Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KETEPATAN

PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR


KB DI PUSKESMAS NGAGLIK II SLEMAN
TAHUN 2018

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
Siti Maimunah
1810104290

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KETEPATAN


PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA
AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS
NGAGLIK II SLEMAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Disusun oleh :
SITI MAIMUNAH
1810104290

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
2019

Oleh
Pembimbing : Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., MKM

Tanggal : 16 Juli 2019

Tanda tangan :
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KETEPATAN
PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA
AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS
NGAGLIK II1
Siti Maimunah2, Ririn Wahyu Hidayati3

ABSTRAK
Dukungan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat
berpengaruh terhadap ketepatan pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita
sebagai istri secara khusus dan didalam keluarga secara umum. Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ngaglik II Kabupaten Sleman
didapatkan hasil pada tahun 2017 terdapat jumlah PUS sebanyak 1087 orang
dan yang menjadi akseptor KB sebanyak 743 orang (68%). Tujuan penelitian
ini mengetahui hubungan dukungan suami dengan ketepatan pemilihan alat
kontrasepsi pada akseptor KB di Puskesmas Ngaglik II Kabupaten Sleman.
Metode penelitian menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross
secsional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
accidental sampling, cara pengumpulan data yaitu dengan menggunakan
pengisian kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil
penelitian gambaran karakteristik responden pada akeptor KB di Puskesmas
Ngaglik II Kabupaten Sleman berdasarkan umur mayoritas berumur > 35 tahun
yaitu sebanyak 50 orang (57%), berdasarkan pendidikan SMA sebanyak 52
orang(59,%), akseptor kebanyakan tidak bekerja yaitu sebanyak 65 orang
(74%), dan berdasarkan jumlah anak ≥ 2 orang sebanyak 64 orang (73%).
Akseptor KB yang menggunakan alat kontrasepsi secara tepat mendapatakan
dukungan baik dari suami sebanyak 36 orang (40,9%). Diharapkan dengan
hasil penelitian ini dapat meningkatkan komunikasi yang baik antara istri dan
suami terhadap kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi.

Kata kunci : Dukungan suami, Akseptor KB, Karakteristik


Kepustakaan : 2 Artikel, 27 Buku (2009-2016), 10 Jurnal (2009-2016)
Jumlah Halaman : i-xii Halaman Depan, 86 Halaman, 8 Tabel

1
Judul
2
Mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3
Dosen Pembimbing Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KETEPATAN
PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA
AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS
NGAGLIK II1

A. PENDAHULUAN

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2017 di Indonesia sendiri

jumlah KB aktif di antara PUS tahun 2017 sebesar 63,22%, sedangkan yang

tidak pernah ber-KB sebesar 18,63%. KB aktif tertinggi terdapat di Bengkulu

yaitu sebesar 71,98% dan yang terendah di Papua sebesar 25,73%. Terdapat

lima provinsi dengan cakupan KB aktif kurang dari 50% yaitu Papua, Papua

Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Kepulauan Riau. Di Yogyakarta

sendiri jumlah PUS adalah 492.745 orang dengan PUS yang aktif ber-KB

berjumlah 60,66%; PUS yang pernah ber-KB berjumlah 19,09% dan PUS

yang tidak pernah ber-KB berjumlah 20,25%.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Sleman 2018 Pasangan Usia

Subur (PUS) di Kabupaten Sleman berjumlah 154.299 PUS. Dari jumlah

tersebut yang menjadi peserta KB aktif adalah 80,06%. Peserta KB aktif

terdiri dari peserta dengan Metode Kontrasepsi Hormonal 73,19% dan

Metode Kontrasepsi Non- Hormonal sebanyak 26,82%. Sementara itu

akseptor dengan Metode Kontrasepsi Hormonal meliputi: Pil 9,64%; Suntik

57,17%; dan Implant 6,38%. Sedangkan akseptor dengan Metode Non

Hormonal meliputi: Kondom 2,91%; AKDR/ IUD 23,01%; MOW 0,56%;

dan MOP 0,34%.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ngaglik

II Kabupaten Sleman didapatkan hasil pada tahun 2017 terdapat jumlah PUS

sebanyak 1087 orang dan yang menjadi akseptor KB sebanyak 743 orang

(68,35%), dengan persentasi hasil akseptor KB IUD sebanyak 19,32%;


akseptor KB kondom sebanyak 4,42%; akseptor KB implant sebanyak

1,66%; akseptor KB suntik sebanyak 33,39%; akseptor KB pil sebanyak

4,51%; KB MOW sebanyak 4,51% dan KB MOP sebanyak 0,55%.

Suami dan istri yang menentukan memiliki jumlah anak yang ideal

termasuk dalam ketepatan pemilihan alat kontrasepsi. Ketepatan pemilihan

alat kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik akseptor KB

seperti pendidikan, tingkat pengetahuan, pekerjaan, sikap, jumlah anak

(paritas), dan dukungan suami.

Dukungan merupakan salah satu faktor penguat (reinforcing factor)

yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku terutama dalam hal

ini pemilihan kontrasepsi. Selain itu terdapat faktor predisposisi

(predisposing factors) yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan, keyakinan,

paritas, usia serta sikap dan faktor pendukung (enabling factors) yaitu peran

tenaga kesehatan, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan [CITATION

Soe12 \l 1057 ].

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik. Populasi pada

penelitian ini seluruh akseptor KB di Puskesmas Ngaglik II yang berjumlah

88 orang Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan accidental

sampling. Penelitian ini menggunakan data primer dengan menggunakan

kuesioner sebagai alat instrument yang sebelumnya dilakukan uji validitas

dan reabilitas terlebih dulu. Analisa data yang digunakan adalah chi squere.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden terhadap Dukungan Suami

Tabel 4.1 Karakteristik Responden terhadap Dukungan Suami


berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Jumlah Anak

Dukungan Suami Total


Karakteristik
Baik % Cukup % Kurang %
Umur
21-35 16 18,1% 13 15% 9 10,2% 43%
36-50 21 24% 20 23% 9 10,2% 57%
Pendidikan
SMP 9 10,2% 7 8% 5 6% 24%
SMA 20 23% 23 26,1% 9 10,2% 59%
PT 6 7% 6 6,8% 3 3,4% 17%
Pekerjaan
Bekerja 9 10,2 8 9% 6 7% 26%
Tidak bekerja 29 33% 23 26,1% 13 15% 74%
Jumlah anak
≥ 2 orang 27 31% 24 27,2% 13 15% 73%
< 2 orang 10 11,3% 9 10,2% 5 6% 27%
Sumber: Data Primer (2019)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 88 responden

dalam penelitian, umur responden sebagian besar berkisar 36-50 tahun

sebanyak 50 responden (57%) dan pada dukungan suami yang tertinggi

adalah dukungan suami baik pada usia 36-50 tahun sebanyak 21 responden

(24%). Kemudian untuk pendidikan responden mayoritasnya adalah SMA

sebanyak 52 responden (59%), dan pada dukungan suami yang tertinggi

adalah dukungan suami cukup pada pendidikan terakhir SMA sebanyak 23

responden (26,1%).

Untuk perkerjaan responden yang terbanyak adalah tidak bekerja atau

sebagai ibu rumah tangga sebanyak 65 responden (74%), sedangkan untuk

dukungan suami tertinggi ada pada dukungan suami baik pada responden

yang tidak bekerja yaitu sebanyak 29 responden (33%). Kemudian pada


jumlah anak responden yang terbanyak adalah yang mempunyai anak ≥ 2

orang dengan jumlah sebanyak 64 responden (73%), dan untuk dukungan

suami tertinggi ada pada dukungan suami baik pada responden yang

mempunyai anak ≥ 2 orang yaitu berjumlah 27 responden (31%).

b. Karakteristik Responden terhadap Ketepatan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Tabel 4.2 Karakteristik Responden terhadap Ketepatan Pemilihan


Alat Kontrasepsi berdasarkan Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, dan Jumlah Anak

Alkon Total
Karakteristi
Tidak
k Tepat % %
tepat
Umur
21-35 19 21,5% 19 21,5% 43%
36-50 31 35% 19 21,5% 57%
Pendidikan
SMP 13 15% 8 9% 24%
SMA 29 33% 23 26% 59%
PT 7 8% 8 9% 17%
Pekerjaan
Bekerja 15 17% 8 9% 26%
Tidak bekerja 35 40% 30 34% 74%
Jumlah anak
≥ 2 orang 38 43% 26 30% 73%
< 2 orang 12 14% 12 14% 27%
Sumber: Data Primer (2019)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 88 responden

dalam penelitian karakteristik responden terhadap ketepatan pemilihan alat

kontrasepsi berdasarkan umur angka tertingginya ada pada umur 36-50

tahun yang memilih alat kontrasepsi secara tepat yaitu sebanyak 31

responden (35%). Kemudian karakteristik responden terhadap ketepatan

pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan pendidikan angka tertingginya

pada pendidikan terakhir SMA yang memilih alat kontrasepsi secara tepat

yaitu sebanyak 29 responden (33%). Karakteristik responden terhadap

ketepatan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan pekerjaan yang tetinggi


adalah pada responden yang tidak bekerja dan memilih alat kontrasepsi

secara tepat yaitu sebanyak 35 responden (40%). Karakteristik responden

terhadap ketepatan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan jumlah anak

angka tertingginya ada pada responden yang mempunyai anak ≥ 2 orang

yaitu sebanyak 38 responden (43%) yang memilih alat kontrasepsi secara

tepat.

c. Dukungan Suami pada Ketepatan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada

Akseptor KB di Puskesmas Ngaglik II Sleman

Tabel.4.3 Dukungan Suami dengan Ketepatan Pemilihan Alat


Kontrasepsi pada Akseptor KB di Puskesmas
Ngaglik II Sleman Yogyakarta

No Dukungan Suami Jumlah (n=88) %


1 Baik 47 53,4 %
2 Cukup 27 30,7 %
3 Kurang 14 15,9 %
Total 88 100%
Sumber: Data Primer (2019)
Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut menunjukkan bahwa

presentase tertinggi adalah responden dengan dukungan suami yang

baik yaitu sebanyak 47 responden (53,4%).

d. Ketepatan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di Puskesmas

Ngaglik II Sleman

Tabel.4.4 Ketepatan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas


Ngaglik II Sleman Yogyakarta

No Alat Kontrasepsi Frekuensi (n=88) %


1 Tepat 50 56,8 %
2 Tidak Tepat 38 43,2 %
Total 88 100%
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut menunjukan bahwa presentase

tertinggi adalah responden dengan pemilihan kontrasepsi yang tepat

yaitu sebanyak 58 responden (56,8 %).

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Dukungan Suami Dengan Ketepatan Pemilihan Alat

Kontrasepsi pada Akseptor KB di Puskesmas Ngaglik II Sleman

Tabel.4.5 Hubungan Dukungan Suami Dengan Ketepatan Pemilihan


Alat Kontrasepsi di Puskesmas Ngaglik II
Sleman Yogyakarta

Pemilihan Kontrasepsi -P-


Dukungan Total C
Tepat Tidak Tepat Value
Suami
F % F % F %
Kurang 6 6,8 % 8 9,1 % 14 15,9 %
Cukup 8 9,1 % 19 21,6 % 27 30,7 %
0,000 0,400
Baik 36 40,9 % 11 12,5 % 47 53,4 %
Total 50 56,8 % 38 43,2 % 88 100%
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 4.7 tersebut menunjukan bahwa responden

dengan dukungan suami baik adalah dengan memilih alat kontrasepsi

secara tepat sebanyak 36 responden (40,9 %). Hasil uji Chi Square

yaitu p-value yang di ambil dari pearson Chi-Square yaitu 0,000.

Sehingga p-value 0,000< 0,005 dapat di simpulkan ada hubungan

dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas

Ngaglik II Sleman Yogyakarta Tahun 2019. Nilai koefisien

kongtingensi didapatkan keeratan hubungan koefisien kontingensi

adalah sedang (0,400- 0,599).

PEMBAHASAN
1. Dukungan Suami dengan Ketepatan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada

Akseptor KB di Puskesmas Ngaglik II Sleman


Mayoritas dukungan suami responden adalah baik sebanyak 47

responden (53,4%). Responden yang memiliki dukungan suami baik

merupakan responden dengan dukungan atau kebebasan yang baik dalam

membantu istri untuk memilih cara atau metode kontrasepsi yang akan di

gunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Auliyah

(2015) yang menyimpulkan bahwa dukungan suami yang baik atau

positif akan mempengaruhi pengambilan keputusan seorang istri dalam

memilih kontrasepsi. Berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan

pada beberapa responden mengatakan bahwa pemilihan kontrasepsi

hanya untuk mengikuti program dari pemerintah.

Hasil penelitan ini juga sesuai dengan penelitian yang di lakukan

oleh Susanto (2016) yang mengatakan bahwa dalam pengambilan

keputusan pemilihan kontrasepsi, dukungan suami meliputi upaya

memperoleh informasi, mengantar ke pelayanan kesehatan, dan

membiayai alat kontrasepsi. Semakin baik dukungan yang diberikan oleh

suami maka pengambilan keputusan sesuai dengan keinginan suami dan

istri, sebaliknya jika dukungan suai kurang maka akan timbul

ketidakpuasan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi.

Hasil analisis data responden melihat dukungan suami berdasarkan

umur diketahui responden terbanyak adalah dukungan suami baik pada

umur 36-50 tahun yaitu sebanyak 21 responden (24%) Hal tersebut

menunjukkan bahwa karena usia responden yang sudah tua sehingga

kesadaran untuk membatasi jumlah anak sangat tinggi dikarenakan

mereka mengetahui bahaya yang terjadi jika mereka hamil diumur


tersebut, sehingga responden memerlukan kontrasepsi yang efisien dan

efektif.

Hasil analisis data responden melihat dukungan suami berdasarkan

pendidikan ketahui responden terbanyak adalah responden dengan

dukungan suami cukup pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 23

responden (26,1%). Tingkat pendidikan yang baik akan mempengaruhi

dalam mendukung istri untuk menggunakan kontrasepsi. Sehingga suami

dapat menerima dan memahami informasi penggunaan alat kontrasepsi

dan dapat membantu istri dalam pengambilan keputusan terhadap

kontrasepsi yang dipilih (Novita, 2011).

Hasil penelitian ini responden dengan pendidikan SMA (59,1%)

lebih banyak di bandingkan dengan yang lainnya karena responden di

Puskesmas Ngaglik II Sleman khususnya Desa Donoharjo sebagian besar

tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya namun pendidikan yang sudah

tercapai sudah yang paling tinggi menurut pendapat responden. Dengan

hanya pendidikan terakhir SMA responden bisa menerima semua

informasi yang disampaikan karena responden memiliki kesadaran yang

lebih tinggi untuk mendapatkan informasi.

Hasil analisis data responden melihat dukungan suami berdasarkan

pekerjaan yaitu bekerja dan tidak bekerja diketahui nilai terbanyak adalah

dukungan suami baik terhadap responden yang tidak bekerja yaitu

sebanyak 29 responden (33%). Responden yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Ngaglik II Sleman khususnya Desa Donoharjo sebagian besar

adalah ibu rumah tangga. Suatu perkerjaan dapat mempengaruhi

responden dalam melakukan kunjungan atau konsultasi terhadap


pemilihan kontrasepsi. Misalnya ketika responden ingin melakukan

konseling kontrasepsi dari tenaga kesehatan, jika responden memiliki

pekerjaan yang begitu menyita waktu, meluangkan waktu untuk datang

ke tenaga kesehatan tidak bisa terpenuhi. Serta karena responden

mayoritas ibu rumah tangga sehingga kesadaran untuk ber-KB itu sangat

tinggi dikarenakan ketika responden tidak bekerja kontak dengan suami

itu lebih sering yang kemungkinan besar akan menyebabkan kehamilan

kalau responden tidak menggunakan KB.

Hasil analisis data karakteristik responden untuk melihat dukungan

suami berdasarkan jumlah anak diketahui responden terbanyak adalah

responden yang memiliki dukungan suami baik yang mempunyai anak ≥

2 orang yaitu sebanyak 27 orang (31%). Responden yang tinggal di

wilayah kerja Puskesmas Ngaglik II Sleman khususnya Desa Donoharjo

sebagian besar adalah yang sudah mempunyai anak ≥ 2 orang

dikarenakan kesadaran akan jumlah anak yang dimiliki sehingga

responden menggunakan KB untuk membatasi jumlah anak yang

dimiliki.

2. Ketepatan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Ngaglik II Sleman

Hasil penelitian menunjukan responden yang memilih alat

kontrasepsi secara tepat yaitu sebanyak 58 responden (56,8%) lebih

banyak dibandingkan dengan responden yang memilih alat kontrasepsi

secara tidak tepat yaitu sebanyak 30 responden (43,2%). Pemilihan

kontrasepsi merupakan pengambilan keputusan untuk penggunaan alat

kontrasepsi (Hartanto, 2010). Alat kontrasepsi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya kehamilan.


Hasil analisis data menurut karakteristik responden melihat

ketepatan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan umur di dapatkan hasil

akseptor KB di Puskesmas Ngaglik II Sleman khususnya Desa

Donoharjo adalah berumur 36-50 tahun yang memilih alat kontrasepsi

secara tepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa usia responden yang

sudah berumur sehingga kesadaran untuk membatasi jumlah anak sangat

tinggi dikarenakan kebanyakan dari mereka mengetahui bahaya ketika

hamil diumur tersebut, sehingga responden memerlukan kontrasepsi yang

efisien dan efektif, sehingga responden harus memilih alat kontrasepsi

secara tepat.

Hasil analisis data menurut karakteristik responden untuk melihat

ketepatan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan pendidikan yang

tertinggi adalah responden pendidikan terakhir SMA yang memilih alat

kontrasepsi secara tepat yaitu sebanyak 29 orang (33%). Hal tersebut

dikarenakan dalam hubungan dengan ketepatan pemakaian kontrasepsi

pendidikan akseptor dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis

kontrasepsi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi

kelangsungan pemakaiannya. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan yang dimiliki mempunyai pengaruh yang kuat pada perilaku

reproduksi dan ketepatan penggunaan alat kontrasepsi.

Hasil analisis data menurut karakteristik responden untuk melihat

ketepatan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan pekerjaan yang

tertinggi adalah responden yang tidak bekerja dengan memilih alat

kontrasepsi secara tepat yaitu sebanyak 35 orang (40%). Hal tersebut

dikarenakan responden yang tidak bekerja memiliki banyak waktu untuk


sering kontak langsung dengan suami sehingga kemungkinan besar

terjadinya kehamilan.

Hasil analisis data menurut karakteristik responden untuk melihat

ketepatan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan jumlah anak yaitu

tertinggi pada responden yang mempunyai anak ≥ 2 orang memilih

kontrasepsi secara tepat sebanyak 38 orang (43%). Hal ini dikarenakan

masih ada responden yang mempunyai bayi sehingga pemilihan dalam

menggunakan alat konrasepsi harus tepat, seperti alat kontrasepsi yang

tidak mengganggu produksi ASI.

3. Hubungan Dukungan Suami Dengan Ketepatan Pemilihan Alat

Kontrasepsi di Puskesmas Ngaglik II Sleman

Berdasarkan hasil uji Chi Square yang diperoleh dari 88 responden

menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yaitu p-value 0,000 <

0,005 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan dukungan suami dengan

ketepatan pemilihan alat kontrasepsi pada akseptor KB di Puskesmas

Ngaglik II Sleman Yogyakarta tahun 2019. Nilai koefesien kontingensi

di dapatkan hasil bahwa C = 0,400. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa keeratan hubungan koefisien kontingensi adalah sedang (0,400-

0,599).

Hasil penelitian sesuai dengan WHO (2018) bahwa pria secara

tidak langsung salah satunya dengan cara mendukung istri dalam

menggunakan alat kontrasepsi. Apabila disepakati istri yang akan

menggunakan KB, peranan suami adalah memberikan dukungan dan

memberikan kebebasan pada istri untuk menggunakan kontrasepsi atau

cara metode ber KB.


Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang

yaitu faktor budaya dan lingkungan, faktor psikologis, faktor sosial

ekonomi, faktor biologis, faktor teknologi dan institusi pendidikan. Peran

suami termasuk kedalam faktor institusi pendidikan mengenai sikap dan

perilaku tenaga kesehatan atau petugas lainnya, termasuk peran suami

yang merupakan kelompok ibu dalam perilaku (Notoatmodjo, 2012).

D. PENUTUP

SIMPULAN

Karakteristik umur responden sebagian besar berkisar 36-50 tahun

sebanyak 57%, karakteristik pendidikan responden sebagian besar

berpendidikan SMA yaitu sebanyak 59%, karakteristik pekerjaan responden

sebagian besar tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebanyak 74%, dan

karakteristik jumlah anak sebagian besar mempunyai anak ≥ 2 orang yaitu

sebanyak 73%.

Dukungan suami dengan ketepatan pemilihan alat kontrasepsi pada

akseptor KB di Puskesmas Ngaglik II sebagian besar adalah baik yaitu

dengan jumlah responden 53,4%. Ketepatan pemilihan alat kontrasepsi di

Puskesmas Ngaglik II sebagian besar memilih alat kontrasepsi secara tepat

yaitu dengan jumlah responden 56,8%.

Ada hubungan dukungan suami dengan ketepatan pemilihan alat

kontrasepsi pada akseptor KB di Puskesmas Ngaglik II Sleman Yogyakarta

tahun2019 dengan hasil uji statistik yang signifikan (Ha diterima, Ho ditolak),

p-value 0,000 < 0,05. Keeratan hubungan antara dukungan suami dengan

ketepatan pemilihan alat kontrasepsi pada akseptor KB di Puskesmas Ngaglik

II berdasarkan uji statistik dengan koefisien kontigensi didapatkan hasil


bahwa C = 0,400 sehingga dapat disimpulkan bahwa keeratan hubungan

koefisien kontigensi adalah sedang (0,400 – 0,599).

SARAN

Sebagai sumbangan aplikatif bagi tenaga kesehatan terutama bidan

agar lebih mengoptimalkan penyampaian informasi mengenai keluarga

berencana sejak pemeriksaan kehamilan trimester akhir, dan juga sebagai

bahan untuk mengadakan kelas untuk ayah atau suami untuk memberikan

penyuluhan mengenai pentingnya keluarga berencana dan peran serta suami

dalam pengambilan keputusan.


99

Anda mungkin juga menyukai