Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN FINAL VII-1

RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

BAB VII
Keterpadauan Strategi
Pengembangan KabupatenGowa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan kawasan Perkotaan
Metropolitan Mamminasata sebagai Pusat Kegiatan Nasional, dalam hal ini
wilayah-wilayah Kabupaten Gowa yang termasuk dalam kawasan Metropolitan
Mamminasata merupakan pusat perkotaan yang memiliki kepentingan dalam
skala nasional. Disamping itu, Perda Nomor 09 Tahun 2009 tentang RTRW
Provinsi Sulawesi Selatan menetapkan Mamminasata termasuk Kota
Sungguminasa, Kawasan Taman Wisata Alam Malino,seluruh kawasan hutan
lindung, dan Taman Miniatur Sulawesi Selatan di Situs Kerajaan Gowa Benteng
Sombaopu serta Kawasan Lumbung Beras dan Jagung di Sulsel sebagai salah
satu kawasan strategis di Provinsi Sulawesi Selatan. Walaupun demikian, dalam
konteks wilayah Kabupaten Gowa tetap dilakukan kajian secara spesifik kawasan-
kawasan strategis wilayah Kabupaten Gowa.
Kawasan Strategis Kabupaten Gowa yang dimaksud adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa.


a. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana


kawasan strategis kabupaten yang layak ditetapkan dalam RTRW Kabupaten
diarahkan pada:
LAPORAN FINAL VII-2
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

1. Kawasan Perdagangan Pasar Regional Gowa


Kawasan perdagangan regional yang berada di Kabupaten Gowa memiliki
nilai strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa.
Kawasan ini direncanakan akan melayani aktifitas perdagangan di
Kabupaten Gowa dan wilayah sekitarnya dalam konteks Kawasan
Metropolitan Mamminasata.

2. Kawasan Baru Gowa-Maros


Kota Baru Gowa-Maros merupakan salah satu kota satelit Metropolitan
Mamminasata. Secara administrasi kawasan perkotaan tersebut secara
administrasi berada pada dua wilayah administrasi (perbatasan Kabupaten
Gowa dan Kabupaten Maros). Namun demikian, secara spasial, rencana
system landuse kawasan perkotaan tersebut menempatkan fungsi-fungsi
perkotaan strategis seperti terminal tipe A dan kawasan perdagangan
Mamminasata berada di wilayah Kabupaten Gowa. Disamping itu, rencana
kota baru Gowa-Maros tersebut akan berfungsi sebagai penyangga migrasi
penduduk yang masuk ke Kota Makassar, serta menjadi alternative
pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat Kota Makassar.
Berdasarkan hal tersebut, maka Kota Baru Gowa-Maros diarahkan sebagai
salah satu kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Gowa.

3. Kota Satelit Pattallassang dan Parangloe


Fungsi satelit Pattallassang-Parangloe adalah sebagai alternatif upaya untuk
memecahkan dan mengatasi masalah pertumbuhan permukiman tersebar
yang tak terkendali dan kemacetan Kabupaten Gowa dan Metropolitan
Mamminasata. Kota Satelit Pattallassang Parangloe direncanakan dibangun
dan dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan
kemampuannya berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota
fungsional tertentu. Termasuk permukiman yang asri yang dilengkapi dengan
fasilitas yang memadai termasuk lapangan golf bertaraf internasional.
Kota Satelit Pattallassang dalam tipologinya merupakan kota baru
penunjang(supporting new town)yaitukota satelit yang merupakan penunjang
pertumbuhan Kota Sungguminasa dan kawasan Metropolitan Mamminasata.
Berdasarkan fungsi dan peran yang akan diemban Kota Satelit Pattallassang
serta kemungkinan berkembang fasilitas fungsional perkotaan di sektor
ekonomi maka Kota Satelit Pattallassang akan diarahkan menjadi salah satu
kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Gowa.
LAPORAN FINAL VII-3
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

4. Kawasan Industri Gowa (KIWA)

Pengembangan Kawasan Industri Gowa (KIWA) yang berlokasi di


Kecamatan Pattallassang merupakan bagian dari subsistem pengembangan
landuse Kawasan Perkotaan Mamminasata.

Kawasan industri ini terutama diarahkan untuk mengolah barang-barang


setengah jadi dan barang jadi yang berbasis pada industri pengolahan hasil
pertanian tanaman pangan dan holtikultura terutama disebar ke sentra-
sentra produksi komoditas pertanian di Kabupaten Gowa dan wilayah
sekitarnya. Pada KIWA ini juga dikembangkan kawasan Industri daur ulang
(industri persampahan Mamminasata), pengepakan dan industri inovasi
yang akan dikembangkan UNHAS.

Berdasarkan jenis industri yang akan berkembang di KITA tersebut serta


kemungkinan berkembang industri-industri lainnya, maka KIWA akan
diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan
ekonomi di Kabupaten Gowa.

5. Terminal Tipe A Kota Baru Mamminasata

Kawasan terminal regional (Tipe A) yang berlokasi di Kota Baru Gowa-Maros


Kecamatan Pattallassang memiliki nilai strategis dalam mendukung system
transportasi regional dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa. Kawasan
ini direncanakan akan melayani aktifitas trasportasi konteks Kawasan
Metropolitan Mamminasata dan Provinsi Sulawesi Selatan.

6. Pusat Kegiatan Lingkungan promosi (PKLp)

Pusat Kegiatan Lingkungan yang dipromosikan Pemerintah Kabupaten


Gowa meliputi Kawasan Borimatangkasa Ibukota Kecamatan Bajeng
Barat.Kedua PKLp ini memiliki potensi dan prospek untuk dikembangkan
sebagai pusat kegiatan lingkungan yang dapat melayani beberapa wilayah
dalam skala kabupaten.

Untuk mendorong percepatan pembangunan pada kawasan-kawasan yang


dipromosikan sebagai PKL tersebut, maka kawasan ini akan diarahkan
menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di
Kabupaten Gowa.
LAPORAN FINAL VII-4
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

7. Sektor Perkebunan dan Palawija


Untuk pertumbuhan ekonomidalam sektor perkebunan, berdasarkan potensi
dan kesesuaian lahan dan teknokultur masyarakat lokal maka diarahkan
pengembangan beberapa alternatif kawasan budidaya komoditas seperti:
perkebunan kopi, kakao, dan markisa.Kesesuaian untuk varitas sektor
perkebunan ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Gowa
kecuali di kawasan perkotaan. Disamping itu, tanaman palawija (sayur-
sayuran) seperti kentang, wortel, buncis, kol, sawi, sayur-sayuran
b. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya
Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan sosial budaya di
Kabupaten Gowa meliputi; Balla Lompoa, Kuburan syeh Yusuf, Mesjid Tua
Katanggka, Kuburan Sultan Hasanuddin dan Kawasan Pendidikan PKG
sedangkan untuk kawasan Benteng Somba Opu termasuk dalam kawasan
strategis provinsi. Revitalisasi berbagai macam system peninggalan budaya di
Kabupaten Gowa diarahkan untuk menjadi stimulan untuk menumbuh-
kembangkan kembali budaya dan kearifan lokal di Kabupaten Gowa.
Saat ini di Kabupaten Gowa masih tumbuh berkembang tatanan sosial
budaya tradisional yang juga terkenal secara nasional bahkan internasional. Oleh
karena itu, berbagai peninggalan-peninggalan budaya di Kabupaten Gowa akan
tetap dijaga kelestariannya melalui upaya revitalisasi objek-objek peninggalan
serta melestarikan budaya lokal seperti Accera’ Kalompoang, Appalili, Maudu’
Kalompoang, Pa’dekko, Paraga, Pamanca, Pakkarena dan Songka Bala.
c. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pendayagunaan
Sumberdaya Alam Dan Teknologi Tinggi
Untuk kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi di
Kabupaten Gowa, akan diarahkan pada rencana pengembangan listrik tenaga air
(PLTA) Bili-Bili. Pengembangan PLTA ini diharapkan dapat meminimalisasi
persoalan listrik di Kabupaten Gowa, Mamminasata dan Provinsi Sulawesi
Selatan.
d. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya
Dukunglingkungan.
LAPORAN FINAL VII-5
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

Kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten


Gowa yang termasuk dalam kepentingan provinsi antara lain seluruh hutan
lindung dan Taman Wisata Alam Malino. Sedangkan KSK Kabupaten Gowa untuk
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi; Waduk Bili-Bili, Danau
Mawang, Air Terjun Parangloe, Industri Pengelolaan Sampah Regional
Mamminasata, Taman Buruh Biringbulu, Suaka Margasatwa Bungaya dan
Gunung Bawakaraeng.

7.1.
Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Gowa (KSK)
berdasarkan RTRW
KAWASAN STRATEGIS SUDUT LOKASI/BATAS
KABUPATEN GOWA KEPENTINGAN KAWASAN
(1) (2) (3)
Kawasan Perdagangan Pasar Pertumbuhan Kawasan Metropolitan
Regional Gowa Ekonomi Mamminasata
Kawasan Baru Gowa-Maros kota satelit Metropolitan
Mamminasata
Kota Satelit Pattallassang dan Pattallassang Parangloe
Parangloe
Kawasan Industri Gowa (KIWA) Kecamatan Pattallassang
Terminal Tipe A Kota Baru Kota Baru Gowa-Maros
Mamminasata Kecamatan Pattallassang
Pusat Kegiatan Lingkungan Kawasan Borimatangkasa
promosi (PKLp) Ibukota Kecamatan Bajeng
Barat
Sektor Perkebunan dan seluruh wilayah kecamatan
Palawija Kabupaten Gowa
Kawasan strategis untuk Sosial Budaya Balla Lompoa, Kuburan
pengembangan kepentingan syeh Yusuf, Mesjid Tua
sosial budaya Katanggka, Kuburan
Sultan Hasanuddin dan
Kawasan Pendidikan PKG
Kawasan Strategis Sumberdaya Alam Kabupaten Gowa(PLTA)
Kepentingan Pendayagunaan Dan Teknologi Tinggi Bili-Bili
Sumberdaya Alam Dan
Teknologi Tinggi
Kawasan strategis untuk Fungsi Dan Daya Waduk Bili-Bili, Danau
kepentingan lingkungan hidup Dukung Lingkungan Mawang, Air Terjun
Hidup Parangloe, Industri
Pengelolaan Sampah
Regional Mamminasata,
Taman Buruh Biringbulu,
Suaka Margasatwa
Bungaya dan Gunung
Bawakaraeng
LAPORAN FINAL VII-6
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

e. Arahan pengembangan struktur ruang yang meliputi;


Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata
ruang wilayah kabupaten yang dibangun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan
yang berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana
wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi.
Pusat-pusat kegiatan pada wilayah kabupaten merupakan pusat
pertumbuhan wilayah kabupaten, yang dapat terdiri atas; PKN, PKW, PKSN, PKL,
PPK dan PPL yang didukung oleh sistem Sistem jaringan prasarana wilayah
provinsi meliputi sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber
daya air yang mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi pusat-pusat
kegiatan yang ada di wilayah kabupaten.
LAPORAN FINAL VII-7
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten Gowa harus menggambarkan


arahan struktur ruang wilayah nasional dan wilayah provinsi yang ada di wilayah
Kabupaten Gowa. Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Gowa merupakan simpul
pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah
kabupaten, yang terdiri atas:
1. PKN yang berada di wilayah kabupaten;
2. PKL yang berada di wilayah kabupaten;
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa;
dan
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Demikian pula dengan sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten
Gowa meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber
daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan
yang ada di wilayah kabupaten Gowa.
f. Arahan pengembangan Pola ruang yang meliputi;
Berdasarkan pendekatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis maka
ditentukan rencana pola ruang Kabupaten Gowa yang meliputi rencana kawasan
lindung dan kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis kabupaten dan
atau lintas distrik dan atau kota. Kebijakan pengembangan pola ruang ditujukan
untuk mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung
kawasan lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya
secara asri dan lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi
berupa hutan lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang merupakan
Daerah Hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), (ii) konservasi berupa
suaka margasatwa. Selain daripada itu, untuk kepentingan pelestarian warisan
sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan konservasi seperti cagar
budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan sebagai benda purbakala.
Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin
menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung setempat baik ruang
LAPORAN FINAL VII-8
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati, yang
juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau,
baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan
sempadan jalan .Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan
diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang
didukung alam yang asri dan lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan
diarahkan juga dapat terwujud tatanan lingkungan yang swatata dalam
memproduksi dan mengolah daya penentralisiran limbah. Lihat Tabel 7.2.berikut;

Tabel 7.2.
Luas Penggunaan Lahan berdasarkan Rencana Pola Ruang
Kabupaten Gowa
N0. RINCIAN KAWASAN LUAS (HA) %
1 Kaw. Budidaya Agroforestry 13419,43 7,44
2 Kaw. Budidaya Hortikultura 12073,23 6,69
3 Kaw. Budidaya Perikanan 5,89 0,00
4 Kaw. Budidaya Perkebunan 14363,01 7,96
5 Kaw. B..P. Lahan Basah 39357,17 21,81
6 Kaw. B.P. Lahan Kering 17756,36 9,84
7 Kaw. Hutan Lindung 23668,56 13,12
8 Kaw. Hutan Produksi 23102,04 12,80
9 Kaw. H. Produksi Konversi 309,76 0,17
10 Kaw. H. Produksi Terbatas 20543,62 11,38
11 Kaw. Konservasi 3983,77 2,21
12 Kaw. Lindung lainnya 1783,23 0,99
13 Kaw. Perairan 4046,54 2,24
14 Kaw. Permukiman 6054,69 3,36
Total 180467,30 100,00
Sumber: Hasil Analisis Tim, 2009
LAPORAN FINAL VII-9
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

g. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Keciptakaryaan.


Rencana Pengembangan Sistem Drainase dan Limbah
1. Drainase
Prasarana drainase memegang peranan penting di dalam penanggulangan
permasalahan genangan dan banjir di Kabupaten Gowa. Permasalahan genangan
dan banjir berada pada kawasan kota yang mempunyai intensitas kawasan
terbangun cukup tinggi, yang umumnya berada pada jalur jalan utama kota.
Disamping itu juga pada beberapa kawasan pinggiran dan kawasan perdesaan
juga mengalami permasalahan banjir terutama yang memiliki sistem drainase
yang masih buruk dan kondisi topografi yang relatif fluktuatif.Kondisi topografi
yang sangat heterogen merupakan kendala mendasar pengembangan sistem
drainase yang terintegrasi.
LAPORAN FINAL VII-10
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

Saluran drainase berjenjang mulai dari saluran primer berupa saluran alam
yaitu sungai kemudian sekunder sebagai saluran pengumpul sebelum menuju
sungai dan terakhir tersier yang langsung terkait dengan daerah tangkapan
(Cathment Area). Misi pengembangan drainase tidak hanya membuang air larian
secepat-cepatnya tetapi lebih penting dari itu adalah membuang air dalam waktu
yang tepat sesuai dengan kapasitas saluran.
Selain faktor-faktor alam sebagaimana disebutkan sebelumnya, permasalahn
drainase di Kabupaten Gowa adalah dalam penyediaan prasarana yang telah ada.
Saluran-saluran drainase yang ada saat ini sebagian besar fungsi hidrolisnya tidak
memenuhi syarat teknis. Hal ini terlihat dari banyak terjadinya sedimentasi pada
saluran, terjadinya aliran yang diam yang menjadikan munculnya beberapa
genangan. Kondisi saluran drainase sebagian besar kurang terawat, sehingga
terlihat pendangkalan saluran oleh erosi dinding saluran, banyak tumbuhan dan
dijumpainya sampah di saluran drainase.
Program pengembangan saluran juga masih tidak terintegrasi sehingga
penanggulangan daerah genangan di satu tempat hanya mengalihkan genangan
di tempat lain. Pengembangan saluran tersier tidak terkoneksi dengan saluran
sekunder dan primer.
Untuk mencegah terjadinya genangan maka pengembangan sistem drainase
diarahkan secara terintegrasi. Langkah-langkah pengembangan prasarana dapat
dilakukan melalui:
o Penetapan satuan-satuan pembuangan, didasarkan pada daerah tangkapan
masing-masing sungai. DAS tersebut menjadi satuan pembuangan air
limpahan berdasarkan batas DASnya dengan saluran primer masing-masing
sungai.
o Saluran sekunder dibangun melintang terhadap sungai dengan
memperhatikan sub daerah tangkapan. Dimensi masing-masing saluran
mempertimbangkan sub daerah tangkapan air maksimal.
o Saluran tersier dibangun mempertimbangkan penggunaan lahan setempat
Selain pengembangan jaringan prasarana, masih terdapat faktor-faktor lain
di luar sistem drainase yang sangat mempengaruhi kinerja drainase di Kabupaten
Gowa. Beberapa faktor tersebut adalah sedimentasi dan besarnya debit air larian
(run off) permukaan. Sedimentasi terutama terjadi di muara sungai sebagai akhir
LAPORAN FINAL VII-11
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

pembuangan dimana pencampuran antara air tawar dan air payau menyebabkan
sedimentasi terangkut menjadi mengendap. Sedangkan tingginya air larian
disebabkan rendahnya daya serap terutama daerah-daerah yang memiliki tutupan
vegetasi yang kurang.
Dari dua permasalahan tersebut jika ditarik kebelakang maka hanya terdapat
satu sumber masalah yaitu kerusakan di daerah tangkapan air. Kerusakan daerah
tangkapan disebabkan perusakan hutan sehingga air hujan langsung mengalir
tanpa adanya pelindung. Tingginya air larian akan membawa sedimentasi terlarut
semakin besar. Akibatnya air sungai menjadi sangat keruh pada saat terjadi hujan.
Dari beberapa identifikasi baik langsung terhadap kondisi hutan di daerah
tangkapan maupun tidak langsung melalui pengamatan kekeruhan air dapat
diketahui bahwa telah terjadi kerusakan DAS.
Melihat kondisi saat ini maka perlu dilakukan program-program penunjang
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Program tersebut antara lain:
o Pengerukan sedimentasi saluran,
o Pengembangan hutan rakyat,
o Konservasi lahan kritis, dan
o Reboisasi hutan
2. Air Limbah
Berdasarkan sumbernya, air limbah di Kabupaten Gowa dibedakan menjadi
air limbah industri dan air limbah domestik. Volume buangan air limbah yang
berasal dari kegiatan domestik masih lebih besar dari kegiatan industri namun
demikian air limbah hasil kegiatan industri walaupun volumenya kecil tetapi pada
umumnya mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi. Termasuk didalamnya
kegiatan-kegiatan hotel dan rumah sakit sehingga membutuhkan penanganan
khusus.
Untuk produksi limbah domestik perlu dibedakan perlakuan khusus antara
limbah cair dari kegiatan sehari-hari dengan limbah tinja. Limbah tinja memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukan sistem pembuangan
tersendiri.
Adapun prasarana dan sarana air limbah yang ada di Kabupaten Gowa saat
ini masih terbatas pada on side system. Pelayanan air limbah di Kabupaten Gowa
melalui prasarana dan sarana seperti jamban keluarga, jamban umum, dan MCK
LAPORAN FINAL VII-12
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

yang berada ditempat-tempat pelayanan umum seperti pasar, terminal dan


tempat-tempat umum lainnya. Pembuangan limbah cair dari hasil kegiatan sehari-
hari seperti mandi dan cuci dibuang secara langsung pada saluran drainase.
Mengingat tidak ada jaringan khusus untuk pembuangan limbah cair maka pada
hari-hari biasa jaringan drainase berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah
sedangkan pada saat hari hujan berfungsi sebagai drainase.
Pada pembuangan limbah cair untuk industri mengingat sifatnya yang lebih
berbahaya diwajibkan membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di
masing-masing industri (On Site). Limbah yang berasal dari proses produksi
dilanjutkan ke IPAL kemudian setelah melalui pengolahan baru dibuang ke saluran
pembuangan biasa. Hasil keluaran limbah cair harus memenuhi standar baku
mutu yang telah ditetapkan.
Sistem pembuangan limbah tinja di Kabupaten Gowa dilakukan secara
individual pada masing-masing rumah tangga. Sistem yang digunakan secara on
site (di tempat), yaitu buangan tinja dialirkan ke cubluk atau tangki septik (Septic
Tank). Kendala dan permasalahan yang terjadi adalah masih adanya sebagian
kecil masyarakat yang membuang tinja di tempat terbuka seperti sungai, dan
masih rendahnya kualitas sarana ini pada masing-masing rumah tangga yaitu
masih digunakannya cubluk yang rentan menimbulkan bau tidak sedap yang
mengganggu kesehatan lingkungan.
Peningkatan kondisi pengelolaan limbah manusia perlu diarahkan untuk
menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih membuang tinja di
tempat-tempat terbuka. Peningkatkan kualitas sarana pembuangan limbah, harus
ditunjang dengan ketersediaan prasarana Jamban Keluarga (JAGA) dengan
sistem tangki septik secara mandiri oleh masyarakat, dan penyediaan dan
peningkatan kualitas fasilitas kakus umum (MCK) pada lokasi-lokasi dengan
intensitas kegiatan tinggi, seperti pusat perdagangan dan pusat pendidikan.
Dalam pengembangannya ke depan perlu diupayakan unit pengelolaan
limbah manusia untuk mengolah limbah tinja. Instalasi pengolah tinja ini
disediakan dalam satu lokasi untuk melayani skala Kota Sungguminasa.
Kebutuhan ruang untuk penyediaan fasilitas pengolah tinja diperkirakan seluas
satu hektar yang didukung penyediaan truk tinja (Vacuum Truck) untuk
pengurasan.
LAPORAN FINAL VII-13
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

3. Rencana Jaringan Air Bersih

Untuk kebutuhan cadangan air, tersedia Waduk Bili-Bili dan beberapa


bangunan embung yang tersedia di Kabupaten Gowa sebagai sumber air bersih.
Sementara itu, bagi masyarakat Kabupaten Gowa yang tidak memanfaatkan dari
Waduk Bili-Bili sebagai sumber air bersih. Untuk wilayah di dataran tinggi
Kabupaten Gowa menggunakan potensi air tanah/sumur artesis dari pengunungan
dan beberapa anak sungai serta sumur-sumur dangkal. Kondisi tersebut memiliki
filtrasi air tanah yang rendah sampai sedang, sehingga untuk kebutuhan konsumsi
diperlukan pengolahan sesuai dengan standar kesehatan untuk memperoleh air
bersih yang higienis.

Potensi air baku yang ada berupa air sumur, sungai, dan air pegunungan
yang merupakan air bersih utama bagi masyarakat perdesaan, sedangkan pada
kawasan perkotaan sebagian besar memanfaatkan air yang bersumber dari
PDAM.

Dalam upaya peningkatan pelayanan akan air bersih maka direncanakan:

 Perlunya identifikasi potensi air baku dan peningkatan proses pengolahan


menjadi air bersih yang memiliki sanitasi tinggi yang sesuai dengan standar
kesehatan.

 Kebutuhan air bersih di Kabupaten Gowa dapat dikategorikan dalam 2 (dua)


jenis pemakaian yaitu domestik (rumah tangga) dan non-domestik seperti
industri, perkantoran pemerintahan, hotel dan restoran, perdagangan, dan
lain-lain,

 Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk minimal 10.000


jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air bersih perpipaan dengan
Instalasi Pengolahan Air Lengkap oleh PDAM.

 Sistem pelayanan air bersih perdesaan dilayani melalui Sistem Instalasi


Pengolahan Air Sederhana (IPAS). Sambungan langsung dari PDAM di
perdesaan, dengan sumber air baku dari mata air di pegunungan atau air
tanah. Kemudian, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhannya melalui
sumber air lainnya atau membuat sistem penampungan air hujan (PAH) yang
memadai untuk setiap rumah tangga.
LAPORAN FINAL VII-14
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

Tabel 7.3.
Arahan RTRW Kabupaten Gowa untuk Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
(1) (2)
 Rencana Kaw. Permukiman  Rencana Pengembangan Dan
Kriteria Sistem Perkotaan
 pengembangan sistem  Rencana Pengembangan
jaringan drainase Sistem Drainase dan Limbah
 kawasan terbuka hijau kota  Rencana Jaringan Air Bersih
 Kawasan Permukiman  pengembangan sistem
Perkotaan dan Pedesaan jaringan sumberdaya air.

H. Ketentuan Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung Dan Kawasan


Budidaya
1. Peraturanzonasiuntuk kawasanhutanlindungdisusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi
luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan
c. pemanfaatanruangkawasanuntukkegiatanbudidaya
hanyadiizinkanbagipendudukaslidenganluasantetap,
tidakmengurangifungsilindungkawasan,dandibawah pengawasan
ketat.
2. Peraturanzonasiuntukkawasanbergambutdisusundengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
dan
b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi merubah
tata air dan ekosistem unik.
3. Peraturanzonasiuntukkawasanresapanairdisusundengan
memperhatikan:
a. pemanfaatanruangsecaraterbatasuntukkegiatanbudi daya tidak
terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan
limpasan air hujan;
LAPORAN FINAL VII-15
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

b. penyediaansumurresapandan/atauwadukpadalahan
terbangunyangsudahada;dan
c. penerapanprinsipzero deltaQ policyterhadapsetiap kegiatan budi
daya terbangun yang diajukan izinnya.
4. Peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasansekitar waduk
disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. ketentuanpelaranganpendirianbangunankecuali
bangunanyangdimaksudkanuntukpengelolaanbadanair dan/atau
pemanfaatan air;
c. pendirianbangunandibatasi hanyauntuk menunjang fungsi taman
rekreasi; dan
d. penetapanlebar
sempadansesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangan.
5. Peraturanzonasiuntukruangterbukahijaukotadisusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
b. pendirianbangunandibatasihanyauntukbangunan
penunjangkegiatanrekreasidanfasilitasumumlainnya; dan
c. ketentuanpelaranganpendirianbangunanpermanen selain yang
dimaksud pada huruf b di atas.
6. Peraturanzonasiuntukkawasansuakaalamdisusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam;
b. pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;
c. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi
dayadukungdandayatampunglingkungan;dan
d. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merubah ekosistem.
7. Peraturanzonasiuntuktamanhutanrayadisusundengan memperhatikan:
a. pemanfaatanruanguntukpenelitian,pendidikan,dan wisata alam;
b. ketentuanpelarangankegiatanselainyangdimaksudpada huruf a;
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan
sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
LAPORAN FINAL VII-16
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud


pada huruf c.
8. Peraturanz o n a s i untuktamanwisataalamdisusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatanruanguntukwisataalamtanpamengubah bentang alam;
b. ketentuanpelarangankegiatanselainyangdimaksudpada huruf
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan
sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud
pada huruf c.
9. Peraturan zonasi untukkawasancagar budayadan ilmu
pengetahuandisusundenganmemperhatikan:
a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan
b. ketentuanpelarangankegiatandanpendirianbangunan yang tidak
sesuai dengan fungsi kawasan.
10. Peraturanzonasiuntukkawasanrawantanahlongsordan kawasanrawan
gelombangpasangdisusundengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik,
jenis, dan ancaman bencana;
b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;dan
c. pembatasanpendirianbangunankecualiuntuk
kepentinganpemantauanancamanbencanadan kepentingan umum.
11. Untukkawasanrawanbanjir,selainsebagaimanadimaksud di atas,
peraturan zonasidisusundengan memperhatikan:
a. penetapan batas dataran banjir;
b. pemanfaatandataranbanjirbagiruangterbukahijaudan
pembangunanfasilitasumumdengankepadatanrendah; dan
c. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman
dan fasilitas umum penting lainnya.
12. Peraturanzonasiuntukkawasankeunikanbentangalam
disusundenganmemperhatikanpemanfaatannya bagi
pelindunganbentangalamyangmemilikicirilangkadan/atau
bersifatindahuntukpengembanganilmupengetahuan,budaya, dan/atau
LAPORAN FINAL VII-17
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

pariwisata.
13. Peraturanzonasiuntukkawasanrawanbencanaalamgeologi disusun
denganmemperhatikan:
a. pemanfaatanruangdenganmempertimbangkankarakteristik, jenis, dan
ancaman bencana;
b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
penduduk;dan
c. pembatasanpendirianbangunankecualiuntukkepentingan
pemantauanancamanbencanadankepentinganumum.
14. Peraturanzonasiuntukkawasanimbuhanairtanahdisusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatanruangsecaraterbatasuntukkegiatanbudi daya tidak
terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan
limpasan air hujan;
b. penyediaansumurresapandan/atauwadukpadalahan
terbangunyangsudahada;dan
c. penerapanprinsipzero delta Q policyterhadapsetiap kegiatan budi
daya terbangun yang diajukan izinnya.
15. Peraturanzonasiuntukkawasansempadanmataairdisusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan
b. pelarangankegiatanyangdapatmenimbulkanpencemaran terhadap
mata air.
Arahan zonasi untuk kawasan budidaya ini dimaksudkan untuk mendapatkan
kesesuaian lahan untuk berbagai fungsi/kegiatan pada kawasan yang bukan
merupakan kawasan lindung. Arahan kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya
ini meliputi kesesuaian lahan untuk budidaya pertanian dan budidaya non
pertanian.

i. Indikasi Program Utama Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Gowa


Berdasarkan UURI No. 25 Tahun 2004 yang berisi tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan UURI No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, maka RTRWKabupaten Gowadisusun agar sinkron dan
LAPORAN FINAL VII-18
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

merupakan matra ruang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah


(RPJPD) Kabupaten Gowa. Selanjutnya, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gowa, Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD) Pemkab Gowa, Rencana Strategis (Renstra) SKPD maupun
Rencana Kerja (Renja) Tahunan SKPD di lingkungan Pemkab secara matra ruang
mengacu pada RTRWK Gowa.
Berdasarkan hal tersebut di atas, indikasi program yang disusun dalam
RTRWK Gowa ini perlu dijadikan acuan lokasi program dan kegiatan dalam
penyusunan rencana-rencana pembangunan tahunan seperti RKPD Pemkab
Gowa maupun Renja SKPD.
Secara sistematis program penataan ruang Kabupaten Gowadisusun dengan
tabel yang berisi usulan program utama, lokasi pelaksanaan program, sumber
pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan yang disesuaikan dengan
waktu rencana RTRWK Gowa dari Tahun 2011 hingga akhir Tahun Perencanaan
2030. Lebih jelasnya lihat tabel berikut:

Tabel 7.4.
Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten GowaTerkait Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Merupakan Instansi
Usulan Program Sumber
No Lokasi KSK Pelaksan
Utama Pendanaan
(YA/TIDAK) a
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pengembangan Bili-bili YA APBD/P/N/K/ PDAM
sumber daya air BLN
minum
2 Pemb. Industri Kec. Pattallasang YA APBD/P/N/K/ Dinas PU
pengolahan BLN Kab.
sampah regional
Mamminasata
3 Pembangunan/Pe Seluruh Ibukota YA APBD-K Din. PU
ningkatan Kec Kab.
RTH/tempat
bermain/LOR
4 Penyusunan Seluruh Ibukota YA APBD-K/P/N Din. PU
Master Plan RTH Kec. Kab.
5 Pembangunan/Pe APBD-K Din. PU
ningkatan Kab.
RTH/tempat
bermain/LOR
6 Pembangunan/Pe Seluruh PPL YA APBD-K Din. PU
ningkatan Kab.
RTH/tempat
bermain/LOR
LAPORAN FINAL VII-19
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

Merupakan Instansi
Usulan Program Sumber
No Lokasi KSK Pelaksan
Utama Pendanaan
(YA/TIDAK) a
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7 Rencana TPA Caddika TIDAK APBD- P/K Din. PU
pengembangan Kab.
tempat
pengolahan
sampah akhir
(TPA)
8 Rencana Pusat PKLp, PPK TIDAK APBD- Din. PU
pengolahan N/P/K/Masy. Kab.
sampah organis
menjadi kompos
skala kecil
9 Rencana Sistem Skala PKLp, PPK TIDAK APBD-P/K Din. PU
Jaringan Kab.
Prasarana
Sanitasi berupa
rencana IPLT
10 Pengelolaan Kec. Pattallassang YA APBN/APBD- Kantor LH
Industri P/K/Swasta Kab.
Pengelolaan Gowa
Sampah Regional
Mamminasata;
12 Pengelolaan TPA Kec. Bajeng TIDAK APBN/APBD Kantor LH
Caddika Kab.
Gowa

7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD)


Visi Kabupaten Gowa

Berdasarkan permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten


Gowa sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dirumuskan visi
pembangunan KabupatenGowa tahun 2005 – 2010, yaitu:
“Terwujudnya Gowa yang Handal dalam Peningkatan Kualitas Hidup
Masyarakat”
Secara filosofi, visi tersebut diatas megandung makna bahwa Kabupaten
Gowa dengansegala potensi dan keunggulannya bercita–cita menempatkan diri
sebagai daerah yanghandal dalam peningkatan kualiatas hidup masyarakatnya.
Kondisi tersebut akan didukungoleh upaya mewujudkan masyarakat yang
bermoral, beretika dan berbudaya dalamsuasana bermasyarakat, membangun
prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dalammengelola sumberdaya yang
dimiliki menerapkan nilai-nilai modern dalam meningkatkanharkat dan martabat
LAPORAN FINAL VII-20
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

masyarakat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadaplingkungan


hidup.
Misi Kabupaten Gowa
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi
yang telahditetapkan agar tujuan pembagunan dapat terlaksanakan dan
berhasil dengan baik,sehingga seluruh masyarakat dan pihak yang
berkepentingan (stakeholder) mengetahuiprogram-programnya dan hasil yang
akan diperoleh di masa yang akan datang.
Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa setiap
daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis,
terarah, terpadu, dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 Ayat 2), dengan
jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan
jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Selain itu, Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Bab VII Pasal 150 bahwa daerah
wajib memiliki dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maka issu-issu yang sangat
mendasar untuk dijadikan landasan dalam perumusan program untuk mendukung
keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan datang adalah :
- Program pembangunan jalan dan jembatan;
- Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;
- Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
- Program tanggap darurat jalan dan jembatan;
- Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
- Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
- Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;
- Program normalisasi saluran;
- Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan
normalisasi saluran;
- Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;
LAPORAN FINAL VII-21
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

- Program pemberdayaan petani pemakai air;


- Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
- Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
- Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan
distribusi air baku;
- Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat
berpenghasilan rendah;
- Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
- Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air
limbah;
- Program pengembangan sistem distribusi air minum;
- Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan
air limbah;
- Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
- Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
- Program pembangunan infrastruktur pedesaan;
- Program pengembangan perumahan;
- Program lingkungan sehat perumahan;
- Program pemberdayaan komunitas perumahan;
- Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;
- Program perencanaan tata ruang;
- Program pemanfaatan ruang;
- Program pengendalian pemanfaatan ruang;
- Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;
- Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana
tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan
berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut :
- Program perencanaan tata ruang;
- Program pemanfaatan ruang;
- Program pengendalian pemanfaatan ruang;
- Program kerjasama pemanfaatan ruang;
LAPORAN FINAL VII-22
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

Pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada pembangunan dan


peningkatan kualitas serta kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan,
perumahan dan pemukiman serta sumberdaya air.

Adapun program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :


- Program pembangunan jalan dan jembatan;
- Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;
- Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
- Program tanggap darurat jalan dan jembatan;
- Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
- Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
- Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;
- Program normalisasi saluran;
- Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan
normalisasi saluran;
- Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;
- Program pemberdyaan petani pemakai air;
- Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
- Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
- Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan
distribusi air baku;
- Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat
berpenghasilan rendah;
- Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
- Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air
limbah;
- Program pengembangan sistem distribusi air minum;
- Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan
air limbah;
- Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
- Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
- Program pembangunan infrastruktur pedesaan;
- Program pengembangan perumahan;
LAPORAN FINAL VII-23
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

- Program lingkungan sehat perumahan;


- Program pemberdayaan komunitas perumahan;
- Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;
- Program perencanaan tata ruang;
- Program pemanfaatan ruang;
- Program pengendalian pemanfaatan ruang;
- Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;
- Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana
tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan
berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut:
- Program perencanaan tata ruang;
- Program pemanfaatan ruang;
- Program pengendalian pemanfaatan ruang;
- Program kerjasama pemanfaatan ruang.

7.3 Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung


Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Dimana persyaratan
teknis itu ditetapkan dengan Peraturan Bupati yakni Status hak atas tanah,
dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; Status kepemilikan
bangunan gedung; dan Izin menrdirikan bangunan gedung.
Setiap bangunan gedung harus didirikan pada tanah yang status
kepemilikannya jelas, baik milik sendiri maupun milik pihak lain, namun bangunan
gedung dengan status milik pihak lain hanya dapat didirikan dengan izin
pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam
bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah
dengan pemilik bangunan gedung.
Status kepemilikan gedung dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan
bangunan gedung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten, berdasarkan
hasil kegiatan pendataan bangunan gedung. Kegiatan pendataan tersebut
dilakukan bersamaan dengan proses mendirikan bangunan gedung untuk
keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung.setiap orang
LAPORAN FINAL VII-24
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

dalam mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung wajib


melengkapi dengan : tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda
bukti perjanjian pemanfaatan tanah; data pemilik bangunan gedung; rencana
teknis bangunan gedung; dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi
bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
Setiap mendirikan bangunan gedung, fungsinya harus sesuai dengan
peruntukan lokasi yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten, RDTRKP, dan/atau
RTBL serta tidak boleh melebihi ketentuan maksimal kepadatan dan ketinggian
yang ditetapkan didalamnya dimana kepadatan tersebut ditetapkan dalam bentuk
Kooefisien Dasar bangunan (KDB) Maksimal yang didasarkan pada luas
kaveling/persil, peruntukan atau fungsi lahan, dan daya dukung lingkungan.
Sedangkan ketinggian maksimal ditatapkan dalam bentuk Kooefisien Lantai
Bangunan (KLB) dan/atau jumlah lantai maksimal.
Setiap bangunan gedung yang didirikan tidak boleh melanggar ketentuan
minimal jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten,
RDTRKP, dan/atau RTBL. Ketentuan jarak bangunan gedung ditetapkan dalam
bentuk : garis sempadan banguan gedung denga as jalan, tepi sungai, irigasi, tepi
danau, dan/atau jaringan tegangan tinggi; jarak antara bangunan gedung dengan
batas-bnatas persil, jarak antar bangunan gedung, dan jarak antara as jalan
dengan pagar halaman yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan, yang
diberlakukan per kaveling, per persil, dan/atau per kawasan.
Penampilan bangunan gedung harus dirancang dengan mempertimbangkan
kaidah-kaidah estetikabentuk, karakteristik arsitektur, dan lingkungan yang ada di
sekitarnya. Penampilan bangunan harus menyesuaikan dengan bangunan gedung
yang ada disekitarnya, dikawasan cagar budaya harus dirancang dengan
mempertimbangkan kaidah pelestarian sedangkan bila berdampingan dengan
bangunan gedung yang dilestarikan harus dirancang dengan mempertimbangkan
kaidah estetika bentuk dan karekteristik dari arsitektur bangunan yang dilestarikan.
Persyaratan keselamatan meliputi : persyaratan kemempuan bangunan
gedung untuk mendukung beban muatan; dan kemampuan bangunan gedung
dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
Persayaratan kesehatan bangunan gedung meliputi : persyaratan sistem
LAPORAN FINAL VII-25
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

penghawaan; persyaratan sistem pencahayaan; persyaratan sistem sanitasi; dan


penggunaan bahan bangunan gedung. Persyaratan kenyamanan bangunan
gedung meliputi : kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang;
kenyamanan kondisi udara dalam ruang; kenyamanan pandangan; kenyamanan
tingkat getaran dan tingkat kebisingan. Persyaratan kemudahan meliputi :
kemudahan hubngan ke, dari, dan di dalam gedung; dan kelengkapan prasarana
dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.
Pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui tahapan :
perencanaan teknis; pelaksanaan konstruksi; dan pengawasan konstruksi.
Pemanfaatan bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan dilakukan oleh
pemilik dan/atau pengguna sesuai dengan kaidah pelestarian dan klasifikasi
bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pemugaran bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan merupakan
kegiatan memperbaiki dan memulihkan kembali bangunan gedung ke bentuk
aslinya.Pembongkaran bangunan gedung harus dilaksanakan secara tertib dan
mempertimbangkan keamanan, keselamatan masyarakat dan lingkungannya.
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung
mempunyai hak :

a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Kabupaten atas rencana


teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan;

b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan


perizinan yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten;

c. mendapatkan surat ketetapan bangunan gedung dan/atau lingkungan


yang dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah Kabupaten;

d. mendapatkan insentif sesuai dengan peraturan perundang-undangan


dari Pemerintah Kabupaten karena bangunannya dutetapkan sebagai
bangunan yang harus dilindungi dan dilestarikan;

e. mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari


Pemerintah kabupaten;
LAPORAN FINAL VII-26
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang-undangan


apabila bangunannya dibongkar oleh Pemerintah Kabupaten atau pihak
lain yang bukan diakibatkan oleh kesalahannya.
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung
mempunyai kewajiban :

a. menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi


persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan fungsinya;

b. memiliki Izin Mendirikan Banguna (IMB);

c. melaksanakan pembangunan gedung sesuai dengan rencana teknis


yang telah disahkan dan dilakukan dalam batas waktu berlakunya izin
mendirikan bangunan;

d. meminta pengesahan dari Pemerintah Kabupaten atas perubahan


rencana teknis bangunan gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan
bangunan.

7.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)


Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana
IndukPengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka
panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan
air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan
proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa
tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-
SPAM dapat berupa RI- SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas
kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM
memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak
dari sumber air hingga unit pelayanan dalamrangka perlindungan dan
pelestarian air.
Dengan demikian, Kabupaten Gowa dokumen RI-SPAMnya masih dalam
proses penyusunan.
7.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)
LAPORAN FINAL VII-27
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka


menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi
suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana
strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK
disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah
pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi
Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,
persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’.
Dengan demikian, Kabupaten Gowa dokumen strategi sanitasi kota
(SSK) masih dalam proses penyusunan.

7.6 Arahan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)


Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan
rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta
memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana
umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana, dan pedomanpengendalian pelaksanaan
pengembanganlingkungan/kawasan.
Dengan demikian, Kabupaten Gowa dokumen Rencana Tata Bangunan
Dan Lingkungan (RTBL) masih dalam proses penyusunan.

7.7 Arahan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Kawasan


Permukiman (RP2KP).
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunanpermukiman
dan infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota,
sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program
LAPORAN FINAL VII-28
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

pembangunan infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat arahan kebijakan dan


strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota
yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan
(RPJMD). RP2KP memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan
program-program pembangunan lainnya yang telah ada;
b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program
sektoral bidang Cipta Karya di daerah;
c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM;
d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana
pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang tertuang di
berbagai dokumen; dan
e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkaitdengan
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Dengan demikian, Kabupaten Gowa dokumen Rencana Pembangunan


Dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP) masih dalam proses
penyusunan.

7.8 Arahan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan Di Kawasan Strategis


Kabupaten Gowa (RTBL KSK)
Dari RP2KP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu
rencana operasional berupa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanyatetap mengacu
pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan
rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman
dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di
perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL KSK merupakan rencana
terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup
wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang
dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RTBL KSK disamping berfungsi
sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas
LAPORAN FINAL VII-29
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

juga berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPI2-JM. Oleh karena itu,
dalam hal ini RPI2-JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta
pengembangan kawasan dalam RTBL KSK yang didetailkan pada program
tahunan.

Dengan demikian, Kabupaten Gowa dokumen Rencana Tata Bangunan


Dan Lingkungan Di Kawasan Strategis Kabupaten Gowa (RTBL KSK) masih
dalam proses penyusunan.

Tabel 7.5.
Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas Berdasarkan RTBL KSK
Dokumen
Deleniasi Strategi Pembangunan
Rencana Indikasi Program
Kawasan Prioritas Kawasan Prioritas
Kawasan
(1) (2) (3) (4)

Anda mungkin juga menyukai