Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KEBUDAYAAN SUMATERA”
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebudayaan Nusantara
Dosen pengampuh :
Achmad Zurohman, M.Pd

Disusun oleh :
Guntur Hermanto
Robitut Dinil Matin
Hasbullahul m.
Ulfa Laili

PROGRAM STUDI TADRIS IPS


FAKULTAS TADRIS UMUM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah yang berjudul “Kebudayaan Sumatera” ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Dan terimakasih juga kepada Achmad Zurohman, M.Pd selaku dosen pengampuh kami,
yang telah membimbing. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun

Kraksaan, 19 Desember 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Sumatera......................................................................................6
B. Unsur-Unsur Kebudayaan Sumatera.........................................................6
C. Cara Melestarikan Kebudayaan Sumatera................................................9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku-suku atau kebudayaan-
kebudayaan besar yang mempunyai ciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah
diantaranya Aceh, Batak, Minangkabau, dan Melayu. Kehidupan masyarakat merupakan
realitas kompleks yang dibentuk oleh berbagai unsur. Diantaranya agama, politik,
ekonomi hingga lingkungan ekologis tertentu. Yang kesemuanya diatur dalam
seperangkat aturan dan norma, yang dimiliki bersama oleh para anggota, dianggap layak
dan dapat diterima. Unsur-unsur kehidupan yang ada dalam masyarakat, sangat
berpengaruh dalam membentuk perilaku individu.
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-
kemampuan yang didapat pada seseorang sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya, sistem budaya, system sosial, dan
kebudayaan fisik. Nilai-nilai Budaya istilah ini merujuk kepada penyebutan unsur-unsur
kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur yang lain. Nilai-nilai kebudayaan
yaitu gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar
diubah. Gagasan inilah yang kemudian menghasilkan berbagai benda yang diciptakan
oleh manusia berdasarkan nilainilai, pikiran, dan tingkah laku nya. Sistem Budaya dalam
wujud ini, kebudayaan bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami.
Kebudayaan dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem tertentu. Sistem
sosial merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan wujud
tingkahlaku manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini
bersifat konkret sehingga dapat diabadikan. Kebudayaan fisik ini merupakan wujud
terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya bangunan megah seperti candi Borobudur,
benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer, piring, gelas, qkancing baju dan
lain-lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sejarah Sumatera?
2. Bagaimana Unsur-Unsur Kebudayaan Sumatera?
3. Bagaimana Cara Melestarikan Kebudayaan Sumatera?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Sejarah Sumatera.
2. Untuk Mengetahui Unsur-Unsur Kebudayaan Sumatera.
3. Untuk Mengetahui Cara Melestarikan Kebudayaan Sumatera.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH SUMATERA
Asal nama Sumatera berawal dari keberadaaan Kerajaan Samudera (terletak di
pesisir timur Aceh). Diawali dengan kunjungan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke
negeri tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan
kemudian menjadi Sumatra atau Sumatera, selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-
peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian
dikenal meluas sampai sekarang.

Nama asli Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-
cerita rakyat, adalah “Pulau Emas”. Istilah Pulau Ameh (bahasa Minangkabau, berarti
pulau emas) kita jumpai dalam cerita Cindua Mato dari Minangkabau. Dalam cerita
rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatera. Seorang
musafir dari Cina yang bernama I-tsing (634-713), yang bertahun-tahun menetap di
Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-
chou yang berarti “negeri emas”.

Dalam berbagai prasasti, Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta dengan istilah:
Suwarnadwipa (“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama-nama ini
sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang
termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk
Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta,
istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa.

B. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN SUMATERA


Sumatera adalah pulau ke-6 terbesar di dunia yang terletak di Indonesia dengan luas
473.481 km². Penduduk pulau ini sekitar 52.210.926. Secara umum, pulau Sumatera
didiami oleh bangsa Melayu, yang terbagi ke dalam beberapa suku. Suku-suku besar
ialah Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau, Basemah, Rejang, Ogan, Komering, dan
Lampung. Di wilayah pesisir timur Sumatera dan di beberapa kota-kota besar seperti
Medan, Batam, Palembang, Pekanbaru, dan Bandar Lampung, banyak bermukim etnis
Tionghoa.

1. Bahasa yang digunakan


Sumatera memiliki berbagai bahasa, yaitu : Bahasa Aceh, Bahasa Bangka,
Bahasa Alas-Kluet, Bahasa Batak Angkola, Bahasa Batak Mandailing, Bahasa
Batak Simalungun, Bahasa Batak Toba, Bahasa Col, Bahasa Dairi, Bahasa
Duano, Bahasa Enggano, Bahasa Gayo, Bahasa Haji, Bahasa Kaur, Bahasa Karo,
Bahasa Kerinci, Bahasa Komering, Bahasa Kubu, Bahasa Lampung Api, Bahasa
Lampung Nyo, Bahasa Lampung Nyo, Bahasa Loncong, Bahasa Lubu, Bahasa
Melayu, Bahasa Melayu Tengah, Bahasa Melayu Jambi, Bahasa Mentawai,
Bahasa Minangkabau, Bahasa Musi, Bahasa Nias, Bahasa Ocu, Bahasa Pekal,
Bahasa Rejang, Bahasa Sikule, Bahasa Simeulue, Bahasa Serawai.

2. Kepercayaan/Mitos
Mitos merupakan nasehat yang diberikan tetua terdahulu yang tidak bisa
diterima secara logika. Akan tetapi, mitos data dijadikan sebagai media untuk
pendidikan dan kebaikan. Misalnya seperti yang dilakukan masyarakat
Minangkabau di nagari Singkarak terhadapa ibu hamil.
Mitos kehamilan yang ada di nagari Singkarak mencerminkan bahwa masyarakat
di sana memiliki perhatian yang besar terhadap ibu hamil sehingga berbagai mitos
ada untuk membatasi aktivitas yang bisa berakibat buruk terhadap kandungan
maupun si ibu tersendiri.
3. Adat istiadat
a. Tradisi Mangongkal Holi – Sumatera Utara
Mangongkal Holi adalah salah satu tradisi Batak yang masih dilestarikan oleh
sebagian etnis Batak sampai saat ini. “Mangongkal” dalam bahasa Indonesia
artinya menggali, sedangkan “Holi” artinya tulang, sehingga mangongkal holi
adalah menggali tulang – dalam hal ini menggali kuburan manusia untuk
memindahkan tulang orang yang sudah lama meninggal dunia ke kuburan baru.
b. Tradisi Upacara Belian
Upacara Belian ini adalah upacara untuk tolak bala, yang pada umumnya
ditujukan untuk 4 hal, yaitu mengobati orang sakit, membantu orang hamil yang
ditengarai sulit melahirkan, mengobati kemantan dan menolak wabah penyakit.
c. Tabuik – Sumatera Barat
Upacara Tabot atau Tabuik adalah tradisi masyarakat di Bengkulu dan di pantai
barat Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini
digelar di hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dalam kalender
Islam untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad, Husein.

4. Mata Pencaharian
a. Perikanan
Potensi budidaya ikan air tawar yang sangat tinggi di Sumatra Utara terlihat dari
banyaknya lahan yang tersedia yang merupakan potensi yang cerah bagi
keberlangsungan budidaya perikanan jenis air tawar.
Ketersediaan lahan tersebut semakin potensial karena didukung lagi dengan
cukup tingginya antusias masyarakat untuk membudidayakan ikan air tawar
ketimbang jenis ikan lainnya seperti payau dan laut.

b. Industri
Pulau Sumatera sebagai pusat industri berbasis agro dan batubara. Guna
mendukung pengembangan kawasan industri tersebut, pemerintah tengah
merencanakan untuk membangun jalur kereta api untuk menunjang kegiatan
distribusi..
5. Pengetahuan
Sistem pengetahuan di Sumatera dapat dilihat pada peramuan obat-obat
tradisonalnya. Namun, peramuan obat ini hanya dapat dilakukan oleh beberapa
orang saja, peramu obat di Sumatera sering disebut dengan dukun. Dukun
memiliki keterampilan meramu berdasar pada warisan turun menurun.
Beberapa obat tradisional di Sumatera:
• Kunyit bolai
• Jariangau
• Kacang tujuh
6. Kesenian
a. Seni Musik
1. Musik Nusantara Daerah Aceh
Jenis alat musik yang digunakan sebagian berbentuk rebana dengan berbagai
ukuran, diantaranya canangtring, rebana, gambus, marwas, harubab, gendang
serta seruling. Fungsi alat musik seruling sebagai melodi lagu, sedangkan alat
musik yang lain sebagai ritmis lagu.
Lagu dari Aceh contohnya, Piso Surit dan Bungong Jeumpa. Bahasa yang
digunakan, yaitu bahasa Aceh, Alas, dan Gayo.
2. Musik Nusantara Daerah Sumatera Utara
Musik daerah Sumatera Utara banyak dipengaruhi oleh music gereja. Musik
daerah ini ada dua macam.
• Tata Ganing
Alat music ini menggunakan tangga nada diatonis. Alat music yang digunakan
adalah : gerantung, Tanggelong, Suling, Gong, Arbab, Hasapi, Hapetan, dan
Kulcapi. Lagu-lagu yang terkenal diantaranya, Anju Au, Butet, Dago Inang Sage,
Liso, Madedek Magambiri, Mariam Tomong, Rambadia, Sengko-sengko,
Sinanggar Tulo, Sing Sing So, dan Setara Tilo.
• Gondang
Adalah music berbentuk ensambel gendang yang merupakan ciri daerah ini. Alat
musik yang digunakan adalah : Sembilan buah gendang besar (gondang) yang
memiliki perbedaan ukuran, sekelompok gong berukuran kecil sampai dengan
ukuran besar, dan sepasang simbal.
3. Musik Nusantara Daerah Nias
Musik daerah Nias terdiri atas empat atau tiga nada dalam satu oktaf. Jenis alat
musiknya adalah :
Gong dengan berbagai ukuran. Gong ukuran besar disebut gong, dan yang kecil
disebut faritia atau saraina.
Lagiya (semacam rebab)
Koko (semacam celempung atau kecapi)
Gendang yang panjangnya 3 meter dengan nama tamburu, gendera, cucu, fodrahi,
dan tabunara.
Garfutala adalah bambu yang disebut drudirana.
Suling yang disebut dengan istilah sigu mbawa atau surune mbawa.
b. Seni Patung
Patung Dewi Kwan Im
Patung ini berada di Sumatera Utara khususnya di Medan. Patung ini berlokasi di
Vihara Avalokitesvara. Patung ini memiliki tinggi 22,8 meter.
c. Seni Film
Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Barat banyak menyimpan cerita-cerita, baik
cerita rakyat maupun cerita roman dan fiksi. Beberapa cerita bahkan pernah
diangkat menjadi film, diantaranya : Malin Kundang, Siti Nurbaya, Di Bawah
Lindungan Ka’Bah, dan lain-lain.
7. Agama/Religi
Penduduk Sumatera mayoritas beragama islam dan sebagian kecil penduduk
merupakan penganut ajaran Kristen Protestan, terutama diwilayah Tapanuli, dan
Toba-Samosir, Sumatera Utara. Di wlayah perkotaan, seperti Medan, Pekan Baru,
Batam, Pangkal Pinang, Palembang, dan Bandar Lampung dijumpai beberapa
penganut agama Buddha.
C. CARA MELESTARIKAN KEBUDAYAAN SUMATERA
Seni budaya tradisional merupakan warisan leluhur kita yang perlu di jaga dan di
lestarikan.Kebudayaan diwariskan dari generasi – ke generasi dan terbentuk dari banyak
unsur yang rumit yang tak terpisahkan dari diri manusia, sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang – orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan
tersebut, membutikan bahwa budaya perlu di jaga dan dilestarikan. Pelestarian budaya
dapat dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural,
mengenal budaya sendiri dan membuat suatu informasi mengenai budaya yang dapat
difungsionalisasi kedalam banyak bentuk, agar para generasi muda dapat mengetahui
tentang kebudayaannya sendiri, selain itu kita dapat mengantisipasi pencurian budaya
yang dilakukan oleh negara – negara lain, namun penyakit yang dialami masnyarakat
pada saat ini adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap kebudayaannya sendiri. Kita
lebih bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya
kita sebagai orang timur. Budaya daerah banyak yang hilang dikikis zaman, dikarenakan
kita sendiri yang tidak mau menjaga dan melestarikannya. Alhasil kita baru bersuara
ketika negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Daerah Sumatera memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk
adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri atas beberapa
suku. Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat-istiadat, tari
daerah, budaya dan juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini
sangat mendukung dalam pariwisata di Sumater. Walaupun begitu banyak etnis budaya di
Sumatera tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis
dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau dilihat dari
berbagai daerah bahwa hanya Sumatera yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis
yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah Sumatera.
DAFTAR PUSTAKA

Dava. 2020. Unsur Kebudayaan Universal Pulau Sumatera. (diakses pada tanggal 19 Desember
2021). https://90blogpedia.blogspot.com/2020/03/unsur-kebudayaan-universal-pulau.html?
m=1
https://indonesiakitakaya.wordpress.com/pulau-sumatra/sejarah-pulau-sumatra/(di akses pada
tanggal 19 Desember 2021)
http://reporter.uki.ac.id/pelestarian-arsitektur-tradisional-seni-budaya-sumatera-utara/(diakses
pada tanggal 19 Desember 2021).
https://www.google.com/amp/s/www.shopback.co.id/katashopback/5-tradisi-sumatra-unik-yang-
bikin-indonesia-kaya/amp (diakses pada tanggal 19 Desember 2021).
Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sofia Marwati, Ike Revita 2019 Filosofi dalam Mitos Kehamilan Perempuan Minangkabau,
Prodi Linguistik Pascasarjana Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai