“KEBUDAYAAN SUMATERA”
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebudayaan Nusantara
Dosen pengampuh :
Achmad Zurohman, M.Pd
Disusun oleh :
Guntur Hermanto
Robitut Dinil Matin
Hasbullahul m.
Ulfa Laili
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah yang berjudul “Kebudayaan Sumatera” ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.
Dan terimakasih juga kepada Achmad Zurohman, M.Pd selaku dosen pengampuh kami,
yang telah membimbing. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun
Nama asli Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-
cerita rakyat, adalah “Pulau Emas”. Istilah Pulau Ameh (bahasa Minangkabau, berarti
pulau emas) kita jumpai dalam cerita Cindua Mato dari Minangkabau. Dalam cerita
rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatera. Seorang
musafir dari Cina yang bernama I-tsing (634-713), yang bertahun-tahun menetap di
Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-
chou yang berarti “negeri emas”.
Dalam berbagai prasasti, Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta dengan istilah:
Suwarnadwipa (“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama-nama ini
sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang
termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk
Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta,
istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa.
2. Kepercayaan/Mitos
Mitos merupakan nasehat yang diberikan tetua terdahulu yang tidak bisa
diterima secara logika. Akan tetapi, mitos data dijadikan sebagai media untuk
pendidikan dan kebaikan. Misalnya seperti yang dilakukan masyarakat
Minangkabau di nagari Singkarak terhadapa ibu hamil.
Mitos kehamilan yang ada di nagari Singkarak mencerminkan bahwa masyarakat
di sana memiliki perhatian yang besar terhadap ibu hamil sehingga berbagai mitos
ada untuk membatasi aktivitas yang bisa berakibat buruk terhadap kandungan
maupun si ibu tersendiri.
3. Adat istiadat
a. Tradisi Mangongkal Holi – Sumatera Utara
Mangongkal Holi adalah salah satu tradisi Batak yang masih dilestarikan oleh
sebagian etnis Batak sampai saat ini. “Mangongkal” dalam bahasa Indonesia
artinya menggali, sedangkan “Holi” artinya tulang, sehingga mangongkal holi
adalah menggali tulang – dalam hal ini menggali kuburan manusia untuk
memindahkan tulang orang yang sudah lama meninggal dunia ke kuburan baru.
b. Tradisi Upacara Belian
Upacara Belian ini adalah upacara untuk tolak bala, yang pada umumnya
ditujukan untuk 4 hal, yaitu mengobati orang sakit, membantu orang hamil yang
ditengarai sulit melahirkan, mengobati kemantan dan menolak wabah penyakit.
c. Tabuik – Sumatera Barat
Upacara Tabot atau Tabuik adalah tradisi masyarakat di Bengkulu dan di pantai
barat Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini
digelar di hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dalam kalender
Islam untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad, Husein.
4. Mata Pencaharian
a. Perikanan
Potensi budidaya ikan air tawar yang sangat tinggi di Sumatra Utara terlihat dari
banyaknya lahan yang tersedia yang merupakan potensi yang cerah bagi
keberlangsungan budidaya perikanan jenis air tawar.
Ketersediaan lahan tersebut semakin potensial karena didukung lagi dengan
cukup tingginya antusias masyarakat untuk membudidayakan ikan air tawar
ketimbang jenis ikan lainnya seperti payau dan laut.
b. Industri
Pulau Sumatera sebagai pusat industri berbasis agro dan batubara. Guna
mendukung pengembangan kawasan industri tersebut, pemerintah tengah
merencanakan untuk membangun jalur kereta api untuk menunjang kegiatan
distribusi..
5. Pengetahuan
Sistem pengetahuan di Sumatera dapat dilihat pada peramuan obat-obat
tradisonalnya. Namun, peramuan obat ini hanya dapat dilakukan oleh beberapa
orang saja, peramu obat di Sumatera sering disebut dengan dukun. Dukun
memiliki keterampilan meramu berdasar pada warisan turun menurun.
Beberapa obat tradisional di Sumatera:
• Kunyit bolai
• Jariangau
• Kacang tujuh
6. Kesenian
a. Seni Musik
1. Musik Nusantara Daerah Aceh
Jenis alat musik yang digunakan sebagian berbentuk rebana dengan berbagai
ukuran, diantaranya canangtring, rebana, gambus, marwas, harubab, gendang
serta seruling. Fungsi alat musik seruling sebagai melodi lagu, sedangkan alat
musik yang lain sebagai ritmis lagu.
Lagu dari Aceh contohnya, Piso Surit dan Bungong Jeumpa. Bahasa yang
digunakan, yaitu bahasa Aceh, Alas, dan Gayo.
2. Musik Nusantara Daerah Sumatera Utara
Musik daerah Sumatera Utara banyak dipengaruhi oleh music gereja. Musik
daerah ini ada dua macam.
• Tata Ganing
Alat music ini menggunakan tangga nada diatonis. Alat music yang digunakan
adalah : gerantung, Tanggelong, Suling, Gong, Arbab, Hasapi, Hapetan, dan
Kulcapi. Lagu-lagu yang terkenal diantaranya, Anju Au, Butet, Dago Inang Sage,
Liso, Madedek Magambiri, Mariam Tomong, Rambadia, Sengko-sengko,
Sinanggar Tulo, Sing Sing So, dan Setara Tilo.
• Gondang
Adalah music berbentuk ensambel gendang yang merupakan ciri daerah ini. Alat
musik yang digunakan adalah : Sembilan buah gendang besar (gondang) yang
memiliki perbedaan ukuran, sekelompok gong berukuran kecil sampai dengan
ukuran besar, dan sepasang simbal.
3. Musik Nusantara Daerah Nias
Musik daerah Nias terdiri atas empat atau tiga nada dalam satu oktaf. Jenis alat
musiknya adalah :
Gong dengan berbagai ukuran. Gong ukuran besar disebut gong, dan yang kecil
disebut faritia atau saraina.
Lagiya (semacam rebab)
Koko (semacam celempung atau kecapi)
Gendang yang panjangnya 3 meter dengan nama tamburu, gendera, cucu, fodrahi,
dan tabunara.
Garfutala adalah bambu yang disebut drudirana.
Suling yang disebut dengan istilah sigu mbawa atau surune mbawa.
b. Seni Patung
Patung Dewi Kwan Im
Patung ini berada di Sumatera Utara khususnya di Medan. Patung ini berlokasi di
Vihara Avalokitesvara. Patung ini memiliki tinggi 22,8 meter.
c. Seni Film
Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Barat banyak menyimpan cerita-cerita, baik
cerita rakyat maupun cerita roman dan fiksi. Beberapa cerita bahkan pernah
diangkat menjadi film, diantaranya : Malin Kundang, Siti Nurbaya, Di Bawah
Lindungan Ka’Bah, dan lain-lain.
7. Agama/Religi
Penduduk Sumatera mayoritas beragama islam dan sebagian kecil penduduk
merupakan penganut ajaran Kristen Protestan, terutama diwilayah Tapanuli, dan
Toba-Samosir, Sumatera Utara. Di wlayah perkotaan, seperti Medan, Pekan Baru,
Batam, Pangkal Pinang, Palembang, dan Bandar Lampung dijumpai beberapa
penganut agama Buddha.
C. CARA MELESTARIKAN KEBUDAYAAN SUMATERA
Seni budaya tradisional merupakan warisan leluhur kita yang perlu di jaga dan di
lestarikan.Kebudayaan diwariskan dari generasi – ke generasi dan terbentuk dari banyak
unsur yang rumit yang tak terpisahkan dari diri manusia, sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang – orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan
tersebut, membutikan bahwa budaya perlu di jaga dan dilestarikan. Pelestarian budaya
dapat dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural,
mengenal budaya sendiri dan membuat suatu informasi mengenai budaya yang dapat
difungsionalisasi kedalam banyak bentuk, agar para generasi muda dapat mengetahui
tentang kebudayaannya sendiri, selain itu kita dapat mengantisipasi pencurian budaya
yang dilakukan oleh negara – negara lain, namun penyakit yang dialami masnyarakat
pada saat ini adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap kebudayaannya sendiri. Kita
lebih bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya
kita sebagai orang timur. Budaya daerah banyak yang hilang dikikis zaman, dikarenakan
kita sendiri yang tidak mau menjaga dan melestarikannya. Alhasil kita baru bersuara
ketika negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Daerah Sumatera memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk
adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri atas beberapa
suku. Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat-istiadat, tari
daerah, budaya dan juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini
sangat mendukung dalam pariwisata di Sumater. Walaupun begitu banyak etnis budaya di
Sumatera tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis
dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau dilihat dari
berbagai daerah bahwa hanya Sumatera yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis
yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah Sumatera.
DAFTAR PUSTAKA
Dava. 2020. Unsur Kebudayaan Universal Pulau Sumatera. (diakses pada tanggal 19 Desember
2021). https://90blogpedia.blogspot.com/2020/03/unsur-kebudayaan-universal-pulau.html?
m=1
https://indonesiakitakaya.wordpress.com/pulau-sumatra/sejarah-pulau-sumatra/(di akses pada
tanggal 19 Desember 2021)
http://reporter.uki.ac.id/pelestarian-arsitektur-tradisional-seni-budaya-sumatera-utara/(diakses
pada tanggal 19 Desember 2021).
https://www.google.com/amp/s/www.shopback.co.id/katashopback/5-tradisi-sumatra-unik-yang-
bikin-indonesia-kaya/amp (diakses pada tanggal 19 Desember 2021).
Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sofia Marwati, Ike Revita 2019 Filosofi dalam Mitos Kehamilan Perempuan Minangkabau,
Prodi Linguistik Pascasarjana Universitas Andalas.