Revitalisasi Pertambangan Batu Menjadi Kawasan Wisata Curug Batu Templek Di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung
Revitalisasi Pertambangan Batu Menjadi Kawasan Wisata Curug Batu Templek Di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung
Karya tulis ini dibuat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metode
Penelitian Administrasi Semester Genap Tahun 2020/2021
Oleh :
Khalid Gusti
NPM : 18110301
Kelas : APN - U3
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan alam,
Indonesia juga merupakan sebuah negara kepulauan terbesar yang terdapat di dunia
dengan total 17.508 pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa yang ada di negeri
ini. Hal ini membuat Indonesia kaya akan keragaman budaya dan tentunya sumber
daya alam yang memiliki pemandangan yang sangat indah, dilengkapi dengan aneka
kulinari yang menggugah selera. Potensi-potensi ini harus dikembangkan agar dapat
dimanfaatkan setiap lapisan masyarakat di Indonesia. Tapi tidak seindah yang kita
kira, Negara Indonesia memiliki ragam permasalahan, sakah satunya adalah
permaslahan air bersih dan sanitasi.
Dalam permasalahan ini Provinsi Jambi sendiri memiliki luas lahan gambut
sebesar 736.227,20 hektar, yang terbagi kedalam 6 kabupaten, yang dimana
Kabupaten Tanjung Jabung Timur menjadi kawasan gambut terbesar dengan total
luas lahan 311.992,10 hektar, lalu Kabupaten Muaro Jambi sebesar 229.703,90 hektar
, Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 154.598 hektar , Kabupaten Soralangun
sebesar 33.294,2 hektar, Kabupaten Merangin sebesar 5.809,8 hektar, dan Kabupaten
Tebo seluas 829,2 hektar . Lalu untuk kawasan bergambut di Provinsi Jambi terbagi
menjadi 2 kawasan yaitu kawasan gambut di dalam hutan dan kawasan gambut yang
diluar hutan, yang dimana lahan gambut kawasan di dalam hutan terbagi menjadi 3
yaitu kawasan konservasi (kawasan konservasi (154.338,40 hektar), hutan lindung
(39.943,30 hektar), dan hutan produksi (155.269,80 hektar) dengan total hutan rawa
gambut sebesar 349.551,50 hektar, sedangkan lahan gambut kawasan luar hutan
sebesar 386.675,70 hektar yang merupakan kawasan budidaya gambut. Dapat
diartikan bahwasanya pada kawasan bergambut yang berada di Provinsi Jambi yang
berada di luar kawasan hutan lebih besar daripada lahan gambut yang terletak di
kawasan hutan (Biphut jambi, 2004).
Pada provinsi Jambi, lebih tepatnya Desa Serdang Jaya, Kecamatan Betara,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat 774 Kartu Keluarga, dengan total jumlah
2.933 jiwa. Secara keseluruhan hampir dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat ialah
lahan gambut, yang dimana dalam kebutuhan sehari-hari seperti keperluan air bersih
maka penggunaan saluran air sumur bor tidak dapat dilaksanakan masalah kemudian
pun muncul dikarenakan kini air bersih sulit didapatkan dari sungai bersih yang layak
konsumsi, masalah berikutnya timbul karena PDAM sebagai penyedia air bersih tidak
dapat memenuhi permintaan air bersih diseluruh provinsi jambi.
Dari latar belakang diatas maka dapat diperoleh beberapa permasalahan yang
dapat di identifikasi sebagai berikut :
A. Manfaat Teoritis:
B. Manfaat Praktis:
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sebuah acuan dan juga pengetahuan bagi
masyarakat bahwasanya sangat penting bagi masyarakat untuk ikut serta dalam
berpartisipasi untuk mengawasi dan juga turun membantu jalanya program Teknologi
Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT) agar
program ini dapat berjalan dengan semestinya. Dengan adanya penelitian ini, peneliti
berharap dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman belajar dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan selama perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dari perencanaan sudah sangat sering kita temukan dan dengarkan
sehari-hari, entah itu tentang hal yang positif maupun yang negatif. Tapi tidak bisa
kita pungkiri bahwasanya dalam pengertian perencanaan sendiri terdapat pengertian
yang berbeda-beda yang telah dikemukan, tidak sedikit pula para pemimpin entah
dari tingkatan paling kecil dari tingkat RT dan RW hingga tingkatan paling tinggi
yaitu para pemimpin pemerintahan Negara, bahkan para pembaca pun memiliki
pendapat dan pengertianya sendiri. Perencanaan sendiri berasal dari kata rencana,
yang dimana dapat diartikan sebagai rancangan. Dari pengertian tersebut kita dapat
menguraikan bahwa perencanaan bisa menjadi beberapa komponen yakni tujuan (apa
yang ingin digapai), kegiatan (usaha-usaha untuk menyelesaikan target atau tujuan),
dan waktu (kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan) (Abe,2005). Inti dari
pengertianya sendiri yang dapat peneliti serap yaitu perencaan yaitu repson manusia
terhadap serangkaian kegiatan yang ingin digapai atau dilakukan di masa mendatang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau yang telah ditetapkan, perencanaan
menjadi fungsi manajemen yang pertama, karena tanpa adanya perencanaan mustahil
untuk mencapai tujuan..
Dari kedua pengertian yang telah peneliti kutip, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
perencanaan merupakan kegiatan menetapkan, merumuskan sebuah tujuan, dan juga
tentunya mengatur pendaya-gunaan seperti manusia, material, motode-metode, dan
waktu secara efektif utnuk menggapai tujuan. Lalu, menurut Widjojo dalam Lembaga
Administrasi Negara (1985:31) menerangkan bahwa perencanaan pada dasarnya
berpusar pada dua hal, yaitu penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan
konkret yang akan digapai dalam kurun waktu tertentu atas bentuk nilai-nilai yang
dimiliki masyarakat dan pilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien serta juga
rasional agar dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, baik untuk
menentukan sebuah tujuan yang melingkupi waktu tertentu maupun untuk pemilihan
cara-cara tersebut dibutuhkan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang tentunya
harus dipilih terlebih dahulu pula.
SGDs sendiri merupakan sebuah komitmen global dan nasional dalam upaya
untuk menyejahterkan masyarakat yang mencakup 17 tujuan, yaitu :
Setelah dari dahulu kala manusia menggunakan sungai sebagai sarana penyediaan
kebutuhan sehari-hari, dengan perkembangan jaman dan makin kencangnya
perubahan dalam teknologi, salah satu dampak yang sangat terasa adalah adanya
banyak polusi yang juga ikut menyebabkan aliran sungai yang sejak dahulu kala
digunakan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari sekarang tidak dapat lagi
digunakan secara maksimal dikarenakan limbah yang dibuang ke aliran sungai yang
dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Air bersih dan sanitasi
layak adalah sebuah kebutuhan dasar yang harus dimiliki setiap manusia yang ada di
muka bumi ini tanpa adanya perbedaan sama sekali. Air bersih dan sanitasi layak
berada pada pilar pembangunan tentang lingkungan hidup, yang dimana pada sektor
ini memiliki tujuan untuk memastikan masyarakat untuk mencapai akses universal air
bersih dan sanitasi.
Begitu pula yang telah terjadi pada masyarakat di daerah Desa Serdang Jaya, yang
dimana rata-rata tanah daerah tersebut ialah kawasan gambut, yang dimana dalam
pemenuhan untuk kebutuhan air, masyarakat setempat tidak bisa menggunakan air
sumur bor dikarenakan tanah gambut tidak dapat langsung diolah atau digunakan
secara langsung, jikalau digunakan secara langsung dapat mengakibatkan beberapa
penyakit salah satunya gigi yang keropos.
Air gambut terjadi karena tercipta dari akumulasi sisa sisa tumbuhan yang membusuk
dan terjadi ratusan bahkan ribuan tahun, sehingga wajar jika air gambut yang berwana
kehitaman dan bersifat asam ini tidak dapat langsung dikonsumsi, karena dapat
membuat keropos gigi, sedangakan zat organik dan non organik dapat menggangu
metabolisme tubuh. Itu sebabnya untuk kebutuhan air bersih air gambut harus
diproses terlebih dahulu. Secara teknis untuk dapat menggunakan air gambut harus
terlebih dahulu menurunkan warna dari air gambut sehingga memenuhi syarat dari
permenkes 492 dimana disitu diisyaratkan warna untuk air bersih itu harus kurang
dari 15 TCU dan PH air harus berada pada 6.6 sampai 8.2 ppm.
Solusi pun muncul setelah Pusat LITBANG Perumahan dan Permukiman Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki solusi untuk hal ini, Teknologi
Pengolahan Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT).
Berdasarkan judul penelitian penulis mengenai “ PERENCANAAN SUISTANABLE
DEVELOPMENT GOALS TERKAIT PENANGANAN PEMBANGUNAN AIR
BERSIH DAN SANITASI DI JAMBI” maka diperlukan penjelasan mengenai
penerapan dan upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat dengan
teknogi yang dikeluarkan oleh Pusat LITBANG Perumahan dan Permukiman
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yakni Teknologi Pengolahan
Air Gambut Sistem Media Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT)
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini pendekatan yang saya gunakan adalah dengan pendekatan
kualitatif - deskriptif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan berbasis data primer
(hasil wawancara virtual atau langsung, hasil wawancara, dan hasil
pengamatan/obeservasi langsung yang mengehasilkan dokumentasi) dan data
sekunder berupa studi pustaka (Jurnal, skripsi, berita, dan beberapa dokumen lainya).
Hasil wawancara kemudian dianalisis secara rinci lalu di tuangkan kedalam bentuk
deskripsi yang jelas. Observasi akan langsung dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung ke dua penampungan air yang digunakan sebagai alat
penyulingan air di Desa Serdang Jaya, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Studi pustaka dilakukan dengan mencari dan menganalisis referensi-referensi
yang berkaitan dengan program Teknologi Pengolahan Air Gambut Sistem Media
Kontak Bertekanan (IPAG-SKMT).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, dan studi pustaka
PEDOMAN WAWANCARA Daftar pertanyaan berikut ini ditujukan dalam rangka untuk
mencari data penelitian tentang “Model Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Desa
Wisata di Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Jawaban-jawaban
pertanyaan ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan analisis terhadap masalah dalam
penelitian. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan sebagai berikut : A.
Identitas Informan 1. NAMA : 2. JENIS KELAMIN: 3. UMUR : 4. PEKERJAAN : B. Daftar
Pertanyaan Pedoman Wawancara Untuk Pemerintahan Desa Cikadut 1. Bagaimana
solidaritas atau hubungan antar masyarakat dengan masyarakat lainnya di Desa Cikadut ? 2.
Bagaimana tanggapan anda tentang ide atau gagasan pengelolaan Desa Wisata di Desa
Cikadut ? 3. Apakah terjadi kombinasi yang baik antara pemerintah desa, pengurus dan
masyarakat terkait pengelolaan desa wisata ? 4. Bagaimana peran pemerintah dalam
pengelolaan desa wisata di Desa Cikadut ini ? 5. Apakah dalam pengelolaan melibatkan
pihak swasta, alasannya ? 6. Apakah semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan desa wisata ? 7. Apakah pemerintah desa memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk ikut berpartisipasi ? 8. Apakah konstribusi masyarakat dalam pengelolaan
cukup membantu ? 9. Apakah ada syarat tertentu bagi masyarakat yang akan ikut
berpartisipasi ? 10. Apakah yang mendorong masyarakat agar bisa ikut berpartisipasi ? 11.
Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan desa wisata ? 12.
Adakah nilai-nilai yang harus dipegang atau dipatuhi oleh masyarakat Desa Cikadut ? 13.
Bagaimana budaya atau tradisi yang ada di Desa Cikadut ? 14. Apakah ada kendala atau
masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan desa wisata ? Pedoman Wawancara
Untuk Masyarakat 1. Bagaimana pandangan anda tentang pengelolaan desa wisata di Desa
Cikadut ? 2. Bagaimana partisipasi anda dalam pengelolaan desa wisata di Desa Cikadut ? 3.
Faktor apa yang menjadi pendorong anda agar ikut berpartisipasi dalam pengelolaan desa
wisata ? 4. Faktor apa yang menjadi penghambat anda untuk ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan desa wisata ? 5. Bagaimana keterlibatan tokoh masyarakat dalam pengelolaan
desa wisata ? 6. Apa manfaat yang anda rasakan ketika ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan desa wisata ? 7. Apa yang diharapkan masyarakat dengan adanya desa wisata
ini ?