Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SISTEM FILSAFAT

DOSEN PENGAMPU :

MEILAN LESTARI, SH,MH.

DISUSUN OLEH :

RINI SUKMA (216210040)

SYLVIA PRATAMA DEVI (216210032)

SALSABILLA DENURZAH (216210639)

SHERRIN SALSABILLA (216210158)

QOMARIA NATASYA (216210473)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


KATA PENGANTAR

Bismillah

Assalamualaikum.wr.wb

Alhamdulillah syukur kita ucapkan atas Rahmat Allah SWT, karna berkat rahmat

dan karunia-Nya kita di beri kesehatan hingga saat ini. Shalawat beserta salam

kita ucapkan buat junjungan kita yakni Nabi Besar Muhammad SAW yang telah

membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang berilmu pengetahuan seperti

yang kita rasakan saat ini.

Yang saya hormati Ibu Meilan Lestari,SH,MH. selaku dosen pengampu yang

telah membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini, saya juga

berterimakasih pada google sebagai referensi dalam menyeselesaikan makalah ini.

Saya juga meminta maaf kepada para pembaca jika ada terdapat kesalahan

maupun kekurangan pada makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
1. FILSAFAT.......................................................................................................6
1. Pengertian filsafat.........................................................................................6
2. Lingkup pengertian filsafat..........................................................................7
3. Cabang-cabang filsafat dan aliran-alirannya................................................8
2. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT............................................10
Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia...........11
3. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM
FILSAFAT.........................................................................................................12
1. Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila.....................................................12
2. Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancasila....................................................13
3. Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila.........................................................16
BAB III...................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................17
A. KESIMPULAN.............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada umunya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang

menyongkong Negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh,teguh, serta agar tidak

terombang ambing oleh persoalan yang muncul pada masa kini. Pada hakiatnya

ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan

distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat sesuatu yang bersifat

dialektis anatar ideologi dengan masyrakat negara.

Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi

negara dan karakteristik pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia

menunukan bahwa pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, yang

memberikan kekuatan hidup kepada bangsa indonesia serta membimbingnya

dalam mengejar kehidupan yang layak dan leboh baik, untuk mencapai masyrakat

indonesia yang adil dan makmur.

Pancasila merupakan merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena

dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau pindah. Bagi bangsa

indonesia, pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pancasila sebagai sistem filsafat?

2. Apa saja cabang-cabang dan aliran filsafat?


3. Apa saja fungsi filsafat untuk bangsa indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu pancasila sebagai sistem

filsafat

2. Untuk mengetahui dan memahami cabang-cabang dan aliran filsafat

3. Mengetahui dan memahami fungsi filsafat untuk bangsa indonesia


BAB II
PEMBAHASAN

1. FILSAFAT

1. Pengertian filsafat

Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia mempunyai padanan “falsafah” dalam

kata arab. Sedangkan menurut kata inggris “philosophy” kata Perancis

“pholosophie”, yang kesemuanya itu diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia

“filsafat”.

Istilah filsafat berasal dari bahasa yunani, bangsa yunanilah yang mula-mula

berfilsafat seperti lazimnya dipahami orang sampai sekarang. Kata ini bersifat

majemuk, berasal dari kata “philos” yang berarti “sahabat” dan kata “shopia”

yang berarti “pengetahuan”.

Jadi istilah filsafat pada mulanya merupakan suatu istilah yang secara umum

dipergunakan untuk menyebutkan usaha kearah keutamaan mental (the pursuit of

mental excellence) (Ali mudhofir,1985).

2. Lingkup pengertian filsafat

 Objek material filsafat, objek pembahasan filsafat yang meliputi segala

sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti, manusia, alam, benda,

binatang, dan lain sebagainya, maupun sesuatu yang bersifat abstrak misalnya

nilai, ide-ide, ideology, moral, pandangan hidup dan lain sebagainya.


 Objek formal filsafat, cara memandang seseorang peneliti terhadap objek

material tersebut, suatu objek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai

macam sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu terdapat berbagai macam

sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat, antara lain dari

sudut pandang nilai terdapat bidang aksiologi, dari sudut pandang

pengetahuan terdapat bidang epistemology, keberadaan bidang ontology,

tingkah laku baik dan buruk bidang etika, keindahan bidang estetika dan lain

sebagainya. Berdasarkan objek materian dan formal ilmu filsafat tersebut

maka lingkup pengertian filsafat menjadi sangat luas. Berikut berbagai bidang

lingkup pengertian filsafat yakni:

1. Filsafat sbagai produk mencakup pengertian.

A. Pengertian filsafat mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan ilmu

konsep dari para filsuf pada zaman dahulu, teori, sistem atau tertentu, yang

merupakan hasil dari proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.

B. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil

dari aktivitas berfilsafat. Filsafat dalam pengertian jenis ini mempunyai ciri-ciri

khas tertentu sebagai suatu hasil kegiatan berfilsafat dan pada umumnya proses

pemecahan persoalan filsafat ini diselesaikan dengan kegiatan berfilsafat (dalam

pengertian filsafat sebagai proses yang dinamis).

2. filsafat sebagai suatu proses


Dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam

proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara atau

metode tertentu yang sesuai dengan objek permasalahannya. Dalam pengertian ini

filsafat merupakan suatu system pengetahuan yang bersifat dinamis.

3. Cabang-cabang filsafat dan aliran-alirannya

Cabang-cabang filsafat yang tradisional sebagai berikut:

 Metafisika: yang berkaitan dengan persoalan tentang hakikat yang ada (segala

sesuatu yang ada). Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas

persoalan tentang kebel"adaan atau eksistensi. Istilah metafisika berasal dari

kata Yunani meta ta physika yang dapat diartikan sesuatu yang ada di balik

atau di belakang benda-benda. Pada umumnya persoalan-persoalan metafisis

dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, yaitu ontologi (metafisika umum),

kosmologi, dan antropologi.

(a) Persoalan Ontologi misalnya: Apa yang dimaksud dengan, keberadaan

atau eksistensi itu? Bagaimanakah penggolongan keberadaan atau eksistensi?

(b) Persoalan-persoalan kosmologis (alam), persoalan yang beltalian dengan

asal-mula, perkembangan dan struktur alamo Misalnya: Jenis ketel"aturan apa

yang ada dalam alam? Apa hakikat hubungan sebab dan akibat? Apakah mang

dan waktu itu?

(c) Persoalan-persoalan antropologi (manusia) misalnya: Bagaimana

hubungan antara badan dan jiwa? Apakah manusia itu memiliki kebebasan

kehendak atau tidak?


 Epistemology: yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.

Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu

diperhatikan bagaimana dan dengan sarana apakah kita dapat memperoleh

pengetahuan. Istilah Epistemologi ini dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere.

adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,

sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan

kesahihan pengetahuan. Aliran ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana

manusia mendapat pengetahuannya sehingga pengetahuan itu benar dan

berlaku. Pada garis besarnya ada beberapa paham pengetahuan, antara lain:

emperisme, idealisme, kritisisme, dan rasionalisme.

 Metodologi: yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau mata pelajaran

tentang metode, dan khususnya metode ilmiah. Tetapi metodologi juga dapat

membahas metode-metode yang lain, seperti metode-metode yang dipakai

dalam sejarah. Metodologi membicarakan hal-hal seperti observasi, hipotesis,

hukum, teori, susunan eksperimen, dan sebagainya.

 Logika: yang berkaitan dengan persoalan penyimpulan. Secara harfiah logika

adalah pengkajian dalam bepikir secara sahih. Dalam menarik kesimpulan

dapat melalui berbagai cara. Akan tetapi secara garis besarnya dapat di

golongkan menjadi dua diantarnya yaitu logika induktif dan logika deduktif.

Logika deduktif ini adalah penarikan kesimpulan yang bersifat khusus

sedangkan logika induktif adalah penarikan kesimpulan secara secara umum.

 Etika: Kata "etika" berasal dari bahasa Yunani "etos" yang mempunyai arti

yakni kebiasaan. Etika berbeda dengan moral dan moralitas dalam etika
tersebut yang menunjukkan teori tindakan yang benar dan kebaikan yang lebih

besar, sedangkan moral menunjukkan praktik mereka . Etika tidak terbatas

pada tindakan spesifik dan kode moral yang didefinisikan, namun mencakup

keseluruhan cita-cita dan perilaku moral, filosofi kehidupan seseorang.

 Estetika: yang berkaitan dengan persoalan keindahan. estetika merupakan

cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan

serta tanggapan manusia terhadapnya. Berdasarkan asal mula kata dan arti

dalam KBBI, estetika merupakan penilaian yang timbul sebagai tanggapan

dari manusia terhadap suatu keindahan. Selain itu, ada pula yang memandang

sebagai suatu bagian penting filsafat. Dari sudut pandang filsafat, pengertian

estetika adalah cabang filsafat yang membahas tentang keindahan. Bukan saja

keindahan dalam hal seni, melainkan keindahan secara umum, termasuk

keindahan alam semesta.

2. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa Indonesia Kedudukan dan fungsi Pancasila

harus dipahami sesuai dengan konteksnya, seperti Pancasila sebagai pandangan

hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai

ideologi bangsa dan negara Indonesia. fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat

negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila ini pada hakikatnya

adalah sistem nilai yang mana merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan

bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan

luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan

bangsa Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu
melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam

Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan

sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad

bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta

perbuatannya. Nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber

nilai utama yaitu:

 Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari

Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaranajaran

agama dalam kitab suci

 Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari

nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adatistiadat yang

baik) yang tersebar di seluruh nusantara.

Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia

Keberadaan Pancasila telah terbukti yakni mampu mempersatukan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep

Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas

beragam budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan inilah

maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:

 Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia

 Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

 Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia


 Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di

Indonesia

 Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia

 Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan

bangsa Indonesia g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan

bangsa Indonesia

 Pancasila sebagai moral pembangunan

 Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

3. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM


FILSAFAT

1. Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki

hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut

sebagai dasar antropologis. Subjek pokok pendukung sila-sila Pancasila adalah

manusia. Filsafat Pancasila bahwa hakikatnya dasar Antropologis sila-sila

Pancasila adalah manusia. Manusia sebagai pendukung pokok pancasila secara

ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat raga dan

jiwa jasmani dan rohani. Sifat Kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu

dan makhluk social serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi

berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa.


2. Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancasila

Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari

hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Epistemologis merupakan

bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu).

Kajian epistemologi Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologinya.

Maka dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya

yaitu tentang hakikat manusia.

Menurut Titus (1984: 20), terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam

epistemologis, yaitu tentang: sumber pengetahuan manusia, teori kebenaran

pengetahuan manusia, dan watak pengetahuan manusia. Epistemologis Pancasila

sebagai suatu objek kejian pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber

pengetahuan pancasila dan susunan pengetahuan pancasila.

Sumber pengetahuan pancasila yaitu nilai-nila yang ada pada bangsa Indonesia itu

sendiri. Kembali pada pemikiran filsafat Aristoteles, nilai-nilai tersebut

merupakan kausa materialis pancasila.

Mengenai susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, Pancasila

memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila

Pancasila maupun isi arti sila-sila Pancasila itu. Susunan sila-sila pancasila

bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal, yang memiliki arti sebagai berikut :
 Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya. Pada sila

pertama pancasila ini terkadung nilai bahwa Negara yang didirikan adalah

sebagai tujuan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Maka dari itu,

segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaran Negara

bahkan moral Negara, moral penyelenggaraan Negara, politik Negara,

pemerintahan Negara, hukum dan peraturan perundang-undangan Negara,

kebebasan dan hak asasi warga Negara harus di jiwai nilai-nilai ketuhanan yang

maha esa

 Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga,

keempat, dan kelima. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis

antropologis bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan

raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk

pribadi berdiri sediri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa

 Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama, yakni terkandung nilai Negara

adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan

makhluk social. Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama

diantara elemen-elemen yang membentuk Negara yang berupa, suku, ras,

kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan

merupakan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas yang membentuk

Negara.

 Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga serta

mendasari dan menjiwai sila kelima. adalah bahwa hakikat Negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan

makhluk social. Sehingga dalam sila kerakyatan tekandung nilai demokrasi

yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup Negara.

 Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Susunan pancasila memiliki sistem logis, baik secara kualitas maupun

kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut kualitas dan

kuantitasnya serta menyangkut isi arti silasila Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan

Yang Maha Esa memberikan landasan kebenaran pengetahuan manusia yang

bersumber pada intuisi. Sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologis

Pancasila mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak, hal ini sebagai tingkat

kebenaran yang tertinggi.

Kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu sintesis yang harmonis

antara potensipotensi kejiwaan manusia, yaitu akal, rasa dan kehendak manusia

untuk mendapatkan kebenaran yang tertinggi. Selain itu, dalam sila ketiga,

keempat dan kelima, epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus

terutama berkaitan dengan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial. Sebagai suatu paham epistemologis, Pancasila mendasarkan

pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena

harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius

dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam hidup

manusia. Itulah sebab pancasila serta epistemologis harus menjadi dasar moralitas

bangsa dalam membangun perkembangan sains dan teknologi sekar.


3. Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila

Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada

serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Menurut Notonegoro,

nilai-nilai tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

 Nilai Material : segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.

 Nilai Vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan

suatu aktivitas atau kegiatan.

 Nilai Kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia yang

dapat dibedakan atas empat tingkatan sebagai berikut :

 Nilai kebenaran : nilai yang bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta

manusia.

 Nilai keindahan/estetis : nilai yang bersumber pada perasaan manusia.

 Nilai kebaikan/moral : nilai yang bersumber pada unsur kehendak (will,

wollen, karsa) manusia

 Nilai religius : nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak yang

berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan manusia serta bersumber

pada wahyu Tuhan Yang Maha Esa.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa filsafat pada

mulanya merupakan suatu istilah yang secara umum dipergunakan untuk

menyebutkan usaha kearah keutamaan mental. Objek material filsafat,

objek pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu baik yang bersifat

material kongkrit seperti, manusia, alam, benda, binatang, dan lain

sebagainya, maupun sesuatu yang bersifat abstrak misalnya nilai, ide-ide,

ideology, moral, pandangan hidup dan lain sebagainya.

Terdapat berbagai bidang lingkup pengertian filsafat seperti

Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian arti-arti filsafat sebagai

jenis pengetahuan ilmu konsep dari para filsuf pada zaman dahulu, teori,

system atau tertentu, yang merupakan hasil dari proses berfilsafat dan

yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan Filsafat sebagai suatu jenis

problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas

berfilsafat. Juga filsafat sebagai suatu proses Dalam hal ini filsafat

diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan

suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara atau metode ternteu

yang sesuai dengan objek permasalahannya.


Subjek pokok pendukung sila-sila Pancasila adalah manusia.

Filsafat Pancasila bahwa hakikatnya dasar Antropologis sila-sila Pancasila

adalah manusia. Manusia sebagai pendukung pokok pancasila secara

ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat

raga dan jiwa jasmani dan rohani. Mengenai susunan Pancasila sebagai

suatu sistem pengetahuan, Pancasila memiliki susunan yang bersifat

formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti

sila-sila Pancasila itu.

Anda mungkin juga menyukai