lama sekolah di Karawang 7,4 tahun atau
hanya setingkat SMP, jadi masih banyak warga yang belum menuntaskan wajib
belajar sembilan tahun36, sedangkan data tahun 2017 terdapat 160 kasus asusila
anak, 30 diantaranya hubungan sesama jenis37.
Di Kabupaten Bogor, berdasarkan data tahun 2016, persoalan anak yang

29 https://metro.sindonews.com/read/1304951/170/setiap-pekan-terjadi-dua-kasus-kekerasan-anak-di-
bekasi 1526041826 - 23 Oktober 2018 - 21:37 WIB
30 https://www.kuningankab.go.id/berita/kuningan-tiga-kali-meraih-penghargaan-kabupaten-layak-

anak, 23 Oktober 2018 – 21:46 WIB


31https://www.bingkaiwarta.com/read/kekerasan-terhadap-perempuan-dan-anak-di-kabupaten- kuningan-

dalam-kurun-waktu-tahun-2015-2016-mencapai-61-kasus - 23 Oktober 2018 – 22:01


32 https://nasional.tempo.co/read/901888/dinas-sosial-kasus-asusila-anak-di-karawang-makin-aneh - 30
Oktober 2018 – 23:55
33 https://nasional.tempo.co/read/833684/ribuan-anak-di-karawang-putus-sekolah - 30 Oktober 2018 –

23:01
34http://www.beritasatu.com/hukum/316242-kekerasan-terhadap-anak-masih-marak-di-karawang.html

- 30 Oktober 2018 – 22:30


35http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2013/10/29/256691/anak-jalanan-di-karawang-meningkat

- 30 Oktober 2018 – 23:22


36 Supra no 28
37 Supra no 29.

••• 39 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

utama adalah berkaitan dengan kekerasan terhadap anak. Jumlah kasus kekerasan
terhadap anak mencapa 139 kasus, dan kekhasan dari kekerasan terhadap anak
adalah kekerasan dilakukan oleh orang terdekat anak38.
Hal lain, yang dapat disampaikan dan berkorelasi erat dengan landasan
sosiologis dalam konteks naskah akademik penyusunan draf Peraturan Daerah
tentang Anak Provinsi Jawa Barat adalah pendapat dan masukan yang disampaikan
pihak-pihak terkait dalam Focus Group Discussion (FGD) pada tanggal 28 Agustus
2018 dan 16 Oktober 2018. Berikut ini adalah beberapa masukan dan pendapat yang
diperoleh dari perkembangan masyarakat dan menjadi kebutuhan untuk diatur
dalam peraturan daerah Pemerinta Daerah Provinsi Jawa Barat adalah:
1. Anak Unggul;

2. Anak Disabilitas;
3. Fasilitas Umum Ramah Anak;
4. Perlindungan anak sebagai sebuah sistem meliputi pencegahan, identifikasi dini,
perlindungan tentang anak yang rentan (misal: keluarga dan lingkungan narkoba,
pornografi, eksploitasi sosial, pengemis, pengamen);
5. Payung hukum bagi pemerintah desa/kelurahan untuk menerbitkan regulasi
tentang anak;
6. Anak dan LGBT;
7. Rumah bagi anak yang baru saja keluar dari tahanan dan mendapat penolakan
dari keluarga dan lingkungannya;
8. Koordinasi antar dinas;
9. Puskesmas ramah anak;
10. Pemenuhan gizi anak;
11. Pelatihan kerja bagi anak sebagai pengganti pidana denda;
12. Anak/Bayi yang dibuang oleh orang tuanya;

38 https://regional.kompas.com/read/2017/03/07/17565191/kabupaten.bogor.masuk.zona.merah.kasus.
kekerasan.anak - 30 Oktober 2018 – 00:03

••• 40 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

BAB V
JANGKAUAN, ARAH PERATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Jangkauan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Jangkauan Peraturan Daerah (Peraturan Daerah) ini adalah dalam ruang


lingkup wilayah kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat,
kewenangan yang digunakan adalah kewenangan wajib (oligatory) dan kewenangan
mengatur (regulatory) yang terdapat dalam kewenangan pasal 13 Undang-Undang
No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yaitu kewenangan yang merupakan
kewenangan wajib. Materi muatan dari Peraturan Daerah merupakan kewenangan
yang diatur oleh pasal 14, Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan PerUndang-Undangan yang mengatur tentang muatan Peraturan Daerah
yaitu berkaitan dengan pelaksanan otonomi dan tugas pembantuan. Materi
Perlindungan Anak secara spesifik telah diatur oleh UU nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, yang kemudian diubah melalui Undang-Undang No. 35 tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Muatan peraturan Peraturan
Daerah menjangkau kepada Aturan Otonomi mengenai Perlindungan Anak termasuk
dalam jangkauan lingkup kebijakan dan perencanaan. Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Barat merupakan peraturan yang menjangkau kebijakan dan pengaturan di
lintas kota dan kabupaten di seluruh wilayah Jawa Barat, termasuk adat dan norma
yang berlaku dalam masyarakat. Jangkauan kelembagaan tersebut diupayakan
meningkatkan peran lembaga lembaga masyarakat dan adat yang ada.

••• 41 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Perubahan-perubahan yang dituangkan dalam Undang-Undang Perlindungan


Anak merupakan ketentuan dasar yang harus didukung oleh Peraturan Daerah
(Peraturan Daerah) sebagai instrumen pertama yang mengatur implementasi
kewenangan daerah. Adanya Peraturan Daerah Perlindungan Anak menjadi sangat
penting dalam mewujudkan tujuan otonomi daerah yang berkesinambungan dengan
tujuan nasional dalam konteks perlindungan anak terutama karena Indonesia
termasuk salah satu negara yang meratifikasi Konvensi Hak Anak. Karena hal itulah,
pada tahun 2006, Jawa Barat telah memberlakukan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat No. 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak yang mengatur tentang upaya
perlindungan anak. Munculnya Peraturan Daerah tersebut merupakan langkah awal
Jawa Barat untuk meneguhkan komitmen dalam rangka mengedepankan upaya
perlindungan anak. Peraturan Daerah (Peraturan Daerah) yang mengatur tentang
Perlindungan Anak merupakan panduan yang sangat dibutuhkan untuk menjaga agar
program kabupaten/kota layak anak dapat terus diimplementasikan secara
berkesinambungan karena Peraturan Daerah menjadi koridor yang menjaga arah
kebijakan daerah agar tidak bergeser dari rencana pembangunan nasional yang
diturunkan dari Undang-Undang. Adanya Peraturan Daerah menjadi jaminan agar
kelangsungan upaya perlindungan anak dapat terus berjalan tanpa terkena dampak
pergantian kepala daerah.
Seiring dengan waktu, telah terjadi adanya perubahan baik yang bersifat
internal di lembaga pemerintahan maupun eksternal di tingkat masyarakat dimana
hal tersebut menuntut adanya penyesuaian aturan yang tertuang dalam Peraturan
Daerah. Perubahan-perubahan administratif maupun struktural mengenai
tatalaksana peraturan kelembagaan di level pemerintahan dan terus berubahnya
perilaku sosial kemasyarakatan sebagai dampak dari dinamika sosial membuat
pembaharuan dan pemutakhiran Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 tahun
2006 tentang Perlindungan Anak akan menjadi langkah yang tepat untuk menjawab

••• 42 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

permasalahan yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, setidaknya terdapat 4 alasan


khusus yang mendasari perlunya dibuat kajian Peraturan Daerah.
Pertama, dari segi pemutakhiran peraturan, Peraturan Daerah No. 5 tahun
2006 masih mengacu pada Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak padahal Undang-Undang tersebut sudah mengalami perubahan sebanyak 2 kali
yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2014 atas Perubahan Undang-
Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak serta Undang-Undang No. 17
tahun 2016 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 tahun
2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang. Adanya Peraturan Daerah yang baru
diharapkan dapat mengakomodir perubahan-perubahan yang diatur dalam Undang-
Undang tersebut terutama mengenai kasus-kasus kejahatan seksual yang menjadi
sorotan atas adanya perubahan pada kedua UU tersebut. Selain itu, Peraturan Daerah
No. 5 tahun 2006 juga belum mengakomodir Undang-Undang No. 21 tahun 2007
tentang Tindak Pidana Peraturan Daerahgangan Orang yang mengatur mengenai
anak sebagai korban tindak pidana Peraturan Daerahgangan manusia, Undang-
Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak serta beberapa
peraturan perundangan lain terkait anak yang banyak diberlakukan dengan
mengakomodasi perkembangan dan tuntutan kebutuhan anak pada masa kini.
Kedua, dari segi pembaharuan struktur kelembagaan, pada saat Peraturan
Daerah tersebut dibuat, belum terdapat SKPD khusus yang didedikasikan terkait
perlindungan anak sehingga kebijakan perlindungan anak masih menjadi
kewenangan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2009 telah dibentuk SKPD
yang memfokuskan diri pada pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
yang saat ini menjadi Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat sehingga sudah menjadi mandat

••• 43 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

DP3AKB Provinsi Jawa Barat untuk menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai
penyedia layanan sesuai kewenangannya dalam rangka perlindungan anak.
Ketiga, dari segi pembagian kewajiban dan tanggung jawab pemerintah
daerah terkait upaya perlindungan anak, Peraturan Daerah No. 5 tahun 2006 tentang
Perlindungan Anak belum menyebutkan secara terinci hal-hal yang menjadi ruang
lingkup pekerjaan masing-masing SKPD terkait upaya perlindungan anak. Pembagian
wilayah kerja ini sangat diperlukan sebagai panduan SKPD untuk melakukan
koordinasi dan harmonisasi pekerjaan agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan
serta agar betul-betul dapat menjamin terpenuhinya hak-hak anak dan terlaksananya
upaya perlindungan anak.
Keempat, dari segi substansi, Peraturan Daerah No. 5 tahun 2006 masih
menitikberatkan pada penanganan kasus-kasus dan belum menyentuh area
pencegahan secara menyeluruh. Pada dasarnya, fokus penyelenggaraan
perlindungan anak mencakup upaya integratif dan koordinatif yang meliputi upaya-
upaya pencegahan, pengurangan resiko, dan penanganan korban dan/atau anak.
Upaya-upaya yang menyeluruh tersebut antara lain mencakup ruang lingkup
pengelolaan data dan informasi kesejahteraan sosial dan keluarga, perubahan
perilaku yang berpihak pada anak, serta fasilitasi dalam proses peradilan dan
penyelarasan program kerja.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, kajian terhadap Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No. 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak merupakan hal
yang perlu dilakukan. Diharapkan melalui kajian Peraturan Daerah ini perubahan-
perubahan yang tercantum dalam UU Nomor 17 Tahun 2016 dapat terakomodir
dengan mempertimbangkan karakteristik sosial dan struktur kelembagaan di Jawa
Barat. Kajian ini juga dapat sekaligus menjadi evaluasi terhadap implementasi
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak
yang telah dilakukan dengan mempertimbangkan hambatan-hambatan normatif dan

••• 44 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

kelembagaan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang menyebabkan pelayanan


perlindungan anak tidak dapat diberikan secara efektif. Selain itu, melalui kajian
Peraturan Daerah ini diharapkan dapat tercipta formula baru dalam mekanisme
perlindungan anak sehingga terbangun koordinasi yang terbentuk dari kewenangan
yang jelas mengenai pengelolaan dan penyelenggaraan perlindungan anak baik di
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

B. Arah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Arah pengaturan dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat, disesuaikan


dengan keberlakuan hukum sebagai kaidah yang akan diberlakukan dalam rangka
pemenuhan hak anak. Keberlakuan hukum harus memenuhi tiga unsur yaitu: unsur
filosofis, unsur yuridis normatif dan unsur sosiologis.
Rancangan Peraturan Daerah yang akan disusun harus memenuhi unsur
filosofis artinya memiliki kesesuaian dengan nilai-nilai dasar yang dianut oleh
masyarakat Jawa Barat pada umumnya dan Pancasila khususnya. Unsur yuridis
normatif artinya substansi Rancangan Peraturan Daerah harus memiliki kesesuaian
dengan norma kaidah yang ada di atasnya dan penyusunannya dilakukan sesuai
dengan prosedur yang berlaku dan diberlakukan oleh pejabat yang menurut
peraturan perundangan memiliki kewenangan untuk hal tersebut. Unsur sosiologis
artinya Rancangan Peraturan Daerah yang disusun harus mengakomodasi kebutuhan
dan aspirasi dari situasi dan kondisi kemasyarakatan yang ada di wilayah Jawa Barat.
Selain itu Rancangan Peraturan Daerah disusun berdasarkan pada sistem
perlindungan anak secara preventif dan represif. Dalam hal ini Rancangan Peraturan
Daerah disusun juga dengan mengakomodasi mekanisme pencegahan, selain dari
mekanisme penanganan dari setiap permasalahan yang terkait perlindungan anak di
Jawa Barat. Meski juga mengandung substansi penanaman kesadaran hukum pada
masyarakat Jawa Barat terkait perlindungan anak, Rancangan Peraturan Daerah juga

••• 45 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

mengandung sistem perlindungan hukum yang menerapkan mekanisme sanksi


untuk memotivasi adanya ketaatan dan kepatuhan terhadap kaidah hukum. Karena
sanksi bukan merupakan unsur yang utama dalam Rancangan Peraturan Daerah ini,
maka sanksi yang digunakan dapat berupa sanksi administrasi, dan sanksi pidana
ringan.

C. Ruang Lingkup Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan


Anak

I. Preambule/Pembukaan
II. Ketentuan Umum
1. Daerah
2. Pemerintah Daerah
3. Kepala Daerah
4. Pemerintah Provinsi
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah
7. Kabupaten/Kota
8. Bupati/Walikota
9. Anak
10. Perlindungan Anak
11. Perlindungan khusus
12. Orangtua
13. Wali
14. Keluarga
15. Masyarakat
16. Organisasi sosial
17. Lembaga Swadaya Masyarakat

••• 46 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

18. Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah


19. Anak terlantar
20. Anak berkebutuhan khusus
21. Peraturan Daerahgangan Anak
22. Eksploitasi anak
23. Anak angkat
24. Anak asuh
25. Rumah Sosial Perlindungan Anak
26. Pelayanan Sosial Bagi Anak
27. Pelayanan Sosial BagiAnak Terlantar
28. Kota ramah anak
29. Sekolah ramah anak
30. Akta kelahiran
31. Profesi Pekerjaan Sosial
32. Dan lain-lain pengertian serta istilah yang digunakan dalam Rancangan
Peraturan Daerah ini.
III. Asas, Tujuan dan Prinsip
IV. Ruang Lingkup Perlindungan Anak
1. Pemenuhan Hak Anak
2. Perlindungan khusus anak
3. Kelembagaan
4. Peran serta masyarakat
V. Pemenuhan Hak Anak
VI. Perlindungan Khusus Anak
VII. Kelembagaan
VIII. Peran Serta Masyarakat
IX. Pencegahan

••• 47 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

X. Penanganan Masalah
XI. Forum Anak
XII. Kota Layak Anak
XIII. Penghargaan terhadap Anak Berperstasi
XIV. Penyelenggara Perlindungan Anak
XV. Kewajiban Dan Tanggung Jawab
1. Umum
2. Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah Daerah
3. Kewajiban dan Tanggung Jawab Masyarakat
4. Kewajiban dan Tanggung Jawab Keluarga dan Orangtua
XVI. Koordinasi Pelaksanaan Perlindungan Anak
XVII. Pembiayaan
XVIII. Pengawasan
XIX. Ketentuan Sanksi
XX. Ketentuan Penutup

••• 48 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perkembangan dan Perubahan dari Pengaturan Perlindungan Anak
melalui Perundangan Nasional yang berpengaruh pada Peraturan Daerah
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sudah 2 (dua)
kali mengalami perubahan. Perubahan pertama disahkan melalui Undang-
Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang No. 35 tahun
2014 ini lahir dengan latar belakang adanya tumpang tindih antar peraturan
perUndang-Undangan sektoral terkait definisi anak dan maraknya kasus
kejahatan seksual pada anak serta belum terakomodirnya perlindungan
hukum terhadap anak penyandang disabilitas. Perubahan kedua Undang-
Undang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang No. 17 Tahun 2016
disusun untuk mempertegas perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda
bagi pelaku kejahatan terhadap anak terutama kejahatan seksual dengan tujuan
memberikan efek jera dan mendorong terwujudnya langkah-langkah konkrit
dalam memulihkan kembali kondisi fisik, psikis, dan sosial anak. Perubahan-
perubahan yang dituangkan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak
merupakan ketentuan dasar yang harus didukung oleh Peraturan Daerah
(Peraturan Daerah) sebagai instrumen pertama yang mengatur implementasi
kewenangan daerah.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah memberlakukan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No. 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak. Namun
seiring dengan waktu, telah terjadi adanya perubahan baik yang bersifat

••• 49 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

internal di lembaga pemerintahan maupun eksternal di tingkat masyarakat


dimana hal tersebut menuntut adanya penyesuaian aturan yang tertuang dalam
Peraturan Daerah. Perubahan-perubahan administratif maupun struktural
mengenai tatalaksana peraturan kelembagaan di level pemerintahan dan terus
berubahnya perilaku sosial kemasyarakatan sebagai dampak dari dinamika
sosial membuat pembaharuan dan pemutakhiran Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Barat No. 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak akan menjadi langkah
yang tepat untuk menjawab permasalahan yang terjadi. Adanya Peraturan
Daerah yang baru diharapkan dapat mengakomodir perubahan-perubahan
yang diatur dalam peraturan perUndang-Undangan yang berlaku setelah tahun
2006 terkait dengan perlindungan terhadap anak.

2. Data empiris kondisi anak di Provinsi Jawa Barat yang berpengaruh


terhadap pengaturan perlindungan anak di Jawa Barat
Berdasarkan data empiris yang didapatkan, baik melalui Biro Pusat
Statistik maupun penelitian yang dilakukan UNICEF bekerja sama dengan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia, ataupun
dari SKPD terkait di Provinsi di Jawa Barat diperoleh pemahaman terkait
kondisi anak di Provinsi Jawa Barat. Kondisi anak di Provinsi Jawa Barat
tersebut harus dapat diakomodasi dan direpresentasikan dalam pengaturan
Peraturan Daerah tentang Perlindungan Anak, sehingga Peraturan Daerah yang
akan disusun dapat berlaku secara optimal dalam melakukan baik pencegahan,
penanganan maupun penghargaan terhadap anak dengan pelbagai status dan
kondisinya. Data empiris yang didapat adalah data terkait kondisi dan status
anak hingga tahun 2017, yang dirasa relevan dan signifikan untuk diakomodasi
melalui pengaturan dalam Peraturan Daerah yang baru.

••• 50 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Selain dari kondisi empiris anak di jawa Barat, Provinsi Jawa Barat sejak
tanggal 9 Januari 2009 telah memiliki Dinas Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat.
Seperti diketahui pemenuhan hak anak sangat bergantung pada pemenuhan hak
orangtua dan terkait erat dengan persoalan yang dihadapi perempuan di Jawa
Barat. Sehingga apa yang menjadi persoalan dan kemudian program dari
DP3AKB Provinsi jawa Barat menjadi relevan dengan persoalan anak di Jawa
Barat. Lembaga DP3AKB ini adalah lembaga yang bertanggung-jawab untuk
mengkordinasi pemenuhan hak anak di Provinsi Jawa Barat. Lembaga ini adalah
lembaga baru yang dibentuk setelah dikeluarkannya Peraturan Daerah No. 5
tahun 2006 tentang Perlindungan Anak Provinsi Jawa Barat. Dengan adanya
lembaga baru ini, maka kordinasi penanganan dan penyelenggaraan
perlindungan anak sebagai perwujudan konkrit dari pengaturan yang terdapat
dalam Peraturan Daerah terletak pada lembaga baru ini. Maka dirasakan perlu
adanya pengaturan kordinasi dari lembaga ini pada penyusunan Peraturan
Daerah baru tentang Perlindungan Anak.

3. Pembaruan dan pemutakhiran Peraturan Daerah yang lama dan


menyusun Skema Rancangan Peraturan Daerah tentang Perlindungan
Anak yang baru.
Dalam Naskah Akademik ini juga telah dilakukan evaluasi atas peraturan
perundangan yang diberlakukan di Indonesia terkait perlindungan anak di Jawa
Barat. Evaluasi juga dilakukan pada Peraturan Daerah yang saat ini berlaku
yaitu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 tahun 2006 tentang
Perlindungan Anak yang dirasa belum mengakomodasi kebutuhan dan kondisi
anak di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan evaluasi tersebut kemudian
disusunlah skema rancangan Peraturan Daerah tentang Perlindungan Anak

••• 51 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

yang baru yang lebih mengakomodasi perkembangan dan perubahan peraturan


yang ada dan lebih menjawab permasalahan anak di Provinsi Jawa Barat.

B. Saran
1. Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah seluas 35.222,18 Km terdiri dari 18
kabupaten dan 9 kota dengan total penduduk 43.053.732 jiwa. Penduduk Jawa
Barat tersebar di perkotaan (65,19%) dan pedesaan (34,31%). Dengan
penduduk yang sangat multicultural dan mengalami perkembangan yang
pesat, provinsi Jawa Barat juga menyimpan potensi permasalahan social
termasuk pemenuhan hak anak yang sangat beragam dan tinggi angkanya.
Dengan kondisi tersebut, dirasakan mendesak untuk segera melakukan
penyusunan Peraturan Daerah yang baru yang dapat mengakomodasi baik
secara sosiologis maupun normative perubahan dan perkembangan yang ada
terkait dengan perlindungan anak.
2. Selain dari penyusunan Peraturan Daerah baru yang lebih akomodatif,
dibutuhkan pula penanganan dan penyelenggaraan yang terintegrasi dari
lembaga yang memiliki kewenangan khusus guna mewujudkan tujuan
tercapainya pemenuhan hak anak. Sebagai provinsi yang terdiri atas pelbagai
budaya dan jenis penduduk maka penyelenggaraan perlindungan anak di Jawa
Barat tidak hanya harus memfokuskan pada upaya penanganan permasalahan
yang telah ada, namun juga harus meliputi upaya-upaya pencegahan dan
pemberian penghargaan yang layak kepada anak yang berprestasi. Dengan
perkembangan sosial dan ekonomi yang ada di jawa Barat, sudah selayaknya
Jawa Barat menjadi pionir dalam memberikan pemenuhan hak anak meliputi
pencegahan, penanganan dan penghargaan tersebut.

••• 52 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Coates, Susan W : John Bowlby and Margaret S. Mahler: Their Lives and Theories,
japa, pp 581-587
C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,
Alumni, Bandung
Direktorat Tenaga Teknis. (2003). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 0 –
6 Tahun, Jakarta: PT Grasindo.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkem-bangan, terjemahan Istiwidayanti dan
Soejarwo. Jakarta: Erlangga, 1996I Made Pasek Diantha berpendapat bahwa
Metode Penelitian Normatif adalah meneliti hukum dari perspektif internal
dengan obyek penelitiannya adalah norma hukum. Lihat I Made Pasek
Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2016.
Shaffer, David R. 2005. Social and Personality Development. United States of
America: Thomson Wadsworth.

Peraturan PerUndang-Undangan:

Undang-Undang Dasar 1945


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Undang-Undang
Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 9 tahun 2012 Tentang Pengesahan Optional Protocol dari
Convention on the Rights of the Child (CRC) tentang Keterlibatan Anak dalam
Konflik Bersenjata.
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Undang-Undang nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Peraturan Daerahgangan Orang.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000 Tentang Konvensi ILO Nomor 182 Tentang
Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk untuk Anak
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok tentang
••• 53 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Kejahteraan Sosial
Kitab Undang-Undang Hukum Peraturan Daerahta.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar.

••• 54 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 Tentang Usaha Kesejahteraan Anak bagi
yang Mempunyai Masalah.
Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 2004 Tentang Komisi Perlindungan Anak.
Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak.
Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 Tentang Konvensi Hak Anak (KHA)
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 3 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2008.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 15 Tahun 2011 tentang Perubahan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2008
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Inspektorat, Bappeda, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi
Pamong Praja Provinsi Jawa Barat
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 tahun 2006 tentang Perlindungan
Anak

Internet:

https://www.unicef.org/indonesia/id/A1_-_B_Ringkasan_Kajian_MDG.pdf,
20/11/2018, 09:31.
https://bandung.merdeka.com/halo-bandung/jumlah-anak-jalanan-di-bandung-
sudah-berkurang-160813u.html - 22 Oktober 2018 – 10:08 WIB.
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2016/08/08/pemerintah-harus-
total-benahi-masalah-anak-jalanan-376849 - 22 Oktober 2018 – 10:06 WIB.
https://wartapriangan.com/2017/03/30/tangani-masalah-pmks-dinsos-ciamis-
berikan-penyuluhan-dan-pembinaan/ - 22 Oktober 2018 – 09:59 WIB.
http://www.beritasatu.com/megalopolis/491546-kasus-kekerasan-anak-di-
kabupaten-bekasi-cukup-tinggi.html - 23 Oktober 2018 – 21:35 WIB.
https://metro.sindonews.com/read/1304951/170/setiap-pekan-terjadi-dua-
kasus-kekerasan-anak-di-bekasi-1526041826 - 23 Oktober 2018 - 21:37
WIB.
https://www.kuningankab.go.id/berita/kuningan-tiga-kali-meraih-penghargaan-
kabupaten-layak-anak, 23 Oktober 2018 – 21:46 WIB.

••• 55 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

https://www.bingkaiwarta.com/read/kekerasan-terhadap-perempuan-dan-anak-
di-kabupaten-kuningan-dalam-kurun-waktu-tahun-2015-2016-mencapai-
61-kasus - 23 Oktober 2018 – 22:01.
https://nasional.tempo.co/read/901888/dinas-sosial-kasus-asusila-anak-di-
karawang-makin-aneh - 30 Oktober 2018 – 23:55.
https://nasional.tempo.co/read/833684/ribuan-anak-di-karawang-putus-sekolah -
30 Oktober 2018 – 23:01.
http://www.beritasatu.com/hukum/316242-kekerasan-terhadap-anak-masih-
marak-di-karawang.html - 30 Oktober 2018 – 22:30.
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2013/10/29/256691/anak-jalanan-
di-karawang-meningkat - 30 Oktober 2018 – 23:22.
https://regional.kompas.com/read/2017/03/07/17565191/kabupaten.bogor.mas
uk.zona.merah.kasus. kekerasan.anak - 30 Oktober 2018 – 00:03.

Lain-lain:

Hasil Susenas 2008-2012 dan Sensus Penduduk 2010, Badan Pusat Statistik

••• 56 •••
Naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Perlindungan Anak

••• 57 •••

Anda mungkin juga menyukai