DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT
JLn. Kol H. Burlian KM 6 Palembang 30152
Telp. (0711) 5610491
Email :rskgm.provsumsel@yahoo.com
NOMOR: 36/PPI/RSKGM/II/2020
TENTANG
PEDOMAN KERJA TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT PROVINSI SUMATERA SELATAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan:
DITETAPKAN : DI PALEMBANG
PADA TANGGAL : 06 Februari 2020
Kepala RS Khusus Gigi dan Mulut
Provinsi Sumatera Selatan
3. Sehubungan dengan hal tersebut, maka seluruh unit kerja RSK. Gigi
dan Mulut yang terkait wajib melaksanakan upaya pencegahan infeksi
rumah sakit. Unit kerja tersebut adalah Unit Rawat Inap, Unit Rawat Jalan,
Kamar Bedah, Farmasi, Laboratorium, K3-RS., Penanganan Sterilisasi, Unit
Pencucian dan Unit Kebersihan.
5. Dengan adanya program kerja panitia dan SOP PPI, diharapkan upaya
pencegahan infeksi rumah sakit dapat dilaksanakan lebih efektif dan
efisien, sehingga angka kejadian infeksi rumah sakit dapat ditekan menjadi
serendah-rendahnya, dan pada akhirnya dapat membantu meningkatkan
mutu pelayanan RSK. Gigi dan Mulut.
6. Kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul
pada waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit ini
merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau
tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi rumah sakit
mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi ini menjadi
penyebab penting pasien dirawat lebih lama di rumah sakit. Ini berarti
pasien membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif,
disamping pihak rumah sakit juga akan mengeluarkan biaya lebih besar.
a. 18% dari pasien yang terkena infeksi rumah sakit menderita lebih
dari satu jenis infeksi nosokomial, terutama pada pasien kronis.
b. Adanya kemiripan tentang jenis infeksi rumah sakit dan
penyebabnya.
c. Infeksi rumah sakit merupakan salah satu infeksi yang sering
terjadi di negara-negara berkembang maupun di negara-negara
industri.
d. Sebagian besar masalah dan kendala yang dihadapi berbagai
negara untuk mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi rumah
sakit tidak jauh berbeda sehingga strategi dan pelaksanaan
pencegahan dan pencegahan dan penanggulangan infeksi dapat
disusun untuk diterapkan pada kondisi masing-masing negara dan
rumah sakit.
10. Akibat lain dari kejadian infeksi rumah sakit adalah :
a. Lama perawatan (LOS) lebih lama. Di Amerika Serikat sebagai
akibat infeksi rumah sakit diperlukan 8 hari tambahan per tempat
tidur setiap tahunnya.
b. Bertambahnya biaya operasional rumah sakit dan meningkatnya
beban biaya oleh pasien.
c. Di Amerika Serikat tambahan tersebut mencapai satu juta dolar
per tahun di rumah sakit dengan kapasitas 250 tempat tidur.
d. Selain hal-hal tersebut diatas kejadian infeksi rumah sakitakan
menganggu pasien yang memerlukan perawatan (waiting list) serta
berkurangnya produktivitas dan tambahan biaya yang dikeluarkan
oleh keluarga pasien.
11. Gambaran infeksi rumah sakitdi Indonesia hingga saat ini belum
begitu jelas mengingat penanganan secara nasional baru dimulai. Namun
mengingat gambaran dan akibat infeksi rumah sakityang terjadi di Amerika
Serikat, tentunya dapat dibayangkan bagaimana kejadian infeksi rumah
sakitdi Indonesia. Walaupun belum ada angka yang pasti secara nasional
ternyata beberapa rumah sakit telah melaksanakan pencegahan dan
penanggulangan infeksi sejak beberapa tahun yang lalu.
13. Sehubungan dengan besarnya masalah dan akibat infeksi rumah sakit
sebagaimana dikemukakan di atas, dalam rangka pencegahan dan
pengendaliannya maka ditetapkan sasaran bahwa untuk meningkatkan
mutu dan efisiensi pelayanan akan ditingkatkan pencegahan dan
penanggulangan infeksi dan kesehatan lingkungan serta akan
dilaksanakan kegiatan pengendalian dan peningkatan mutu.
14. Sebagaimana salah satu syarat agar rumah sakit dapat melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan infeksi dengan baik dan terarah adalah
adanya buku program dalam pelayanan penanggulangan dan cara
mencegah terjadinya infeksi.
B. DEFINISI
Infeksi rumah sakit didefinisikan sebagai suatu kondisi lokal atau sistemik:
1. Sebagai akibat dari reaksi tubuh terhadap adanya kuman infeksius atau
toksinnya.
2. Yang tidak ada atau tidak dalam masa inkubasi pada waktu masuk
rumah sakit.
Beberapa prinsip dasar yang penting dalam definisi infeksi rumah sakit
adalah:
D. RUANG LINGKUP
1. Bab I : Pendahuluan
2. Bab II : Visi Program PPIRS
3. Bab III : Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
4. Bab IV : Sarana dan Prasarana
5. Bab V : Kegiatan
6. Bab VI : Pencatatan dan Pelaporan
7. Bab VII : Evaluasi dan Peningkatan Mutu
8. Bab VIII : Penutup
E. DASAR
1. Undang – Undang Pokok Kesehatan No.23 Tahun 1992.
2. Program Pencegahan dan penanggulangan infeksi di Rumah Sakit,
Depkes RI - Dirjen Pelayanan Medik Spesifik 2001.
BAB II
1. Pencegahan
2. Penanggulangan
3. Pengobatan rasional
F. TUJUAN KHUSUS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN INFEKSI
1. Terlaksananya penyebarluasan Informasi mengenai pencegahan dan
penanggulangan infeksi di RSK. Gigi dan Mulut.
2. Menurunnya angka kejadian infeksi rumah sakit di RSK. Gigi dan Mulut.
3. Terlaksananya upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi secara
aktif dan terus menerus di RSK. Gigi dan Mulut.
4. Terlaksananya suveilans infeksi rumah sakit secara aktif dan terus
menerus di RSK. Gigi dan Mulut.
5. Terlaksananya penggunaan antiseptik dan desinfektan sesuai program
yang berlaku di RSK. Gigi dan Mulut.
6. Terlaksananya penggunaan antibiotika yang rasional di RSK. Gigi dan
Mulut.
7. Terlaksananya pelayanan sterilisasi sarana/peralatan di RSK. Gigi dan
Mulut sesuai program yang ditetapkan.
8. Terlaksananya pemantauan upaya pencegahan infeksi rumah sakit dan
evaluasi hasil pemeriksaan sarana/peralatan yang berkaitan dengan infeksi
rumah sakit di unit kerja RSK. Gigi dan Mulut.
BAB III
SEKRETARIS
IPCN
SANITASI LINGKUNGAN
K3 RS
LAUNDRY
2. Kepengurusan
Tim PPI RSK. Gigi dan Mulut terdiri dari:
4. Kewajiban
a. Melaksakan kebijakan pencegahan dan penanggulangan infeksi
RSK. Gigi dan Mulut sesuai program yang ditetapkan.
b. Membuat rencana anggaran, program kerja dan kegiatan Tim PPI
RSK. Gigi dan Mulut tahun berjalan.
c. Mengelola program/kegiatan pencegahan dan penanggulangan
infeksi di RSK. Gigi dan Mulut.
d. Melakukan koordinasi untuk menyusun program kerja, petunjuk
teknis serta prosedur pencegahan dan penanggulangan infeksi.
e. Melaksanakan supervisi pencegahan dan penanggulangan infeksi
RSK. Gigi dan Mulut.
f. Memantau dan mengevaluasi secara berkala pelaksanaan survei
hasil pemeriksaan sarana/peralatan yang berkaitan dengan
pencegahan infeksi rumah sakitdi RSK. Gigi dan Mulut bila perlu
ditindak lanjuti.
g. Mengadakan pertemuan berkala Tim PPI.
h. Menyebarluaskan informasi perihal aspek-aspek pengendalian dan
pencegahan infeksi rumah sakit kepada segenap Staf RSK. Gigi dan
Mulut yang terkait.
i. Melaksanakan penelitian dan studi tentang aspek-aspek
pengendalian/pencegahan infeksi rumah sakit di RSK. Gigi dan
Mulut.
j. Menjalin kerjasama dengan kepanitiaan/pihak-pihak terkait di RSK.
Gigi dan Mulut untuk menunjang/memperlancar kegiatan
pencegahan dan penanggulangan infeksi.
k. Memberikan laporan kegiatan penyelenggaraan pencegahan dan
penanggulangan infeksi.
l. Tim Pencegahan dan penanggulangan infeksi dalam melaksanakan
tugas-tugasnya mengacu kepada ketentuan sesuai Program Kerja
yang ditetapkan, meliputi tugas, tanggung jawab dan wewenang.
B. URAIAN TUGAS
1. Penanggungjawab/Pimpinan RSK. Gigi dan Mulut
Tugas :
a. Membentuk Tim PPI dengan Surat Keputusan.
2. Tim PPI
Tugas :
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI, agar kebijakan dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan.
Tugas :
a. Bertanggungjawab atas
1) Terselenggaranya dan evaluasi program PPI.
c. Purna waktu.
Tugas :
a. Memfasilitasi tugas ketua Tim PPI.
b. Membantu koordinasi.
5. Anggota Tim
a. IPCN/Perawat PPI (Infectionrevention and Control Nurse)
Kriteria IPCN :
1) Perawat dengan pendidikan minimal Diploma III Keperawatan
b. IPCD/Dokter PPI :
Tugas IPCD :
1) Berkontribusi dalam pencegahan, diagnosis dan terapi infeksi
yang tepat.
2) Turut menyusun pedoman penggunaan antibiotika dan
surveilans.
Terdiri dari :
1) Laboratorium.
2) Farmasi
3) Sterilisasi
4) Laundry
6) Bedah Minor
7) IGD
8) Radiologi
9) Gizi
10) IPSRS
11) K3RS
Tugas IPCLN :
1) IPCLN sebagai perawat pelaksana harian/penghubung bertugas
mencatat data surveilans dari setiap pasien diunit rawat inap
masing-masing.
2) Memberikan motivasi dan mengingatkan tentang pelaksanaan
kepatuhan PPI pada setiap personil ruangan di unitnya masing-
masing.
Anggota Lainnya
Kriteria:
1) Tenaga diluar dokter dan perawat yang mempunyai minat dalam
PPI.
2) Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
Tugas:
1) bertanggung jawab kepada ketua Tim PPI dan berkoordinasi
dengan unit terkait lainnya dalam penerapan PPI
No Materi Waktu
.
A. SARANA
B. PERALATAN
C. DANA
1. Pembiayaan operasional Tim PPI adalah dari anggaran operasional Tim
PPI yang disusun dan ditetapkan pada setiap tahun anggaran.
2. Rencana anggaran tahunan diusulkan ke Kepala RS.
BAB V
KEGIATAN
A. BATASAN-BATASAN
1. Infeksi rumah sakit adalah infeksi yang terjadi atau didapat di rumah
sakit. Suatu infeksi didapat di rumah sakit apabila :
a. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak
merasa inkubasi infeksi tersebut atau,
b. Inkubasi terjadi 2-3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah
sakit atau,
c. Infeksi pada lokasi sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme
yang berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau
mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.
2. Pencegahan dan penanggulangan infeksi adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan
dalam upaya menurunkan angka kejadian infeksi rumah sakitdi rumah
sakit.
3. Surveilans adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus
menerus terhadap timbulnya dan penyebaran infeksi rumah sakitpada
suatu peristiwa yang menyebabkan peningkatan atau penurunan resiko
tersebut.
4. Kejadian Luar Biasa adalah kejadian yang menarik perhatian umum
dan mungkin menimbulkan kehebohan/ketakutan di kalangan
masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologis dianggap adanya
peningkatan yang berarti dari kejadian kesakitan/kematian akibat
penyakit tersebut.
5. Suatu kejadian di rumah sakit dapat disebut Kejadian Luar Biasa
(KLB) bila proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular
dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate penderita
baru dari penyakit menular yang sama selama periode waktu yang sama
dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, atau
terdapat satu kejadian pada keadaan dimana sebelumnya tidak pernah
ada.
B. KEBIJAKAN
Cakupan kegiatan pencegahan dan penanggulangan infeksi di RSK. Gigi dan
Mulut termasuk ketentuan/peraturan:
1. Pelayanan sterilisasi di RSK. Gigi dan Mulut sebagai unit kerja yang
bertanggung jawab menyelenggarakan dan mengelola pelayanan
alat/bahan yang dapat dibuat steril, dimulai dari perencanaan
penerimaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses
sterilisasi, penyimpanan termasuk pencatatan dan pelaporan tentang
penyaluran semua barang ke seluruh unit kerja di RSK. Gigi dan Mulut.
2. Pelayanan sterilisasi dipimpin oleh seorang kepala pelayanan (Ka. CSSD),
bertanggung jawab menyusun program dan prosedur kerja pelayanan
sterilisasi di RSK. Gigi dan Mulut disahkan dengan penetapan Ka
RSKGM.
3. Tujuan pelayanan sterilisasi di RSK. Gigi dan Mulut ialah
melaksanakan/mengawasi proses sterilisasi dan mencegah terjadinya
infeksi silang terhadap pasien maupun petugas rumah sakit.
4. Kegiatan pelayanan sterilisasi dilaksanakan berdasarkan program dan
prosedur kerja yang berlaku.
5. Monitoring mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan dengan cara
pemberian indikator pada instrumen, pemantauan kualitas alat dengan
kalibrasi dan pemeriksaan mikrobiologi.
6. Pelaksanaan pelayanan pencucian sebagai unit kerja yang bertanggung
jawab menyelenggarakan dan mengelola linen, mencakup kegiatan
perencanaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi dan pencatatan.
7. Ketentuan penyimpanan linen siap pakai, tersedia dalam jumlah cukup,
tersimpan rapi, terhindar dari kelembaban dan kontaminasi.
8. Membudayakan penggunaan antibiotika secara rasional sebagai upaya
meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan fungsi rumah sakit.
9. Kebijakan penggunaan antibiotik meliputi tata cara, pemantauan,
penilaian dan pengadaan antibiotika.
10. Perencanaan dan pengadaan antibiotika dilaksanakan oleh unit
Farmasi yang mengacu pada formularium RSK. Gigi dan Mulut.
11. Pemeliharaan kebersihan dan desinfeksi tempat kerja pelayanan linen
dilaksanakan sesuai jadwal, termasuk salah satu dan prosedur kerja
pelayanan pencucian.
12. Kebijakan pemakaian desinfektan dan antiseptik meliputi desinfeksi
tangan secara higienik, bedah dan pra bedah serta penggunaan preparat
antiseptik untuk instrument, kulit dan mikosa.
13. Kebijakan desain bangunan Rumah sakit mengikuti persyaratan
kesehatan lingkungan Rumah sakit yang meliputi lingkungan bangunan,
konstruksi bangunan rumah Sakit, Ruang bangunan, kualitas udara
ruang, pencahayaan, penghawaan, kebisingan, fasilitas sanitasi rumah
sakit, jumlah tempat tidur, lantai dan dinding.
14. Tim K3 RSK. Gigi dan Mulut dan Bagian Pemeliharaan (IPSRS) sebagai
unit kerja yang bertanggung jawab mengelola kebersihan/kesehatan
lingkungan dan pertamanan dengan sarana pendukungnya, disahkan
dengan Surat Penetapan Ka RSKGM .
15. Program ketentuan tertulis mengenai penanganan limbah RS, mulai dari
pembuangan sampai dengan pemusnahannya dengan memperhatikan
pengamanan diri petugas terhadap lingkungan.
16. Pemeliharaan meliputi perbaikan rutin, penggantian spare part yang
rusak serta pemeriksaan kualitas udara dengan pemeriksaan
mikrobiologi terhadap bakteri dan jamur. Hal ini terutama dilakukan
pada ruangan-ruangan khusus seperti kamar bedahdan CSSD.
17. Pemeriksaan baku mutu sumber air dilaksanakan sesuai program 3
bulan sekali. Terutama pada unit-unit khusus antara lain kamar bedah,
unit sterilisasi, sumber air.
18. Laporan kegiatan penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan
infeksi di RSK. Gigi dan Mulut kepada Ka RSKGM dilaksanakan sesuai
jadwal.
C. PENCEGAHAN STANDAR
Penerapan Pencegahan Standar saat merawat semua pasien tanpa
memandang jenis infeksi.
1.Mencuci tangan segera setelah terjadi kontak dengan cairan tubuh atau
terjadi kontak fisik dengan pasien.
2.Staf diminta mengenakan perlengkapan pelindung diri untuk mencegah
paparan oleh darah dan atau cairan tubuh. Perlengkapan perlindungan
yang dimaksud diantaranya :
a. Sarung tangan
1) Dianjurkan menggunakan sarung tangan yang tidak mengandung
bahan bubuk latex.
2) Segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.
3) Sarung tangan baru dalam menangani tiap pasien berbeda,
demikian juga jika bekerja dalam ruang lingkup yang berlainan.
b. Google (kacamata)
Gunakan peralatan untuk melindungi mata jika terjadi semprotan
atau cipratan darah atau cairan tubuh:
D. PENCEGAHAN TAMBAHAN
1. Pencegahan tambahan diterapkan dalam hubungannya dengan
pencegahan standar. Pencegahan tambahan digunakan untuk pasien
yang diketahui atau diduga telah terinfeksi atau termasuk dalam
kelompok penyebab infeksi yang tidak cukup ditangani dengan
menggunakan prosedur pencegahan standar saja.
2. Pencegahan Tambahan dilaksanakan dalam situasi prosedur
pencegahan standar dirasa tidak cukup untuk mencegah infeksi silang.
Pelaksanaan pencegahan tambahan ini perlu dipisahkan dari pasien
lain yang memperoleh fasillitas istimewa. Pasien-pasien dengan infeksi
serupa dapat dikelompokkan tersendiri. Pencegahan tambahan ini
perlu dilakukan jika pasien dicurigai atau didiagnosa terkena infeksi
yang ditularkan dengan cara-cara berikut:
a. Penularan lewat saluran pernafasan
1) Terinfeksi kuman yang ditularkan lewat udara seperti
Mycobacterium tuberculosis, cacar air (chicken pox)
2) Terinfeksi kuman yang ditularkan lewat tetesan/percikan
seperti campak, morbillli dan pertusis.
b. Penularan lewat kontak dengan pasien yang kemungkinan menjadi
karier/penyebar infeksi seperti:
1) Luka terbuka atau yang mengeluarkan caian perulen
(misalnya organisme yang multi resisten)
2) Kontaminasi melalui feces karier VRE (Vancomycine Resistan
Enterococci)
3) Pasien dengan exfoliative dermatitis.
3. Pencegahan tambahan berikut ini diterapkan pada:
a. Kamar untuk satu orang, fasilitas kamar perlu disendirikan
dengan tetap mempertahankan ventilasi yang sesuai.
b. Pengelompokan pasien bisa dilakukan bila tidak tersedia kamar
untuk 1 orang.
c. Penggunaan tambahan peralatan untuk melindungi dari infeksi
dapat dilakukan misalnya semua staf yang merawat pasien di ruang isolasi
pernafasan (respitory isolation) memakai masker yang pas (sebaiknya
gunakan filtrasi 1 m untuk penyakit tuberculosis)
d. Bila perlu dipasang ventilasi khusus misalnya pada ruangan
dengan tekanan udara negatif.
KASUS INFEKSI
PIMPINAN UNIT
MANAJEMEN RUMAH SAKIT
MELAPOR PADA IPCN
IPCN
Mengawasi pelaksanaan
Tindakan/strategi
Pelaksanaan rencana
tindakan
Dilakukan pengawasan
terus menerus dan evaluasi
hingga KLB teratasi
F. MONITORING TERHADAP INFEKSI NOSOKOMIAL
Agar pelaksanaan surveilens dilakukan secara konsisten dan hasilnya akurat,
maka kriteria yang sama harus diterapkan dalam tata cara pengumpulan
datanya oleh semua perawat, semua karyawan penunjang kesehatan, Kasi
Keperawatan dan semua dokter yang terdaftar bekerja di RSK. Gigi dan Mulut.
1. Definisi
a. Infeksi :
Deposisi dan penambahan jumlah bakteri dan mikroorganisme lainnya di
dalam jaringan atau permukaan tubuh dimana kuman tersebut dapat
menimbulkan akibat yang merugikan.
b. Sepsis :
Adanya peragaan, pembentukan pus dan tanda-tanda sering kesakitan
pada daerah luka dan jaringan tubuh yang diakibatkan kolonisasi dari
mikroorganisme dimana hal ini merupakan bukti bahwa infeksi telah
menyebar.
a) Luka kontaminasi
Yang termasuk dalam klasifikasi luka kontaminasi adalah:
2. Penjelasan :
a. Banyak bakteri seperti Staphilococcus yang bisa ditemukan pada
tubuh manusia. Kulit dan hidung dianggap sebagai pembawa bacteri /
kolonisasi bacteri yang wajar. Namun infeksi Staphilococcus yang nyata
dalam operasi bedah seperti misalnya hip prosthesis dapat menjadi
sesuatu yang merugikan.
b. Pada sebagian besar bagian atau bidang infeksi dalam operasi,
sumber patogen adalah flora endogen pada kulit pasien, membrana
mukosa dan usus besar.
c. Jika suatu area operasi terkontaminasi oleh lebih dari 105 mikro
organisme per gram jaringan tubuh, maka resiko pada area opersi
tersebut terinfeksi akan makin besar. Namun dosis mikroorganisme
yang terkontaminasi yang bisa menyebabkan infeksi, mungkin jauh
lebih sedikit bila ada materi atau benda asing pada bidang yang
dioperasi
d. Oleh karena itu dirasa perlu untuk mengurangi beban mikroba
pada kulit sebelum operasi dan pada saat yang sama mengajurkan
kepada pasien untuk melakukan tindakan pencegahan dan
penanggulangan infeksi untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi
dari bidang yang dioperasi.
e. Sabun yang mengandung Chlorhexidine atau Triclosan diketahui
dapat mengurangi bakteri pada kulit dan produk semacam itu di
ajurkan digunakan untuk dua kali mandi dengan shower termasuk
keramas malam sebelum dan pagi menjelang operasi bedah – jika
pasien masuk sehari sebelum operasi.
c. Saran-Saran Lain untuk Mencegah Terjadinya Luka pada Area yang
dioperasi
1) Pastikan pasien menerima makanan (gizi) yang baik sebelum dan
setelah operasi untuk meningkatkan kesembuhan luka operasi.
2) Masa tinggal di rumah sakit harus di jaga seminimum mungkin.
3) Diabetes perlu dikontrol dengan baik
4) Penggunaan nikotin akan menunda kesembuhan luka dan
meningkatkan resiko infeksi (meskipun penelitian belum
menunjukkan hasil jelas akan hal ini)
3. Pendahuluan
a) Disinfeksi yaitu mengurangi, membuang atau membunuh mikroba
berbahaya, tapi biasanya tidak termasuk spora bakteri. Istilah
disinfeksi digunakan untuk menjelaskan kondisi terbebas dari infeksi
dan proses yang dilakukan agar peralatan bisa digunakan dengan
aman.
b) Lingkungan hidup kita penuh dengan mikroba organisme. Ada
mikroba pada tempat yang kotor, debu, air, udara, makanan, pakaian
dan tubuh kita. Sebagian besar mikroba itu tidak berbahaya dan
banyak yang berguna. Hidup tidak mungkin berlangsung tanpa
mikroba tersebut.
c) Namun ada beberapa situasi dimana mikroba perlu dimusnahkan
atau dikendalikan. Salah satunya adalah dalam lingkungan rumah
sakit. Adalah tidak mungkin memusnahkan semua mikroba dari
lingkungan rumah sakit, tapi mereka bisa dikendalikan.
d) Salah satu cara mengontrol mikroba dalam ruang lingkup fasilitas
perawatan kesehatan adalah melalui metoda kebersihan yang efektif
dan efisien termasuk diantaranya kebersihan peralatan yang memadai
dan penggunaaan bahan kimia.
4. Petunjuk agar Rumah Sakit Bisa Lebih Bersih :
a. Perlu ada hubungan baik antara mereka yang bertugas langsung
menbersihkan dan mereka yang bertanggung jawab atas tugas-tugas
kebersihan, atas perbaikan dan tugas-tugas pemeliharaan dan mereka
yang bertugas membuang sampah dan kotoran lainnya.
b. Tersedia peralatan kebersihan yang sesuai mudah digunakan dan
dibersihkan
c. Tersedia fasilitas untuk mencuci, membersihkan dan merawat
peralatan.
d. Ada bagian kebersihan yang sesuai dipilih karena efektifitasnya
bukan karena klaim mengenai aktivitas bakteri.
e. Ada pengawasan atas peralatan dan orang yang membersihkan.
f. Tersedia air yang bersih tidak ada permukaan yang boleh dibersihkan
dengan air kotor.
5. Pencegahan Standar
a. Tujuan :
Sesuai dengan konsep “Tindakan Pencegahan Standard”, maka
semua darah dan cairan tubuh dianggap berpotensi menyebebkan
infeksi. Atas alasan ini, perlu ada tindakan tertentu saat
membersihkan semua bagian atau bidang dalam lingkup rumah
sakit.
b. Isi Kebijakan :
a) Sarung tangan sekali pakai dikenakan tiap kali melakukan
kegiatan kebersihan terutama bila terdapat tetesan cairan tubuh (misalnya
darah, feces, urine)
b) Benda-benda tajam tidak boleh dipungut oleh anggota staf tapi
dilaporakan ke pimpinan unit.
c) Jangan membersihkan di ruang yang yang Anda tidak bisa melihat
selalu gunakan peralatan.
d) Sarung tangan tebal harus dikenakan saat menangani semua
kantong-kantong sampah. Semua luka karena tertusuk jarum atau pisau dan
sebagainya harus dilaporkan segera pada Koordinator Pengendali Infeksi.
e) Para staf diminta berpartisipasi dalam program imunisasi Hepatitis
B yang dilakukan rumah sakit.
f) Adalah penting untuk mengenakan alat pelindung mata. Alat ini
perlu tersedia pada tiap trolley kebersihan untuk digunakan selama prosedur
tindakan dimana mungkin terjadi semprtan atau cipratan saat melakukan
kebersihan, misalnya cipratan saat membersihkan mesin atau membersihkan
toilet.
f) Instruksi Untuk Membersihkan Peralatan
(1) Tujuan :
Memastikan bahwa kegiatan membersihkan, bahan kimia pembersih,
peralatan dan perawatan peralatan kebersihan ditangni secara
konsisten sehingga mencegah resiko infeksi silang yang berkaitan
dengan standard kebersihan.
Pencegahan kejadian luka karena benda tajam pada staff, pasien dan
pengunjung dalam ruang lingkup perawatan kesehatan merupakan
prioritas utama karena resiko potensial terjadinya perpindahan virus
dalam darah seperti Hepatitis C, Hepatitis B dan HIV. Karena tingginya
tingkat kejadian penularan virus-virus ini dalam polulasi umum
masyarakat Indonesia, maka pencegahan ini perlu diperhatikan.
Seprei atau linen diletakkan dalam wadah dan dicuci untuk memastikan
penanganan yang aman dan mencegah kain tersebut menjadi sumber
infeksi silang bagi pasien dan staff.
Semua linen di ruang bedah harus dimasukkan dalam kantong plastik warna
kuning. Kantong plastik untuk linen harus tersedia setiap saat.
I. KEGIATAN LAIN
1. Merevisi dan menyusun kembali Program Tim PPI RSK. Gigi dan Mulut
setiap tahun.
2. Menyusun SPO PPI di RSK. Gigi dan Mulut.
3. Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait, menetapkan
upaya/program pencegahan infeksi rumah sakitunit kerja.
4. Memantau pelaksanaan :
1) Surveilans infksi nosokomial secara aktif dan terus menerus pada
Pasien bedah (IDO).
2) Pelaksanaan kewaspadaan universal.
3) Sterilisasi.
5. Memantau pelaksanaan upaya pencegahan infeksi rumah sakitdan
evaluasi hasil pemeriksaan sarana / peralatan yang berkaitan dengan
infeksi rumah sakitdi unit kerja RSK. Gigi dan Mulut bila perlu ditindak
lanjuti.
6. Melaksanakan pengembangan dan pendidikan PPI bagi staf PPI dan
staf RS yang lain, di dalam maupun diluar RSK. Gigi dan Mulut
7. Menyebarluaskan informasi hal-hal yang berkaitan dengan infeksi
nosokomial, melalui program sosialisasi dan orientasi PPI kepada
karyawan baru RSK. Gigi dan Mulut.
8. Melaksanakan pertemuan berkala rapat kerja sesuai jadwal yang telah
disepakati :
1) Tim PPI
2) Pelaksana Harian PPI unit kerja.
3) Tim PPI dengan PMKP dan Kepala RS.
9. Menyusun rencana anggaran, program dan kegiatan Tim PPI sesuai
tahun anggaran RSK. Gigi dan Mulut.
10. Membuat kesepakatan tentang program penggunaan antibiotik di
RSK. Gigi dan Mulut melalui kerjasama dengan unit laboratorium dan
panitia Farmasi dan Terapi.
11. Menyusun program penggunaan antiseptik & desinfektan di RSK.
Gigi dan Mulut melalui kerjasama dengan unit Farmasi.
12. Menyusun laporan kegiatan Tim PPI kepada Ka RSKGM sesuai
jadwal.
13. Seluruh kegiatan tentang sterilisasi di sentralkan ke CSSD
J. SASARAN
Yang dimaksud dengan sasaran di sini adalah seluruh satuan kerja baik unit
maupun pelayanan di RSK. Gigi dan Mulut yang terkait dengan infeksi RS.
Meliputi :
A. PENGERTIAN
B. TUJUAN
1. Sebagai alat informasi dan komunikasi dalam menyampaikan berita,
keterangan dari unit-unit perawatan/ pelayanan secara
berkesinambungan dalam bidang pelayanan pencegahan dan
penanggulangan infeksi.
2. Mengumpulkan data sebagai bahan untuk menentukan masalah yang
timbul, pemecahan masalah, menetapkan prioritas tindakan serta
evaluasi.
3. Meningkatkan rasa tanggung jawab
4. Sebagai dokumentasi yang dapat disimpan untuk bahan penelitian guna
meningkatkan pelayanan.
Pada pencatatan dan pelaporan disini kami batasi yang terkait dengan
serveilans di RSK. Gigi dan Mulut.
C. JENIS PENCATATAN
1. Pencatatan yang langsung berhubungan dengan Pasien
a) Buku infeksi rumah sakit
b) Dokumentasi medik: tindakan operasi
c) Dokumen perawatan.
2. Pencatatan yang tidak berhubungan dengan Pasien.
D. JENIS PELAPORAN
1. Laporan Harian
Dibuat oleh Kepala Ruangan.
a. Isi Laporan
1) Kegiatan observasi infeksi daerah operasi
2) Jumlah pasien.
3) Masalah-masalah yang timbul mengenai infeksi daerah operasi,
b. Ditujukan
1) Semua petugas di ruangan
2) Ka. Jaga Rumah Sakit
c. Waktu Pelaksanaan
Pada saat serah terima tugas
2. Laporan 3 Bulan
3. Laporan Tahunan
Tindak lanjut
Komed
IPCN
BAB VII
Kriteria Evaluasi
b. Aspek Proses
Dilaksanakannya program dan kegiatan Tim PPI agar sesuai dengan
perencanaan, antara lain :
Upaya penilaian mutu baik yang melekat dalam pelayanan maupun yang
dilakukan dan dikoordinir oleh Tim PPI.
Ada upaya perbaikan dan peningkatan mutu secara terus menerus yang
dibina baik oleh kepala unit kerja / perawat, maupun yang dilaksanakan
dan dikoordinasikan Tim PPI.
c. Aspek Keluaran
Terdapat hasil penilaian dan pencatatan hasil pengendalian yang sah
dan bisa dilaporkan kepada yang berwenang.
Terdapat rencana lebih lanjut untuk tindak lanjut dari hasil temuan/
penilaian mutu pelayanan dengan berbagai indikator yang ditetapkan.
BAB VIII
PENUTUP
Program kerja Tim PPI RSK. Gigi dan Mulut telah disusun dan ditetapkan
sebagai acuan dan program bagi staff dan anggota Tim PPI dalam
melaksanakan pencegahan dan penanggulangan infeksi di RSK. Gigi dan
Mulut.
Guna mewujudkan maksud tersebut program dilengkapi dengan SPO PPI RSK.
Gigi dan Mulut, dengan harapan unit kerja dapat melaksanakan sesuai dengan
Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan.
A. PENCATATAN
1. Setiap hari IPCN mencatat data infeksi rumah sakit di unit-unit
pelayanan (surveilans) dengan formulir harian dari Tim PPI,
mendokumentasikan hasil audit kepatuhan kebersihan tangan,
kepatuhan APD, kepatuhan penerapan SPO/kebijakan PPI dan atau
monitoring penerapan PPI di semua unit pelayanan.
2. Data yang terkumpul akan dibuatkan analisa dengan anggota Tim
PPI.
B. PELAPORAN
1. Setiap 1 (satu) bulan sekali data dikumpulkan dan dibuatkan laporan
oleh Tim PPI dan selanjutnya laporan dikirim ke Kepala RS
ditembuskan ke Bidang Keperawatan, Bidang Pelayanan Medis dan
Tim Mutu.
2. Data kepatuhan kebersihan tangan dikumpulkan selama periode 3
bulan, dianalisa dan didiskusikan dengan Tim PPI, selanjutnya
dibuatkan laporan yang dikirim ke Kepala RS ditembuskan ke Bidang
Keperawatan, Bidang Pelayanan Medis dan Tim Mutu.
3. Setiap 1 (satu) tahun semua pelaksanaan program Tim PPI dibuatkan
Laporan Tahunan yang akan dikirim kepada Kepala RS.
C. EVALUASI
BAB VIII
PENUTUP
Program Tim PPI di rumah sakit yang disusun untuk tahun 2020
meliputi kegiatan rutin yang sudah berjalan untuk pengendalian infeksi dan
kegiatan yang baru diterapkan atau bersifat pengembangan untuk peningkatan
mutu pelayanan yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Program Tim PPI tahun 2020 ini berisi tentang rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan Tim PPI . Rencana kegiatan tersebut meliputi:
Depkes RI: Dirjend Pelayanan Medik Spesifik 2001. Program Pencegahan dan
penanggulangan infeksi di Rumah Sakit.