Anda di halaman 1dari 21

BAB I

Tinjauan Umum

A. Keterampilan Berbahasa
Keterampilan Berbahasa (language skill) mencakup empat segi:
 Menyimak
 Berbicara
 Membaca
 Menulis

1. Hubungan antara Berbicara dan Menyimak


a) Ujaran biasanya dipelajari melelui menyimak dan meniru.
b) Kata-kata yang akan dipakai biasanya ditentukan oleh
perangsangan.
c) Ujaran anak mencermikan pemakaian bahasa di lingkungan
tinggalnya.
d) Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimt yang panjang
dan rumit.
e) Meningkatkan keterampilan menyimak berarti meningkatkan
kualitas berbicara seseorang.
f) Bunyi atau suara merupakan faktor penting dalam pemakaian kata
anak.
g) Berbicara dengan menggunakan alat peraga akan menghasilkan
penangkapan informasi lebih baik.

2. Hubungan antara Menyimak dan Membaca


a) Pengajaran diberikan oleh guru dengan bahasa lisan.
b) Menyimak merupakan cara utama bagi pelajaran lisan.
c) Anak-anak menguasai atau memakai sejumlah kata yang mereka
dengar.
d) Pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih
efektif dan teratur.
e) Kosa kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan
dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
f) Pelajar yang lebih tinggi kelasnya korelasi antara kosa kata baca
dan kosa kata simak sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.
g) Diskriminasi pendengaran yang jelek acapkali dihubungkan
dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu
faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan
dalam membaca.
h) Menyimak turut membantu anak untuk menangkap ide utama yang
diajukan oleh pembicara, tapi bagi pelajar yang lebih tinggi
kelasnya membaca lebih unggul daripada menyimak.

3. Hubungan antara Berbicara dan Membaca


a) Penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa
lisan.
b) Pola pelajaran ujaran yang buta huruf mungkin dapat menggangu
pelajaran membaca pada anak-anak.
c) Tahun permulaan sekolah membantu suatu pelajaran bagi anak
untuk belajar membaca.
d) Kosa kata khusus harus diajarkan secara langsung.

4. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis


a) seorang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis.
b) Seorang anak yang sudah lancar bicara, biasanya dapat menuliskan
pengalaman-pengalaman pertamanya.
c) Perbedaan terdapat pula pada komunikasi lisan dan komunikasi
tulis.
d) Membuat catatan atau bagan dan rangka ide-ide yang akan
disampaikan.

B. Membaca
1) Pengertian Batasan Membaca
Membaca adalah proses yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan yang
disampaikan penulis lewat media kata-kata.
Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan alat
untuk menerima komunikasi.
Berbicara dan menulis berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk
mengutarakan makna, mengemukakan pendapat, mengekspresikan pesan.
(Anderson 1972: 3).
Tingkatan hubungan antara makna yang hendak dikemukakan penulis dan
penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan ketetapan membaca.
Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis, tetapi berada pada pikiran
pembaca.
Menyimak dan berbicara haruslah mendahului kegiatan membaca.

2) Tujuan Membaca
Tujuan utamanya adalah untuk menangkap serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan.
a. Membaca untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan
oleh tokoh.
b. Untuk mengetahui ide utama.
c. Untuk mengetahui urutan, organisasi cerita.
d. Untuk menyimpulkan.
e. Untuk mengklarifikasikan.
f. Untuk mengevaluasi.
g. Untuk memperbandingkan (Anderson 1972: 214).

3) Membaca sebagai sustu keterampilan


Keterampilan membaca mencakup tiga komponen:
a. Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
b. Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsure-unsur linguistic
yang formal.
c. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning
(Broughton (et al) 1978: 90).
4) Aspek-aspak membaca
Ada dua aspek penting dalam membca:
a. Keterampilan yang bersipat mekanis (mechanical skill), berada diurutan
paling rendah.
Aspek-aspek dalam mechanical skill:
 Pengenalan bentuk hurup
 Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa,
dll).
 Pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi.
 Kecepatan membaca ke taraf lambat.
b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skill), urutannya
lebih tinggi.
Aspek-aspek dalam comprehension skill:
 Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal)
 Memahami signfikasi atau makna (tujuan pengarang, budaya, reaksi)
 Evaluasi (isi, bentuk)
 Kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan
keadaan.

Membaca nyaring = mendapat/ mencapai tujuan dalam mechanical


skill.
Membaca dalam hati = mendapat/ mencapai tujuan dalam
comprehension skill.

5) Mengembangan keterampilan membaca


 Memperkaya kosa kata.
 Memahami makna struktur-struktur kata, kalimat.
 Menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan.
 Menjamin serta meningkatkan (memastikan) pemahaman para
pelajar.
 Meningkatkan kecepatan membaca para pelajar.

Tanggung jawab guru dalam menigkatkan keterampilan membaca pelajar, yaitu:


 Memperluas pengalaman para pelajar.
 Mengajarkan bunyi-bunyi dan makna-makna kata-kata baru.
 Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau simbol.
 Membantu pelajar memahami struktur-struktur.
 Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman.
 Membantu pelajar untuk meningkatkan kecepatan membaca.
Tahap-tahap dalam pengajaran dan pelajaran membaca:
 Tahap I
Pelajar disuruh membaca bahan yang telah mereka pelajari dan
mengucapkannya dengan baik.
 Tahap II
Guru menyusun kata-kata serta struktur-struktur yang telah diketahui
menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam.
 Tahap III
Pelajar mulai membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang
masih asing. Guru dapat menyediakan bahan atau menyusun teks-teks
dengan kosa kata dan struktur bertaraf rendah tetapi berdaya tarik tinggi.
 Tahap IV
Penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah –
majalah sebagai bahan bacaan tahap ini.
 Tahap V
Bahan bacaan tidak dibatasi.

BAB II
Membaca Nyaring

A. Pengertian
Proses membaca dapat dibagi atas:
1. Membaca nyaring
Dalam membaca nyaring yang digunakan adalah penglihatan, ingatan, ingatan
pendengaran, motor memory (ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot
kita).
2. Membaca dalam hati
Dalam membaca dalam hati yang digunakan adalah mata, penglihatan, visual
memory (ingatan visual).

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang merupakan alat bagi guru, murid,
ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pedengar untuk
menangkap serta memahami informasi, fikiran, dan perasaan seorang pengarang.
Membaca nyaring yang baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan mata
yang tinggi serta pandangan mata yang jauh.
Tujuan menyimak adalah untuk memahami yang dibacakan orang.

B. Keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring


 Kelas I
 Mempergunakan ucapan yang tepat.
 Mempergunakan frase yang tepat.
 Mempergunakan intonansi suara yang wajar.
 Memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku
dengan baik.
 Menguasi tanda-tanda baca sederhana.

 Kelas II
 Membaca dengan terang dan jelas.
 Membaca dengan penuh perasaan.
 Membaca tanpa terbata-bata.

 Kelas III
 Membaca dengan penuh perasaan.
 Mengerti serta memahami bahan bacaan.

 Kelas IV
 Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
 Kecepatan mata dan suara: 3 patah / detik.

 Kelas V
 Membaca dengan pemahaman dan perasaan.
 Aneka kecepatan membaca bergantung bacaannya.
 Dapat membaca tanpa terus menerus melihat bahan bacaan.

 Kelas VI
 Membaca nyaring dengan penuh ekspresi.
 Membaca dengan penuh kepercayaan.

Untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami maksud pengarang,


yaitu:
1. Menyoroti ide-ide baru.
2. Menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lain.
3. Menerangkan kesatuan-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik.
4. Menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga suara.
5. Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang baik
dan tepat.
BAB III
Membaca dalam hati
A. Pengertian
Membaca dalam hati hanya mempergunakan ingatan visual, yang melibatkan
pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca dalam hati adalah untuk
memperoleh informasi.
Keterampilan membaca dalam hati merupakan kunci utama bagi ilmu
pengetahuan.
Pada membaca dalam hati ini, anak mencapai kecepatan dalam pemahaman frase-
frase, memperkaya kosa katanya, dan memperoleh keuntungan dalam hal
keakraban dengan sastra yang baik.
Sebagian besar dari kegiatan membaca di masyarakat selama kita hidup adalah
kegiatan membaca dalam hati, membaca dalam hati ini lebih ekonomis.
Membaca dalam hati dapat dibagi atas:
1. Membaca ekstensif
2. Membaca intensif

B. Membaca Ekstensif
Dengan isi bahan bacaan yang menjadi tujuan dan tuntutan kegiatan membaca
ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga
dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana.
Membaca ekstensif terbagi atas:
1. Membaca Survei
2. Membaca Sekilas
3. Membaca Dangkal

1. Membaca Survei
Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah, dengan
jalan:
a) Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam
buku-buku.
b) Melihat-lihat, memeriksa-meriksa, meneliti judul bab-bab yang terdapat
dalam buku-buku yang bersangkutan.
c) Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.

2. Membaca Sekilas
Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak
dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta
mendapatkan informasi penerangan.
Tujuan utama membaca sekilas adalah:
a) Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku.
b) Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.
c) Untuk menemukan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam
perpustakaan (Albert (et al) 1961:30).

3. Membaca Dangkal
Membaca dangkal bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang
bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan.
Membaca ekstensif biasanya lebih banyak dilakukan diluar kelas.

C. Membaca Intensif
Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci
yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua-
empat halaman setiap hari.
Membaca intensif terbagi atas:
a. Membaca telaah isi
b. Membaca telaah bahasa

Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh


terhadap argument-argumen yang logis, urutan-urutan retoris/ pola-pola teks dan
pola-pola simbolisnya.

D. Keterampilan yang dituntut pada membaca dalam hati


 Kelas I
 Membaca tanpa bersuara.
 Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala.

 Kelas II
 Membaca tanpa gerakan bibir/ kepala.
 Membaca lebih cepat secara dalam hati daripada bersuara.

 Kelas III
 Membaca tanpa menunjuk dengan jari.
 Memahami bahan bacaan.
 Lebih cepat membaca dalam hati.

 Kelas IV
 Mengerti serta memahami bahan bacaan.
 Kecepatan mata dalam membaca 3kata/detik.

 Kelas V
 Membaca dalm hati jauh lebih cepat.
 Membaca dengan pemahaman yang baik.
 Membaca tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari.
 Menikmati bahan bacaan.

 Kelas VI
 Membaca tanpa gerakan bibir.
 Dapat menyesuaikan kecepatan membaca.
 Dapat membaca 180 patah kata/ 1 menit.
BAB IV
Membaca Telaah Isi
A. Pendahuluan
Membaca telaah isi terbagi atas:
 Membaca teliti
 Membaca pemahaman
 Membaca kritis
 Membaca ide

B. Membaca Teliti
Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterampilan, antar lain:
 Survei yang cepat untuk menemukan organisasi tulisan.
 Membaca secara seksama dan membaca ulang kembali.
 Penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan.

1. Membaca paragraf dengan pengertian


 Cara untuk mengembangkan pikiran pokok.
 Dengan mengemukakan alasan-alasan.
 Dengan mengutarakan perincian-perincian.
 Dengan mengetengahkan satu atau lebih contoh.
 Dengan memperbandingkan dua hal.

Ada beberapa jenis paragraf, diantaranya:


a. Pengembangan paragraf dengan mengemukakan alasan
b. Pengembangan paragraf dengan mengutarakan perincian
c. Pengembangan paragraf dengan mengetengahkan contoh
d. Pengembangan paragraf dengan perbandingan/ pertetntangan

2. Membaca pilihan yang lebih panjang


Paragraf pun turut pula menunjang dalam pengembangan pikiran pokok
keseluruhan bab atau artikel.
Kemampuan untuk menghubungkan paragraf tunggal dan kelompok-
kelompok paragraf dengan penggalan keseluruhan tulisan sangat penting.

3. Membuat catatan
Proses aktual pembuatan catatan akan membantu kita dalam tiga hal penting,
yaitu:
a. Menolong kita untuk memahami apa yang kita baca/ dengar.
b. Membuat kita teus-menerus mencari fakta-fakta dan ide-ide yang
penting.
c. Membantu ingatan kita.

1) Mengenai bahan yang akan dicatat


 Bacalah sekilas seluruh kutipan.
 Tentukanlah apakah kita perlu mecatat sampai hal terkecil.
 Buatlah catatan dengan kata-kata sendiri.
 Kembangkan sistem singkatan.
 Kalau mengutip suatu bahan, pakailah tanda kutip.
 Buatlah catatan yang jelas dan tepat.
 Setelah selesai membuat catatan, periksalah kembali.

2) Menandai buku
Orang yang membuat catatan serta coretan dalm buku bukanlah merupakan
tindakan yang merusak, tetapi justru karena kecintaan terhadapnya, memliki
sebuah buku tidaklah berarti menjaga agar buku itu tetap bersih tetapi tidak
mengerti isinya. Bahkan jauh lebih baik memiliki buku yang rusak jilidnya,
serta penuh dengan coretan dan catatan. Daripada buku yang masih utuh
tetapi tidak pernah dibaca.

Cara untuk menandai sebuah buku adalah:


 Menggaris bawahi hal-hal yang penting.
 Membuat garis-garis tegak lurus pinggir halaman.
 Membuat tnda-tanda bintang atau arterisk.
 Memberi angka-angka pada pinggir halaman.
 Membubuhkan nomor hal-hal lain pada pinggir halaman.
 Melingkari kat-kata atau frase yang dianggap penting.
 Menulis serta membuat catatan pada pinggir halaman.

4. Dalam kelas
Hal-hal yang dapat menolong membuat catatan-catatan yang bermanfaat:
 Jangan berusaha mencatat segala sesuatu yang dikatakan oleh guru.
 Dengarkanlah benar-benar isyarat yang diberikan oleh guru.
 Kalau ada ketinggalan, maka tinggalkan satu spasi dalam halaman.
 Perhatikan kembali seluruh catatan, setelah usai pelajaran.
5. Menelaah tugas
Agar pelajaran di kelas lebih mantap dipahami oleh murid, guru sering
memberikan tugas. Agar para sisiwa dapat mengerjakan tugas itu dengan baik,
mereka seyogyanya sudah dibiasakan dengan cara studi SQ3R (survey,
question, read, recite, review).

C. Membaca pemahaman
Membaca pemahaman bertujuan untuk:
 Standar-standar/ norma kesastraan.
 Resensi kritis
 Drama tulis
 Pola-pola fiksi

1. Standar kesastraan
Para penulis kreatif dalam bidang fksi, non fiksi memiliki beberapa
pengalaman hidup yang hendak disampaikannya pada pembaca. Pengarang
ingin agar kita merasakan apa yang telah dirasakannya mengenai emosi
kemanusiaan sejati.
Kesusastraan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, antara lain:
 Puisi atau prosa
 Fakta atau fiksi
 Klasik atau modern
 Subjektif atu objektif
 Eksposisi atau normatif

2. Resensi kritis
3. Drama tulis
Agar pembaca dapat mengembangkan suatu sikap kritis yang logis terhadap
drama, antar lain:
 Prinsip-prinsip kritik drama
 Unsur-unsur drama
 Jenis-jenis drama

a. Prinsip-prinsip kritik drama


Menurut Gothe ada 3 prinsip kritik drama, yaitu:
 Apakah yang hendak dilakukan oleh seniman?
 Betapa baikkan dia melakukan itu?
 Bermanfaatkah hal itu dilakukan?
b. Unsur-unsur drama
 Plot
 Karakterisasi
 Dialog
 Aneka sarana kesusastraan serta kedramaan

c. Jenis-jenis drama
 Tragedy
 Komedi
 Melodrama
 Farce

4. Pola-pola fiksi
a. Pengertian
Fiksi adalah istilah yang dipergunakan untuk membedakan uraian yang
tidak bersifat historis dari uraian yang bersifat historis dengan penunjukan
khusus/ penekanan khusus pada segi sastranya (Brooks, Purser and
Warren, 1952: 9)

b. Fiksi dan non fiksi


Perbedaan utama pada fiksi dan non fiksi terletak pada tujuannya.
Cerita non fiksi bersifat aktualitas, sedangkan cerita fiksi bersifat realitas.

c. Unsur-unsur fiksi
 Tema
 Plot
 Pelukisan watak
 Konflik
 Latar
 Pusat

d. Jenis-jenis fiksi
1. Berdasarkan bentuk:
 Novel
 Novelette
 Cerpen
 Cerita singkat
 Vignette
2. Berdasarkan isi (Lubis; 1960:38, 45)
 Impersionisme
 Romantik
 Realisme
 Sosialis-realisme
 Naturalisme
 Ekspresionisme
 Realisme sebenarnya
 Simbolisme

3. Berdasarkan kritik sastra


 Novel kritik sastra serius (novel yang baik, n ovel yang mungkin
saja baik).
 Dibawah taraf kritik sastra serius (taraf sedang, taraf rendah).

e. Pertanyaan-pertanyaan pembimbing meresensi fiksi


 Tema
 Poin of view
 Tokoh
 Plot
 Bahasa

D. Membaca kritis
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana,
penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya
mencari kesalahan (Albert (et al) 1961b: 1).
Membaca kritis merupakan modal utama bagi para mahasisiwa untuk
mencapai kesuksesan dalam studinya.

Membaca kritis menuntut para pembaca agar:


1. Memahami maksud penulis;.
Tujuannya adalah untuk memahami empat tujuan wacana, yaitu:
memberitahu, meyakinkan, mengajak (mendesak), menghibur.
2. Memanfaatkan kemampuan membaca.
3. Memahami organisasi dasar tulisan (pendahuluan, isi, penutup).
4. Menilai penyajian pengarang;
Kita harus membaca dengan bermodalkan pertanyaan yang diajukan dari
berbagai segi, antara lain: informasi, logika, bahasa, kualifikasi, sumber-
sumber informasi yang dipergunakan pengarang.
5. Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari, yang terdiri
dari:
 Penyensoran tersembunyi
 Pilihan bahasa
 Posisi
6. Meningkatkan minat membaca;
Untuk meningkatkan minat membaca ini, perlu sekali ita berusaha:
 Menyediakan waktu untuk membaca
 Memilih bahan bacaan yang baik
7. Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan;
a. Buku-buku yang pantas dibaca
b. Norma-norma kritik
Norma-norma kritik terdiri atas:
 Norma-norma estetik
 Norma-norma sastra
 Norma-norma moral
8. Membaca majalah
a. Tingkat-tingkat tuntutan/ daya pikat
b. Norma-norma kritik

E. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari,
memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang ada pada bahan bacaan.
Prinsip yang harus diingat selalu, yaitu bahwa suatu sumber yang kaya akan
ide-ide merupakan dasar bagi komunikasi.
Berikut ini akan diperbincangkan apa yang dimaksud pembaca yang baik:
1) Pembaca yang baik tahu mengapa dia membaca
Syarat pertama bagi setiap pembaca yang baik adalah bahwa dia tahu
mengapa dia membaca. Dua buah maksud yang paling umum adalah:
 Mencari informasi;
 Menikmati bacaan.
2) Pembaca yang baik memahami apa yang dibacanya.
3) Pembaca yang baik harus menguasai kecepatan membaca.
Dia harus mengetahui beberapa hal:
 Membaca sekilas
 Membaca dengan cepat
 Membaca demi kesenangan
 Membaca secara serius bahan-bahan yang penting, rata-rata 300-
500 kata/ menit.
4) Pembaca yang baik harus mengenal media cetak.
Media cetak itu antara lain:
 Papersbacks (buku saku);
 Media grafika (komik, foto, diagram, peta, dan lain-lain);
 Majalah;
 Suratkabar (cf. Salisbury: 1955 : 317 -80).

BAB V
Membaca Telaah Bahasa
A. Pendahuluan
Membaca telaah bahasa mencakup:
 Membaca bahasa
 Membaca sastra

B. Membaca Bahasa
Tujuan utama dalam membaca bahasa adalah:
 Memperbesar daya kata
 Mengembangkan kosa kata

1. Memperbesar Daya Kata


a) Ragam-ragam bahasa
Ragam-ragam bahasa secara garis formal dapat dibedakan menjadi
lima, yaitu:
 Bahasa formal
 Bahasa informal
 Bahasa percakapan
 Bahasa kasar
 Bahasa slang

b) Mempelajari makna kata dari konteks


Ada beberapa cara, konteks dapat mencerminkan makna suatu kata,
yaitu:
 Konteks dapat membatasi kata
 Konteks dapat memasukan suatu perbandingan atau
pertentangan.
 Suatu bagian sebagai suatu keseluruhan dapat mencerminkan
makna kata.

c) Bagian-bagian kata;
 Prefiks (awalan)
 Root (dasar kata)
 Suffiks (akhiran)
 Infiks (sisipan)

d) Penggunaan kamus
Kamus adalah rekaman kata-kata yang membangun sesuatu bahasa.
Dari kamus, kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata.

e) Aneka makna
 Homonim yaitu kata-kata yang sam bentuk bunyinya, tetapi
berlainan maknanya.
Contoh:
Tanjung I “sejenis bunga”
Tanjung II “tanah yang menjorok ke laut”

f) Idiom (ungkapan)
Idiom adalah kelompok kata-kata yang mengandung makna khusus.
Idiom merupakan ekspresi yang tidak dapat dimengerti dari makna
terpisah.
Misalnya:
Buah baju “kancing”
Buah tangan “oleh-oleh”

g) Sinonim dan antonym


Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna umum yang sama.
contoh: mati = meninggal dunia-mampus-wafat

Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya (Albert (et al) ;


1961a : 81).
Misalnya:
Kaya - miskin
Pintar – tolol
Cantik – jelek

h) Konotasi
Konotasi tambahan adalah bahwa kata-kata tersebut bermakna lebih
daripada yang dikatakannya.
Secara umum, terdapat dua jenis konotasi, yaitu: konotasi pribadi dan
konotasi umum.

i) Derivasi kata
Derivasi kata adalah asal usul kata.

2. Mengembangkan Kosa Kata Kritik


Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik ini, kita perlu mengetahui
beberapa hal, antara lain:
a) Bahasa kritik sastra
Ada dua fakta yang sangat penting mengenai kata-kata:
 Kebanyakan kata dalam pemakaian umum mengandung
lebih dari satu makna.
 Kita tidak pernah memperoleh segala makna dari
sesuatu kata dalam setiap pertemuan dengannya.

b) Memetik makna dari konteks


Ada tiga jenis makna, yaitu:
 Makna yang bersifat menunjukan
 Makna konotatif
 Makna denotatif

c) Petunjuk-petunjuk konteks
Ada lima cara konteks mencerminkan makna, yaitu:
 Definisi atau batasan
 Contoh
 Uraian baru
 Mempergunakan pengubah
 Mempergunakan kontras

C. Membaca Sastra
Seorang pembaca harus dapat membadakan bahas ilmiah dan bahasa sastra.
Dia harus mengenal serta memahami jenis-jenis gaya bahasa.

1. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Sastra


Bahasa ilmiah pada umumnya bersifat denotatif, dan bahasa sastra pada
umumnya bersifat konotatif.

2. Gaya Bahasa
Pembicaraan mengenai gaya bahasa ini akn dibatasi pada hal-hal yang umum
saja, antara lain:
a. Perbandingan, yang mencakup metafora, kesamaan dari analogi.
b. Hubungan, yang mencakup metoninia, dan sinekdok.
c. Taraf pernyataan, yang mencakup hiperbola, litotes, dan ironi (Perrin;
1968 : 350 – 3).

,
a. Perbandingan
1. Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat,
padat, tersusun rapi.
Didalamnya terdapat dua ide, yang satu adalah suatu kenyataan, yang satu
lagi merupakan perbandingan terhadap kenyataan tadi.
2. Kesamaan berbeda dari metafora dalam hal: kalau metafora menyatakan
secara tidak langsung adanya kesamaan antara dua hal.
3. Analogi, biasanya melihat beberapa titik persamaan, bukan hanya satu
saja.

b. Hubungan
Sinekdok dan metonimia termasuk gaya bahasa hubungan.
 Sinekdok memberi nama suatu bagian apabila yang dimaksud
adalah keseluruhan atau sebaliknya: keseluruhan pengganti
sebagian.
 Metonimia adalah penggunaan suatu kata bagi yang lainnya yang
dimaksud: materi bagi objek yang terbuat daripadanya, metonimia
suatu gaya bahasa umum menggambarkan salah satu cara
perubahan makna kata;

c. Pernyataan
Dari segi tarafnya, pernyataan ini terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1. Pernyataan yang berlebih-lebihan (hiperbola).
2. Pernyataan yang dikecil-kecilkan (litotes).
3. Ironi;

Anda mungkin juga menyukai