Anda di halaman 1dari 17

PERENCANAAN SUISTANABLE DEVELOPMENT GOALS

TERKAIT PENANGANAN PEMBANGUNAN AIR BERSIH DAN


SANITASI DI JAMBI

PROPOSAL RANCANGAN PENELITIAN

Karya tulis ini dibuat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metode
Penelitian Administrasi Semester Genap Tahun 2020/2021

Oleh :

Khalid Gusti

NPM : 18110301

Kelas : APN - U3

(Program Studi Sarjana Terapan

Administrasi Pembangunan Negara)

POLITEKNIK STIA LAN BANDUNG


2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan alam,
Indonesia juga merupakan sebuah negara kepulauan terbesar yang terdapat di dunia
dengan total 17.508 pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa yang ada di negeri
ini. Hal ini membuat Indonesia kaya akan keragaman budaya dan tentunya sumber
daya alam yang memiliki pemandangan yang sangat indah, dilengkapi dengan aneka
kulinari yang menggugah selera. Potensi-potensi ini harus dikembangkan agar dapat
dimanfaatkan setiap lapisan masyarakat di Indonesia. Tapi tidak seindah yang kita
kira, Negara Indonesia memiliki ragam permasalahan, sakah satunya adalah
permaslahan air bersih dan sanitasi.

Tujuan dari Pembangunan Berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris yang


seperti pembaca kenal sebagai Sustainable Development Goals atau biasa disingkat
menjadi SDGs ialah kumpulan dari 17 tujuan dengan total sebanyak 169 capaian
yang terukur dengan tenggat yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh PBB menjadi
sebuah agenda pada dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan juga
planet bumi tercinta. Dari tujuan ini dirancang bersama-sama oleh negara-negara
lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015
sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030. Tujuan ini juga merupakan
kelanjutan atau pengganti dari Tujuan Pembangunan Milenium atau yang kita kenal
sebagai Millennium Development Goals atau bisa disingkat menjadi MDGs yang
telah ditandatangani oleh para pemimpin-pemimpin Negara di dunia dari 189 negara
sebagai Deklarasi Milenium di markas besar PBB yang bermarkas di 760 United
Nations Plaza, New York, New York 10017, AS pada tahun 2000 dan tidak berlaku
lagi sejak akhir 2015. Salah satu dari 17 poin SGD’s yaitu tentang Air Bersih dan
Sanitasi Layak. Ketersediaan air bersih adalah keharusan bagi manusia, manusia
membutuhkan air dalam berbagai kehidupanya baik untuk mandi, cuci, maupun untuk
kepentingan masak, dan air minum. Itulah sebabnya dahulu manusia memilih tempat
tinggal saling berdekatan dengan sumber air, termasuk sungai.

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, bahwasanya Indonesia memiliki


luasan lahan gambut yang cukup luas, akan tetapi hingga saat ini belum dapat
dipastikan berapa luasan lahan gambut di Indonesia. Dari beberapa jurnal, bacaan,
dokumen-dokumen lainya yang telah peneliti baca ada beberapa sumber yang telah
mengeluarkan statementnya seperti pada tahun 1992, peneliti Pusat Penelitian Tanah
Bogor (Kusumo Nugroho) menemukan bahwa terdapat sekitar 15,4 juta hektar lahan
gambut di Indonesia, sedangkan pada tahun 2005, Wetlands International
memperkirakan lahan gambut yang ada di Indonesia sebar 20,6 juta hektar lahan
gambut, dan pada tahun 2011 Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian dan
Balai Penelitian Tanah sendiri memperikirakan terdapat sebesar 14,9 juta hektar lahan
gambut di Indonesia. Peneliti berpendapat bahwa dengan perbedaan penemuan hasil
temuan para peneliti dikarenakan seringnya terjadi pembakaran maupun kebarakan
lahan gambut yang mengakibatkan seringnya terjadi penemuan berbeda tentang
luasan lahan gambut ini sendiri (Gambut). Salah satunya terjadi di pulau Sumatera
yang merupakan penyumbang lahan gambut terbesar kedua di Indonesia, yang
dimana dalam rentan tahun 2016 hingga tahun 2021 lahan gambut yang terbakar
sebesar 835.431,16 hektar (SiPongi, 2021)

Dalam permasalahan ini Provinsi Jambi sendiri memiliki luas lahan gambut
sebesar 736.227,20 hektar, yang terbagi kedalam 6 kabupaten, yang dimana
Kabupaten Tanjung Jabung Timur menjadi kawasan gambut terbesar dengan total
luas lahan 311.992,10 hektar, lalu Kabupaten Muaro Jambi sebesar 229.703,90 hektar
, Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 154.598 hektar , Kabupaten Soralangun
sebesar 33.294,2 hektar, Kabupaten Merangin sebesar 5.809,8 hektar, dan Kabupaten
Tebo seluas 829,2 hektar . Lalu untuk kawasan bergambut di Provinsi Jambi terbagi
menjadi 2 kawasan yaitu kawasan gambut di dalam hutan dan kawasan gambut yang
diluar hutan, yang dimana lahan gambut kawasan di dalam hutan terbagi menjadi 3
yaitu kawasan konservasi (kawasan konservasi (154.338,40 hektar), hutan lindung
(39.943,30 hektar), dan hutan produksi (155.269,80 hektar) dengan total hutan rawa
gambut sebesar 349.551,50 hektar, sedangkan lahan gambut kawasan luar hutan
sebesar 386.675,70 hektar yang merupakan kawasan budidaya gambut. Dapat
diartikan bahwasanya pada kawasan bergambut yang berada di Provinsi Jambi yang
berada di luar kawasan hutan lebih besar daripada lahan gambut yang terletak di
kawasan hutan (Biphut jambi, 2004).

Pada provinsi Jambi, lebih tepatnya Desa Serdang Jaya, Kecamatan Betara,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat 774 Kartu Keluarga, dengan total jumlah
2.933 jiwa. Secara keseluruhan hampir dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat ialah
lahan gambut, yang dimana dalam kebutuhan sehari-hari seperti keperluan air bersih
maka penggunaan saluran air sumur bor tidak dapat dilaksanakan masalah kemudian
pun muncul dikarenakan kini air bersih sulit didapatkan dari sungai bersih yang layak
konsumsi, masalah berikutnya timbul karena PDAM sebagai penyedia air bersih tidak
dapat memenuhi permintaan air bersih diseluruh provinsi jambi.

Solusi kecil namun dapat diterapkan secara masalpun menjadi sebuah


keharusan. Pusat LITBANG Perumahan dan Permukiman Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat memiliki solusi untuk hal ini, Teknologi Pengolahan
Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT) adalah sebuah
teknologi yang bukan hanya mampu membantu ketersedian air bersih namun
diharapkan juga dapat menghidupkan roda perekonomian desa. (MUTTOFI’AH,
2020)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat diperoleh beberapa permasalahan yang
dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di Desa Serdang Jaya
dari tahun 2017 hingga tahun 2021?
2. Bagaimana manajemen yang dilakukan untuk pengelolaan yang dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat desa setempat?
3. Bagaimana pencapaian indikator SGD’s nomor ke-6 setelah dibangunya
Teknologi Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-
SKMT) dari tahun 2016 hingga 2021?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki beberapa


tujuan yang di ingin untuk dicapai, yaitu:

1. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di Desa


Serdang Jaya dari tahun 2016 hingga tahun 2021
2. Untuk mengetahui manajemen yang dilakukan untuk pengelolaan yang
dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
3. Untuk mengetahui pencapaian indikator SGD’s nomor ke-6 setelah
dibangunya Teknologi Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak
Bertekanan (IPAG-SKMT) dari tahun 2016 hingga 2021?

1.4 Manfaat Penelitian

` Dalam Penelitian ini peneliti mengharapkan dapat memberikan manfaat dalam


penulisan ini, diantaranya:

A. Manfaat Teoritis:

Hasil Penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan sebuah


pengetahuan dalam pengembangan di bidang Air Bersih dan Sanitasi Layak, selain
itu diharapkan hasil penilitan ini dapat menjadi sebuah pedoman dan juga referensi
untuk penelitian selanjutnya.
B. Manfaat Praktis:

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sebuah acuan dan juga pengetahuan bagi
masyarakat bahwasanya sangat penting bagi masyarakat untuk ikut serta dalam
berpartisipasi untuk mengawasi dan juga turun membantu jalanya program Teknologi
Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT) agar
program ini dapat berjalan dengan semestinya. Dengan adanya penelitian ini, peneliti
berharap dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman belajar dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan selama perkuliahan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Pembangunan

Pengertian dari perencanaan sudah sangat sering kita temukan dan dengarkan
sehari-hari, entah itu tentang hal yang positif maupun yang negatif. Tapi tidak bisa
kita pungkiri bahwasanya dalam pengertian perencanaan sendiri terdapat pengertian
yang berbeda-beda yang telah dikemukan, tidak sedikit pula para pemimpin entah
dari tingkatan paling kecil dari tingkat RT dan RW hingga tingkatan paling tinggi
yaitu para pemimpin pemerintahan Negara, bahkan para pembaca pun memiliki
pendapat dan pengertianya sendiri. Perencanaan sendiri berasal dari kata rencana,
yang dimana dapat diartikan sebagai rancangan. Dari pengertian tersebut kita dapat
menguraikan bahwa perencanaan bisa menjadi beberapa komponen yakni tujuan (apa
yang ingin digapai), kegiatan (usaha-usaha untuk menyelesaikan target atau tujuan),
dan waktu (kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan) (Abe,2005). Inti dari
pengertianya sendiri yang dapat peneliti serap yaitu perencaan yaitu repson manusia
terhadap serangkaian kegiatan yang ingin digapai atau dilakukan di masa mendatang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau yang telah ditetapkan, perencanaan
menjadi fungsi manajemen yang pertama, karena tanpa adanya perencanaan mustahil
untuk mencapai tujuan..

Dalam perencanaan sendiri terdapat beberapa elemen dasar perencanaan, yaitu:

1. Menentukan tujuan maupun serangkaian tujuan’;


2. Merumuskan keadaan saat ini ;
3. Mengidentifikasi semua hambatan dan kemudahan yang akan didapat ; dan
4. Mengembangkan strategi untuk pencapaian tujuan.

Sementara itu, menurut Riyadi (Azhar, 2015) mengatakan bahwa definisi


perencanaan pembangunan dapat juga dikatakan sebagai sebuah proses merumuskan
opsi-opsi berdasarkan data yang akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan
suatu kegiatan. Sedangkan untuk elemen dasar perencanaan Arsyad (Maulana, 2016)
berpendapat ada empat elemen dasar perencanaan, yaitu :

1. merencanakan berarti memilih


2. Perencanaan yaitu alat pengalokasian sumber daya
3. Perencanaan yaitu alat untuk mencapai keinginan atau tujuan
4. Perencanaan sendiri berorientasi pada masa depan

Dari kedua pengertian yang telah peneliti kutip, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
perencanaan merupakan kegiatan menetapkan, merumuskan sebuah tujuan, dan juga
tentunya mengatur pendaya-gunaan seperti manusia, material, motode-metode, dan
waktu secara efektif utnuk menggapai tujuan. Lalu, menurut Widjojo dalam Lembaga
Administrasi Negara (1985:31) menerangkan bahwa perencanaan pada dasarnya
berpusar pada dua hal, yaitu penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan
konkret yang akan digapai dalam kurun waktu tertentu atas bentuk nilai-nilai yang
dimiliki masyarakat dan pilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien serta juga
rasional agar dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, baik untuk
menentukan sebuah tujuan yang melingkupi waktu tertentu maupun untuk pemilihan
cara-cara tersebut dibutuhkan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang tentunya
harus dipilih terlebih dahulu pula.

2.2 Sustainable Development Goals

Tujuan dari Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals


(TPB/SDGs) ialah pembangunan yang berusaha meningkatan kesejahteraan
maskyarakat dalam lingkup ekonomi secara berkesinambungan, lalu pembangunan
yang menjaga keberlangsungan kehidupan sosial di masyarakat, menjaga
pembangunan yang kualitas lingkungan hidup dan juga pembangunan yang menjamin
suatu keadilan dan terselenggaranya tata kelola yang dapat menjaga peningkatan dari
kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Agenda 2030 yang
merupakan kesepakatan dari pembangunan berkelanjutan yang berlandasan pada hak
asasi manusia dan juga kesetaraan. TPB/SDGs juga memiliki berprinsip Universal,
Integrasi dan Inklusif, untuk meyakinkan bahwa tidak ada satupun yang tertinggal.
Indonesia pun sangat berkomitmen kuat dalam penerapan SGDs dikarenakan tujuan
dari pembangunan nasional dan tujuan pembangunan global saling
berkesinambungan dan juga meliki kesamaan tujuan. SDGs sendiri merupakan
sebuah visualisasi dari arah kebijakan pembangunan yang ingin dicapai. SDGs
memiliki 17 jenis tujuan (Goals), yang sebagian besar merupakan indikator
pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah. (SGDs)

SGDs sendiri merupakan sebuah komitmen global dan nasional dalam upaya
untuk menyejahterkan masyarakat yang mencakup 17 tujuan, yaitu :

1. Mengakhiri segala bentuk dari Kemiskinan;


2. Menghilangkan kelaparan, mencapai target ketahanan pangan dan gizi;
3. Menjamin kehidupan Sehat dan Sejahtera;
4. Memberikan Pendidikan Berkualitas;
5. Mencapai Kesetaraan Gender;
6. Menjamin dan mengembangkan pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi Layak;
7. Menjamin akses Energi Bersih dan Terjangkau;
8. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi;
9. Membangun Industri, Inovasi dan Infrastruktur yang tangguh;
10. Berkurangnya Kesenjangan intra dan antar negara;
11. Menjadikan Kota dan permukiman yang berkelanjutan;
12. Menjamin konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab;
13. Mengambil langkah dalam upaya penanganan perubahan iklim;
14. Melestarikan dan memanfaatkan ekosistem kelautan;
15. Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan ekosistem daratan;
16. Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan tangguh;
17. Menguatkan kemitraan global untuk mencapai tujuan.

Dalam upaya memudahkan penerapan dan juga pengawasanya, dari 17 tujuan


dan 169 target SGDs di kelompokan menjadi empat pilar, yaitu :
1. Pilar pembangunan sosial: melingkupi tujuan nomor 1, 2, 3, 4 dan 5
2. Pilar pembangunan ekonomi: melingkupi tujuan nomor 7, 8, 9, 10 dan 17
3. Pilar pembangunan lingkungan: melingkupi tujuan nomor 6, 11, 12, 13, 14
dan 15
4. Pilar pembangunan hukum dan tata kelola: melingkupi tujuan nomor 16
(SGDs)

2.3 Air Bersih dan Sanitasi Layak

Setelah dari dahulu kala manusia menggunakan sungai sebagai sarana penyediaan
kebutuhan sehari-hari, dengan perkembangan jaman dan makin kencangnya
perubahan dalam teknologi, salah satu dampak yang sangat terasa adalah adanya
banyak polusi yang juga ikut menyebabkan aliran sungai yang sejak dahulu kala
digunakan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari sekarang tidak dapat lagi
digunakan secara maksimal dikarenakan limbah yang dibuang ke aliran sungai yang
dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Air bersih dan sanitasi
layak adalah sebuah kebutuhan dasar yang harus dimiliki setiap manusia yang ada di
muka bumi ini tanpa adanya perbedaan sama sekali. Air bersih dan sanitasi layak
berada pada pilar pembangunan tentang lingkungan hidup, yang dimana pada sektor
ini memiliki tujuan untuk memastikan masyarakat untuk mencapai akses universal air
bersih dan sanitasi.

Begitu pula yang telah terjadi pada masyarakat di daerah Desa Serdang Jaya, yang
dimana rata-rata tanah daerah tersebut ialah kawasan gambut, yang dimana dalam
pemenuhan untuk kebutuhan air, masyarakat setempat tidak bisa menggunakan air
sumur bor dikarenakan tanah gambut tidak dapat langsung diolah atau digunakan
secara langsung, jikalau digunakan secara langsung dapat mengakibatkan beberapa
penyakit salah satunya gigi yang keropos.

Air gambut terjadi karena tercipta dari akumulasi sisa sisa tumbuhan yang membusuk
dan terjadi ratusan bahkan ribuan tahun, sehingga wajar jika air gambut yang berwana
kehitaman dan bersifat asam ini tidak dapat langsung dikonsumsi, karena dapat
membuat keropos gigi, sedangakan zat organik dan non organik dapat menggangu
metabolisme tubuh. Itu sebabnya untuk kebutuhan air bersih air gambut harus
diproses terlebih dahulu. Secara teknis untuk dapat menggunakan air gambut harus
terlebih dahulu menurunkan warna dari air gambut sehingga memenuhi syarat dari
permenkes 492 dimana disitu diisyaratkan warna untuk air bersih itu harus kurang
dari 15 TCU dan PH air harus berada pada 6.6 sampai 8.2 ppm.

Solusi pun muncul setelah Pusat LITBANG Perumahan dan Permukiman Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki solusi untuk hal ini, Teknologi
Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT).
Berdasarkan judul penelitian penulis mengenai “ PERENCANAAN SUISTANABLE
DEVELOPMENT GOALS TERKAIT PENANGANAN PEMBANGUNAN AIR
BERSIH DAN SANITASI DI JAMBI” maka diperlukan penjelasan mengenai
penerapan dan upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat dengan
teknogi yang dikeluarkan oleh Pusat LITBANG Perumahan dan Permukiman
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yakni Teknologi Pengolahan
Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT)

2.3.1 Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di Desa Serdang Jaya


Dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Teknologi
Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT)
bisa dibilang dapat menjawab kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat
setempat yang dimana di Desa Serdang Jaya sendiri terdapat 774 Kartu
Keluarga yang dimana teknologi ini sendiri dapat menghasilkan sekitar 5000
liter perdetik, untuk pelayanan 5000 jiwa atau sekitar 800 sambungan rumah
dan 1200 galon air bersih siap minum, bahkan bisa dikatakan hasil yang
didapatkan bahkan melebihi masyarakat setempat.

2.3.2 Manajemen yang dilakukan untuk pengelola


Untuk pengelolaan Teknologi Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak
Bertekanan (IPAG-SKMT) sendiri dikelola langsung oleh BUMDES yang
diawasi langsung oleh Pusat LITBANG Perumahan dan Permukiman
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PuskimPUPR). Dalam
pelaksanaan teknologi ini sudah sangat membantu banyak bagi masyarakat
setempat seperti tidak susah lagi mencari air bersih yang layak, lalu dengan
adanya teknologi ini sama dengan menyediakan lahan pekerjaan yang baru
yang dapat mengurangi pengangguran yang ada di daerah tersebut. Dengan
teknologi ini juga dapat menjadi salah satu pemutar roda ekonomi Desa
Serdang Jaya Sendiri. Dalam manajemen pengelolaanya memang telah
dikelola langsung oleh BUMDES, akan tetapi team pengawas PuskimPUPR
tetap mengawasi dan juga memantau kegiatan pengolahan air tersebut secara
rutin. Sedangkan untuk masyarakat sendiri dapat melakukan pengawasan
secara lebih mudah dikarenakan tempat pengoprasian pengolahan air sendiri
berdampingan denga Kantor Kepala Desa Serdang Jaya.

2.3.3 Pencapaian indikator SGD’s nomor ke-6


Dalam pemenuhan dari tujuan nomer 6 SGDs pemerintah setempat bisa
dibilang sudah lumayan baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut.
Pemerintah setempat pun bisa dibilang cerdik dalam penerapanya, ada
kalanya ketika teknologi tidak bisa digunakan dikarenakan ada kerusakan atau
ada maintenance masyarakat setempat sudah pintar dan tahu apa yang harus
mereka lakukan, masyarakat setempat telah menyediakan alat penampungan
hujan dirumah masing-masing yang dimana ketika dalam keadaan tertentu
penggunaan air cadangan ini bisa digunakan secara baik dan efisien.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengambilan Data

Pada penelitian ini pendekatan yang saya gunakan adalah dengan pendekatan
kualitatif - deskriptif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan berbasis data primer
(hasil wawancara virtual atau langsung, hasil wawancara, dan hasil
pengamatan/obeservasi langsung yang mengehasilkan dokumentasi) dan data
sekunder berupa studi pustaka (Jurnal, skripsi, berita, dan beberapa dokumen lainya).
Hasil wawancara kemudian dianalisis secara rinci lalu di tuangkan kedalam bentuk
deskripsi yang jelas. Observasi akan langsung dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung ke dua penampungan air yang digunakan sebagai alat
penyulingan air di Desa Serdang Jaya, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Studi pustaka dilakukan dengan mencari dan menganalisis referensi-referensi
yang berkaitan dengan program Teknologi Pengolahan Air Gambut Sistem Media
Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT).

3.2 Sumber Daya

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan peneliti dalam menyelesaikan tugas penelitian


ini, maka peneliti menggunakan data primer yaitu hasil wawancara virtual yang
dilakukan secara langsung melalui sambungan telepon aplikasi Whats App kepada
salah satu kerabat yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, selain itu pula
peneliti melakukan penelitian lebih mendalam dengan mengunakan data sekunder
berupa studi pustaka seperti Jurnal, Skripsi, dan beberapa dokumen lainya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, dan studi pustaka
3.4 Teknik Pengolahan Data

Penganbilan data akan dilakukan dengan teknik obeservasi yang merupakan


kegiatan pengamatan dan juga melakukan pencatatan hasil pengamatan. Hasil dari
proses obsevasi akan dituangkan atau dituliskan dalam sebuah laporan yang
sistematis juga sesuai dengan kaidah penulisan penelitian. Pada akhir penelitian untuk
mendapatkan hasil penelitian akan menggunakan teknik analisis hasil kajian dengan 2
teknik yaitu, teknik kualitatif - deskriptif. Hasil dari penelitian dengan teknik
observasi ini diharapkan dapat mengumpukan berbagai informasi yang relevan
tentang Teknologi Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-
SKMT) di Desa Serdang Jaya tentang tujuan dari SGDs nomor 6, yaitu Air Bersih
dan Sanitasi Layak.
DAFTAR PUSTAKA

Gambut, P. (n.d.). Luas dan sebaran lahan gambut di Indonesia. Retrieved Juli 18, 2021,
from Pantau Gambut.

MUTTOFI’AH. (2020). EFEKTIVITAS PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI.


Retrieved Juli 14, 2021, from Uin Jambi.

SGDs, B. (n.d.). Sustainable Development Goals (SDGs). Retrieved Juli 19, 2021, from SGDs,
Bappenas.

SiPongi. (2021). Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan dan Lahan (Ha) Per Provinsi Di Indonesia
Tahun 2016-2021. Retrieved Juli 18, from SiPongi.
PEDOMAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan berikut ini ditujukan dalam rangka untuk mencari data penelitian
tentang “Perencanaan Suistanable Development Goals Terkait Penanganan
Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi Layak”. Jawaban-jawaban dari pertanyaan
yang peneliti berikan nantinya akan dijadikan sebagai bahan analisis terhadap
masalah dalam penelitian. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akandisampaikan
sebagai berikut :

A. Identitas Informan

1. NAMA LENGKAP :
2. JENIS KELAMIN :
3. UMUR :
4. PEKERJAAN :

B. Daftar Pertanyaan

Pedoman Wawancara Untuk Pemerintahan dan masyarakat Desa Serdang Jaya

1. Bagaimana kondisi pemenuhan kebutuhan akan air bersih yang dilakukan


pemerintah?
2. Bagaimana tanggapan anda tentang Teknologi Pengolahan Air Gambut Sistem
Media Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT) di Desa Serdang Jaya?
3. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat setempat dalam penyelenggaraan
Teknologi Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-
SKMT)?
4. Apakah terjadi kombinasi yang baik antara pemerintah desa, pengurus dan
masyarakat dalam pengelolaan Teknologi Pengolahan Air Gambut Sistem
Media Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT) ?
5. Apakah pemerintah desa memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
ikut berpartisipasi?
6. Apakah ada pengembangan teknologi terbaru yang lebih termutakhirkan?
PEDOMAN OBSERVASI

1. Kondisi geografis Desa Serdang Jaya


2. Jumlah penduduk Desa Serdang Jaya
3. Kondisi kontur tanah gambut Desa Serdang Jaya
4. Kondisi kontruksi Teknologi Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak
Bertekanan (IPAG-SKMT)
5. Penghasilan yang didapatkan dari pengolahan teknologi (IPAG-SKMT)
6. Faktor pendukung pelaksanaan kegiatan
7. Faktor penghambat pelaksanaan kegiatan

Anda mungkin juga menyukai