Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TD DE
BK SK PK
Nama Hijauan N Mcal/ Produksi BK
(%) (%) (%)
(%) Kg
Untuk menyediakan hijauan pakan ternak sepanjang tahun perlu dilakukan manajemen tanaman
pakan ternak secara tepat . Tanaman pakan ternak yang dapat diupayakan antara lain adalah rumput unggul
dan leguminosa pohon atau perdu yang dapat beradaptasi pada kondisi iklim wilayah tertentu . Sedapat
mungkin jenis jenis rumput dan leguminosa tersebut tersebar baik pada musim hujan maupun kemarau. Pola
penanaman hijauan pakan-ternak melalui sistem tiga strata atau pola lorong dapat dikembangkan sebagai
suatu cara untuk tetap dapat menyediakan hijauan pakan ternak sepanjang tahun . Pola pertanaman dengan
sistem tiga strata (STS) antara lain telah berhasil meningkatkan penyediaan pakan ternak dan baitkan
meningkatkan produksi ternak serta mengurangi erosi tanah. Pemarifaatan lahan pekarangan, pinggir -jalan,
maupun lahan perkebunan dan kehutanan yang masih memungkinkan untuk hijauan pakan ternak perlu
dikembangkan. Manajemen pemanenan hijauan harus diupayakan agar tidak menghambat, pertumbuhan
kembali tanaman hijauan pakar tersebut; antara lain perlu memperhatikan frekuensi pemanenan, umur
pemanenan serta tatalaksana.
Cara pemanfaatan hijauan pakan adalah sebagai berikut:
a. Segar
Pemanfaatan hijauan pakan dalam bentuk segar merupakan cara yang banyak dilakukan peternak
apabila produksi hijauan mencukupi kebutuhan . Pada musim hujan dimana ketersediaan rumput cukup
tinggi, ternak dapat diberikan pakan dalam bentuk segar dengan kandungan air yang cukup tinggi. Namun,
hal ini akan mempenganihi total konsumsi bahan kering sehingga harus diperhatikan agar kebutuhan bahan
kering dapat terpenuhi. Untuk pemberian hijauan leguminosa perlu disesuaikan dengan sifat fisika-kimia
yang dimiliki oleh 'masing-masing hijauan . Tingkat degradabilitas dan kecernaan komponen protein dalam
hijauan leguminosa ternyata dipenganlhi oleh kondisi segar, layu atau kering (Winugroho, 1997) .
Untuk menjamin ketersediaan hijauan segar, baik pada musim kemarau maupun hijauan, perlu
dilakukan pola tanam dan panen yang tepat. Penanaman leguminosa potion untuk dimanfaatkan pada musim
kemarau hendaknya dipilih jenisjenis legulnlnosa yang bahan kekurangan air, antara lain Gliricidia sp,
Calhandra sp, Sesbanin sp clan Leucaena sp. Kaliandra sebaiknya diberikan dalam bentuk segar sedangkan
lainnya dapat diberikan dalam bentuk segar maupun layu.
b. Awetan
Pengawetan hijauan pakan ternak untuk mengantisipasi kebutuhan pakan pada musim kekurangan
pakan sangat dianjurkan. Pada saat produksi hijauan cukup tinggi dapat dilakukan pemanenan dan kemudian
dikeringkan atau dibuat silase sehingga dapat disimpan untuk digunakan pada waktu niasa stilit hijauan .
Masalah yang diliadapi dalani pengolahan/pengawetan hijauan pakan ternak adalah diperlukannya proses
pengeringan untuk mengurangi kadar air hijauan sehingga tidak akan cepat rusak. Kelebilian produksi
hijauan yang terjadi pada musim hijauan menyebabkan pengeringan menggimakan sinar niatahari sangat
tergantung pada keadaan cuaca. Untuk mempercepat proses pengeringan diperlukan alat pengering yang
membutuhkan biaya untuk melakukannya. Selain jerami padi, penyimpanan hijauan dengan cara
pengeringan dengan alat belum banyak dilakukan peternak.
c. Ensilase
Penyimpanan hijauan pakan ternak dalam bentuk silase memerlukan adanya silo uniuk menanlpung
kelebihan hijauan tersebut. Proses ensilase meniefukan kondisi hijauan yang mempunyai kandungan air
antara 40-60%, sebelum ditutup dalam suasana anaerob. Adopsi teknik pembuatan silase di Indonesia pada
peternakan rakyat masih rendah. Pada kondisi peternak skala perusahaan besar, tingkat kerusakan dalam
pembuatan silase biasanya berkisar antara 5-10% dari bahan kering. Untuk mengoptimalkan potensi
sumberdaya hijauan yang terdapat di wilayah tertentu memerlukan pengenalan potensi tersebut sehingga
penjadwalan ketersediaan hijauan maupun limbah tanaman pangan yang disesuaikan dengan pola usaha tani
tanaman pangan, perkebunan atau kehutanan.
Dilihat dari jenisnya, Devendra (1993) membagi hijauan pakan menjadi empat kategori, yaitu
forages, crop residues, agroindustrial by-products dan non-conventional feeds. Di Indonesia penggolongan
hijauan akan yang lazim adalah rumput lokal, rumput introduksi, leguminosa pohon, leguminosa perdu, sisa
hasil tanaman pangan dan hasil ikutan pertanian. Kebanyakan sisa hasil tanaman pangan mengandung serat
kasar yang tinggi sedangkan kandungan protein kasarnya rendah. Namun untuk mengatasi kekurangan
hijauan pakan pada musim kemarau sisa hasil dan hasil ikutan tanaman ini sangat penting untuk
diperhatikan.
Keberlanjutan pasokan hijauan pakan sangat tergatung pada berbagai faktor, seperti musim, agroekosistem,
populasi ternak ruminansia dan pengelolaannya. Dengan demikian bagi peternak yang
menginginkanternaknya sepanjang tahun, faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi perhatian.
Pengelolaan hijauan pakan ternak yang baik akan dapat menjamin pasokan hijauan pakan sepanjang
tahun, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau. Beberapa metode yang dapat diterapkan pada
peternakan sapi perah di Indonesia adalah: sistem tiga strata, pertanaman lorong (alley cropping), tanaman
pagar (hedgerow cropping) dan tanaman penguat teras. Keempat cara ini memerlukan pengelolaan yang
berbeda satu sama lain. Beberapa di antaranya tidak dikhususkan untuk produksi hijauan pakan tetapi untuk
keperluan lain, misalnya untuk konservasi tanah.
2.2 Complete feed Sebagai Solusi Pemberian Pakan Pada Sapi Perah di Indonesia
Secara umum complete feed adalah suatu teknologi formulasi pakan yang mencampur semua bahan
pakan yang terdiri dari hijauan (limbah pertanian) dan konsentrat yang dicampur menjadi satu tanpa atau
hanya dengan sedikit tambahan rumput segar. Pakan komplit adalah ransum berimbang yang telah lengkap
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, baik untuk pertumbuhan, perawatan jaringan maupun produksi
(Pamuji, 2012).
Bahan untuk pembuatan complete feed adalah segala macam hijauan dan bahan dari tumbuhan
lainnya yang disukai oleh ternak seperti ; rumput, sorghum, jagung, biji-bijian kecil, tongkol gandum,
tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan lain-lain.
1. Pakan siap pakai yang memiliki kandungan nutrisi lengkap.
2. Dengan complete feed peternak tidak lagi tergantung terhadap hijauan.
3. Dapat memberikan penambahan bobot badan optimal.
4. Peternak tidak lagi membutuhkan lahan yang luas untuk HMT.
5. Menekan biaya pakan dalam usaha peternakan sehingga akan menambah pendapatan peternak lebih
maksimal (Ramadani, 2010).
Secara umum Complete feed adalah suatu teknologi formulasi pakan yang mencampur semua bahan
pakan yang terdiri dari hijauan ( limbah pertanian ) dan konsentrat yang dicampur menjadi satu tanpa atau
hanya sedikit tambahan rumput segar. Pakan Komplit adalah ransum berimbang yang telah lengkap untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, baik untuk pertumbuhan, perawatan jaringan maupun produksi. Dalam
pemberiannya, ransum ini tidak memerlukan tambahan apapun kecuali air minum. Dengan pemberian pakan
komplit, lebih praktis dan sangat menghemat tenaga kerja serta petani tidak perlu lagi setiap hari mencari
rumput.
Pucuk Tebu 26
Polar 20
Molases 1,1
Limbah Beras 10
Kulit coklat 6
Bungkil Kelapa 8
Bungkil Kacang 10
Ampas Kecap 8
Tepung Ikan 3
Probiotik 0.1
Kulit Kacang -
Bungkil Sawit -
Onggok -
Suplement Konsesntrat -
Lemak, % 6,00
Abu, % 10,69
BETN, % 46,39
Karbohidra, %t 71,20
TDN, % 65,54
NDF, % 64,94
ADF, % 27,12
ADL, % 3,18
Ca, % 1,04
P, % 0.60
Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah mampu
mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur
1 – 2 bulan. Tolak ukur kualitas calf starter yang baik adalah dapat memberikan pertambahan bobot badan
0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8 minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 –
20%, TDN 75 – 80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked (Imron, 2009).
- Perkenalkan pemberian hay/rumput sejak pedet berumur 2 – 3 minggu. Berikan rumput yang
berkualitas baik yang bertekstur halus.
- Jangan memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan
asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
- Konsumsi hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan.
Menurut Imron (2009), untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada pedet, perlu
dipahami tentang susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi. Sejak lahir anak sapi telah
mempunyai 4 bagian perut, yaitu rumen (perut handuk), retikulum (perut jala), omasum (perut buku) dan
abomasum (perut sejati). Pada awalnya saat sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas
abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 %
berubah menjadi 80 % saat dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi
sedikit dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan
yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi
rumput.
Pemberian pakan anak sapi/ pedet diharapkan semaksimal mungkin mendapatkan asupan nutrisi
yang optimal. Nutrisi yang baik pada saat masih pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara
dan siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai (Sauvant D,. 1995). Jenis
bahan pakan untuk anak sapi (pedet) dapat digolongkan menjadi pakan pedet saat sapih dan pakan pedet
sesaat setelah disapih. Pakan pedet saat masa sapih yaitu kolostrum dan milk replacement (susu pengganti),
ada pula tambahan hijauan yang jumlahnya tidak banyak. Selain itu, pakan pedet sesaat setelah sapih yaitu
berupa hijauan dan konsentrat (Perdhanayuda, 2010).
1. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru melahirkan, berwarna
kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal. Komposisi kolostrum yaitu, Kolostrum lebih
banyak mengandung energi, 6 kali lebih banyak kandungan proteinnya, 100 kali untuk vitamin A dan 3 kali
lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal, Mengandung enzym yang mampu menggertak sel-sel
dalam alat pencernaan pedet supaya secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
Mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare. Mengandung inhibitor trypsin, sehingga
antibodi dapat diserap dalam bentuk protein. Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi
pedet yang baru lahir dari penyakit infeksi. Kolostrum juga dapat menghambat perkembangan bakteri E. coli
dalam usus pedet (karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama (Ernawani, 1991).
Sedangkan mutu kolostrum warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya (kental dan lebih kekuning-
kuningan akan lebih baik, karena kaya akan imonoglobulin). Kualitas kolostrum akan rendah apabila lama
kering induk bunting, kurang dari 3 - 4 minggu, sapi terus diperah sampai saat melahirkan. Sapi induk
terlalu muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan saat melahirkan maupun saat akan diperah
(Soetarno, 2003).
Protein 22%
TDN 95%
Lemak 10%
SK -
Ca 0,7%
P 0,6%
Vitamin A 3.800IU/kg
Dari hasil pembahasan makalah tentang manajemen pakan pada sapi perah didapat kesimpulan:
1. Pakan utama ternak sapi perah adalah hijauan dan konsentrat, hijauan memiliki kadar serat kasar
yang tinggi. Konsentrat berperan menutup kekurangan nutrien yang belum terpenuhi dari hijauan
tetapi tidak diberikan dalam jumlah banayak karena dapat menyebabkan asidosis.
2. Secara umum complete feed adalah suatu teknologi formulasi pakan yang mencampur semua bahan
pakan yang terdiri dari hijauan (limbah pertanian) dan konsentrat yang dicampur menjadi satu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, baik untuk pertumbuhan, perawatan jaringan maupun produksi.
3. Pemberian pakan pada sapi dimulai dari masa pedet, pedet lepas sapih, sapi dara,sapi laktasi awal,
sapi laktasi tengah, sapi laktasi akhir dan sapi kering kandang.