Anda di halaman 1dari 70

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekarang ini,

membuat kita untuk lebih membuka diri dalam menerima perubahan – perubahan

yang terjadi akibat kemajuan teknologi. Dalam masa persaingan yang sangat

ketatnya sekarang ini, menyadari sumber daya manusia merupakan modal utama

dalam suatu pekerjaan maupun bidang usaha, maka kualitas tenaga kerja pun

harus dikembangkan dengan baik. Jadi instansi pendidikan memberikan

kesempatan pada mahasiswa untuk lebih mengenal dunia kerja

Universitas Negeri Gorontalo (UNG) merupakan salah satu lembaga

pendi-dikan di Indonesia terutama dalam prodi diploma yang menitikberatkan

pada praktik serta diharapkan mampu menghasilkan tenaga-tenaga profesional

yang siap pakai sesuai bidang keahliannya. Untuk mewujudkan itu, UNG,

terkhusus pada dosen prodi farmasi mempunyai program kegiatan Praktik Kerja

Lapangan (PKL). Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah penerapan seorang

mahasiswa pada dunia kerja nyata yang sesungguhnya, bertujuan untuk

mengembangkan keterampilan dan etika pekerjaan, serta untuk mendapatkan

kesempatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang ada

kaitannya dengan apa yang didapat dalam bangku perkuliahan sehingga

lulusannya akan mendapatkan pengalaman dan wawasan kerja yang dapat

menambah kesiapan mereka dalam menghadapi dunia kerja sesungguhnya dalam

bidang kesehatan

1
Kesehatan merupakan hak asasi dari setiap orang. Salah satu upaya untuk

memelihara, menyembuhkan dan meningkatkan kesehatan yaitu dengan

menggunakan obat. Sarana penyediaan obat-obatan bagi masyarakat dimulai dari

aktivitas industri farmasi dengan memproduksi dan mendistribusikan obat-obat

yang bermutu tinggi, berkhasiat, tepat waktu penyediaan, jumlah yang cukup bagi

masyarakat, dan terjamin keamanannya serta dengan harga yang terjangkau.

Industri farmasi dapat didefinisikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 245/MenKes/SK/V/1990 merupakan suatu industri obat jadi

dan bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu

produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan. Sedangkan industri

bahan baku adalah bahan baku yang diproduksi oleh suatu industri,bahan baku

tersebut adalah semua bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang

digunakan dalam proses pengolahan obat. Peranan industri farmasi sebagai

produsen obat sangat penting bagi tercapainya suatu “mutu”. Mutu harus dicapai,

dipertahankan dan ditingkatkan. Oleh karena itu, industri farmasi harus memenuhi

suatu standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) adalah salah satu persyaratan

dan pedoman dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam hal

pembuatan obat yang harus dipatuhi setiap industri farmasi. Dengan Kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan dan perkembangan

industri farmasi menghasilkan banyak obat baru yang beredar dipasaran. Seiring

perkembangan teknologi farmasi, obat-obat tersebut terus berkembang menjadi

2
suatu sediaan yang dapat membantu manusia mengurangi atau mengatasi masalah

kesehatan dengan berbagai keunggulan dan kemudahan yang dimilikinya.

Industri farmasi sebagai produsen obat memegang peranan penting

terhadap kemajuan tersebut. Dibalik semua itu, proses pembuatan dan

pengawasan mutu adalah yang terpenting. Pembuatan dan pengawasan mutu

menentukan kualitas obat yang dihasilkan dan semua itu kembali lagi kepada

CPOB sebagai persyaratan dan pedoman dari pemerintah Indonesia.

Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk menjamin mutu obat yang

dihasilkan antara lain mulai dengan pengadaan 2 bahan baku, proses pembuatan

dan pengawasan mutu, personil yang terlibat dalam proses produksi, bangunan

dan peralatan. Oleh karena itu dibutuhkan farmasis yang memiliki wawasan,

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dalam mengaplikasikan dan

mengembangkan ilmunya secara profesional, terutama dalam memahami

kenyataan di lapangan industri farmasi. Hal inilah yang melatarbelakangi Jurusan

Farmasi Universitas Negeri Gorontalo mengadakan Praktek Kerja Indutstri (PKL)

yang diadakan di PT. Bio Farma di Bandung, Lembaga Farmasi Angkatan Darat

(LAFI AD) di Bandung, UPT herbal materia medica batu di Malang, dan PT.

Victoria Care Indonesia (Herborist) di Bali.

1.2 Tujuan PKL

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan obat yang baik dan

benar (CPOB)

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah dan perkembangan pada

perusahaan farmasi

3
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan obat, alat-alat yang

digunakan dalam pembuatan obat dan menganalisa obat dengan baik, serta

penyimpanan barang farmasi

1.3 Tujuan Pembuatan Laporan

Agar dapat membantu memahami lebih dalam tentang dunia kerja dengan

segala permasalahan yang dihadapi, dapat menganalisa sistematika kerja

perusahaan dalam menangani setiap proyeknya, serta menjadi bekal yang baik

ketika penulis akan terjun ke dunia kerja.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PT. Bio Farma

2.1.1 Uraian Umum

PT Bio Farma adalah badan usaha milik negara Indonesia yang berbisnis

di bidang farmasi. Perusahaan ini merupakan satu-satunya produsen vaksin

manusia di Indonesia dan merupakan produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara

yang didirikan pada tanggal 6 Agustus 1890. Perusahaan ini merupakan satu-

satunya produsen vaksin manusia di Indonesia dan merupakan produsen vaksin

terbesar di Asia Tenggara.

2.1.2 Organisasi / Unit Kerja

Setiap divisi di Biofarma memiliki tugas dan fungsinya masing-masing

yang bertujuan dalam meningkatkan dan menjamin kualitas mutu produk serta

operasional perusahaan yang saling terintegrasi satu sama lain.

a. Quality Assurance (QA)

Divisi Quality Assurance memiliki peran dalam menjaga manajemen mutu

produk Biofarma, melakukan audit manajemen lingkungan, audit sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3), audit praktik produksi yang

baik (GMP), melakukan audit vendor serta mengaudit aduan pelanggan.

b. Sekretaris Perusahaan (Corsec)

Sekretaris Perusahaan berperan penting dalam memfasilitasi komunikasi

antara perusahaan dengan seluruh pemangku kepentingan. sekretaris perusahaan

5
juga bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan, serta pengungkapan perusahaan.

c. Audit Internal

Audit Internal adalah kegiatan untuk memberikan keyakinan dan

konsultasi yang independen dan objektif untuk meningkatkan nilai dan

memperbaiki operasional Perusahaan dengan pendekatan sistematis dengan

mengevaluasi dan meningkatkan sistem pengendalian internal, manajemen risiko

dan tata kelola perusahaan yang baik.

d. Kepatuhan & Manajemen Risiko (CRM)

Manajemen risiko Perusahaan adalah upaya untuk secara efektif

mengidentifikasi, menganalisis/mengevaluasi, mengelola dan mengkaji risiko

Perusahaan sehingga tujuan Perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai

dengan risiko yang minimal. Kewajiban Perusahaan untuk menerapkan

Manajemen Risiko mengacu pada Keputusan Menteri BUMN No: PER-

01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 Tentang Penerapan Tata Kelola

Perusahaan Yang Baik di BUMN dan diperbaharui dengan Keputusan Menteri

BUMN No: PER-09/MBU /2012 tanggal 6 Juli 2012. Tata Kelola Risiko

Perusahaan di Bio Farma tertuang dalam Manual Bio Farma (MBF-01 dan MBF-

02.

2.1.3 Personalia

Setiap karyawan yang bekerja pada PT. Bio Farma (Persero) merupakan

tenaga profesional dalam negeri dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu

yang dikembangkan oleh perusahaan menjadi tenaga ahli pada berbagai bidang

6
dan apoteker sebagai kepala bagian produksi. Dalam hal pengembangan SDM

yang profesional dan berstandar global perusahaan telah menyelenggarakan

pelatihan dan pendidikan yang berkualitas, excellent, relevan serta sesuai dengan

kebutuhan strategis perusahaan dengan nama PT. Bio Farma (Persero) Excellent

Training Programe (BETP). BETP merupakan suatu sistem pelatihan yang

terintegrasi untuk memenuhi dan meningkatkan kompetensi karyawan

sebagaimana dipersyaratkan dalam suatu jabatan dan sebagai prasyarat bagi

karyawan dalam proses kenaikan jabatan nantinya.

2.1.4 Tugas dan Fungsi

Bio Farma sebagai satu-satunya produsen vaksin manusia di Indonesia,

selama ini telah mendedikasikan seluruh sumber daya yang dimilikinya untuk

memproduksi vaksin dan antisera yang berkualitas internasional untuk

mendukung program imunisasi nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat

Indonesia yang memiliki kualitas derajat kesehatan yang lebih baik.

PT. Bio Farma merupakan perusahaan yang senantiasa melakukan

inovasiinovasi dibidang produksi dengan mengacu pada persyaratan-persyaratan

internasional dan sistem manajemen mutu terkini. Sampai dengan saat ini

perusahaan telah mendapatkan berbagai sertifikasi diantaranya melalui CPOB

(Cara Pembuatan Obat Yang Baik) dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Republik Indonesia, Sistem manjemen Mutu ISO 9001, ISO14001 dan OHSAS

18001.

PT.Bio Farma Bandung adalah satu-satunya industri biologi yang

memproduksi vaksin dan sera di Indonesia, yang merupakan salah satu dari

7
beberapa produsen didunia yang telah mendapatkan perkualifikasi dari WHO

terutama untuk vaksin-vaksin ang tergolong dalam Expanded Program on

Immunization (EPI). Sehingga vaksin-vaksin tersebut tidak hanya digunakan

untuk program imunisasi nasional saja, bahkan telah lulus hingga 100 negara.

2.1.5 Kegiatan di PT. Bio Farma

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan di PT. Bio Farma diantaranya :

1. Penelitian dan pengembangan produk biologi dan produk farmasi, baik

yang dilakukan sendiri maupun kerja sama dengan pihak lain.

2. Produksi produk biologi dan produk farmasi, baik dilakukan sendiri

maupun kerja sama dengan pihak lain.

3. Pemasaran, perdagangan dan distribusi produk biologi, farmasi, alat

kesehatan, termasuk bidang umum, baik didalam maupun diluar

negeri.

4. Pelayanan Labotarium Kesehatan

8
2.2 Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat

2.2.1 Uraian umum

Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad),

atau yang dahulu bernama Militaire Scheikundig Laboratorium (MSL),

merupakan lembaga yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1818 di

Jakarta. Lembaga tersebut berfungsi sebagai tempat pemeriksaan obat-obatan

yang dibutuhkan oleh tentara Belanda.

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) merupakan

salahsatu bagian dari elemen militer bangsa. Dalam menjalankan tugasnya sebagai

benteng pertahanan Negara maka aspek kesehatan dari para anggota militer

TNIAD juga harus senantiasa diperhatikan. Industri farmasi memegang peranan

penting dalam peningkatan kesehatan nasional, maka industri farmasi

dituntutuntuk dapat menyediakan obat dalam jenis, jumlah dan kualitas

yangmemadai.Dalam rangka menjamin tersedianya sarana kesehatan yang baik

bagi prajurit TNI AD, pemerintah kemudian membentuk suatu lembaga yang

disebutsebagai Pusat Kesehatan Angkatan Darat (PUSKESAD) yang mana salah

satu bagiannya adalah Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat

(LAFIPuskesad)

Pada tanggal 1 Juni 1950, lembaga ini diambil alih oleh pemerintah

Republik Indonesia dan dibagi menjadi dua bagian, yakni Laboratorium Kimia

Tentara (LKT) yang kemudian berkembang menjadi Laboratorium Kimia

Angkatan Darat (LKAD) dan Depot Obat Tentara Pusat (DOTP) yang

berkembang menjadi Depot Obat Angkatan Darat (DOAD).

9
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Kesehatan Angkatan Darat No.

KPTS/61/10/IX/1960 tanggal 13 September 1960, terhitung mulai tanggal 8 Juni

1960 LKAD dan DOAD disatukan menjadi Lembaga Farmasi Direktorat

Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad). Pada tanggal 15 Oktober 1970, Lafi

Ditkesad dipisah kembali menjadi dua, yaitu:

a. Lafi Ditkesad, yang selanjutnya menjadi Lembaga Farmasi Jawatan

Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Jankesad).

b. DOAD, yang selanjutnya menjadi Depot Peralatan Kesehatan

(Dopalkes) dan kemudian menjadi Depot Pusat Perbekalan Kesehatan

(Dopusbekkes Jankesad).

Pada tahun 1985, Lafi Ditkesad dan Dopusbekkes Jankesad disatukan

kembali menjadi Lafi Ditkesad dan pada tanggal 1 April 2005, Lafi Ditkesad

dipisah kembali menjadi Lafi Ditkesad dan Gudang Pusat (Gupus) II Ditkesad.

Pada awalnya, kegiatan produksi Lafi Ditkesad dilakukan di Jl. Gudang Utara No.

25 Bandung. Namun berdasarkan hasil evaluasi Direktur Jenderal Balai

Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

sarana fasilitas produksi di tempat tersebut belum memenuhi persyaratan sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43/MENKES/SK/II/1988 tentang

pedoman CPOB dan Surat Keputusan Dirjen POM No. 544/A/SK/XII/1989

tentang penerapan CPOB. Oleh sebab itu,pada tahun 1995 diajukanlah Rencana

Induk Perbaikan (RIP) Lafi Ditkesad dengan lokasi di Jl. Gudang Utara No. 26

Bandung dengan rancang bangun yang disesuaikan dengan persyaratan CPOB.

10
Lafi Puskesad merupakan industri farmasi milik negara yang

memproduksiobat-obatan yang bermutu dan diperuntukkan bagi seluruh prajurit

dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI AD serta keluarga mereka di seluruh

Indonesia. Sejak tahun 2014, produksi obat LAFI Puskesad diperuntukkan bagi

pelayanankesehatan (yankes) dan dukungan kesehatan (dukkes) tertentu, yaitu

untuk keperluan pendidikan, tugas operasi dan latihan prajurit TNI AD. LAFI

Puskesadsudah menerapkan prinsip-prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB) gunamenjamin obat yang dihasilkan aman, berkhasiat, dan bermutu

sesuai dengantujuan penggunaannya.

Gedung baru Lafi Puskesad dirancang sesuai dengan persyaratan CPOB.

Pada tanggal 28 Februari 1996, RIP tersebut mendapat persetujuan dari

DirjenPOM Depkes RI dengan surat No. 02.01.2.4.96.665. Barulah pada tahun

1997dimulai pembangunan sarana fasilitas Lafi Puskesad sesuai dengan RIP yang

sudah disetujui tersebut. Pada tahun 2000, Lafi Puskesad telah

berhasilmendapatkan empat sertifikat CPOB untuk sediaan antibiotik β-

laktam,selanjutnya pada tahun 2001 diperoleh satu sertifikat CPOB untuk sediaan

serbuk injeksi steril antibiotik β-laktam dan turunannya, serta pada tanggal 1 Juni

2006diperoleh lima sertifikat CPOB untuk fasilitas non β-laktam yaitu sediaan

tablet biasa non-antibiotika, tablet salut non-antibiotika, kapsul keras non-

antibiotika,serbuk oral non-antibiotika dan cairan obat oral non-antibiotika. Pada

tahun 2016LAFI Puskesad hanya memiliki empat sertifikat CPOB untuk sediaan

non β-laktam yaitu untuk sediaan tablet biasa, kapsul keras, serbuk oral, dan

cairan obatluar non-antibiotika, sedangkan untuk sediaan tablet salut sudah

11
disatukan dengan sertifikat tablet biasa menjadi satu sertifikat, yaitu sertifikat

tablet biasa dan tablet salut non-antibiotika.

2.2.2 Organisasi/Unit Kerja

Berdasarkan Peraturan Kasad No.219/Perkasad/XII/2007 Tanggal 10

Desember 2007, struktur organisasi Lafi Puskesad adalah sebagai berikut :

1. Eselon Pimpinan

a. Kepala Lembaga Farmasi (Kalafi)

Dijabat oleh seorang Perwira Menengah Angkatan Darat (Pamen AD)

berpangkat Kolonel Ckm. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya,

Kalafi bertanggung jawab kepada Ditkesad.

b. Wakil Kepala Lembaga Farmasi (Wakalafi)

Dijabat oleh seorang Pamen AD berpangkat Letnan Kolonel (Letkol)

Ckm. Wakalafi merupakan wakil dan pembantu utama Kalafi sehingga

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab

langsung kepada Kalafi.

2. Eselon Pembantu Pimpinan

a. Perwira Ahli Lembaga Farmasi (Paahli Lafi)

Dijabat oleh tiga orang Pamen AD berpangkat Letkol Ckm, yang terdiri

dari Perwira Ahli Madya Manajemen Mutu (Paahli Madya Jemen Mutu),

Perwira Ahli Madya Teknologi Farmasi (Paahli Madya Biotekfi), Perwira

Ahli Madya Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Paahli Madya

Amdal). Paahli merupakan pembantu Kalafi yang bertanggung jawab

dalam menyelenggarakan kegiatan di bidang keahlian manajemen mutu,

12
teknologi farmasi, dan analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal).

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Paahli Lafi bertanggung

jawab kepada Kalafi dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya

dikoordinasikan oleh Wakalafi.

b. Kepala Bagian Administrasi Logistik (Kabagminlog)

Dijabat oleh Pamen AD berpangkat Letkol Ckm. Kabagminlog

merupakan pembantu Kalafi yang bertanggung jawab untuk

menyelenggarakan kegiatan di bidang administrasi dan logistik, yang

dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala Seksi yang

masing-masing dijabat oleh Pamen AD berpangkat Mayor Ckm. Yaitu

1. Kepala Seksi Perencanaan Program dan Anggaran (Kasirenprogar).

2. Kepala Seksi Pengendalian Materil (Kasidalmat).

3. Eselon Pelayanan Kepala Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Kasituud)

Dijabat oleh Pamen AD berpangkat Mayor Ckm. Kasituud merupakan unsur

pelayanan Lafi Puskesad yang bertanggung jawab menyelenggarakan

kegiatan di bidang pengamanan, administrasi personil, logistik, tata usaha,

dan urusan dalam. Dalam melaksanakan tugasnya, Kasituud dibantu oleh tiga

Kepala Urusan yang masingmasing dijabat oleh dua orang Perwira Pertama

(Pama) AD berpangkat Kapten Ckm dan satu PNS Golongan III, serta satu

Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama AD berpangkat Letnan Ckm. Kepala

Urusan tersebut, yaitu Kepala Urusan Administrasi Personil dan Logistik

(Kaurminperslog), Kepala Urusan Tata Usaha (Kaurtu), Kepala Urusan

Dalam (Kaurdal), dan Perwira Urusan Pengamanan (Paurpam). Dalam

13
melaksanakan tugas dan kewajibannya, Kasituud bertanggung jawab kepada

Kalafi dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh

Wakalafi.

4. Eselon Pelaksana

a. Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Kainstallitbang)

Dijabat oleh Pamen AD berpangkat Letkol Ckm, merupakan unsur

pelaksana Lafi Ditkesad yang bertanggung jawab menyelenggarakan

kegiatan di bidang pengkajian, penelitian, dan pengembangan. Dalam

melaksanakan tugasnya Kainstallitbang dibantu oleh dua Kepala Seksi

yang masing-masing dijabat oleh Pamen AD berpangkat Mayor Ckm

yaitu:

1. Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Produksi

(Kasilitbangprod)

2. Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Sistem Metode dan

Personil (Kasilitbangsistodapers). Dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya, Kainstallitbang bertanggung jawab kepada Kalafi dan

dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh

Wakalafi.

b. Kepala Instalasi Produksi (Kainstalprod)

Dijabat oleh Pamen AD berpangkat Letkol Ckm. berkualifikasi Apoteker,

merupakan unsur pelaksana Lafi Puskesad yang bertanggung jawab

menyelenggarakan kegiatan di bidang produksi. Dalam melaksanakan

14
tugasnya, Kainstalprod dibantu oleh empat Kepala Seksi yang masing-

masing dijabat oleh dua Pamen AD berpangkat Mayor Ckm. yaitu:

1. Kepala Seksi Sediaan Non β-laktam (Kasidia Non β-laktam)

2. Kepala Seksi Sediaan Β-laktam (Kasidia β-laktam)

3. Kepala Seksi Sediaan Sefalosporin (Kasidia Sefalosporin)

4. Kepala Seksi Kemas (Kasi Kemas). Dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya, Kainstalprod bertanggung jawab kepada Kalafi dan

dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh

Wakalafi.

c. Kepala Instalasi Pengawasan Mutu (Kainstalwastu)

Dijabat oleh Pamen AD berpangkat Letkol Ckm berkualifikasi Apoteker,

merupakan unsur pelaksana Lafi Ditkesad yang bertanggung jawab

menyelenggarakan kegiatan di bidang pengawasan dan peningkatan mutu.

Dalam melaksanakan tugas, Kainstalwastu dibantu oleh dua Kepala Seksi

yang masing-masing dijabat oleh Pamen AD berpangkat Mayor Ckm,

yaitu;

1. Kepala Seksi Pengujian Kimia, Fisika, dan Mikrobiologi (Kasiuji

Kifis dan Mikro)

2. Kepala Seksi Inspeksi (Kasiinspek). Dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya, Kainstalwastu bertanggung jawab kepada Kalafi dan

dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh

Wakalafi.

d. Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Kainstalhar dan Sisjang).

15
Dijabat oleh Pamen AD berpangkat Mayor Ckm, merupakan unsur

pelaksana Lafi Ditkesad yang bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan suatu kegiatan di bidang pemeliharaan dan sistem

penunjang. Dalam melaksanakan tugasnya, Kainstalhar dan Sisjang

dibantu oleh dua Kepala Urusan yang masing-masing dijabat oleh Pama

AD berpangkat Kapten Ckm, yaitu:

1. Kepala Urusan Pemeliharaan (Kaurhar)

2. Kepala Urusan Sistem Penunjang (Kaursisjang). Dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya, Kainstalhar dan Sisjang bertanggung jawab

kepada Kalafi dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya

dikoordinasikan oleh Wakalafi.

e. Kepala Instalasi Penyimpanan (Kainstalsimpan).

Dijabat oleh pamen AD berpangkat Mayor Ckm, merupakan unsur

pelaksana Lafi Ditkesad yang bertanggung jawab menyelenggarakan

kegiatan di bidang administrasi penyimpanan dan pengeluaran materil

produksi. Dalam melaksanakan tugasnya, Kainstalsimpan dibantu oleh

satu Kepala Urusan yang dijabat oleh seorang Pama AD berpangkat

Kapten Ckm dan satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama AD

berpangkat Letnan Ckm, yaitu:

1. Kepala Urusan Penyimpanan Materil Produksi (Kaur simpan

matprod)

2. Perwira Urusan Penyimpanan Obat Jadi (Paur simpan Obat Jadi).

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Kainstal simpan

16
bertanggung jawab kepada Kalafi dan dalam pelaksanaan tugas

sehari-harinya dikoordinasikan oleh Wakalafi.

2.2.3 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar, oleh

sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap

personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.

Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan

awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan

dengan pekerjaan.

Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan

kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan

dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang

ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek

penerapan CPOB, tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam

tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Personil kunci mencakup

kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil

purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu

(Pemastian Mutu) atau kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu

terhadap yang lain.

17
2.2.4 Tugas dan Fungsi

Lafi Puskesad adalah Badan Pelaksana Puskesad yang berkedudukan

langsung di bawah Direktur Kesehatan Angkatan Darat. Tugas pokok Lafi

Puskesad adalah membantu Ditkesad dalam menyelenggarakan pembinaan dan

melaksanakan produksi, penelitian, serta pengembangan obat dalam rangka

mendukung tugas pokok Puskesad. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut,

Lafi Puskesad menyelenggarakan tugas sebagai berikut :

1. Dalam melaksanakan fungsi utama yaitu : Produksi, meliputi segala usaha,

pekerjaan, dan kegiatan di bidang produksi obat.

a. Pengawasan mutu, meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan

pemeriksaan fisika, kimia, dan mikrobiologi terhadap bahan baku,

bahan pendukung produksi, serta pengawasan selama proses produk

antara, produk ruahan, dan produk jadi.

b. Penelitian dan pengembangan, meliputi segala usaha, pekerjaan, dan

kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan produk, sistem

metode, dan personel dalam rangka penyelenggaraan produksi obat.

c. Pemeliharaan, meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan dibidang

pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, serta pengawasan

mutu dan sistem penunjang.

d. Penyimpanan, meliputi segala usaha, pekerjaaan, dan kegiatan di

bidang penerimaan, penyimpanan, serta pengeluaran bahan baku,

bahan pendukung produksi, peralatan, dan obat jadi.

2. Dalam melaksanakan fungsi organik yaitu :

18
a. Fungsi organik militer

b. Meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan dibidang intelijen,

operasi, personil, logistik, teritorial, perencanaan dan pengawasan serta

pemeriksaan dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi Puskesad.

c. Fungsi organik pembinaan

d. Meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan di bidang latihan

kesatuan dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi Ditkesad.

2.2.5 Kegiatan di LAFIAD

Kegiatan Lafi Puskesad dalam melaksanakan tugas dan fungsi produksi

obat-obatan meliputi perencanaan dan pengadaan barang, penyimpanan barang,

proses produksi, pengawasan mutu, penelitian dan pengembangan, pemeliharaan

dan kegiatan administrasi.

a. Kegiatan Bagminlog

Perencanaan dan pengadaan barang untuk produksi obat Lafi Puskesad

dilakukan berdasarkan data dari Sub Direktorat Pembinaan Pelayanan Kesehatan

(Subditbinyankes) yang disusun berdasarkan data pola penyakit, populasi TNI AD

dari daerah dan laporan dari masing-masing Kesehatan Daerah Militer (Kesdam),

Satuan Kesehatan (Satkes) dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD).

Rencana pengadaan obat kemudian dibuat dengan melakukan penyesuaian antara

daftar kebutuhan obat dengan anggaran yang tersedia, selanjutnya dianalisis dan

dievaluasi oleh Subditbinmatkes yang dilakukan setahun sebelum pelaksanaan.

Pengadaan barang atau material di lingkungan Angkatan Darat

dilaksanakan berdasarkan SKEP Kasad No: 336/X/2005 tanggal 17 Oktober 2005

19
yang isinya mengatur pengadaan barang atau material dan jasa di lingkungan

Angkatan Darat.

Bagminlog bekerja sama dengan Instalasi Produksi dan Instalasi

Pengawasan Mutu membuat rencana kebutuhan bahan aktif, bahan pembantu,

bahan pengemas, dan reagensia. Perencanaan tersebut disusun berdasarkan

formula dan spesifikasi obat yang telah ditentukan oleh Lafi Puskesad. Disamping

itu, Bagminlog juga menyusun rencana dan anggaran untuk pemeliharaan sarana

operasional yang digunakan pada setiap bagian Lafi Puskesad.

Pengadaan barang dilakukan oleh Puskesad melalui pembentukan Panitia

Pengadaan atau lelang, kemudian Puskesad membentuk tim komisi penerimaan

barang yang bertugas memeriksa keadaan barang secara administrasi dan fisik,

sedangkan uji kimia dan uji mutu dilakukan oleh Instalwastu. Setelah barang lulus

uji mutu, maka dibuat Laporan Hasil Pengujian (LHP) dan Berita Acara (BA)

penerimaan. Bila barang yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang

diminta atau tidak memenuhi syarat, maka barang akan dikembalikan untuk

diganti, kemudian barang yang lolos administrasi dan uji mutu dikirim ke Gudang

Pusat II yang disertai dengan surat Perintah Penerimaan Material (PPnM).

b. Kegiatan Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu)

Pengawasan mutu merupakan bagian integral dari suatu produksi obat.

Instalwastu bertanggung jawab terhadap setiap hal yang menyangkut kualitas

bahan baku obat, bahan pembantu, bahan pengemas, produk antara, produk

ruahan, dan obat jadi yang dihasilkan sampai dengan pemantauan kualitas setelah

didistribusikan dengan standar waktu kadaluarsa. Selain itu, Instalwastu juga

20
bertanggung jawab terhadap kualitas lingkungan kerja yang meliputi pengawasan

bangunan, ruangan dan peralatan serta fasilitas penunjang lainnya seperti

pemeriksaan sirkulasi udara, pemeriksaan mutu air dan pemeriksaan limbah.

Tanggung jawab tersebut diwujudkan dalam suatu sistem pengawasan mutu.

Pelaksanaan kegiatan di Instalwastu ditunjang oleh fasilitas instrumen

HPLC, spektrofotometer dengan sistem terkomputerisasi, Laminar Air Flow

(LAF), Read Biotic (pembaca hambatan bakteri), Climatic Chamber, Dissolution

Tester, serta berbagai fasilitas penunjang lainnya.Dalam menjalankan tugasnya,

Instalwastu didukung oleh personil yang terdiri dari apoteker dan analis yang

sudah terlatih dan berpengalaman dalam menjalankan tugasnya.

Kegiatan Instalwastu tersebut dilaksanakan pada tahap persiapan, selama

proses produksi dan setelah proses produksi. Sistem pengawasan mutu Lafi

Ditkesad dapat dilihat pada lampiran 3. Beberapa kegiatan Instalwastu

diantaranya:

a. Menyiapkan metode pemeriksaan, pengujian dan validasi metode analisis

yang sesuai dengan acuan standar resmi seperti Farmakope Indonesia.

b. Menyiapkan prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan dan pengujian,

dimana setiap sampel yang diambil dicatat dan didokumentasikan.

c. Menyiapkan dan menyimpan baku pembanding kerja untuk pengujian.

d. Menyimpan contoh pertinggal setiap bets produk jadi dan catatan pengujian

atau pemeriksaan.

21
e. Meluluskan atau menolak bahan yang akan digunakan dalam produksi

meliputi bahan baku obat, bahan baku pembantu dan bahan pengemas.

Hasilnya dicatat pada laporan hasil pengujian.

f. Melaksanakan In Process Control (IPC) selama proses produksi dan

memberikan keputusan atas diluluskan atau tidaknya hasil suatu tahap

produksi sampai hasil produk akhir.

g. Melaksanakan pengujian terhadap hasil jadi suatu sediaan, hasil yang

diperoleh, dicatat pada catatan pengujian sediaan jadi.

h. Meneliti dokumen produksi (catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan

bets) sebelum obat diluluskan.

i. Melaksanakan uji stabilitas dipercepat dan uji jangka panjang untuk

menetapkan kondisi penyimpanan dan masa edar suatu produk.

j. Membantu dalam pelaksanaan validasi proses produksi.

k. Memantau stabilitas produk-produk yang telah dikeluarkan atau

didistribusikan sampai beberapa waktu setelah batas daluarsa terutama untuk

sediaan antibiotika

l. Hasil pengujian laboratorium yang dilaksanakan diringkas, dicatat dan

didokumentasikan dalam lembaran yang disebut Laporan Hasil Pengujian

(LHP).

Bangunan Instalwastu terdiri dari:

1. Laboratorium kimia Ruang laboratorium kimia memiliki peralatan dan

fasilitas yang menunjang pemeriksaan mutu secara kimia, seperti lemari

asam dan climatic chamber.

22
2. Laboratorium mikrobiologi Laboratorium mikrobiologi terdiri dari 2

laboratorium, yaitu laboratorium untuk uji sterilitas dan laboratorium

untuk uji potensi atau uji lainnya. Laboratorium mikrobiologi dilengkapi

dengan ruangan steril dan Laminar Air Flow dan alat pembaca daya

hambat bakteri (Read Biotic) serta alat-alat penunjang lainnya seperti

inkubator untuk jamur dan bakteri, lemari pendingin, oven sterilisator dan

autoklaf.

3. Ruang fisika Peralatan yang terdapat di ruang fisika antara lain adalah alat

uji kekerasan tablet yang disertai dengan uji ketebalan dan diameter tablet,

alat uji keregasan tablet, alat uji kebocoran strip dan alat uji waktu hancur

tablet.

4. Ruang instrumen Peralatan yang terdapat di ruang instrumen adalah

Spektrofotometer UV– Vis, alat uji disolusi dan HPLC.

5. Ruang timbang

6. Ruang contoh pertinggal Ruang ini sebagai tempat penyimpanan contoh

pertinggal bahan baku obat dan obat jadi dengan masa simpan satu tahun

setelah masa kadaluarsa.

7. Gudang reagen

8. Perpustakaan

9. Ruang staf

c. Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Installitbang)

Installitbang berperan dalam melakukan penelitian terhadap produk baru

dan pengembangan produk lama untuk memperoleh dan meningkatkan kualitas

23
produk yang lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana

penelitian dan pengembangan produk Lafi Puskesad yang meliputi:

1. Membuat spesifikasi teknis bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan

pengemas.

2. Mencari dan meneliti formula yang dapat dikembangkan sebagai produk

Lafi Puskesad.

3. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat terjadi

perubahan alat, bahan baku dan komponen produksi lainnya.

4. Mengadakan evaluasi terhadap keluhan yang terjadi dan obat kembalian.

Penelitian dan pengembangan dimulai dari penelusuran pustaka,

pengadaan bahan, penelitian skala laboratorium dan skala produksi.

Terakhir dilakukan validasi proses produksi dan pengawasan mutu bekerja

sama dengan Instalprod dan Instalwastu.

d. Kegiatan Instalasi Produksi

Kegiatan produksi obat-obatan dilaksanakan oleh Instalasi Produksi yang

kegiatannya meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian.

Produk yang dihasilkan oleh Lafi Puskesad berupa produk Betalaktam dan produk

Non Betalaktam. Pada Instalasi Produksi terdapat empat seksi yaitu: seksi sediaan

Non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam, seksi sediaan Sefalosporin dan seksi

kemas. Masing-masing seksi dikepalai oleh seorang Apoteker.

Obat-obat yang diproduksi oleh Lafi Puskesad tidak diperdagangkan bagi

masyarakat umum, namun demikian proses produksinya tetap dilaksanakan sesuai

24
dengan Pedoman CPOB yang dikeluarkan oleh Badan POM. Rencana produksi

obat dibuat berdasarkan pada banyaknya jenis obat yang diminta, jenis peralatan

yang dimiliki (kapasitas dan spesifikasi mesin), jumlah sumber daya manusia dan

jam kerja serta waktu produksi yang tersedia.

Seluruh proses produksi yang dilaksanakan, dicatat dan didokumentasikan

dalam Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets (Batch Record)

yang disusun oleh kasi-kasi produksi dan dikeluarkan oleh Kainstalprod, diperiksa

oleh Kainstalwastu, diketahui oleh Kainstallitbang dan diterima oleh

Kainstalsimpan. Hal yang diuraikan dalam Catatan Pengolahan Bets dan Catatan

Pengemasan Bets adalah kode produk, nama produk, nomor bets, besar bets,

bentuk sediaan, kemasan dan tanggal pengolahan atau pengemasan. Selain itu,

catatan pengolahan bets juga menguraikan mengenai komposisi, spesifikasi,

peralatan, penimbangan, prosedur pengolahan dan rekonsiliasi. Pada catatan

pengemasan bets diuraikan tentang pengemasan meliputi penerimaan bahan

pengemas, prosedur pengemasan primer, kesiapan jalur pengemasan sekunder,

prosedur pengemasan sekunder, hasil obat jadi, kelulusan oleh pengawasan mutu,

rekonsiliasi proses pengemasan dan pengiriman obat jadi ke instalsimpan.

Proses produksi dimulai dari penimbangan bahan baku yang akan

digunakan dan dikeluarkan dari Instalsimpan berdasarkan catatan pengolahan bets

dan catatan pengemasan bets untuk setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan

dari Instalsimpan selanjutnya memasuki tahap pengolahan pada masing-masing

seksi produksi, yaitu seksi sediaan Non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam, dan

seksi sediaan Sefalosporin.

25
1. Seksi Sediaan Non Betalaktam

a. Tata Ruang Ruangan produksi di Lafi Puskesad dibagi menjadi beberapa

bagian yaitu produksi b-laktam, produksi Non b-laktam dan produksi

Sefalosporin. Ruang produksi ini terdiri dari :

1. Ruang Produksi Kelas G

a. Ruang ganti pria dan wanita

b. Gudang cairan c

c. Gudang bahan pendukung

d. Gudang bahan baku

e. Ruang administrasi gudang

2. Ruang Produksi Kelas F

a. Ruang kemas sekunder

3. Ruang Produksi Kelas E

a. Ruang penimbangan

b. Ruang staging

c. Ruang produksi sediaan padat

d. Ruang produksi sediaan cairan obat dalam

e. Ruang produksi sediaan cairan obat luar

f. Ruang stripping Lafiad memproduksi sediaan padat, sediaan cairan

obat dalam, dan sediaan cairan obat luar. Produksi sediaan Non b-

laktam di Lafiad ditujukan untuk penggunaan pengobatan anggota

TNI serta kebutuhan perusahaan tertentu melalui mekanisme Toll-

in.

26
Adapun tata ruang pada produksi Non b-laktam di Lafiad terdiri dari ruang

Kelas G (ruang ganti pakaian pria dan wanita serta gudang bahan awal dan

obat jadi), Ruang Kelas F (ruang pengemasan sekunder), Ruang Kelas E

(Ruang pengolahan dan pengemasan primer obat non steril). Antara ruang

kelas kebersihan E dan F dibatasi dengan adanya buffer room. Sistem tata

udara pada fasilitas produksi b-laktam Lafiad menggunakan 2 Unit

Penanganan Udara (Air Handling Unit/AHU) dimana koridor dijaga

dengan tekanan udara lebih tinggi daripada di dalam ruang produksi.

Bangunan dan sarana di Lafiad telah memenuhi persyaratan CPOB 2012.

27
2.3 UPT Materia Medika

2.3.1 Uraian Umum

Materia medika Batu merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT)

dari dinas kesehatan provinsi jawa timur yang berlokasi di kota batu. Tugas pokok

Balai Materia Medika (BMM) adalah penyuluhan dan pengelolaan tanaman obat

meliputi tanaman obat tradisional dan tanaman obat yang mengandung bahan

baku obat. Materia Medika Batu terletak di Jl. Lahor No. 87 Batu. Materia

Medika terletak dilingkungan desa pesanggrahan yang letak lokasinya berbatasan

dengan kelurahan Ngaglik di wilayah kota batu. Selain itu, Materi Medika Batu

juga mempunyai dua lahan lain yang digunakan untuk penanaman tanaman obat

yaitu yang terletak di belakang RS paru batu seluas sekitar satu hektar dan di

daerah kejayan pasuruan.

2.3.2 Organisasi/ Unit kerja

Sistem mutu yang mengatur struktur organisasi, tanggung jawab dan

kewajiban, semua sumber daya yang diperlukan, semua prosedur yang mengatur

proses yang ada. b. Tindakan sistematis untuk melaksanakan sistem mutu, yang

disebut pemastian mutu atau quality assurance.

2.3.3 Personalia

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009, industri farmasi

harus memiliki 3 (tiga) orang apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing

pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi

Sediaan Farmasi Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan

28
penerapan system pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang

benar. sebab itu industri farmasi farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan

personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan

semua tugas (Hikmah, 2015)

2.3.4 Tugas dan Fungsi

Suatu industri farmasi mempunyai fungsi:

a. Pembuatan obat dan/atau bahan obat

b. Pendidikan dan pelatihan

c. Penelitian dan pengembangan Izin industri farmasi berlaku untuk

seterusnya selama industri farmasi yang bersangkutan masih berproduksi dan

memenuhi ketentuan peraturan 9 perundang-undangan (Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010).

2.3.5 Kegiatan di PT Materia Medika

1. Memberikan Pelayanan informasi Tanaman Obat Alam Indonesia (obat

tradisional).

2. Penelitian tanaman obat dan tanaman yang mengandung bahan baku obat,

yang berkaitan dengan budidaya dan identifikasi kandungan bahan aktif.

Untuk tujuan ini, materia medica mempunyai 2 laboratorium utama,

3. Pembinaan kepada kelompok tani dan PKK berkaitan dengan pemanfataan

dan budidaya tanaman obat. Materia medica aktif mengadakan penyuluhan

ke beberapa daerah, misal penyuluhan di Kota Mojokerto dan di

Kabupaten Malang Selatan.

29
4. Pelayanan contoh ekstrak dan simplisia tanaman obat tradisional yang

terstandarisasi. Materia medica menyediakan berbagai macam simplisia

(kering dan serbuk), serta ekstrak.

5. Pelayanan konsultasi kesehatan terhadap pemanfaatan tanaman obat.

6. Pelaksanaan budidaya tanaman obat.

7. Balai Materia Medica menjadi percontohan IKOT Jawa Timur.

8. Wisata ilmiah tanaman obat. Kami juga menerima kunjungan dari

beberapa sekolah, perguruan tinggi, kelompok PKK, dll.

30
2.4 PT. Victoria Care Indonesia (Herborist)

2.4.1 UraianUmum

PT. Victoria Care Indonesia yang beralamatkan di Kawasan Industri Candi

Blok 5A Gatot Subroto, Krapyak Ngaliyan.PT. Victoria Care Indonesia

merupakan anak perusahaandari PT. Suka Sukses Sejati yang berlokasi di Bali.

Perusahaan ini merupakan badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas dan

bergerak di bidang produksi kosmetik, perlengkapan mandi dan perawatan

kesehatan. Sejak berdiri pada tahun 2007 PT. Victoria Care Indonesia telah

mengantongi sertifikat Good Macufacturing Practis (GMP) atau Cara Pembuatan

Obat yang Baik (CPOB) dari BPOM.

2.4.2 Organisasi / Unit Kerja

Setiap divisi di PT. Victoria Care Indonesia memiliki tugas dan fungsinya

masing-masing yang bertujuan dalam meningkatkan dan menjamin kualitas mutu

produk untuk menghasilkan produk yang terbaik dan aman.

2.4.3 Personalia

Setiap karyawan yang bekerja pada PT. Victoria Care Indonesia (Bali)

merupakan tenaga kerja dalam negeri dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu

yang dikembangkan oleh perusahaan menjadi tenaga ahli pada berbagai bidang.

2.4.4 Tugas dan Fungsi

PT. Victoria Care Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT. Suka

Sukses Sejati yang berlokasi di Bali. Perusahaan ini merupakan badan usaha yang

berbentuk Perseroan Terbatas dan bergerak di bidang produksi kosmetik,

perlengkapan mandi dan perawatan kesehatan. Tugas dari perusahaan ini adalah

31
memproduksi produk berupa : Lulur Tradisional Bali, Nuface Masker Wajah,

Nuface BB Cream, Herboris (Sabun, Lulur, Parfum, Minyak Angin Aroma

Therapy, Minyak Zaitun , Message Oil, Body Butter, Sun Block, After Sun Gel,

dan Daun Sirih), Sabun Sereh, dan Victoria Parfum

2.4.5 Kegiatan di PT Victoria Care Indonesia

Kegiatan yang dilakukan di PT. Victoria Care Indonesia diantaranya :

Memproduksi kosmetik, perlengkapan mandi dan perawatan kesehatan.

32
BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL

3.1 PT. Bio Farma

3.1.1 Sejarah Singkat PT Bio Farma

PT Bio Farma (Persero) adalah badan usaha milik negara Indonesia yang

berbisnis di bidang farmasi. Perusahaan ini merupakan satu-satunya produsen

vaksin manusia di Indonesia dan merupakan produsen vaksin terbesar di Asia

Tenggara. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, selain kantor pusat dan pabrik

seluas 91.058 meter persegi di Bandung, perusahaan ini juga memiliki fasilitas

pengembangbiakan hewan laboratorium seluas 282.441 meter persegi di Bandung

Barat. Perusahaan pun memiliki kantor perwakilan di Jakarta.

Perusahaan ini memulai sejarahnya di Jakarta pada tanggal 6 Agustus

1890 dengan nama Parc Vaccinogene di lingkungan Groot Militaire

Hospitaal (kini RSPAD Gatot Soebroto). Pada tahun 1895, nama organisasi

tersebut diubah menjadi Parc Vaccinogene en Instituut Pasteur. Pada tahun 1902,

nama organisasi tersebut kembali diubah menjadi Landskoepoek Inrichting en

Instituut Pasteur. Pada tahun 1923, organisasi tersebut pindah ke Bandung.

Pada tahun 1942, saat pendudukan Jepang di Indonesia, nama organisasi

tersebut kembali diubah menjadi Bandung Boeki Kenkyushoo. Pada tahun 1945,

setelah Indonesia merdeka, nama organisasi tersebut kembali diubah menjadi

"Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur", serta sempat pindah ke Klaten. Pada tahun

1946, saat terjadinya Agresi Militer dan Bandung kembali diduduki oleh Belanda,

nama organisasi tersebut kembali diubah menjadi Landskoepoek Inrichting en

33
Instituut Pasteur. Pada tahun 1950, nama organisasi tersebut kembali diubah

menjadi "Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur" sebagai salah satu jawatan di

lingkungan Departemen Kesehatan. Pada tahun 1955, unit produksi vaksin dan

serum dari organisasi tersebut dipisah menjadi sebuah perusahaan negara dengan

nama PN Pasteur. Pada tahun 1961, nama perusahaan ini diubah menjadi PN Bio

Farma. Pada tahun 1978, status perusahaan ini diubah menjadi perusahaan umum.

Pada tahun 1997, status perusahaan ini kembali diubah

menjadi persero. Perusahaan ini kemudian berhasil mendapatkan pra-

kualifikasi WHO untuk 12 jenis vaksin sehingga dapat mulai mengekspor produk

vaksinnya. Pada tahun 2013, perusahaan ini meluncurkan vaksin Pentavalent

(difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, HiB). Pada tahun 2020, perusahaan ini

ditunjuk sebagai induk holding BUMN Farmasi, yang beranggotakan Kimia

Farma dan Indofarma. Dengan kapasitas produksi lebih dari 3,2 miliar dosis per

tahun, perusahaan ini telah mengekspor produknya ke lebih dari 130 negara, yang

mana 50 negara di antaranya merupakan anggota Organisasi Kerjasama Islam.

3.1.2 Visi dan Misi PT. Bio Farma

PT. Bio Farma didirikan deengan memiliki visi yaitu “Menjadi

Perusahaan Life Science kelas dunia yang berdaya saing global” serta misi yaitu

Menyediakan dan mengembangkan produk Life Science berstandar Internasional

untuk meningkatkan kualitas hidup.

3.1.3 Struktur organisasi PT. Bio Farma

Struktur Perusahaan PT Bio Farma Persero di kepalai oleh seorang

Direktur Utama yang di bantu oleh beberapa direktur lainnya seperti Direktur

34
Keuagan dan SDM, Direktur Pemasaran, Direktur Produksi, serta Direktur

Perencanaan dan Pengembangan. Selain itu terdapat dewan Komisaris yang

melaksanakan tugasnya di kantor perwakilan di Gedung Arthaloka Lt. 3 di Jalan

Jend. Sudirman No. 2, Jakarta. Berikut struktur Perusahaan PT. Bio Farma

Persero sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

3.1.4 Pengawasan Mutu

pengawasan mutu (Quality Control) yang secara konsisten dilakukan Bio

Farma untuk menjamin mutu (Quality Assurance) agar setiap produk yang

dihasilkan senantiasa terjaga kualitasnya. Dalam World Health Assembly pada

Mei 1992, WHO menghimbau seluruh negara anggotanya agar hanya

menggunakan vaksin yang memenuhi persyaratan WHO dalam program

imunisasinya. Oleh karena itu, produksi dan pengawasan mutu vaksin Bio Farma

selalu dipantau oleh National Control Authority (NCA) yang diakui WHO atau

yang di Indonesia kita kenal sebagai Badan POM (BPOM) RI.

35
3.2 Lembaga Farmasi Angkatan Darat (LFI AD)

3.2.1 Sejarah

Lafi Pusat atau yang dahulu bernama Militaire Scheikundig Laboratorium

(MSL), merupakan lembaga yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun

1818 di Jakarta. Lembaga tersebut berfungsi sebagai tempat pemeriksaan

obatobatan yang dibutuhkan oleh tentara Belanda. Pada tanggal 1 Juni 1950,

lembaga ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan dibagi menjadi

dua bagian, yakni Laboratorium Kimia Tentara (LKT) yang kemudian

berkembang menjadi Laboratorium Kimia Angkatan Darat (LKAD) dan Depot

Obat Tentara Pusat (DOTP) yang berkembang menjadi Depot Obat Angkatan

Darat (DOAD). Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Kesehatan Angkatan

Darat No.KPTS/61/10/IX/1960 tanggal 13 September 1960, terhitung mulai

tanggal 8 Juni 1960 LKAD dan DOAD disatukan menjadi Lembaga Farmasi

Angkatan Darat (Lafi AD).

3.2.2 Visi-misi

Sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam menyediakan obat-

obatan bagi keperluan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD),

Lafi Puskesad memiliki visi dan misi sebagai berikut :

Visi

Menjadi salah satu lembaga produksi yang mampu memenuhi kebutuhan obat

bermutu bagi TNI.

Misi

1. Mampu memenuhi kebutuhan obat Dukkes TNI AD

36
2. Pusat litbang dan informasi obat TNI AD

3. Mampu menjadi mitra industry farmasi lain dalam memenuhi kebutuhan

obat national.

3.2.3 Struktur organisasi

Berdasarkan Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan

Darat No. PERKASAD/219/XII/2007 tanggal 10 Desember 2007 tentang

Organisasi dan Tugas Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Orgas

Lafi Puskesad), struktur organisasi Lafi Puskesad adalah sebagai berikut:

Eselon Pimpinan

1. Kepala Lembaga Farmasi (Ka Lafi Puskesad) dijabat oleh seorang Perwira

Menengah Angkatan Darat (Pamen AD) berpangkat Kolonel Ckm. Dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya, Ka Lafi Puskesad bertanggung jawab

kepada Puskesad.

2. Wakil Kepala Lembaga Farmasi (Waka Lafi Puskesad) dijabat oleh

seorang Pamen AD berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) Ckm Waka Lafi

Puskesad merupakan wakil dan pembantu utama Ka Lafi Puskesad sehingga

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab langsung kepada

Ka Lafi Puskesad

b. Eselon Pembantu Pimpinan

1. Perwira Ahli Lembaga Farmasi, disingkat Paahli Lafi.

Paahli Lafi dijabat oleh 3 (tiga) orang Pamen AD berpangkat Letnan

Kolonel Ckm, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab

langsung kepada Kalafi yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di

37
bidang keahlian manajemen mutu, teknologi farmasi, dan analisa Amdal dan

dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh Waka Lafi

Puskesad. Paahli terdiri dari:

a. Perwira Ahli Madya Manajemen Mutu, disingkat Paahli Madya Jemen Mutu.

b. Perwira Ahli Madya Teknologi Farmasi, disingkat Paahli Madya Tekfi.

c. Perwira Ahli Madya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, disingkat

Paahli Madya Amdal.

2. Kepala Bagian Administrasi Logistik, disingkat Kabagminlog.

Kabagminlog dijabat oleh Pamen AD berpangkat Letnan Kolonel Ckm,

dalam pelaksanaaan tugas kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi dan

dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh Waka Lafi

Puskesad. Kabagminlog merupakan pembantu Ka Lafi Puskesad yang

bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang administrasi dan

logistic yang dalam melaksanakan tugasnya Kabagminlog dibantu oleh 2 (dua)

Kepala Seksi yang masing-masing dijabat oleh seorang Pamen AD berpangkat

Mayor Ckm, terdiri dari:

a. Kepala Seksi Perencanaan Program dan Anggaran, disingkat Kasirenprogar.

b. Kepala Seksi Pengendalian Materil, disingkat Kasidalmat.

c. Eselon Pelayanan

Kepala Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Kasietuud) dijabat oleh

seorang Pamen AD berpangkat Mayor Ckm yang dalam melaksanakan tugasnya

bertanggung jawab kepada Kalafi dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya

dikoordinasikan oleh Waka Lafi Puskesad. Kasietuud merupakan unsur pelayanan

38
Lafi Puskesad yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang

pengamanan, administrasi personil, logistik, tata usaha, dan urusan dalam.

Kasietuud dibantu oleh tiga Kepala Urusan yang masing-masing dijabat oleh dua

orang Pama AD berpangkat Kapten Ckm dan satu orang PNS golongan III serta

satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama AD berpangkat Letnan Ckm. Kepala

Urusan tersebut yakni:

a. Kepala Urusan Administrasi Personel dan Logistik disingkat

Kaurminperslog.

b. Kepala Urusan Tata Usaha disingkat Kaurtu.

c. Kepala Urusan Dalam disingkat Kaurdal.

d. Perwira Urusan Pengamanan disingkat Paurpam.

d. Eselon Pelaksana

Eselon pelaksana dijabat oleh lima Kepala Instalasi (Kainstal), yaitu :

1. Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Kainstallitbang), dijabat

oleh seorang Pamen AD berpangkat Letnan Kolonel Ckm, merupakan unsur

pelaksana Lafi Puskesad yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan

di bidang pengkajian, penelitian, dan pengembangan yang dalam melaksanakan

tugasnya dibantu oleh dua Kepala Seksi (Kasi) yang masing-masing dijabat

oleh Pamen AD berpangkat Mayor Ckm, terdiri dari :

a. Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Produksi (Kasilitbangprod).

b. Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Sistem Metoda dan Personel

(Kasilitbangsistodapers).

2. Kepala Instalasi Produksi (Kainstalprod) dijabat oleh seorang Pamen

39
AD berpangkat Letnan Kolonel Ckm berkualifikasi apoteker. Dalam pelaksanaan

tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi dan dibantu oleh empat

Kepala Seksi yang masing-masing dijabat oleh Pamen AD berpangkat Mayor

Ckm, terdiri dari:

a. Kepala Seksi Sediaan Non β-laktam (Kasidia Non β-laktam).

b. Kepala Seksi Sediaan β-laktam (Kasidia β-laktam).

c. Kepala Seksi Sediaan Sefalosporin (Kasidia Sefalosporin).

d. Kepala Seksi Kemas (Kasikemas).

3. Kepala Instalasi Pengawasan Mutu (Kainstalwastu) dijabat oleh seorang

Pamen AD berpangkat Letnan Kolonel Ckm berkualifikasi apoteker, merupakan

unsur pelaksana Lafi Puskesad yang bertanggung jawab menyelenggarakan

kegiatan di bidang pengawasan dan peningkatan mutu. Kainstalwastu dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala Seksi yang masingmasing

dijabat oleh Pamen AD berpangkat Mayor Ckm, terdiri dari:

a. Kepala Seksi Pengujian Kimia, Fisika, dan Mikrobiologi (Kasiuji Kifis

dan Mikro).

b. Kepala Seksi Inspeksi (Kasiinspek).

4. Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Kainstalhar &

Sisjang) dijabat oleh Pamen AD berpangkat Mayor Ckm, merupakan unsur

pelaksana Lafi Puskesad yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di

bidang pemeliharaan dan sistem penunjang. Kainstalhar & Sisjang dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala Urusan yang masing-masing

dijabat oleh Pama AD berpangkat Kapten Ckm, terdiri dari :

40
a. Kepala Urusan Pemeliharaan (Kaurhar).

b. Kepala Urusan Sistem penunjang (Kaursisjang).

5. Kepala Instalasi Penyimpanan (Kainstalsimpan) dijabat oleh Pamen AD

berpangkat Mayor Ckm, merupakan unsur pelaksana Lafi Puskesad yang

bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang administrasi

penyimpanan dan pengeluaran materiil produksi. Kainstalsimpan dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh satu Kepala Urusan yang dijabat oleh Pama

AD berpangkat Kapten Ckm dan satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama AD

berpangkat

3.2.4 Pengawasan mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian integral dari suatu produksi obat.

Instalwastu bertanggungjawab terhadap setiap hal yang menyangkut kualitas

bahan baku obat, bahan pembantu, bahan pengemas, produk antara, produk

ruahan, dan obat jadi yang dihasilkan sampai dengan pemantauan kualitas setelah

didistribusikan dengan standar waktu kadaluarsa. Selain itu, Instalwastu juga

bertanggungjawab terhadap kualitas lingkungan kerja yang meliputi pengawasan

kebersihan ruangan dan peralatan serta fasilitas penunjang lainnya seperti

pemeriksaan kebersihan ruangan produksi, pemeriksaan mutu air dan pemeriksaan

limbah. Tanggungjawab tersebut diwujudkan dalam suatu sistem pengawasan

mutu . Pelaksanaan kegiatan di Instalwastu ditunjang oleh fasilitas instrumen

HPLC, spektrofotometer dengan sistem terkomputerisasi, Laminar Air Flow

(LAF), Read Biotic (pembaca hambatan bakteri), Climatic Chamber, Dissolution

Tester, serta berbagai fasilitas penunjang lainnya.

41
3.2.5 Pengelolaan

Upaya pengolahan limbah atau cemaran yang dilakukan oleh LAFIAD .

Adalah sebagai berikut :

Limbah cair selain B-3 diolah sendiri dalam Instalasi Pembuangan Air

Limbah (IPAL) Proses yang diperlukan dalam pengelolahan limbah cair meliputi

proses fisika, kimia,dan biologi yaitu sebagai berikut :

a.Proses Fisika

Pada proses ini air limbah hanya dikenakan pada proses penyaringan saja,

yakni menyaring kotoran-kotoran kasar antara lain plastik, karet, dan sebagainya.

b.Proses Kimia

Untuk limbah betalaktam setelah melalui proses fisika dilakukan proses

pembasaan untuk memecah cincin betalaktam dengan menambahkan larutan

kapur sampai mencapai pH diatas 11 kemudian dilanjutkan proses pengendapan

sebelum air limbah tersebut dialirkan menuju pengolahan limbah induk untuk

diproses secara bersama-sama dengan limbah non betalaktam. Proses selanjutnya

adalah proses netralisasi dengan penambahan air kapur sampai mencapain pH 7-8.

Penambahan larutan kapur ini dengan cara memasukkan dalam bak penampungan

dan dilakukan sirkulasi terus menerus. Pada waktu sirkulasi kran air limbah

menuju bak anerob ditutup, setelah diperkirakan air limbah di bak penampungan

homogeny maka kran menuju ke bak anerob dibuka dan diatur debitnya.

c.Proses Biologi

Proses ini merupakan penghilangan kontaminan-kontaminan oleh adanya

aktivitas biologis. Pengolahan secara biologis dimaksudkan oleh adanya aktivitas

42
biologis. Pengolahan secara biologis dimaksud untuk menghilangkan zat-zat

organik biodegradable (mudah terurai secara biologi). Prinsip dari pengolahan

dari biologi ini adalah penguraian zat organik oleh mikroorganisme baik oleh

bakteri anaerobik maupun bakteri aerobik. Sebagai nutrien dipakai pupuk NPK.

Dalam proses biologi dibagi menjadi 2 yaitu : proses aerob dan anaerob.

a.Proses Aerob

Overflow air limbah yang berasal dari proses anaerob akan mengalir ke

dalam bak aerob, sehingga zat organik yang masih ada diuraikan kembali oleh

bakteri aerobik. Sebagai nutrisi ditambahkan pupuk NPK secara kontinu sesuai

dengan kebutuhan. Proses aerobic dilakukan pada bak terbuka dengan kedalaman

kurang dari 3 m yang dilengkapi dengan aerator tipe injection, dengan lumpur

aktif sebanyak kurang dari 20 % dari volume limbah dan proses berlangsung

secara kontinu.

b.Proses anaerob

Air limbah setelah dinetralkan kemudian dipompakan ke bak anaerobik,

dalam proses ini melibatkan bakteri anaerob untuk menguraikan zat-zat organik

yang tekandung dalam air limbah tersebut menjadi zat0zat yang sederhana. Proses

anaerobik dilakukan pada bak tertutup dengan kedalam >3m dan berjalan secara

kontinu. Sebagai nutrisi ditambahkan pupuk NPK secara kontinu sesuai

kebutuhan.

43
3.3 UPT Materia Medica

3.3.1 Sejarah singkat UPTD Materia Medica

Materia Medika Batu berdiri pada tahun 1960 yang didirikan oleh R.M

Santoso. Materia Medica Batu (MMB) merupakan salah satu Unit Pelaksana

Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur yang berlokasi di Kota

Batu. Balai Materia Medica Batu terletak di lingkungan Desa Pesanggrahan yang

letak lokasinya berbatasan dengan Kelurahan Ngaglik di wilayah Kota Batu.

Berdasarkan letak geografisnya Balai Materia Medica terletak pada ketinggian ±

875 D.P.L dengan suhu ± 20 – 25 C.

Balai Materia Medica Batu yang terletak di Jl. Lahor No. 87 Batu

memiliki luas tanah dan bangunan seluas 2.1 Ha. Pada tahun 2002, Balai Materia

Medica mengalami perluasan lahan sejalan dengan program pengembangan Balai

Materia Medica Batu.Tugas pokok BMM adalah penyuluhan dan pengelolaan

Tanaman Obat meliputi Tanaman Obat Tradisional dan Tanaman Obat yang

mengandung bahan baku obat, ada sekitar 600 jenis tanaman obat.

3.3.2 Organisasi Intansi

Balai Materia Medica merupakan salah satu pusat penelitian tanaman obat

yang ada di Jawa Timur. Tujuan dari didirikannya fasilitas ini adalah sebagai

pusat pengembangan, perawatan, dan pengolahan tanaman obat terpadu. Seiring

dengan adanya Program Nasional Pengembangan Obat Alam, pemerintah

merencanakan pengembangan pusat penelitian tanaman obat yang ada di berbagai

daerah (Departemen Pertanian, 2007). Upaya pengembangan fasilitas tersebut

44
ditanggapi dengan rencana perancangan ulang Balai Materia Medica yang

meliputi perubahan dan penambahan fasilitas.

Perancangan ulang Balai Materia Medica tidak hanya memperhatikan

aspek fungsional bangunan melainkan juga kondisi lingkungan yang ada.

Fenomena kerusakan lingkungan yang Nampak jelas adalah berkurangnya area

hijau. Berdasarkan data dari Kantor Lingkungan Hidup Kota Batu tahun 2010

disebutkan bahwa dari 11.227 ha luas hutan di Kota Batu, hampir 5.900 ha telah

mengalami kerusakan. Akibat berkurangnya luas hutan yang berfungsi sebagai

daerah utama resapan air, secara perlahan mengakibatkan jumlah sumber air yang

semakin menurun. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, data menunjukkan

dari 111 sumber air yang ada kini hanya tersisa 58.

Air bersih merupakan kebutuhan utama yang diperlukan dalam kegiatan

fungsional Balai Materia Medica meliputi kegiatan penelitian, pengembangan,

perawatan, dan pengolahan tanaman obat. Seiring dengan adanya permasalahan

berkurangnya sumber air bersih maka diperlukan adanya sumber air cadangan

yang mengurangi ketergantungan terhadap air tanah yang selama ini menjadi

sumber air bersih utama di Balai Materia Medica.

Arsitektur dapat turut aktif member solusi bagi permasalahan tersebut

melalui perancangan bangunan dengan penerapan prinsip konservasi air.

Penerapan prinsip konservasi air dapat menjawab kebutuhan lingkungan akan

perancangan yang memperhatikan keseimbangan sumber air bersih terutama air

tanah dalam tapak. Sedangkan pada skala bangunan, perancangan dengan

penerapan prinsip konservasi air dapat menjawab kebutuhan tersedianya sumber

45
air cadangan yaitu melalui pemanfaatan potensi air hujan dengan cara merancang

bangunan menjadi bangunan penangkap dan penampung air hujan.

Susunan organisasi Materia Medica

Berdasarkan peraturan gubernur No. 118 tahun 2008 Struktur organisasi

UPT Materia Medica Batu sebagai berikut:

Kepala UPT Materia Medica

Sub Bagian Tata Usaha Saksi Pengembangan tanaman Obat

Berdasarkan Peraturan tersebut, struktur organisasi yang ada miskin

struktur tapi kaya fungsi. MMB merupakan UPT Dinas Kesehatan Propinsi Jawa

Timur setingkat Eselon III a.

3.3.3 Tugas dan FungsiUPT Materia Medica Batu

a. Berdasarkan Perda No. 79 Tahun 2008

Telah diatur tentang tugas dari masing-masing UPT. MMB mempunyai

tugas pokok yaitu melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan di

bidang penyuluhan dan pengelolaan tanaman obat meliputi tanaman obat

tradisional dan tanaman obat yang mengandung bahan baku obat.

b. Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 118 Tahun 2008

Di dalam SK tersebut menguraikan tugas dan fungsi Unit Pelaksana

Teknis Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur sebagai berikut :

1.Materia Medica Batu adalah unsure pelaksana teknis Dinas Kesehatan;

Propinsi Jawa Timur.

46
2.Materia Medica Batu dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan. Materia Medica

Batu, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan

di bidang Penyuluhan dan Pengelolaan tanaman obat yang meliputi

tanaman obat tradisional dan tanaman yang mengandung bahan baku

obat.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Materia Medica Batu

mempunyai fungsi :

a) Pengumpulan dokumentasi, bahan informasi tanaman obat

tradisional dan tanaman yang mengandung bahan baku obat;

b) Pelaksanaan contoh penanaman, pemeliharaan tanaman obat

tradisional dan tanaman yang mengandung bahan baku obat;

c) Pelaksanaan koleksi, pengembangan koleksi tanaman obat

tradisional dan tanaman yang mengandung bahan baku obat;

d) Pelaksanaan penyuluhan tentang tanaman obat tradisional dan

tanaman yang mengandung bahan baku obat;

e) Penyelenggaraan pembinaan tentang pengelolaan, pemanfaatan

tanaman obat tradisional;

f) Pelaksanaan penyebarluasan informasi tanaman yang mengandung

bahan baku obat tradisional.

g) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas.

47
3.3.4 Kegiatan kegiatan instansi UPT Materia Medica Batu

UPT Materia Medica Batu mempunyai banyak program kerja yang

potensial, antara lain sebagai berikut:

1. Pelayanan informasi tanaman obat alam Indonesia (obat

tradisional).

2. Penelitian tanaman obat dan tanaman yang mengandung bahan

baku obat, baik yang berkaitan dengan budidaya maupun

identifikasi kandungan bahan aktif.

3. Pembinaan kepada kelompok petani dan PKK tentang pemanfaatan

dan budidaya tanaman obat

4. Pelayanan penyediaan contoh ekstrak dan simplisia tanaman obat

tradisional yang terstandarisasi.

5. Pelayanan konsultasi kesehatan terhadap pemanfaatan tanaman

obat.

6. Pelaksanaan budidaya tanaman obat sebagai sarana penelitian dan

pendidikan

7. Wisata umum dan wisata ilmiah tanaman obat.

8. Tempat rujukan teknik budidaya dan pengelolaan TOT.

9. Peningkatan dan pelestrarian tanaman obat Indonesia.

10. Pengembangan Bibit Tanaman Obat melalui Kultur Jaringan

Tanaman Obat.

48
3.4 PT Victoria Care (Herborist)

3.4.1 Sejarah Singkat

PT Victoria Care adalah perusahaan manufakturing dan distribusi yang

bergerak di bidang kosmetik, toiletris dan perawatan kesehatan yang telah berdiri

sejak tahun 2006, dengan memiliki cabang di Pulau Jawa dan Pulau Bali serta

cakupan distribusi secara nasional di seluruh Indonesia. Adapun beberapa produk

yang dihasilkan PT Victoria Care Indonesia adalah produk perawatan rambut,

perawatan tubuh, dan perawatan wajah.

Brand yang dimiliki, yaitu Miranda, Victoria, Herborist, Nu Face. Miranda

Hair Color dan Herborist Minyak Zaitun adalah salah satu produk andalannya

yang sudah sangat dikenal konsumen di Indonesia. PT Victoria Care sudah

beroperasi sejak 1988 yang didirikan oleh Billy Hartono Salim. Perusahaan ini

mempunyai nama PT Kosmetika Alam Pesona Mandiri sebelum diganti menjadi

PT Victoria Care. Perusahaan ini mempunyai visi dan misi yaitu untuk

menciptakan produk kosmetik dan toiletries yang berkualitas dan bermanfaat bagi

masyarakat serta mudah didapatkan. Maka pada tahun 2007 didirikanlah PT

Victoria Care Indonesia dengan membangun pabrik di kawasan Candi, Semarang,

Jawa Tengah. Pada tahun 2008, pabrik tersebut telah memperoleh sertifikat Good

Manufacturing Practices (GMP). Pada tahun 2009 diluncurkanlah produk Lulur

Tradisional Bali dengan brand Herborist, dan pada 2013 diresmikan juga Omah

Herborist dengan konsep berbelanja dan edukasi di mana pengunjung dapat

melihat dan belajar bagaimana cara produk – produk PT Victoria Care Indonesia

dibuat. Pada tahun 2015 Herborist Sabun Sirih mendapatkan penghargaan Super

49
brand award dan Herborist Minyak Zaitun mendapatkan sertifikat Halal, dan pada

2017 Herborist Minyak Zaitun mendapatkan penghargaan Top Brand. Pada awal

2018, Billy Hartono Salim merasa bahwa jika ingin terus bertumbuh dan

berkembang PT Victoria Care Indonesia harus mengikuti perkembangan zaman.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2017, jumlah para milenial

berjumlah 88 juta jiwa atau 33,75% dari jumlah penduduk Indonesia.

Jumlah kaum milenial yang semakin menguasai demografi ini merupakan

tantangan sekaligus peluang bagi bangsa Indonesia baik di masa sekarang maupun

di masa depan. Menanggapi kondisi itu, pada awal 2019 PT Victoria Care

Indonesia mulai fokus merekrut generasi milenial dan fokus mengembangkan e-

commerce, hingga melakukan ekspor ke luar negeri.

Perusahaan yang didirikan oleh Billy Hartono Salim sebelumnya sudah

beroperasi sejak 1988 nama PT Kosmetika Alam Pesona Mandiri sebelum diganti

menjadi PT Victoria Care. Perusahaan ini mempunyai visi dan misi yaitu untuk

menciptakan produk kosmetik dan toiletries yang berkualitas dan bermanfaat bagi

masyarakat serta mudah didapatkan. Maka pada tahun 2007, PT Victoria Care

Indonesia membangun pabrik di kawasan Candi, Semarang, Jawa Tengah. Pada

tahun 2008, pabrik tersebut telah memperoleh sertifikat Good Manufacturing

Practices (GMP).

Pada tahun 2009, PT Victoria Care merilis produk Lulur Tradisional Bali

dari brand Herborist. Perusahaan ini terus berkembang dan meresmikan Omah

Herborist pada tahun 2013, di mana pengunjung dapat merasakan konsep

berbelanja dan edukasi di satu tempat. Pengunjung berkesempatan untuk melihat

50
dan belajar bagaimana cara produk-produk PT Victoria Care Indonesia dibuat.

Seluruh perkembangan yang dilakukan membawa salah satu produk PT Victoria

Care yaitu Herborist Sabun Sirih memenangkan Super Brand Award. Perusahan

ini kian berkembang setelah salah satu produk lainnya yaitu Herborist Minyak

Zaitun mendapatkan sertifikat Halal dan juga memenangkan penghargaan Top

Brand pada tahun 2017.

Untuk bisa terus berinovasi dengan berbagai divisi baru dan

mengakomodir pertumbuhan karyawan yang pesat, di penghujung tahun 2019 ini

PT Victoria Care Indonesia menempati kantor baru di Puri Indah Financial Tower.

Menempati 2 lantai, yakni di lantai 10 dan 11, kantor baru ini mengusung konsep

Millenial Office. PT Victoria Care Indonesia memiliki tagline “ Innovation First”

yang artinya perusahaan ini selalu membuat inovasi-inovasi produk baru dan

selalu membuat produk inovasi yang terbaik.

3.4.2 Kondisi Instansi secara umum

a. CSR (Corporate Social Responsibility) Tanggung jawab sosial.

PT. Victoria Care Indonesia dalam penerapan CSR sudah sangat baik.

Dikarenakan perusahaan tersebut berlokasi dalam kawasan industri. Jadi di dalam

hal pengelolaan dan pembuangan limbah pabrik sepenuhnya sudah diserahkan ke

pada pihak pengelola kawasan industri sehingga perusahaan hanya tinggal

membayar seberapa besar komposisi limbah yang telah dibuang dan dibayarkan

sesuai dengan harga yang telah disepakati bersama.

51
b. Kegiatan kerja (Proses)

Para karyawan PT. Victoria Care Indonesia dapat menjangkau peralatan

dan mesin-mesin yang berada di area produksi. Tidak terlalu dekat maupun jauh

dari tubuh karyawan. Kondisi ini sudah memenuhi prinsip ergonomi dan membuat

kinerja menjadi efisien.

c. Kesehatan kerja

Kondisi kesehatan kerja maupun kesehatan lingkungan di lingkungan

perusahaan sudah sangat baik. Karena para karyawan sudah memakai

pakaian steril, masker, penutup kepala dan sepatu plastik yang bertujuan

untuk menjaga lingkungan dan area produksi tetap higienis. Area produksi

harus tetap higienis karena banyak bahan baku yang akan digunakan untuk

membuat beraneka macam produk, sehingga prosedur kesehatan dan

kebersihan lingkungan harus dijaga dengan ketat. Tidak hanya karyawan yang

menggunakan, namun para pengunjung pabrik yang akan memasuki area produksi

juga diwajibkan untuk menggunakan pakaian sesuai standar operasional peraturan

yang ditetapkan. Hal itu diterapkan karena agar terhindar dari bakteri maupun

kuman yang berasal dari luar pabrik.

d. Pelayanan

PT. Victoria Care Indonesia ini mempunyai nilai-nilai perusahaan

terutama pada pelayanan, yakni layanan nasabah yang unggul.

3.4.3 Visi dan Misi Perusahaan

1) Visi Perusahaan Menjadi perusahaan terkemuka di bidang kosmetik,

perlengkapan mandi dan perawatan kesehatan di pasar Indonesia.

52
2) Misi Perusahaan Memperluas dan meningkatkan kehidupan manusia

dengan menyediakan produk kosmetik, peralatan mandi dan perawatan

kesehatan berkualitas tinggi.

3.4.4 Struktur Perusahaan PT Victoria Care

PT Victoria Care Indonesia dipimpin oleh Billy Hartono selaku Chief

Executive Officer (CEO) dan Sumardi Widjaja selaku Chief Operating Officer

(COO). Manajer tingkat atas ini membuat keputusan dan menentukan target,

strategi, kebijakan dan rencana bisnis perusahaan. Manajer tingkat atas juga

bertugas untuk menyiapkan rencana jangka panjang bagi visi perusahaan dan

umumnya memiliki rencana bisnis untuk 5 hingga 20 tahun ke depan.

Dalam prosesnya manajer tingkat menengah yaitu Patricia Ani selaku

direktur HR GA bertugas membantu dan memotivasi manajer tingkat bawah

untuk mencapai target bisnis atau memberikan saran dan rekomendasi yang sesuai

kepada manajer tingkat atas. Direksi juga mempersiapkan untuk melaporkan

perkembangan terbaru atas operasional perusahaan sehari-hari kepada CEO dan

53
COO. Penulis mendapatkan penugasan langsung dari bagian Human Resources

(HR) yang dipimpin oleh Alfonsa Sheila karena HR masih membawahi tiga divisi

yaitu L&D, Recruitment, OPS, dan Corporate Communnication and Engagement.

54
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PT. Bio Farma

Diketahui PT Bio Farma merupakan perusahaan farmasi yang ditunjuk

pemerintah untuk melakukan distribusi vaksin-vaksin yang datang ke Indonesia.

Dengan perjalan waktu yang panjang, lembaga ini telah banyak mengalamani

perubahan nama, pernah menyandang nama Perusahaan Negara Pasteur,

Perusahaan Umum Bio Farma, dan sekarang PT Bio Farma (Persero).

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di industri Bio Farma yang

dilakukan pada tanggal 15 Desember 2021 rangkaian kegiatan yang dilakukan

diawali dengan sambutan dari pihak Bio Farma. Dalam sambutan ini, pihak Bio

Farma memberikan perhatian yang besar terhadap kunjungan dari Akademi

Farmasi Universitas Negeri Gorontalo begitu pula dengan pihak dari Akademi

Farmasi Universitas Negeri Gorontalo yang sangat antusias menerima materi dari

pihak Bio Farma. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi dari pihak Bio

Farma tentang sejarah, visi dan misi, serta cara pembuatan Vaksin di Bio Farmai

kemudian diakhiri dengan diskusi dan sesi tanya jawab.

Pada pemaparan materi mengenai Vaksin yang diproduksi di Bio Farma

memproduksi bulk (bahan baku) vaksin yang berasal dari Sinovac. Sementara

vaksin dengan nama Sinovac atau CoronaVac yang disuntikkan dalam program

vaksinasi COVID-19 adalah bahan jadi yang dikirim dari perusahaan Sinovac di

China. Pada Februari lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga

telah memberi izin penggunaan darurat (EUA) vaksin Sinovac yang diproduksi

55
oleh PT Bio Farma. Dengan begitu, vaksin Sinovac buatan Bio Farma sudah bisa

digunakan dan dinyatakan aman dipakai.

Perlu diketahui pada Bio Farma ada 3 kemasan berbeda yang sama-sama

berisi vaksin Sinovac, yaitu:

1. Sebelum pelaksanaan vaksinasi, Sinovac melakukan uji klinis vaksin ketiga

bersama Tim Uji Klinis Universitas Padjajaran. Dalam uji klinis itu, vaksin

dikemas dengan nama SARS-CoV-2 Vaccine. Vaksin dikemas

dalam prefilledsyrenge (pfs) isi 1 dosis, kemudian 1 pfs dikemas dalam 1 dus

sekunder.

2. Vaksin yang digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi adalah vaksin jadi yang

diproduksi langsung dari Sinovac. Vaksin ini sudah mendapatkan Persetujuan

Penggunaan Darurat (EUA) dari Badan POM dan dikemas dengan nama

CoronaVac. Vaksin dikemas dalam dus berisi 40 vial (tutup oranye/jingga) di

mana per vial ukurannya 2 ml dan berisi 1 dosis.

3. Pada Januari lalu, Sinovac juga mengirimkan 15 juta dosis vaksin dalam

bentuk bulk (bahan baku) untuk diolah menjadi vaksin jadi dan

didistribusikan oleh PT Bio Farma. Vaksin ini dikemas dengan nama Vaksin

COVID-19 (COVID-19 Vaccine). Vaksin dikemas dalam kemasan dus

sekunder berisi 10 vial ukuran 5 ml, di mana setiap vial berisi vaksin 10 dosis

(tutup vial berwarna darknavy).

Produk Bio Farma terdiri dari; vaksin BCG, vaksin DTP-HB, vaksin DT,

vaksin Td, vaksin Hepatitis B, vaksin Polio, vaksin Campak, vaksin Influenza,

serum anti bisa ular, serum anti difteri, serum anti tetanus. Sebagai perusahaan

56
milik Negara, Bio Farma mendedikasikan diri untuk pemenuhan kebutuhan vaksin

Dalam Negeri. sisa kapasitas yang tidak terserap oleh kebutuhan dalam Negeri,

Bio Farma mengekspor produk-produknya ke 117 negara.

4.2 Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (LAFIAD)

Kegiatan PKL Industri rombongan mahasiswa Farmasi UNG pada

kunjungan yang dilakukan, mahasiswa diharapkan mengetahui dan mampu

menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus. Kegiatan dimulai pada pukul 10.00

pagi, dimana mahasiswa menuju langsung ke Lembaga Farmasi Direktorat

Kesehatan AngkatanDarat (LAFIAD), perjalanan singkat membawa rombongan tiba

di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (LAFIAD) dan langsung

diterima oleh staf yang langsung dibawa menuju keruangan auditorium. Adapun

kami dibagi dalam beberapa kelompok untuk melakukan observasi lapangan

terhadap ruangan proses produksi Indusitri tersebut, dalam kelompok kecil tersebut

terdiri dari 15-30 orang untuk menerima paparan materinya

Dari beberapa materi yang disampaikan oleh staf yang ada di Lembaga

Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (LAFI AD), yaitu tentang sejarah dari

lembaga farmasi direktorat kesehatan angkatan darat (LAFIAD), beberapa produk

yang diproduksi di LAFIAD serta cara pembuatan produk-produk unggulan dari

LAFIAD dan fasilitas-fasilitas apa saja yang terdapat di LAFIAD, sehingga hal ini

sesuai dengan tujuan umum serta khusus dari PKL industri farmasi yang diantaranya

mengenai prinsip-prinsip produksi (proses produksi dari setiap sediaan, hingga

menghasilkan suatu produk yang berkualitas sesuai dengan pedoman CPOB),

pengendalian mutu (quality control) yang meliputi pengawasan mutu, personalia,

57
bangunan serta fasilitas , peralatan, dan sanitasi hygine dan penjaminan kualitas

(quality assurance) obat dan distribusi obat. Tujuan umum serta khusus dibuat agar

mahasiswa mengerti dan memahami serta mampu mengimplementasikannya setelah

menjadi lulusan yang siap memasuki dunia kerja, khususnya di bidang industri

farmasi yaitu pabrik obat modern.

Beberapa materi yang diberikan di atas, tentunya sangat bermanfaat untuk

menambah wawasan mahasiswa seputaran tentang pabrik obat yang dapat

menghasilkan produk-produk yang bermutu, dari produk-produk yang dihasilkan

hingga cara pembuatannya. Setelah menerima materi, mahasiswa juga diberikan

kesempatan untuk bertanya langsung kepada pembawa materi dalam diskusi.

Sehingga beberapa pertanyaan yang terangkat dari mahasiswa seputaran

materi- materi yang didapatkan maupun mengenai seputaran lembaga farmasi

direktorat kesehatan angkatan darat (LAFIAD) sendiri. Adapun pertanyaan yang

disampaikan kepada pembina di lapangan ketika proses observasi dilakukan oleh

mahasiswa yang meliputi apa yang di observasi oleh mahasiswa itu sendiri seperti

Fasilitas Instal produksi, Fasilitas Injeksi, Fasilitas Instal Wastu, Fasilitas LITBANG,

Dan Utility.

Kemudian rombongan mahasiswa melakukan kunjungan ke tempatpengujian

sampel, lalu ke tempat produksi pembuatan obat antara lain tablet, kapsul, sirup,

salep dan injeksi yang di produksi oleh lembaga farmasi direktorat kesehatan

angkatan darat (LAFIAD).

Hasil pengamatan yang di peroleh adalah sebagai berikut :

A. RuangInSwasTu

58
1. R. instrument, digunakan untuk menyimpan peralatan yang tidak tahan

terhadap kelembapan (<85%) dan suhu 25⁰C

2. Spektrometer, digunakan untuk menetapkan kadar dan kelarutan

3. R. Uji coba

4. R. mikrobiologi, digunakan untuk uji steril

5. R. Uji rotasi

6. R. antara

7. R. fisika, digunakan untuk menghitung waktu hancur

8. Alneter, digunakan untuk menghitung kekerasan

9. Keregasan

10. R. reagen, digunakan untuk menyimpan semua bahan yang masih baru

11. R. Contoh tertinggal

12. R. kimia

13. Innporter, digunakan untuk mengatur suhu

14. Tungku pijar

15. Alat pengering

16. Pengatur sesut pengeringan

17. Blu fngle sfety equid ment

B. Ruang Non β-Lactam

Di ruang Non β-Lactam ini terdapat beberapa ruang dan alat-alat yang

digunakan, diantaranya :

1. Ruang antara

2. Ruang Cetak Kapsul

59
Alat yang digunakan adalah Kwang Dan (KDF-6) th. 2006. Alat ini dapat

mencetak kapsul sebanyak 25.000 kapsul perjam.

3. Ruang Cetak Tablet

Alat yang digunakan adalah CADMACH CMB 4-35 th. 2001. Alat ini

dapat mencetak tablet sebanyak 70.000 tablet perjam

4. Ruang Cetak Kaplet

Alat yang digunakan adalah CADMACH CMB4-D-27 th. 2002. Alat ini

dapat mencetak sebanyak 60.000 kaplet perjam

5. Ruang Karantina Salut

Ruang ini digunakan sebagai tempat pendinginan.

6. Ruang Uji

Yaitu : uji kekerasan, uji keseragaman bobot, uji ketebalan untuk tablet.

Sedangkan pada kapsul hanya di uji keseragaman bobotnya saja.

7. Ruang karantina rapuh produksi siap kermas primer

8. Ruang penghancur tablet (alat : multinoug)

9. Mesin pengering granul : jaw-chun/FBD – 120 kapasitas 120/kg th. 2003

10. Ruang pencampuran semi basah

Alat : super mixer. Jika bahan kering ditambahkan mucilage

11. Ruang Oven

Terdapat 2, yaitu lemari pengering granul kapasitas 500 kg th. 2006 dan

mesin ayak granul dengan kapasitas 50 kg/jam th. 2000

12. Ruang simpan alat

13. Ruang cuci alat

60
14. Mesin isi sirup

Alat : jicceng jc-Fm dengan kapasitas 2500 botol/jam

15. Ruang penimbangan

a. R. strif IV → mesin stripping hipack/upd VII dengan kapasitas

3000/jam

b. R. strif III → mesin stripping narong/nrt-25 dengan kapasitas

20.000/jam 6-7 m

c. R. Strif II → mesin stripping chen tai/ capm-A dengan kapasitas

25.000/jam

d. R. Strif → mesin stripping chan tai/ ctapm-B dengan kapasitas

30.000/am

16. Ruang Staging: tempat bahan yang sudah di timbang

Ruang Beta-laktam adalah golongan antibiotik yang memiliki kesamaan

komponen struktur berupa adanya cincin beta-laktam dan umumnya digunakan

untuk mengatasi infeksi bakteri. Terdapat sekitar ± 56 macam antibiotik beta-

laktam.

4.3 UPT Materia Medika

Materia medika Batu merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) dari

dinas kesehatan provinsi jawa timur yang berlokasi di kota batu. Tugas pokok Balai

Materia Medika (BMM) adalah penyuluhan dan pengelolaan tanaman obat meliputi

tanaman obat tradisional dan tanaman obat yang mengandung bahan baku obat.

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di industri Materia Medika,

rangkaian kegiatan yang dilakukan diawali dengan sambutan dari pihak Materia

61
Medika. Dalam sambutan ini, pihak Materia Medika memberikan perhatian yang

besar terhadap kunjungan dari Akademi Farmasi Universitas Negeri Gorontalo begitu

pula dengan pihak dari Akademi Farmasi Universitas Negeri Gorontalo yang sangat

antusias mengunjungi lahan industri ini. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan

materi dari pihak Materia Medika tentang sejarah, visi dan misi, serta cara pembuatan

jamu instan temulawak yang diakhiri dengan diskusi dan sesi tanya jawab.

Pembuatan jamu Jamu instan


instan temulawak temulawak

Setelah itu dilanjutkan dengan kunjungan dan pengenalan tanaman obat yang

ada di materia medika beserta khasiatnya. Adapun beberapa Tanaman obat yang ada di

materia medika beserta khasiatnya :

Kumis Kucing

Kumis kucing merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Kumis

kucing dapat digunakan untuk mengobati kencing batu, infeksi kandung kemih

mencegah pengendapan batu ginjal, memperlancar pengeluaran air seni, rematik,

62
encok, masuk angin, diabetes syphilis dan hipertensi. Karena berkhasiat dan bunganya

yang cantik, maka sekarang banyak orang menanam kumis kucing sebagai obat

sekaligus sebagai tanaman hias. Bagian yang dimanfaatkan dari tanaman ini berupa

daun dan bagian batang mudanya. Kandungan ortosifonin dan garam kalium

merupakan komponen utama yang membantu larutnya asam urat, fosfat dan oksalat

dalam tubuh manusia, terutama dalam kandung kemih, empedu maupun ginjal

sehingga dapat mencegah terjadinya endapan pada kandung kemih, empedu dan

ginjal. Kandungan saponin dan tanin di daunnya juga dapat mengobati

keputihan (Herold, 2007).

Andong Merah

Andong merah memiliki kandungan kimia Steroida; Saponin; Polisakarida

yang berkhasiat untuk Hemostatik Antibengkak. Bagian yang diman faatkan untuk

obat berupa daunnya. Tanaman itu digunakan sebagai obat herbal untuk TBC paru

dengan batuk darah, wasir berdarah, nyeri lambung, ulu hati, air kemih berdarah.

Andong merah juga dapat meredakan nyeri haid yang berlebih. Andong merah

merupakan produk komoditas yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dan banyak

dicari pasar, selain karena berkhasiat untuk mengobati berbagai jenis penyakit,

tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang diminati oleh masyarakat

(Anissa, 2015).

63
Jahe Merah

Jahe merah mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan jenis

lainnya terutama jika ditinjau dari segi kandungan senyawa kimia dalam rimpangnya.

Di dalam rimpang jahe merah terkandung zat gingerol, fenol, oleoresin, dan minyak

atsiri yang tinggi, sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat. Jahe

banyak digunakan dalam ramuan obat tradisional yang berfungsi sebagai obat

pencernaan dan perut kembung, sakit kepala, kerongkongan, mulas dan batuk kering

(Rukmana, 2001).

4.4 PT. Victoria Care (Herborist)

PT. Victoria Care Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT. Suka

Sukses Sejati yang berlokasi di Jakarta. Perusahaan ini merupakan badan usaha

yang berbentuk Perseroan Terbatas dan bergerak di bidang produksi kosmetik,

perlengkapan mandi dan perawatan kesehatan.Sejak berdiri pada tahun 2007 PT.

Victoria Care Indonesia telah mengantongi sertifikat Good Macufacturing Practis

(GMP) atau Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari BPOM.

Omah Herborist menjadi pilihan tempat kunjungan industri karena

pertimbangan relevan dengan kompetensi yang dipelajari di Tata Kecantikan.

Produk kosmetika yang digunakan dalam pembelajaran praktik dipelajari secara

detail dalam mata kuliah Teknologi Kosmetika, baik kosmetika rambut maupun

64
kosmetika kulit. Kunjungan industri di “Omah Herborist” adalah sebagai salah

satu inovasi pembelajaran mengenal produk secara langsung baik dalam

pembuatan, sampai dengan penggunaan.

Di “Omah Herborist” menjadi destinasi wisata menikmati kekayaan akan

tanaman herbal asli Indonesia dalam bentuk industri herbal di sebuah pabrik

kosmetik. Berlokasi di Kawasan Industri Kabupaten Tabanan, Bali. Kunjungan

berupa konsep edutrip mengelilingi pabrik, melihat proses produksi, packaging

sampai olahan produk jadi. Sebelumnya akan dibekali dengan pakaian khusus

yang steril mulai dari baju, masker, tutup kepala, dan pelindung alas kaki karena

di dalam pabrik harus bersih dan tidak boleh memegang piranti dan produk di

dalam pabrik. Selanjutnya memasuki ruangan untuk menerima penjelasan dan

demo produk. Kenudian masuk area sebuah mini theatre. disini akan disuguhkan

film pendek tentang tanaman herbal asli serta video mengenai beberapa bagian

dari pabrik Oemah Herborist yang memiliki keindahan alam. Sesi diakhir

perjalanan akan kembali diajak mengenali produk olahan Omah Herborist seperti

sabun sirih, minyak zaitun, sun block, scrub, parfum, lulur, dan lain-lain. Karena

disitu pengunjung bisa berbelanja sesuai keinginan dan kebutuhan.

65
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) secara singkat dapat

didefinisikan suatu ketentuan bagi industri farmasi yang dibuat untuk

memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan yang

ditetapkan dan tujuan penggunaannya. Pedoman CPOB disusun sebagai

petunjuk dan contoh bagi industri farmasi dalam menerapkan cara

pembuatan obat yang baik untuk seluruh aspek dan rangkaian proses

pembuatan obat. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu.

2. Sejarah industri farmasi dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan

cara menambahkan dua atom ekstra karbon dam lima atom ekstra

hidrokarbon kedalam sari pati kulit kayu willow. Hasil penemuannya ini

dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnya menyebabkan lahirnya

perusahaan industri farmasi modern didunia, yaitu Bayer. Selanjutnya,

perkembangan (R&D) pasca perang dunia I. Kemudian, pada perang dunia

II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara masal seperti obat

TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi secara antipsikotika. Sejak itulah,

dunia farmasi (Industri & pendidikannya) terus berkembang dengan

didukung oleh berbagai penemuan dibidang lain, misalnya penggunaan

66
bioteknologi. Sekolah-sekolah farmasi saat ini hampir dijumpai diseluruh

dunia.

3. Cara pembuatan obat harus mengikuti pedoman CPOB, peralatan ang

digunakan antara lain, super blender/mixer: berfungsi untuk mencampur

bahan-bahan obat agar homogem, mesin ini bnyak digunakan di industri

farmasi untuk proses pencampuran dan granulasi basah atau kering. Ultra

turrax mixer: alat atau mesin yang digunaka untuk mengaduk atau

mencampur produk cairan baik bentuk larutan, suspensi, atau emulsi.

Mesin indocota coating film: sebuah mesin yag diciptakan dengan

menggunaka teknologi mutakhir yang berfungsi untuk pelapisan tablet

dengan spray gun. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat

hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang

memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat

yang dihasilkan dapat terjamin, seragam dari bets ke bets, dan

memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah

kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang

umumnya berdampak buruk pada mutu produk.

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan

sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin

kualitas dan keamanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai

dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud

meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,

kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi dan

67
perbekalan kesehatan. Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi,

sanitasi temperatur sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk

menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Metode penyimpanan

dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan

farmasi dan perbekalan kesehatan dan disusun secara alfabetis dengan

menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO), First In First Out

(FIFO) atau Last In First Out (LIFO) disertai sistem informasi manajemen.

Penyimpanan sediaan Farmasi dan perbekalan kesehatan, yang penampilan

dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike/NORUM

(Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) tidak ditempatkan berdekatan dan harus

diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan

pengambilan Obat.

5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman yang telah di dapat melalui PKL, mahasiswa

memiliki saran – saran bagi semua pihak yang berguna agar kegiatan praktik kerja

lapangan ini dapat berjalan lebih baik lagi dikemudian hari.

Berikut adalah saran – saran dari mahasiswa :

1. Bagi Mahasiswa

a. Mempersiapkan diri dari segi akademik serta keterampilan agar selama

PKL dapat mencari informasi sebanyak – banyaknya.

b. Memanfaatkan ilmu yang di dapatkan selama PKL berlangsung.

c. Mahasiswa dapat bersosialisasi dengan karyawan di perusahaan tempat

mahasiswa melaksanakan PKL.

68
d. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab dan

disiplin tinggi.

2. Bagi Program Studi

a. Memberikan kartu identitas untuk tiap mahasiswa PKL agar dapat

dikenali oleh karyawan perusahaan saat melakukan kegiatan PKL.

b. Menjalin hubungan baik antara kampus dengan perusahaan agar

nantinya dapat diterima PKL kembali.

69
70

Anda mungkin juga menyukai