DI SUSUN OLEH:
AMANI NUR SHOLEHA (1032181041)
B. Etiologi
Menurut Astuti dan Rahmat (2010), etiologi dari pneoimonia adalah:
1. Pneumonia yang disebabkan infeksi:
a. Virus pernapasan yang paling sering dan lazim yaitu Mycoplasma
pneumoniae yang terjadi pada usia beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan
anak yang lebih tua.
b. Bakteri Streptococcus pneumoniae, S. pyogenes, dan Staphylococcus aureus
yang lazim terjadi pada anak normal.
c. Haemophilus influenza tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada
anak muda, dan kondisi akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efektif
rutin.
d. Virus non-respiratorik, bakteri enteric gram negative, mikobakteria,
Chlamydia spp, Ricketsia spp, Coxiella, Pneumocytis carinii, dan sejumlah jamur.
e. Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial
pernapasan (respiratory syncitial virus/ RSV), parainfluenzae, influenza dan
adenovirus
2. Pneumonia yang disebabkan penyebab non infeksi
a. Aspirasi makanan dan/atau asam lambung.
b. Benda asing.
c. Hidrokarbon dan bahan lipoid.
d. Reaksi hipersensitivitas dan pneumonitis
e. Akibat obat atau radiasi
f. Penyebab pneumonia karena bakteri cenderung menimbulkan infeksi
lebih berat daripada agen non bakteri.
C. Tanda Dan Gejala
Dalam Misnadiarly (2008), Tanda dan gejala pneumonia pada umumnya adalah:
a. Demam
b. Batuk disertai Sesak napas atau napas cepat
c. Nadi berdenyut lebih cepat
d. Dahak berwarna kehijauan atau seperti karet
D. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi
imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran
napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus
tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan
normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari
satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus
Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen
baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis (Sudoyo, dkk, 2009).
E. Nursing Phatway
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer dkk (2002) pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien pneumonia adalah:
1. Pemeriksaaan darah menunjukkaan leokositosis dengan predominan
PMN atau dapat ditemukan leokopenia yang menandakan prognosis uruk. Dapat
ditemukan anemia ringan atau sedang
2. Pemeriksaan radiologis
a. Bercak konsolidasi merata pada brongkopneumonia
b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
c. Gambaran bronkopnemonia difus atau infiltrate pada pneumonia stafilakokus
3. Pemeriksaan cairan pleura
4. Pemeriksaan mikrobiologik, dapat dibiak dari specimen usap tenggorok,
sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi
pleura atau aspirasi paru.
G. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 liter per menit
2. IVFD Dekstrose 10%: NaCl 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
6. Antibiotic sesuai hasil biakan:
a. Untuk kasus pneumonia community base
1) Ampisillim 100 mg/kgBB/hari dalam 4 klai pemberian
2) Klorampenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 klai pemberian
b. Untuk kasus pneumonia hospital base
1) Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 klai pemberian
2) Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 klai pemberian
H. Komplikasi
1. Abses paru
2. Edusi pleural
3. Empisema
4. Gagal napas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
10. Asidosis metabolic
11. Dehidrasi
12. Penyakit multilobular (Misnadiarly, 2008)
Intervensi :
1. Observasi : RR, suhu, suara nafas, Saturasi oksigen dan tanda-tanda
keefektifan jalan napas.
Rasional : Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah
diberikan. Memonitoring perkembangan keadaan jalan napas guna pedoman
tindakan selanjutnya.
2. Lakukan fioterapi dada sesuai jadwal.
Rasional : Mengeluarkan sekresi jalan nafas, mencegah obstruksi. Melatih otot –
otot pernapasan.
3. Berikan oksigen yang dilembabkan dan kaji keefektifan terapi
Rasional: Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru
4. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai advis dan kaji keefektifan
dan efek samping (ruam, diare).
Rasional : Pemberantasan kuman sebagai faktor causa gangguan dan mencegah
infeksi yg lebih parah guna mempercepat proses penyembuhan paru.
5. Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks.
Rasional : Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi
jaringan paru
6. Lakukan suction secara bertahap.
Rasional : Membantu pembersihan jalan nafas
7. Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap 2 – 4 jam
Rasional : Evaluasi berkala keberhasilan terapi/tindakan tim kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, H.W., dan Rahmat, A.S. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : CV Trans Info Media.
Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius
Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi V. Jakarta :
Interna Publishing
Suriadi, Rita Yuliana. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : Sagung
Seto