Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para
penanggung kegiatan pembelajaran atau membantu agar tercapai kondisi yang
memuaskan dengan tujuan yang diharapkan. Pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas atau pembelajaran yang
optimal bila terjadi proses belajar mengajar 1. Pengelolaan kelas tidak bisa dilepaskan
dari kepala sekolah. Pengawasan seyogyanya dilakukan kepala sekolah secara terus
menerus dan berkelanjutan untuk membimbing dan membina guru-guru untuk
meningkatkan kinerjanya. Pengawasan kepala sekolah hakekatnya untuk
memperbaiki hal belajar dan mengajar dikelas. Faktor yang mempengaruhi
pengelolaan kelas dalam tercapainya tujuan belajar biasanya dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu diantaranya : 1) lingkungan fisik, 2) kondisi sosial-emosional,
3) kondisi organisasional2.
Dalam pengelolaan kelas guru dituntut untuk dapat mengelola alat atau media
pembelajarannya dikelas dalam implementasinya, kemampuan guru dalam
menerapkan pendekatan didalam kelas sangat diperlukan untuk mendukung
pembelajaran secara efektif. Dalam hal pelaksanaan manajemen kelas guru memiliki
andil yang sangat besar terhadap suatu pembelajaran di sekolah. Didalam kelas guru
melakukan dua kegiatan pokok yaitu mengajar dan kegiatan mengelola kelas guru
harus dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sehingga anak didik
merasa nyaman dalam tumbuh pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Syaiful Bahri Djamarah mengatakan pengelolaan kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan dan memlihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar3
Bagus tidaknya kualitas pembelajaran didalam kelas, sangat ditentukan oleh
peran guru. Bagaimana guru mengajar dengan efektif dan menyenangkan, mengelola
sarana dan prasarana yang ada dikelas, juga memotivasi dan membangkitkan
semangat mereka. Semuanya dikelola dalam suatu bentuk manajemen kelas yang

1
Sri Warsono. 2016. Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Belajar Siswa. 10 (5). Hal 470
2
Ibid, hal 471
3
Syaiful Bahri djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 173

1
2

baik. Jika di dalam sebuah kelas memiliki jumlah peserta didik yang banyak, panas,
gaduh, di dekat wc, maka peserta didik akan sulit menerima dan memahami materi
pelajaran yang diterangkan oleh guru. Peserta didik membutuhkan ketenangan dan
konsentrasi untuk dapat menerima dan memahami pelajaran dan tugas yang diberikan.
Untuk ukuran sebuah ruang kelas saja yang ideal minimal luasnya dua meter
persegi untuk setiap peserta didik. Dan kelengkapan lain yang harus dipenuhi, tujuan
pemenuhan dari semua itu adalah dalam rangka memfasilitasi peserta didik untuk bisa
menerima dan memahami materi pelajaran secara maksimal didalam kelas
Tujuan pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikanya apabila terjadi
gangguan dalam proses mengajar perlu adanya keterampilan dalam pengelolaan kelas:
a. Mendorong anak didik agar perkembangan tingkah lakunya sinkron dengan
tujuan pembelajaran.
b. Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya yang menyimpang dari
tujuan pembelajaran.
c. Mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran
yang menyenangkan, untuk mencapai tujuan pembelajaran.
d. Membina interaksi interpersonal yang baik antara pendidik dengan anak didik
agar terciptanya aktivitas pembelajaran yang efektif.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor


41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk pendidikan dasar dan menengah, standar
nasional pengelolaan kelas adalah:
a) Guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan
b) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat
didengar dengan baik oleh peserta didik
c) Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik
d) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan
belajar peserta didik
e) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan
kepatuhan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran
3

f) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil
belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlansung
g) Guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama,
suku, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi
h) Guru menghargai pendapat peserta didik
i) Guru memakai pakaian yang sopan, bersih dan rapi
j) Pada tiap awal semester guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang
diampunya dan
k) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu
yang dijadwalkan.
Martinis Yamin dan Maisah berpendapat sebagai upaya guru dalam
menciptakan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif
dan sebagai usaha mengatasi masalah pengelolaan kelas baik individu maupun
kelompok terdapat dua tindakan guru, yaitu tindakan pencegahan dan tindakan
korektif4. Tindakan pencegahan adalah Tindakan pendidik untuk mengatur
lingkungan belajar, mengatur peralatan dan lingkungan sosio-emosional. Untuk
Tindakan korektif bisa mengkategorikan menjadi 2 yaitu Tindakan yang seharusnya
segera ambil pendidik ketika terjadi gangguan dan Tindakan penyembuhan terhadap
tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut
tidak berlarut-larut.
Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan data bahwa di SMA
Muhammadiyah 09 Kec. Kualuh Hulu Kab. Labuhanbatu Utara terdapat guru yang
kurang mampu mengelola kelas dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari fenomena yang
ada yaitu: Pertama, penataan tempat duduk masih memakai pola yang tradisional
yaitu menghadap kedepan atau pola tidak bervariasi.. Kedua, tidak memiliki lemari
untuk penyimpanan barang dikelas. Ketiga, guru masih kesulitan melakukan
pendekatan dan motivasi belajar sehingga ada anak yang menonjolkan kemalasannya
didalam kelas. Keempat, guru masih kesulitan dalam menerapkan hukuman dan
tindak tegas sehingga beberapa siswa sering terlambat dan berulang ulang dengan
orang yang sama,. Kelima, guru masih kesulitan menerapkan tanggung jawab kepada
siswa yang tidak memahami materi pelajaran sehingga tidak menyelesaikan tugas
yang diberikan.

4
Martinis dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Hal 110
4

Menindak lanjuti permasalahan tersebut maka penelitian ini dapat


direncanakan dengan judul Pengelolaan Kelas Di SMA Muhammadiyah Kec. Kualuh
Hulu Kab. Labuhanbatu Utara

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini berfokus pada:
Pengelolaan Kelas Di SMA Muhammadiyah Kec. Kualuh Hulu Kab. Labuhanbatu
Utara. Dimana penulis membatasi tempat untuk melakukan penelitian karena
diharapkan penelitian ini dapat lebih fokus dan memperoleh hasil yang sesuai dengan
harapan penulis.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi guru terhadap pengelolaan kelas di SMA Muhammadiyah?
2. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kelas di SMA Muhammadiyah?
3. Bagaimana strategi guru dalam mengelola kelas di SMA Muhammadiyah?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap pengelolaan kelas di SMA
Muhammadiyah
2. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola kelas di SMA
Muhammadiyah
3. Untuk mengetahui strategi guru dalam mengelola kelas di SMA Muhammadiyah

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan manfat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dikemukakan
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan terkait pengelolaan
kelas yang wajib dikuasai seorang pendidik ketika melaksanakan
5

pembelajaran agar mutu pendidikannya lebih bagus . Dan sebagai bahan


kajian lebih lanjut guna mencari dan mengembangkan alternatif pada
penyelenggaran manajemen kelas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah sebagai masukan bagi pengelola SMA Muhammadiyah dalam
mengelola kelas sesuai dengan teori dan harapan.
b. Sebagai acuan dalam membina dan memberi arahan kepada guru terkait
pengelolaan kelas sehingga pembelajaran dapat berlangsung efektif dan
efesien.
c. Dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam
meningkatkan kemampuan mengelola kelas dalam proses belajar dan
mengajar.
BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Kajian Teoritis
1. Konsep Pengelolaan Kelas
a. Defenisi Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha sadar untuk mengatur dan mengelola
kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu menuju pada
penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat belajar, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar, dan pengaturan waktu
sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai
sesuai dengan yang diharapkan5

Pengelolaan kelas tidak hanya mencangkup kemampuan guru menciptakan


dan mengendalikan keadaan kelas yang tertib, aman, dan tenang, tetapi juga
mencangkup kegiatan perencanaan pengadministrasian, pengaturan, penataan,
pelaksanaan, dan pengawasan kepada seluruh kelas yang ada didalam lingkungan
pendidikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, dan penggunaanya. Pengelolaan
kelas sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik disekolah.
Peranan guru adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas6
Arikunto dalam Sr Warsono mengatakan pengelolaan kelas merupakan suatu
keterampilan yang penting dikuasai seorang pendidik. Pengelolaan kelas adalah upaya
seorang pendidik pada aktivitas belajar mengajar supaya tercapainya suasana dan
kondisi belajar mengajar yang efektif seperti yang sudah direncanakan. 7 Pengelolaan
kelas adalah keterampilan pendidik agar membentuk dan merencanakan aktivitas
belajar mengajar dan mengembalikan suasana yang sebaik mungkin apabila terjadi
perkara pada proses pembelajaran, baik menggunakan kedisiplinan dan melakukan
aktivitas remedial pada murid didalam kelas8. Pengelolaan kelas yang baik akan
mensugesti dan meningkatkan belajar murid kelas.

5
RR Aliyyah dan O Abdurakhman. 2016. Pengelolaan Kelas Rendah Di Sd Amaliah Ciawi Bogor. Jurnal
Sosial Humaniora. 7 (2). Hal 83
6
Sunhaji. 2014. Konsep Manajemen Kelas Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Kependidikan. 2
(2). Hal 39
7
Sri Warsono. 2016. Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Belajar Siswa. 10 (5). Hal 470
8
Ibid, hal 471

6
7

J.M Cooper dalam Suhaebah Nur mengatakan pergelolaan kelas adalah


seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik
dan iklim sosioemosional kelas yang positif. Definisi keempat ini memandang
pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosioemosional yang positif di
dalam kelas. Definisi ini beranggapan, bahwa kegiatan belajar akan berkembang
secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif yaitu suasana hubungan
interpersonal yang baik antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan
peserta didik. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk
menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Definisi kelima ini
mengangap kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group proses)
sebagai intinya. pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok,
tetapi belajar dianggap proses individual, maka kehidupan kelas dalam kelompok
dipandan9. Guru merupakan pemegang peranan utama dalam proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan10.

Kebijakan konsep dasar manajemen pengelolaan kelas terdapat didalam Al-


qur’an Ar-ra’d ayat 11

ٗ‫اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم َواِ َذٓا اَ َرا َد هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم س ُۤوْ ًءا فَاَل َم َر َّد لَه‬
‫ۚ َو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖه ِم ْن َّوا ٍل‬

“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum


mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak
ada pelindung bagi mereka selain dia11

9
Suhaebah Nur. 2014 Pengelolaan Kelas Terhadap Minat Belajar PKN Pada Peserta Didik Di SMA 1
Polewali. Jurnal Pepatuzdu. 8 (1). Hal 64-65
10
Ahmad Sabri. 2010. Strategi Belajar Mengajar Dan Micro Teaching. Ciputat: PT.
Ciputat Press. Hal: 65
11
Q.S Ar-ra’d ayat 11
8

Maka dari itu pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas
pendidik yang tidak pernah ditinggalkan, tugas pendidik Sebagian besar adalah
membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal.12

b. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas dalam hakikatnya sudah terdapat pada tujuan


pendidikan. Pengelolaan kelas yaitu menyediakan fasilitas yang bermacam pada
aktivitas pembelajaran siswa pada lingkungan sosial, emosional, dan intelektual pada
kelas. Fasilitas misalnya bisa memungkinkan siswa agar terciptanya suasana sosial
yang membuat kepuasan, kedisiplinan, perkembangan intelektual, emosional dan
perilaku apresiasi pada siswa. Suharsimi Arikunto pada Umar dan Hendra beropini
yaitu tujuan pengelolaan kelas merupakan upaya setiap kelas bisa bekerja dengan
tertip dan disiplin sehingga tercapai tujuan pedagogi secara efektif dan efisien.
Pengelolaan kelas bisa juga dicermati menurut segi hubungan komunikatif, yaitu
seorang pengajar dituntut bisa mengatur segala sesuatu apapun yang terjadi didalam
kelas waktu pembelajaran berlangsung supaya terjadinya komunikasi 2 arah yaitu
antara pengajar dengan siswa, siswa dengan pengajar, sehingga proses belajar
mengajar bisa berlangsung baik. Hal ini bertujuan agar memudahkan sekaligus
meringankan tugas pengajar atau wali kelas.13 Tujuan pengelolaan kelas minimal agar
proses pembelajaran berjalan efektif sesuai dengan rencana yang dicanangkan oleh
guru selaku pimpinan, dalam upaya mendidik siswa termasuk dalam tujuan.
Usman mengatakan pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu:

a) Tujuan umum pengelolaan kelas yaitu mengadakan dan menggunakan


fasilitas pembelajaran untuk beragam kegiatan belajar agar tercapainya
hasil yang diharapkan.
b) Tujuan khususnya yaitu mengembangkan kemampuan dan pengetahuan
peserta didik menggunakan alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi
yang membuat peserta didik bekerja dan belajar, juga membantu peserta

12
Issaura Sherly Pamela Dkk. Keterampilan Guru Dalam Mengelola kelas. Jurnal Pendidikan Dasar. 2 (3). Hal
24
13
Umar& Hendra. 2020. Dasar Pengelolan Kelas Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah. Jurnal studi
Pemikiran Pendidikan Agama Islam. 18 (1). hal 102
9

didik agar memperoleh hasil yang diharapkan14. Djamarah dan Aswan


Zein dari Faizal Djabidi menyatakan tujuan dari pengelolaan kelas adalah
untuk memberikan fasilitas bagi berbagai kegiatan belajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional dan intelektual di kelas. Fasilitas yang
disediakan memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja. Ciptakan
suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana, disiplin, kecerdasan,
perkembangan emosi, dan suasana sikap dan penghargaan kepada siswa15

c. Persepsi Guru Terhadap Pengelolaan Kelas

Persepsi (perception) adalah proses yang melibatkan kognisi tingkat tinggi


dalam menginterprestasikan informasi sensorik. Persepsi mengacu pada hal-hal yang
kita indera. Perspsi adalah proses seseorang dalam memberi makna terhadap
informasi atau rangsangan yang diterimanya berdasarkan realita objek yang ditangkap
dan setiap objek dapat dipersepsikan secara berbeda tergantung pada keinginan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Berdasarkan pada pernyataan tersebut
jelas bahwa setiap guru memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu hal
termasuk dalam mengelola ruang kelas yang menjadi bagian dalam menstimulus
perkembangan anak. Apabila guru memiliki persepsi yang baik tentang peserta didik,
tentunya perkembangan anak akan terstimulus dengan baik. Hal ini juga didukung
oleh Baker bahwa persepsi guru merupakan hal yang sangat penting karena apabila
guru memiliki persepsi yang baik maka akan berdampak baik pula pada kualitas
pembelajaran yang diberikan, sementara itu apabila guru memiliki persepsi yang
buruk maka kualitas pembelajaran juga akan buruk.
Pembelajaran akan berjalan dengan efektif apabila guru memiliki persepsi
yang baik tentang pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan kunci dalam
pembelajaran. Ruang kelas yang dikelola dengan baik terlihat dari manajemen kelas
yang efektif untuk mengajar dan belajar.

Pengelolaan kelas merupakan kunci kegiatan pembelajaran di dalam


lingkungan sekolah. Ruang kelas yang dikelola dengan baik akan dapat memberikan

14
User Usman. 2009. Menjadi Guru Professional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal: 10.
15
Faizal Djabidi. 2016. Manajemen Pengelolaan Kelas. Malang: Madani. Hal 4
10

pengalaman yang menarik bagi anak dan semua orang yang terlibat di dalamnya.
Selain itu, pengelolaan kelas juga dapat membuat anak lebih aktif dan membuat guru
lebih mudah menangani permasalahan yang ada dikelas serta menghemat waktu yang
dimiliki oleh guru. Anak akan dapat menyerap ilmu pengetahuan dengan baik apabila
ia belajar dalam suasana kelas yang kondusif. Salah satu cara untuk menciptakan
suasana kelas yang kondusif adalah dengan cara mengelola ruang kelas sesuai dengan
kebutuhan anak usia dini. Mengelola ruang kelas yang akan digunakan dalam
pembelajaran tentunya harus mempertimbangkan kebutuhan peserta didik seperti
pemilihan manfaat, kegunaan dan aman dari komponen yang ada didalam ruang kelas
itu sendiri16

d. Pengelolaan Fisik Kelas dan Pengelolaan Siswa

Usaha pengelolaan kelas untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa


didasarkan pada pengelolaan kelas yang disampaikan oleh beberapa pakar
Pendidikan, oleh karena itu maka tujuan pengelolaan kelas dibedakan menjadi dua
jenis yaitu pengelolaan fisik dan pengelolaan siswa.

a) Pengelolaan Fisik

Pengelolaan fisik ini berkaitan dengan ketatalksanaan atau pengaturan kelas


yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding. Para siswa berkumpul untuk
mempelajari semua yang diberikan guru dengan harapan proses pengajaran dapat
berjalan dengan efektif. Pengelolaan kelas bersifat fisik ini meliputi pengadaan
pengaturan ventilasi dan tata cahaya, tempat duduk siswa, perlengkapan pengajaran,
penataan keindahan dan kebersihan ruang kelas.

b) Pengelolaan Siswa

Pengelolaan siswa ini berkaitan dengan pemberian stimulus dalam rangka


membangkitkan dan mempertahankan kondisi motivasi siswa untuk sadar dan
berperan aktif dan terlibat proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Manifestasinya dapat berbentuk kegiatan tingkah laku, suasana yang diatur atau
diciptakan guru dengan menstimulus siswa agar berperan aktif dengan proses
pembelajaran secara penuh. Bila dikelas diberi batasan sebagai kelompok orang yang
16
Baharudin dan Wahyuni, N. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruz Media.
11

belajar dengan karakteristik mereka, masing-masing berbeda yang satu dengan yang
lainnya. Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah melakukan pengelolaan dalam
mengefeektikan belajar mengajar. Menurut Louis V Johnson dalam Dwi Faruq untuk
mengelola kelas secara efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kelas adalah kelompok kerja yang diselenggrakan untuk tujuan tertentu,


diselesaikan oleh pekerjaan rumah dan dibimbing oleh guru.
2. Di kelas, guru bukan tutor ataupun membimbing belajar satu anak, tetapi
bagi semua anak atau kelompok
3. Kelompok mempunyai perilaku sendiri-sendiri yang berbeda dengan
perilaku individu. Kelompok tersebut akan mempengaruhi persepsi dan
gaya belajar individu.
4. Kelompok kelas berdampak pada anggota. Dampak buruk dibatasi oleh
usaha guru dalam membimbing mereka dikelas waktu belajar.
5. Praktik guru saat pembelajaran cenderung berpusat pada hubungan guru-
murid. Semakin banyak keterampilan yang dimiliki guru mengelola kelas
secara kelompok , makin puas anggota kelas tersebut.
6. Struktur kelompok, cara berkomunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan
oleh para guru, dalam mengelola baik untuk mereka yang tertarik pada
sekolah, maupun pada mereka yang apatis, masa bodoh dan tidak peduli.
7. Organisasi di dalam kelas tidak bisa dijadikan dasar untuk membangun
interaksi guru-siswa, tetapi menambah terciptanya efektivitas yaitu interaksi
yang bersifat kelompok. Ciptakan suasana kelas yang sehat dan efektif
untuk meningkatkan kemampuan siswa adalah sebagai berikut:
a. Manajemen kelas harus ada fasilitas untuk mengembangkan
kesatuan dan kerja sama
b. Anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisifasi dalam
pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan
kondisi belajar
c. Anggota-amggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan
kebimbangan, ketegangan, dan perasaan tertekan
d. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat diantara
siswa. Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai efek
terhadap pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap siswa
12

membuat siswa akan menjauhinya. Siswa labih banyak menolak


kehadiran guru, rasa dengki yang tertanam dalam diri siswa yang
menyebabkan bahan pelajaran sulit diterima oleh siswa.
Kecenderungan sikap siswa yang negative lebih dominan, lain
halnya jika guru selalu bersedia mendengarkan saran dan kritik dari
siswa, selalu terbuka dan tanggap terhadap keluhan siswa, adalah
guru yang disenangi siswa. Siswa nantinya akan rindu dengan
nasehat-nasehat yang diberikan guru tersebut17

2. Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Kelas

Kemampuan seorang guru dalam pengelolaan kelas, memiliki peranan yang


sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran.
Hal ini harus dipahami bahwa pendukung utama tercapainya tujuan pembelajaran
sebagai media pertemuan segala komponen pendidikan. Pengelolaan kelas merupakan
tugas utama yang memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran semaksimal
mungkin, meningkatkan, memperbaiki belajar siswa agar terlibat dalam kegiatan
mengajar dan lebih mudah dalam menerima pelajaran18
Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan guru dalam
mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal.
Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi
yang menguntungkan, menyenangkan peserta didik dan penciptaan disiplin belajar
secara sehat. Mengelola kelas meliputi mengatur ruang kelas, untuk pembelajaran dan
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.19
Dalam pengelolaan kelas yang efektif guru harus mempunyai tugas yang baik
diantaranya:

a. memberikan rangsangan kepada siswa dengan menyediakan tugas-tugas


pembelajaran yang kaya dan terancang baik, untuk meningkatkan
perkembangan intelektual, emosional, spiritual dan social siswa.

17
Faruqi, D. (2018). Upaya Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Melalui Pengelolaan Kelas. Evaluasi.
2 (1). Hal 301-303
18
Asbar, A. 2018. Strategi Guru dalam Pengelolaan Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
diSMP Negeri 39 Bulukumba. Jurnal Ilmiah Al-Qalam. 1 (12). Hal 93
19
Nurramidah. 2019. Hubungan Kemampuan Guru Dalam Mengelola Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa
diSMP Negeri 16 Medan. Jurnal Pendidikan dan Konseling. 2 (9). Hal 159
13

b. Berinteraksi dengan siswa untuk mendorong keberanian, menentang,


diskusi, menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan,
pertumbuhan, dan keberhasilan.
c. Berperan sebagai seorang yang membantu, seseorang yang mengarahkan
dan memberi penegasan. Rasa antusias, dengan demikian guru berperan
sebagai pemberi informasi dan fasilitator
d. Menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa nyaman tinggal
dikelas, menyenangkan, kondusif, sehingga efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Ini adalah esensi PAKEM ( pembelajaran aktif, kreatif dan
menyenangkan).
e. Seorang guru harus memfasilitasi, mendukung, dan mengakomodasi agar
siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri terkait pokok bahasan
mata pelajaran melalui proses seksplorasi, dan interaksi20.

A. Pengelolaan Ruang Kelas


1) Tata Ruang Kelas

Tata ruang kelas perlu disesuaikan dengan kondisi tata ruang kelas. Lemari
ruang kelas dapat diletakkan didekat papan tulis atau meja guru. Jika lemari kelas
tambahan dapat ditaruh di bagian belakang kelas, lemari tersebut terbuat dari kaca
untuk penyimpan piagam, dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat perabot kelas
dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi setempat.

2) Menata Perabot Kelas

Perabot kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang harus ada dan
diperlukan kelas . Perabot kelas meliputi : (a) papan tulis, (b) meja kursi guru, (c)
meja kursi peserta didik, (d) almari kelas, (e) jadwal pelajaran, (f) papan absensi, (g)
daftar piket kelas, (h) kalender pendidikan, (i) gambar-gambar, (j) tempat cuci tangan,
(k) tempat sampah, (l) sapu dan alat pembersih lainnya, dan (m) gambar-gambar alat
peraga. Dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Papan Tulis

20
Siti Yumnah. 2018. Strategi dan Pendekatan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran. Jurnal Studi Islam. 1
(13). Hal 23
14

Papan tulis harus cukup besar dan permukaan dasarnya harus rata. Warna dasar papan
tulis yang mulai menipis atau belang harus segera di cat ulang. Papan tulis harus
ditempatkan di depan dancukup cahaya. Penempatannya tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah, sehingga peserta didik yang duduk dibelakang masih melihat atau
membaca tulisan yang paling bawah
b. Meja kursi Guru

Meja kursi guru ukurannya disesuaikan dengan standart yang ada, meja guru berlaci
dan ada kuncinya, meja kursi guru ditempatkan di tempat strategis, misalnya di kanan
atau di kiri papan tulis, supaya tidak menghalangi pandangan peserta didik ke papan
tulis.

c. Meja kursi Peserta didik

Meja kursi peserta didik ditata sedemikian rupa sehinggga dapat menciptakan
kondidsi kelas yang menyenangkan, ukuran mejadan kursi disesuaikan dengan ukuran
badan peserta didik dan dilengkapi dengan tempat tas atau buku.

d. Lemari Kelas

Lemari kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis atau sebelah kiri atau kanan
dinding bisa juga diletakkan di sebelah meja guru.

e. Jadwal Pelajaran

Jadwal pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat.

f. Papan Absensi

Papan absensi ditempatkan di sebelah papan tulis atau di dinding samping kelas. Guru
juga harus memiliki catatan daftar hadir peserta didik di buku khusus, karena daftar
hadir di papan diganti setiap hari sesuai keadaan.

g. Daftar Piket kelas

Daftar piket kelas ditempatkan di samping papan absensi.

h. Kalender Pendidikan
15

Kalender pendidikan ditempel pada tempat yang mudah dilihat.

i. Gambar-Gambar

Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambing burung Garuda Pancasila ditempatkan
di depan kelas di atas papan tulis, posisi penempatannya disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku.

j. Tempat Cuci Tangan dan Lap Tangan

Tempat cuci tangan dan lap tangan diletakkan di depan kelas dekat pintu masuk

k. Tempat sampah

Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah disesuaikan
dengan kebutuhan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menata ruang kelas dan juga
mendesain kelas yang ideal dan mendukung bagi pembelajaran peserta didik adalah
sebagai berikut:21

1) Ventilasi

Banyaknya peserta didik yang berada dalam ruangan kelas membutuhkan


sirkulasi udara lancer sehingga udara dapat keluar masuk secara sempurna. Untuk
menciptakan udara yang sehat, selain menggunakan ventilasi udara standar seperti
jendela kelas, dapat digunakan kipas angin atau air conditioning (AC). Hal lain yang
perlu diperhatikan dan diantisipasi adalah masalah polusi udara. Masalah ini tidak
dapat dianggap enteng bagi sekolah-sekolah yang berada dipinggir-pinggir jalan
besar atau berada dekat lingkungan pabrik.

2) Penataan cahaya

Penataan cahaya merupakan peran yang sanagat penting bagi terlaksananya


proses pembelajaran. Cahaya yang masuk keruangan kelas perlu diperhitungkan
dengan memadai supaya seimbang, tidak kelebihan, dan tidak kekurangan. Kelas
21
Seni Apriliya. 2007. Manajemen Kelas Untuk Menciptakan Iklim Belajar Yang Kondusif. Jakarta: Visindo
Media Persada.
16

dengan cahaya berlimpah akan menyilaukan peserta didik ketika membaca dan
berinteraksi dikelas. Selain itu kelas yang terlalu terang dapat merusak organ
penglihatan peserta didik. Sebaaliknya, kelas yang kekurangan cahaya mengakibatkan
suasana kelas menjadi redup sehingga peserta didik karena tidak mampu melihat
dengan sempurna. Kelas yang redup dikhawatirkan dapat membuat peserta didik tidak
bersemangat dan cepat mengantuk.
Suasana dan kondisi kelas secara fisik akan sangat kondusif bagi
keberlangsungan kegiatan pembelajaran jika ruangan mampu menyerap sinar
matahari secara optimal. Selain membantu mengoptimalkan penerangan kelas, cahaya
yang masuk dalam ruang kelas juga berpengaruh positif terhadap kesehatan peserta
didik.

a. Penggunaan Warna

Pemilihan chat warna untuk dinding ruang kelas juga ikut berpengaruh dalam
menciptakan suasana belajar. Untuk memberikan semangat bagi peserta didik dalam
belajar.

b. Penataan Bangku

Penataan bangku memiliki kontribusi yang sangat besar bagi keberlangsungan


kegiatan pembelajaran di kelas. Pengaturan bangku dapat dilakukan dengan fleksibel
memungkinkan peserta didik untuk melakukan pergerakan, bekerja sama dengan
peserta didik lain dan tetap dapat mengakses informasi yang diberikan guru dengan
mudah. Penataan bangku dapat dilakukan secara berubah-ubah tujuannya agar
menghilangkan kejenuhan peserta didik dengan posisinya yang berada pada tempat
yang sama secara terus menerus. Perubahan penataan bangku dilakukan sesuai
metode pembelajaran yang dilakukan, misalnya berkelompok, individu, berpasangan
dan sebagainya.
17

Ada beberapa penataan bangku yang ada yaitu sebagai berikut:

1. Fomal Tradisional
2. Formasi Auditorium
3. Formasi Chevron
4. Formasi Kelas Bentuk Huruf U
5. Formasi Meja Pertemuan
6. Formasi Konferensi
7. Formasi Pengelompokkan Terpisah
8. Formasi Tempat Kerja
9. Formasi Kelompok Untuk Kelompok
10. Formasi Lingkaran
11. Formasi Peripheral

c. Pemberian Aroma Terapi

Aroma terapi bekerja dengan cara memengaruhi kerja system otak. Aroma terapi yang
disemprotkan kedalam ruang kelas akan memberikan rangsangan bagi saraf-saraf
pembau yang kemudian disampaikan ke hipotalamus.

d. Pengaturan tanaman dan tumbuh-tumbuhan

Salah satu fungsi tanaman dan tumbuh-tumbuhan adalah sebagai penyuplai oksigen.
Keberadaan oksigen yang cukup akan membuat udara segar sehingga lingkungan
lebih nyaman. Tanaman dan tumbuh-tumbuhan dapat diletakkan baik diluar maupun
didalam kelas. Untuk tanaman hias dengan ukuran pot yang tidak terlalu besar,
beberapa dapat diletakkan didalam kelas. Selain untuk memperindah ruangan,
tanaman dapat membantu menyediakan oksigen sehingga membuat ruangan akan
lebih nyaman. Sementara itu tanaman yang berada di pot ukiuran besar dapat
diletakkan diluar kelas dengan penataan yang sedekian rupa sehingga terlihat rapi dan
indah.22

3. Strategi Pengelolaan Kelas

Adapun strategi pengelolaan kelas yaitu untuk menciptakan suasana atau


kondisi kelas yang baik, seorang guru harus bisa menciptakan kondisi baru yang
22
Erwin Widiasworo. 2018. Cerdas Pengelolaan kelas. Yogjakarta: DIVA Press hal 44-79
18

menguntungkan proses belajar mengajar sehingga siswa bersemangat dalam


belajarnya. Keterampilan yang harus dimiliki guru terkait dengan menciptakan dan
memelihara kondisi belajar adalah sikap tanggap, membagi perhatian, dan pemusatan
perhatian kelompok.
Berusaha menghentikan perilaku siswa yang menyimpang. Guru melakukan
identifikasi masalah dengan jalan berusaha memahami dan menyelidiki
penyimpangan tingkah laku siswa yang mengganggu kelancaran proses belajar
mengajar dikelas. Setelah itu guru akan memberikan arahan, teguran dan bimbingan
serta untuk menciptakan perilaku siswa yang mendukung kelancaran proses
pembelajaran. Membuat aturan kelas menumbuhkan disiplin kelas atau mencegah
terjadinya pelanggaran disiplin dapat dilakukan dengan cara membuat aturan kela dan
menjalin hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa akan berdampak pada
pengelolaan kelas terutama dalam meningkatkan efektifitas pengajaran.
Hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-
sifat sebagai berikut:

a) Keterbukaan guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri
b) Tanggap, bilamana seseorang tahu bahwa tindakanya dinilai orang lain
c) Saling ketergantungan antara satu dengan yang lain
d) Kebebasan yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan
keunikannya, kreatifitas, dan kepribdianya.
e) Saling memenuhi kebutuhan sehingga tidak ada kebutuhan satu orangpun yang
tidak terpenuhi

Inilah konsep dasar pengelolaan kelas dan inilah tugas guru sebagai pengelola
pembelajaran. Guru harus menyadari bahwa perilaku dan perbuatan anak didik sering
berubah. Oleh karena itu, tanggung jawab guru sebagai pengelola kelas adalah selalu
berusaha mengkondisikan kelas selalu berusaha mengkondisikan kelas agar dinamis
yang mendukung proses pendidikan interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran23

A. Strategi Membangun Kerjasama Peserta Didik

23
Ibid, hal 303-304.
19

Dalam mengelola kelas, guru hendaknya membangun kerja sama dengan


peserta didik. Selain itu, supaya suasana kelas- selalu kondusif, guru juga harus
mampu mengembangkan sikap saling kerja sama di antara peserta didik. Adanya
kerjasama, baik antar peserta didik maupun antara guru dengan peserta didik dapat
memungkinkan terciptanya kondisi kelas yang efektif dan kondusif untuk beajar.
Guru dapat menjalin dan mengembangkan kerjasama antar siswa dengan
berbagai cara yaitu terlebih dahulu memilih pengurus kelas, penyusunan jadwal piket.
Ini dilakukan oleh guru yang juga merupakan sebagai wali kelas. Kedua, bersihkan
kelas dan lingkungan nya. Kegiatan ini melatih peserta didik untuk gotong royong dan
bekerja sama menciptakan lingkungan kelas yang bersih dan nyaman. Ketiga,
berdiskusi, berlatih, mengamati atau bekerja dalam kelompok yang memungkinkan
peserta didik dapat bekerjasama satu dengan yang lain. Guru dapat melakukannya
saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam ataupun di luar kelas. Keempat,
kunjungi teman yang sakit, dan bantu teman yang mengalami musibah. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk kepedulian antar peserta didik, kepedulian yang dimiliki
oleh peserta didik dapat memudahkan dalam membangun kerja sama mereka.
Sementara itu, diperlukan semangat dan membangun kerja sama antara guru
dengan peserta didik. Saat berhadapan dengan siswa, guru harus mampu memberikan
teladan yang baik melalui sikap ramah, dan tersenyum tetapi harus memberikan kesan
profesionalisme dan berwibawa. Strategi yang dikembangkan guru saat menjalin
hubungan kooperatif dengan siswa yaitu:

a) Menjalin Hubungan Baik

Guru harus menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik dan
membentuk sikap yang antusias dan professional, membangun hubungan yang baik
artinya guru harus menjalin kedekatan dan keakraban dengan peserta didik. Jika ada
hubungan yang baik antara guru dan peserta didik, maka hubungan kerjasama juga
akan terjalin dengan baik. Melalui kerjasama antara guru dan peserta didik, maka
pengelolaan kelas dapat tercapai dengan optimal.

b) Berusaha Memahami Latar Belakang Peserta Didik

Untuk menjalin hubungan yang baik antara guru dengan peserta didik, maka
guru harus memahami kepribadian dan sifat mereka. Peserta didik memiliki
20

kepribadian dan sifat yang beragam sehingga membutuhkan pendekatan yang


spesifik. Guru dapat memahami karakter dan sifat mereka dengan memahami dahulu
latarbelakangnya, seperti keluarganya, agama, dan tingkat kecerdasan anak tersebut.
Latar belakang peserta didik sangat berpengaruh terhadap sikap dan karakternya
didalam sekolah, dan akan berpengaruh oleh kerjasama dengan guru. Jadi,
pemahaman latar belakang peserta didik akan berpengaruh kepada perlakuan
kerjasama peserta didik dengan guru.
Dalam proses belajar mengajar merupakan hal mutlak yang harus dilakukan
guru untuk mengelola kelas dan memahami latar belakang siswa. Jika guru memiliki
pemahaman yang mendalam tentang latar belakang siswa, guru akan dapat
menyesesuaikan metode mana yang akan digunakan untuk menyesuaikan
latarbelakang siswa tersebut.
Maka jika metode pembelajarannya dibuat berkelompok, guru akan memilih
peserta didik yang kepandaiannya di atas rata-rata kedalam beberapa kelompok yang
peserta didiknya memiliki tingkat kepandaian dibawah rata-rata agar peserta didik
yang tergolong pintar akan bias membantu teman nya yang masih memiliki tingkat
kepandaian di bawah rata-rata sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih
optimal.

c) Penguasaan Materi dan Cara Penyajian yang Menarik

Guru harus mampu menguasai pengetahuan dan materi yang akan diajarkan,
sehingga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta didik yang mempunyai
kemampuan berpikir lebih. Penguasaan materi yang mendalam memungkinkan guru
untuk meningkatkan kerjasama dengan peserta didiknya, dan mencapai tujuan
pembelajaran.
Guru juga harus mampu menyampaikan materi dengan baik agar materi yang
disampaikan lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Melaui penggunaan metode
pembelajaran yang beragam dan menyenangkan, agar tidak membuat peserta didik
bosan mendengar guru mneyampaikan materi pembelajaran. Tidak hanya metode
pembelajaran, media pembelajaran juga sangat dibutuhkan terutama untuk materi
yang sulit untuk dipahami peserta didik.

d) Penggunaan Model Pembelajaran yang Bervariasi


21

Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi akan menambah minat


belajar peserta didik, tentunya metode pembelajaran yang bervariasi akan mendorong
hubungan guru dengan peserta didik dikelas.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan guru ketika akan
memilih model pembelajaran tertentu. Yaitu , materi yang ingin disampaikan, kondisi
peserta didik, sarana dan prasarana, fasilitas pembelajaran, kemampuan guru dalam
menggunakan model pembelajaran.

e) Memberi Pembinaan Khusus Untuk Peserta Didik yang Bermasalah

Beberapa peserta didik memiliki masalah di dalam hidupnya, peserta didik


yang memiliki masalah harus ditangani dengan tepat. Jika tidak ditangani, itu akan
mempengaruhi pada peserta didik yang lain. Peserta didik perlu dibina secara khusus
oleh guru yang bersangkutan atau wali kelas, tetapi jika wali kelas mengalami
kesulitan, maka bisa dikoordinasikan dengan guru bimbingan konseling untuk
membantu membina peserta didiknya yang mengalami masalah. Dibutuhkan
keterampilan guru yang mengatasi dan memecahkan permasalahan peserta didik dan
menyelidiki latar belakang masalah tersebut untuk menemukan solusi yang tepat.24

B. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

Masalah siswa adalah bahwa faktor utama yang harus dilakukan guru adalah
meningkatkan semangat kolektif dan pribadi siswa. Hubungan guru-murid harmonis,
dan kerjasama tingkat tinggi antara murid dijalin dalam bentuk interaksi. Produksi
interaksi terbaik bergantung pada metode yang digunakan oleh guru dalam
pengelolaan kelas. Metode-metode tersebut adalah:

1. Pendekatan kekuasaan

Manajemen kelas diartikan sebagai proses pengendalian perilaku siswa. Peran


guru disini adalah menciptakan dan memelihara situasi disiplin di dalam kelas.
Disiplin adalah kekuatan yang menuntut siswa untuk taat. Diantaranya adalah
kekuasaan dan norma yang mengikat yang harus dipatuhi oleh anggota kelas. Guru
mendekatinya melalui kekuatan bentuk normative

2. Pendekatan Ancaman

24
Erwin Widiasworo. (2018). Cerdas Pengelolaan Kelas. Yogyakarta: DIVA Press. Hal 102-112
22

Berawal dari metode ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas


merupakan proses pengendalian perilaku siswa melalui ancaman (seperti pelarangan,
ejekan, sarkasme, dan paksaan).

3. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan sebagai proses yang dapat membantu siswa melakukan


sesuatu dengan bebas kapanpun dan dimanapun. Peran guru adalah mengupayakan
kebebasan siswa semaksimal mungkin

4. Pendekatan Resep

Metode peresepan ini dilakukan dengan memberikan daftar yang menjelaskan


apa yang harus dan tidak boleh dilakukan guru dalam menanggapi semua masalah
atau situasi yang muncul di kelas. Daftar tersebut menjelaskan pekerjaan guru
selangkah demi selangkah. Tugas guru hanya mengikuti petunjuk di resep.

5. Pendekatan Pengajaran

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak dapat dihindari,
perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah terjadinya masalah. Cara ini kurang
baik untuk mendorong perilaku siswa. Peran guru adalah merencanakan dan
melaksanakan mata pelajaran yang baik.

6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses


untuk mengubah tingkah laku peserta didik. Peranan guru adalah mengembangkan
tingkah laku peserta didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang tidak baik.
Untuk itu menurut pendekatan tingkah laku yang baik dan positif harus dirangsang
dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan tidak puas dan
pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.

7. Pendekatan Sosio-Emosional

Jika hubungan interpersonal yang baik dibangun di dalam kelas, pendekatan


sosial-emosional akan terwujud secara maksimal. Hubungan ini termasuk hubungan
antar siswa. Dalam hal ini, guru adalah kunci utama untuk mengembangkan hubungan
tersebut. Oleh karena itu, guru hendaknya menumbuhkan suasana kelas yang baik
23

dengan menjaga hubungan interpersonal di dalam kelas. Bangun hubungan guru-


murid yang positif, pemahaman dan pengasuhan, dan sikap protektif. Seharusnya guru
mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi
dikelas. Untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti
dan mengayomi dan sikap melindungi.

8. Pendekatan Kerja Kelompok

Peran guru dalam metode ini adalah untuk mendorong pengembangan dan
kerjasama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok menuntut guru
memiliki kemampuan menciptakan kondisi untuk menjadikan kelompok sebagai
kelompok yang produktif.Selain itu, guru harus dapat menjaga kondisi tersebut agar
dapat mempertahankan kondisi yang baik. Untuk menjaga kondisi kelas, guru harus
mampu menjaga semangat kerja yang tinggi, menyelesaikan konflik dan mengelola
masalah manajemen.

9. Pendekatan Elektis dan Pluralistik

Pendekatan elektis ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif


wali kelas atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan
situasi yang dihadapinya. Pengguanaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin
dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus dikombinasikan.
Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistic yaitu pengelolaan kelas yang
berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk
dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efesien. Guru memilih dan menggabungkan secara
bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan
penggunaanya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu rumpun kegiatan guru
untuk ,menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan
proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.25

C. Hubungan Guru dan Peserta Didik

Hubungan guru dengan peserta didik dapat dikatakan baik jika hubungan
tersebut memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

25
Ibid, hal 106-109
24

a) Memahami

Guru membekali siswa dengan pemahaman yang benar kepada peserta didik agar ia
dapat merespon terhadap proses pembelajaran yang dialaminya. Hal ini penting agar
peserta didik dapat memahami pembelajaran yang dialaminya semata-mata hanya
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

b) Saling Terbuka

Guru dan peserta didik harus jujur dan saling terbuka dalam memberikan informasi
yang nantinya akan digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan proses
pembelajaran.

c) Komunikasi

Guru dan peserta didik perlu berkomunikasi secara aktif untuk membangun
pemahaman yang baik, yang dapat mendorong dan memudahkan proses
pembelajaran.

d) Kebebasan

Guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tahap kedewasaannya, kepribadiannya, serta perkembangan
kreativitasnya.

e) Dukungan

Guru dan peserta didik harus saling mendukung agar dapat merealisasikan
manfaatnya dengan baik. Guru membutuhkan peserta didik yang taat kepada aturan,
mengikuti setiap mata pelajaran dengan baik, serta terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. Sementara peserta didik kepentingannya dapat dipenuhi oleh guru
melalui proses pembelajaran yang menyenangkan, nyaman, inspiratif dan mampu
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya26

D. Peraturan Kelas

26
Euis Karwati dan Donni.(2015) Manajemen Kelas. Bandung: Alfabeta. hal 132-134
25

Selain melakukan berbagai pendekatan, guru juga dapat membuat peraturan


kelas yang dibuat bersama-sama antara guru dengan peserta didik. Peraturan tersebut
menjadi komitmen Bersama yang harus dilaksanakan dan ditaati, baik oleh semua
peserta didik maupun guru yang mengajar dikelas tersebut. Peraturan kelas dibuat
untuk menciptakan kedisiplinan anggota kelas. Keberadaan peraturan kelas dapat
memudahkan guru dalam hal penanggulangan pelanggaran disiplin. Supaya aturan-
aturan yang dibuat guru Bersama peserta didik dapat diterapkan, perlu diperhatikan
beberapa saran berikut

1. Aturan yang dibuat harus seminimal dan sejelas mungkin

Dalam membuat aturan, harus jelas dan tidak bertele-tele. Hal ini bertujuan
untuk peserta didik langsung mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Lebih baik lagi jika guru menjelaskan konsekuensi dari aturan yang telah dibuat, baik
itu positif maupun negative. Guru dapat memberikan reward berupa pujian atau
hadiah bagi peserta didik yang telah mematuhinya. Peserta didik yang belum
mematuhi aturan maka diberikan sanksi yang mendidik dan memotivasi mereka.

2. Hadiah atau hukuman harus masuk akal

Jika ada peserta didik yang bermasalah guru harus melakukan pendekatan
dengan memberikan pengertian secara efektif. Jika guru memberikan tugas dan
peserta didik merasa keberatan, guru dapat memberikan penjelasan. Misalnya, peserta
didik harus mengerjakan tugas tepat waktu, meskipun terpaksa tetapi peserta didik
masih mampu melakukan hal lain yang mereka sukai. Jadi, mengerjakan tugas bukan
penghalang bagi mereka melakukan aktivitas yang mereka sukai.

3. Banyak berkomunikasi dengan peserta didik

Menjaga komunikasi adalah hal yang paling efektif bagi terlaksananya


bimbingan dan pendidikan yang dilakukan guru dan peserta didik. Komunikasi yang
baik memungkinkan guru dan peserta didik saling memahami satu sama lain. Guru
memberikan penjelasan dari sudut pandang dirinya sebagai seoramg guru dan
26

memberikan penjelasan pula tentang perkembangan yang telah diraih oleh setiap
peserta didik.

4. Bekerja sama dengan peserta didik

Dalam membuat aturan hendaknya guru melakukan Bersama peserta didik.


Ada kerja sama antara guru dan peserta didik dalam menciptakan aturan dan
konsekuensinya, sehingga masing-masing memiliki kontribusi.

5. Bersikap dan berfikir positif

Menerapkan kedisiplinan pada peserta didik bukan berarti mendidik mereka


dengan cara yang keras. Guru dapat memberikan pilihan. Misalnya, saat peserrta
didik terlambat mengerjakan tugas, guru dapat memberikan pilihan untuk berusaha
lebih keras lagi atau kehilangan jatah waktu istirahatnya. Pendekatan seperti ini akan
membuat peserta didik memiliki motivasi sendiri secara internal maupun eksternal.

6. Pendekatan kepada peserta didik yang bermasalah

Mengajak berbicara dan berdiskusi dengan peserta didik yang bermasalah


akan membuat guru memahami alas an mengapa peserta didik tersebut bermasalah.
Guru dapat segera mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut tanpa harus
mengucilkan dan mempermalukan peserta didik yang bermasalah dari teman-
temannya27

4. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian yang memiliki persamaan atau yang relevansi dalam mengangkat
persoalan dari beberapa penelitian masa lampau yaitu sebagai berikut :

1) Penelitian oleh Dita Afianti dkk. (2020). Jurnal. Dengan judul Identifikasi Kesulitan
Guru Dalam Pengelolaan Kelas di Sdn 7 Woja Kecamatan Woja Kabupaten Dompu.
27
Erwin Widiasworo. op. cit. hal 192
27

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik


Pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan wawancara semi terstruktur
dan dokumentasi. Analisis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data
model Milles dan Huberman yang teridiri dari reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengidentifikasi
kesulitan guru, 2) faktor penyebab kesulitan nya, dan 3) solusi mengatasi kesulitan
guru dalam kegiatan pengelolaan kelas di Sekolah Dasar Negeri 7 Woja. Yang mana
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam
mengelola kelas di SDN 7 Woja meliputi kesulitan mengelola kedisiplinan peserta
didik, Kesulitan mengendalikan tingkah laku peserta didik dan Kesulitan mengatur
alat-alat pengajaran. Faktor penyebab terjadinya kesulitan yang dihadapi oleh guru
dalam mengelola kelas antara lain terdapat a. faktor guru, b. faktor siswa dan c. faktor
Fasilitas. Solusi untuk guru dalam menghadapi kesulitan dalam pengelolaan kelas
yaitu Memperbaiki format belajar mengajar, melakukan bimbingan dan pendekatan,
memilih metode yang tepat dan memodifikasi media pembelajaran, melakukan
diskusi dan evaluasi dengan sesama guru dan kepala sekolah.28
2) Penelitian oleh Budi Purnomo dan Febliana Aulia. (2018). Jurnal. Dengan judul
Pelaksanaan Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan penyelenggaraan kelas. Hasil penelitian ini adalah a)
Pengaturan siswa, b) Pengaturan Fasilitas kelas.Berdasarkanhasil observasi yang
penulis lakukan pada tanggal 14 Maret 2016 oleh peneliti, dapat diketahui bahwa
dalam mengatur siswa, guru terlebih dahulu membuat struktur organisasi kelas
meliputi ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris, bendahara serta seksi-seksi bidang
seperti bidang olahraga, seni, kebersihan, keamanan dan sosial. Pembuatan struktur
organisasi kelas bertujuan agar guru dapat lebih mudah untuk mengontrol dan
mengkondisikan kelas menjadi kelas yang baik dan nyaman sebagai tempat
penyelenggaraan pedidikan. Pembahasan mengenai pelaksanaan pengelolaan kelas di
SDN 77/1 Penerokan terlebih dahulu mengatur siswa yang berada di dalam kelas
yaitu dengan membuat struktur organisasi kelas meliputi ketua kelas, wakil ketua
kelas, sekretaris, bendahara serta seksi-seksi bidang seperti bidang olahraga, seni,
Afianti, D., Witono, A. H., & Jiwandono, I. S. 2020. Identifikasi Kesulitan Guru Dalam Pengelolaan Kelas
28

Di SDN 7 WOJA Kabupaten Dompu. Jurnal Elementari Edukasi 3 (2) , 204-211


28

kebersihan, keamanan dan sosial.. Selain itu guru memberikan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas dari masing-masing siswa yang memiliki jabatan dalam organisasi
kelas. Setelah itu, pelaksanaan pegelolaan kelas dilanjutkan dengan pengaturan
fasilitas kelas meliputi mengatur tempat duduk siswa yaitu semua siswa menghadap
ke papan tulis. Siswa duduk secara berpasangan. Meja guru berada di depan sebelah
kiri siswa, sedangkan papan tulis berada di tengah. Alat pengajaran seperti gambar
pahlawan dan gambar rumah adat dan pakaian adat seluruh provinsi yang ada di
Indonesia digantungkan di dinding kelas dengan rapi, walaupun jumlahnya tidak
terlalu banyak.29
3) Penelitian oleh Minsih dan Aninda Galih D (2018) Jurnal. Dengan judul Peran Guru
dalam Pengelolan Kelas. Penelitian ini memakai jenis penelitian kualitatif deskriptif.
Metode pengumpulan datanya dengan wawancara mendalam, observasi, dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penelitian ini dapat
disimpulkan dalam pengelolan kelas inovatif di MI Muhammadiyah Program Khusus
Kartasura dimulai dari guru membuat RPP yaitu guru akan merencanakan untuk
menggunakan model, metode dan strategi yang akan digunakan yang sesuai dengan
materi yang akan diajarkan. Guru selalu mengusahakan menggunakan strategi yang
bervariasi dalam setiap pembelajaran, sehingga siswa selalu aktif dan semangat dalam
proses pembelajaran.30
Dari beberapa jurnal diatas, yang menjadi perbedaannya antar bahasan mereka
dengan skripsi ini yaitu di jurnal pertama lebih berfokus kepada masalah tentang
identifikasi kesulitan guru mengelola kelas, factor penyebabnya dan solusi nya. Dan
begitu juga dengan jurnal kedua yaitu lebih berfokus pada pembahasan tentang
pengaturan peserta didik, dan pengaturan fasilitas kelas, pada jurnal ketiga berfokus
pada merencanakan strategi kelas yang inovatif dalam setiap pembelajaran.
Sedangkan skripsi ini lebih berfokus tentang pengelolaan peserta didik, pengelolaan
ruang kelas, dan usaha yang dilakukan guru dalam pengelolaan kelas.

29
Purnomo, B., & Aulia, F. 2018. Pelaksanaan Pengelolaan Kelas Di Sekolah Dasar. Jurnal Gentala
Pendidikan Dasar . 3 (1). 13-30
30
Minsih dan Aninda Galih D. 2018. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas. Profesi Pendidikan Dasar. 5 (1).
22-25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian maka penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini merupakan sebuah studi lapangan yang
bertujuan untuk menggali pemahaman, menguraikan dan mengungkapkan informasi
tentang Pengelolaan Kelas. Peneliti menggunakan penelitian ini karena penelitian
kualitatif sejalan dengan rumusan masalah peneliti yaitu karena ingin mengetahui
tentang kondisi ruang kelas, tindakan guru, dan usaha guru dalam mengelola kelas di
SMA Muhammadiyah, oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kualitatif karena dibutuhkan ad alah infomasi secara langsung dari orang-orang yang
terlibat langsung dan orang-orang yang terkait dengan fokus penelitian ini.
Penelitian kualitatif menghasilkan deskripsi yang berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari perilaku para narasumber yang dapat diamati di lapangan.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk membentuk pemahaman yang rasional oleh
karena itu peneliti memilih metode kualitatif untuk penelitiannya agar menggali
pemahaman yang lebih terkait pelaksanaan pengelolaan kelas oleh orang yang terlibat
langsung di lapangan. Aktivitas internal yang dilakukan dalam penelitian ini di
antaranya adalah mengamati lingkungan sekolah, berinteraksi dengan mereka,
berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Kemudian,
penelitian yang digunakan cenderung menggunakan analisis induktif, bersumber dari
data yang ada dan memanfaatkan teori agar lebih jelas. Menemukan hipotesis atau
teori maka penelitian kualitatiflah yang digunakan.31
Penelitian ini mengumpulkan informasi dan data melalui observasi terhadap
kejadian serta makna yang melatarbelakanginya. Data observasi dan wawancara akan
dipaparkan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan, alasan-alasan yang
menjadi dasar melakukan sesuatu kemudian diinterpretasi berdasarkan maksud dan
alasan pelakunya. Untuk mendapatkan pemahaman komprehensif, objektif dan
akademik tentang pengelolaan kelas maka saya melakukan penelitian ini dengan judul
Pengelolaan Kelas di SMA Muhammadiyah Kec. Kualuh hulu Kab. Labuhanbatu
Utara.

31
Mamik. 2015. Metodologi Kualitatif, Sidoarjo: Zifatma Publishe. hal 3

29
30

B. Partisipan dan Setting Penelitian


Setting penelitian yaitu berisikan tentang langkah-langkah penelitian yang
digunakan peneliti dalam rangka menggambarkan situasi yang sesungguhnya terjadi.
a. Subjek dan Informan

Informan penelitian ini adalah pertama, kepala sekolah, yaitu manajer dalam
segala kegiatan atau pemberi keputusan disekolah baik pengelolaan kelas atau
penyedia fasilitas kelas disekolah. Kedua, wali kelas yang merupakan kunci utama
dalam pengelolaan kelas terkait dengan bagaimana ia merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi pelaksanaan pengelolan kelas dan ketiga adalah guru bidang studi
yang terlibat langsung dalam pengelolaan kelas yang baik, pemilihan guru bidang
studi sebagai informan peneliti yaitu merupakan rekomendasi dari kepala sekolah dan
merupakan guru yang peduli terhadap pengelolaan kelas. Subjek utama yang menjadi
sumber data primer adalah kepala sekolah, wali kelas sebanyak 3 orang yaitu wali
kelas X, XI dan XII. Dan guru sebanyak 2 orang yaitu guru biologi dan guru
akuntansi. Sedangkan sumber data sekunder adalah data-data sekolah seperti fasilitas
kelas dan dokumen sekolah. Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung atau wawancara langsung peneliti dengan narasumber, sedangkan sumber
data sekunder adalah data yag diperoleh dari data yang telah ada. Peneliti memilih
informan penelitian ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa para informan benar-
benar terkait langsung dengan proses pengelolaan kelas di SMA Muhammadiyah
Kab. Labuhanbatu Utara.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Kec. Kualuh Hulu. Kab.


Labuhanbatu Utara, Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan, selanjutnya
mengurus izin penelitian. Letak geografis sekolah ini yaitu berdekatan dengan jalan
raya dan di samping mesjid raya, daerah sekolah tersebut masyarakatnya mayoritas
beragama islam, sekolah tersebut termasuk sekolah islam yang setiap waktu zuhur
masyarakat disekolah pergi ke masjid di samping sekolah untuk menunaikan ibadah
sholat, dan masyarakat disana juga kebanyakan bersuku jawa dan bermarga. Alamat
SMA Muhammadiyah yaitu di Jl.Serma Ghazali Sinaga Nomor 3, Aekkanopan.
31

C. Metode Pengumpulan Data


Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi non partisipan

Observasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data dengan cara


mengamati kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam metode ini peneliti
menggunakan observasi non partisipan yaitu pengamatannya tidak ikut serta dalam
kegiatan dan hanya mengamati kegiatan tersebut dan tidak ikut dalam kegiatannya 32.
Peneliti membuat catatan tentang apa yang dilihat dan didengar secara langsung baik
di dalam kelas maupun di luar kelas. Tujuan dari kegiatan pengamatan adalah untuk
merekam secara langsung aktivitas informan terkait dengan permasalahan dalam
penelitian ini kemudian membandingkannya dengan hasil wawancara dari para
informan. Dalam mengumpulkan informasi yang sebenarnya dan banyak, aktivitas
pengamatan dilakukan secara tidak rutin, tujuannya agar kegiatan pengamatan dapat
melihat apa adanya dan agar tidak terjadi kejenuhan. Observasi dilakukan dengan
mengamati dan mendengarkan proses pengelolaan kelas yang berlangsung di dalam
kelas oleh guru dan peserta didik, seperti tata ruang kelasnya, penataan kelas, dan
pendekatan guru dan peserta didik.

2. Wawancara Semi Terstruktur

Wawancara dengan subjek dan informan dengan metode wawancara semi


terstruktur, yaitu peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan besar yang akan
dikembangkan dari rumusan masalah. Peniliti akan mengontrol jalannya interview
dan tetap akan fokus ke permasalahan awal agar informan tidak terlalu jauh lari dari
fokus permasalahan yang akan di teliti meskipun wawancara bersifat santai. Tujuanya
adalah dengan wawancara tatap muka, peneliti bisa mengamati sikap informan dalam
menerima pertanyaan, berdasarkan sikap informan tersebutlah peneliti mengatur
strategi untuk menciptakan suasana yang akrab setelah suasana kedekatan muncul
barulah peneliti menggali data yang dibutuhkan. Selanjutnya dalam melakukan
wawancara pertanyaan-pertanyaan pokok dilakukan secara berturut. Cara dimaksud
untuk menciptakan suasana yang santai dalam melakukan wawancara secara alami.
32
Nana Syaodih Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Hal 220
32

Peneliti akan mewawancarai kepala sekolah tentang pengadaan fasilitas belajar


dikelas, wali kelas dan guru mengenai peralatan pengajaran dikelas seperti audio,
infokus, buku pembelajaran yang dipakai saat dikelas dan format pembelajaran seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru.

3. Dokumentasi

Studi dokumen dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkaji dokumen-


dokumen yang ada kaitannya dengan pengelolan kelas di SMA Muhammadiyah
kabupaten Labuhanbatu Utara. Suharsimi arikunto menjelaskan bahwa métode
dokumentasi yaitu mencari data berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya 33 Data dokumen yang
dikumpulkan seperti dokumen profile sekolah, historis dan geografis, struktur
organisasi, keadaan sekolah, visi misi sekolah dan keadaan fasilitas yang ada di dalam
kelas dan suasana saat proses belajar dikelas, tata tertib dan peraturan yang berlaku.
Data ini dipergunakan untuk menambah data yang ada yang diperoleh melalui
wawancara, observasi berperan serta yang kesemuanya itu untuk memperoleh data
sekolah.

D. Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman model analisis data yaitu pengumpulan data,
reduksi data, presentasi data, dan kesimpulan.
Model Analisis Data Kualitatif (Huberman dan Miles)
Masa Pengumpulan data

REDUKSI DATA

Antisipasi selama pasca


PENYAJIAN DATA
ANALISIS
selama pasca

PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI
Selama pasca

33
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal
206
33

Gambar 1. Analisis Data Kualitatif 34


1. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mengungkapkan hal-hal yang
penting, seperti menggolongkan dan membuang yang tidak dibutuhkan dan menyusun
data agar lebih sistematis sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan yang bermakna.
Reduksi data meringkas hasil pengumpulan data ke dalam konsep, kategori yang akan
di sederhanaan dari lapangan, itulah kegiatan reduksi data. Data yang sudah peneliti
kumpulkan terkait dengan penelitian kemudian di kelompokkan menjadi beberapa
bagian.

2. Penyajian Data

Setelah reduksi data, kemudian data di susun sehingga memungkinkan untuk


penarikan kesimpulan. Penyajian data memudahkan untuk melihat kondisi apa yang
sedang terjadi dilapangan. Proses display data ini menguraikan secara keseluruhan
dari sekelompok data yang diperoleh agar mudah dibaca. Dengan adanya penyajian
data maka peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dalam penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara berulang selama berada


dilapangan. Data yang telah disusun sesuai pola dan mencari garis besar
permasalahan terkait dengan kondisi yang terjadi. Kesimpulan itu juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung dengan cara tinjauan ulang catatan lapangan, sehingga
kesimpulan yang ditarik dapat dipertangungjawabkan sesuai yang terjadi di lapangan.
Data penelitian pada pokoknya berupa kata-kata, tulisan dan tingkah laku yang terkait
dengan aktivitas pengelolan kelas di SMA Muhammadiyah kabupaten Labuhanbatu
Utara.

34
https://insanajisubekti.wordpress.com/2013/03/30/analisis-data-kualitatif/amp/
34

E. Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif faktor keabsahan data juga sangat diperhatikan
karena suatu hasil penelitian tidak ada artinya jika tidak mendapat pengakuan
terhadap hasil penelitian ini terletak pada keabsahan data penelitian yang telah
dikumpulkan. Berpedoman kepada pendapat Lincoln & Guba, untuk mencapai
ustwonhiness (kebenaran), dipergunakan teknik kredibilitas, transferabilitas,
dependabilitas, dan konfirmabilitas yang terkait dengan proses pengumpulan data dan
analisis data.35

1. Kredibilitas (Keterpercayaan)

Pengujian ketepatan referensi terhadap data temuan dan interpretasi. Pada


laporan penelitian, peneliti akan membedakan antara data yang dikumpulkan dari
lapangan dan interpretasi peneliti terhadap data tersebut. Menurut Moleong,
triangulasi ialah teknik pemeriksaan keabsahan data dapat memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembandingan
terhadap data yang diperoleh dari penggunaan teknik pengumpulan data. Melakukan
triangulasi yaitu informasi yang diperoleh dari lapangan diperiksa secara silang.
Dalam hal ini pemerikasaan secara silang data lapangan dengan membandingkan data
hasil wawancara dengan data observasi atau dokumen-dokumen yang terkait dengan
penelitian.36

2. Transferabilitas (Transferability)

Dalam pemeriksaan data penelitian, peneliti merujuk pada teori-teori yang


dibaca atau merujuk dari kasus ke kasus lain, sehingga peneliti mendapatkan
gambaran dan dapat menerapkannya.

3. Dependabilitas (Dependability)

Peneliti bersifat konsisten dalam melakukan penelitian. Seluruh kegiatan


penelitian ditinjau ulang dengan memperhatikan data yang telah diperoleh dengan
tetap mempertimbangkan kesesuaian dan kepercayaan data yang ada. Ketergantungan
ditujukan terhadap sejauh mana kualitas proses dalam membuat penelitian, dimulai

35
Salim, 2018. Metodologi Peneltitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka Media. Hal 165
36
Ibid, hal 166
35

dari pengumpulan data, analisis data, resuksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.

4. Konfirmabilitas (Comfirmability)

Peneliti memastikan bahwa seluruh data yang diperoleh dalam penelitian ini
terjamin kepercayaannya sebagai gambaran objektifitas atau suatu penelitian dan sebagai
suatu proses akan mengacu pada hasil penelitian. Untuk mencapai kepastian suatu temuan
dengan data pendukungnya, peneliti menggunakan teknik mencocokkan atau menyesuaikan
temuan-temuan penelitian dengan data yang diperoleh. Jika hasil penelitian menunjukkan
bahwa data cukup berhubungan dengan penelitian, tentu temuan penelitian dipandang telah
memenuhi syarat sehingga kualitas data dapat diandalkan dan dapat dipertanggung
jawabkan.
BAB IV

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini membahas tentang hasil penelitian dan akan dipaparkan berbagai
data SMA Muhammadiyah 09 Kec. Kualuh hulu Kab. Labuhanbatu Utara, hasil penelitian
pada bab ini akan dibagi menjadi dua bagian yaitu, Pertama, potret atau gambaran umum
tentang kondisi SMA Muhammadiyah 09 Kec. Kualuh hulu Kab. Labuhanbatu Utara.
Kedua, hasil berupa temuan khusus yang berhubungan dengan rumusan masalah yaitu
persepsi guru terhadap pengelolaan kelas, kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan
strategi guru dalam mengelola kelas.

A. Temuan Umum Penelitian


1. Sejarah Singkat SMA Muhammadiyah 09 Kec. Kualuh Hulu Kab. Labuhanbatu
Utara
SMA Muhammadiyah 09 ini sudah lahir tahun 1968, sekolah yang pertama
setingkat SMA di kecamatan kualuh hulu pada saat itu. Sampai sekarang SMA
Muhammadiyah 09 dipercaya oleh lingkungan masyarakat sekitar. Perjalanan panjang
SMA Muhammadiyah 09 menempah para alumni untuk menjadi bagian terpenting
ditengah masyarakat.

Gambar 1.1 Gedung SMA Muhammadiyah

Sumber: Dokumentasi gedung sekolah

Kepercayaan masyarakat kepada SMA Muhammadiyah 09 mengalami pasang surut


bersamaan dengan prestasi yang didapat oleh SMA Muhammadiyah 09 sampai akhirnya

36
37

saat ini SMA Muhammadiyah 09 telah mencapai prestasi terbaiknya memiliki rombongan
belajar dan banyak siswa dengan proses seleksi pada PPDB karena melebihi kuota yang
telah ditentukan yang belum pernah terjadi sebelumnya menurut sejarah.
Keberhasilan ini tak terlepas dari peran serta stackholder di wilayah SMA
Muhammadiyah 09 dari mulai Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Staff, Dan
Peserta Didik, berbenah untuk menjadi lebih baik, dalam membenahi aspek yang dirasa
belum mampu berkembang dari segi pembelajaran dan tenaga pendidik juga tenaga
kependidikan, menciptakan sekolah yang kondusif, aman, nyaman dan tentunya
menghasilkan siswa yang berprestasi.

2. Profil SMA Muhammadiyah 09

Gambar. 1.2 penampakan depan SMA Muhammadiyah

Sumber: Dokumentasi bagian depan sekolah


38

Nama : SMA Muhammadiyah 09 Aek Kanopan


Yayasan : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Utara
NPSN : 10205376
Alamat : Jl. Gazali Sinaga No.3
Kode pos : 21457
Status Sekolah : Swasta
Jenjang Pend. : SMA
Naungan : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
No.SK Pendirian : 23628.MPK.74
Tgl SK Pendirian : 1968-01-06
Akreditasi :A
No.SK Akreditasi : 740-BAP-SM/LL/XI/2016

3. Visi, Misi Dan Tujuan SMA Muhammadiyah 09


a. Visi
“Terwujudnya siswa yang cerdas, berprestasi dan berakhlak mulia”
b. Misi
1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni
2. Mewujudkan amal islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.
3. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif berdaya guna dan
berhasil guna.
4. Menumbuhkan semangat keunggulan dalam bidang akademik dan non
akademik.
5. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.
6. Mengoptimalkan kinerja dan sinerja warga sekolah.
7. Menjadikan lembaga pendidikan dakwah dan perkaderan.
39

c. Tujuan Sekolah
1. Tercapainya siswa yang cerdas, berprestasi dan berakhlak mulia
2. Mengembangkan kualitas berbahasa (Arab, Inggris, dan Indonesia)
3. Mengembangkan keterampilan computer, olahraga, dan seni.
4. Menampilkan semangat ukhuwah Islamiyah di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
4. Struktur Organisasi
Organisasi adalah sekelompok orang dua atau lebih yang secara formal di
persatukan dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Struktur Organisasi adalah Suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi
yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan diinginkan. Struktur
organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara satu
dengan yang lain dan bagaimana hubugan aktivis dan fungsi dibatasi.
40

Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah

Kepala Sekolah SMA


Muhammadiyah 09

H. AKM, SH

Wakil Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah

Kurikulum Kesiswaan Sarana dan Prasarana

MT, S.Ag H, SP SB, S.Pd

Guru Mata Pelajaran Wali Kelas

Seluruh Siswa-siswi
41

5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMA Muhammadiyah 09

Tabel 1.1 Data tenaga pendidik dan kependidikan SMA Muhammadiyah 09

No NAMA GURU TEMPAT/TGL PENDIDIKAN BIDANG


LAHIR STUDI

1 AKM, SH Aek Kanopan S1 PPKN

S1
2 HH, S.Pd Labuhan Batu Matematika

3 HJ, S.Pd Aek Kanopan Kimia, Biologi


S1

S1
4 MT, S.Ag Aek Kanopan Al-islam

Kemuhammadi
5 HA, S.Pd Aek Kanopan S1
yahan

S1
6 M, S.Pd Aceh Barat Sejarah

7 S, SE Kampung Antara S1 Ekonomi

8 Dra. CJN Simalungun S1 Ekonomi

PPkn, Tik,
9 TM, SP Tanjung Balai S1
Sosiologi

10 Dra. F Labuhanbatu S1 Sosiologi

Bahasa
11 Drs. TS, S.Pd Pasar Tukka S2
Indonesia

12 U, S.Pd Aek Kanopan S1 Seni Budaya

13 S, S.Sos Sei Birong S1 Sosiologi

Madrasah Al-islam dan


14 DS Labuhanbatu
Aliyah Budi Pekerti

15 DS, SH Padang olo S1 Muatan Lokal,


Prakarya,
42

Kewirausahaan

Bahasa
16 D, S.Pd Aek Kanopan S1
Indonesia

Bahasa
17 ET, S.Pd Sidua-dua S1
Indonesia

18 NA, S.Pd, M.Si Aek Kanopan S2 Biologi

19 Bahasa
A, S.Pd Aek Kanopan S1
Indonesia

20
K, S.Si Alang Bombon S1 Kimia

Sejarah
21 SR, SP Aek Kanopan S1 Indonesia,
Sejarah

22 SMD, S.Pd Pinggir Jati S1 Matematika

23 H, S.Pd, M.Pd Padang gala-gala S2 B.arab

24 SB, S.Pd Aek Kanopan S1 Bahasa Inggris

25 NA, S.Pd Ledong Barat S1 Bendahara

26 TA, S.Pd Aek Kanopan S1 Bahasa inggris

Kemuhammadi
27 PJ, S.Ag Aek Kanopan S1 yahan, Sejarah
Indonesia

28 SJ, ST SE Membang Muda S1 Geografi

29 RE, S.Si Aek nabuntu S1 Biologi, Fisika

30 RPSM, S.Pd Aek Kanopan S1 Bahasa inggris

31 CA, S.Pd Pinggir Jati S1 Penjas

Fisika,
32 FYH, S.Si Aek Kanopan S1
Matematika

Al-islam, Budi
33 AS, S.Pd.I Ulak Putar S1
Pekerti
43

34 Z, S.Pd.I Aek Kanopan S1 Bahasa Arab

35 AH, S.Pd Aek Kanopan S1 Matematika

Bahasa Arab,
36 IRR, SE Aek Kanopan S1
Ekonomi

37 S, SH Pinggir Jati S1 PPKN

38 DSA, S.Si Aek Kanopan S1 Fisika

39 WA, S.Si Ledong Barat S1 Matematika

Teknologi
40 RH, S.Kom Padang Gala-gala S1
Informatika

41 SA, S.Pd Aek Kanopan S1 Penjas

Bimbingan
42 PO, S.Pd Lobu Huala S1
Konseling

Tenaga
43 DEN Pematang Siantar SMA
Perpustakaan

44 SPS Tanah Gambus SMA Tata Usaha

45 RH Ledong Timur SMA Piket

Petugas
46 DA Aek Kanopan SMK
Keamanan

Sumber : Tata Usaha SMA Muhammadiyah 09

B. Temuan Khusus Penelitian


Temuan khusus dalam penelitian ini disusun berdasarkan hasil observasi pengamatan
langsung yang dilakukan peneliti selama berada di SMA Muhammadiyah 09 kec. Kualuh hulu
kab. Labuhanbatu utara, kemudian berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh peneliti terhadap narasumber melalui kegiatan wawancara yang dilakukan
terhadap pihak terkait, yaitu: Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 09, Wali Kelas dan Guru.
Selain itu, temuan ini juga didapat dari beberapa dokumentasi yang peneliti dapatkan selama
observasi di SMA Muhammadiyah 09 Kec. Kualuh Hulu Kab. Labuhanbatu Utara. Dalam
temuan ini menjawab dari rumusan masalah yang telah di susun.
44

1. Persepsi Guru Mengelola Kelas


Persepsi adalah proses yang melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam
menginterprestasikan informasi sensorik. Persepsi mengacu pada hal-hal yang kita indera.
Persepsi adalah proses seseorang dalam memberi makna terhadap informasi atau
rangsangan yang diterimanya berdasarkan realita objek yang ditangkap dan setiap objek
dapat dipersepsikan secara berbeda tergantung pada keinginan dan pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang.
Berdasarkan pada pernyataan tersebut jelas bahwa setiap guru memiliki persepsi
yang berbeda-beda terhadap suatu hal termasuk dalam mengelola ruang kelas yang menjadi
bagian dalam menstimulus perkembangan anak. Apabila guru memiliki persepsi yang baik
tentang peserta didik, tentunya perkembangan anak akan terstimulus dengan baik.
Pembelajaran akan berjalan dengan efektif apabila guru memiliki persepsi yang
baik tentang pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan kunci dalam pembelajaran.
Ruang kelas yang dikelola dengan baik terlihat dari manajemen kelas yang efektif untuk
mengajar dan belajar.

Peneliti mewawancarai kepala sekolah untuk mengetahui persepsi mengenai


pengelolaan kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara, beliau mengatakan
sebagai berikut:
“Pengelolaan kelas adalah mengelola bukan hanya ruangan saja, tetapi mengelola
suasana belajar agar tetap fokus dalam pembelajaran di dalam kelasnya, bagaimana guru
dapat membuat siswa-siswi nya nyaman didalam kelas, dan mengupayakan kelas tetap
dalam kondisi baik37”

Sama halnya hasil wawancara dengan wali kelas SMA Muhammadiyah Kab.
Labuhanbatu Utara mengenai persepsi pengelolaan kelas, mengatakan bahwa:

“Menurut saya, konsep pengelolaan kelas yang baik adalah pengelolaan kelas yang
melibatkan peserta didik secara langsung. Artinya guru bukan pemegang kekuasaan
mutlak dalam kelas, menjadi otoriter harus diikuti apapun kemauannya. Seperti halnya
penataan kelasnya dan saya sebagai wali kelas perlu melibatkan peserta didik supaya bisa
dapat ide-ide yang kreatif juga, seperti itu sih. Dan bisa memahami nyaman atau tidaknya
mereka dalam belajar juga, termasuk seperti penempatan posisi tempat duduknya, dan jika
belajar kelompok, teman sekelompoknya apakah nyaman atau tidak, saya harus tau38”

37
Wawancara dengan Kepala sekolah SMA Muhammadiyah, Tanggal 20 September 2021.
38
Wawancara dengan Wali kelas SMA Muhammadiyah, Tanggal 20 September 2021.
45

Sama halnya hasil wawancara dengan guru SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu
Utara mengenai persepsi pengelolaan kelas, mengatakan bahwa:

“pandangan ibu tentang pengelolaan kelas ya, pengelolaan kelas itu bagaimana cara
guru menata dan mengelola kelas menjadi nyaman dan membuat proses belajar mengajar
enak. Agar peserta didik dan guru mampu melaksanakan tugasnya masing-masing, guru
menyampaikan materi dengan bagus, dan si anak tadi menangkap dan mencerna pelajaran
dengan baik”

Persepsi guru dan wali kelas di SMA Muhammadiyah tentang pengelolaan kelas
mengacu pada ruangan kelas yang baik, juga akan baik untuk peserta didik di SMA
Muhammadiyah agar pembelajaran di dalam kelas berjalan sesuai dengan apa yang
diinginkan, karena tujuan pengelolaan kelas juga agar seorang pengajar dituntut bisa
mengatur segala sesuatu apapun yang terjadi didalam kelas waktu pembelajaran
berlangsung supaya terjadinya komunikasi 2 arah yaitu antara pengajar dengan siswa,
siswa dengan pengajar, sehingga proses belajar mengajar bisa berlangsung baik.

Peserta didiknya akan dapat menyerap ilmu pengetahuan dengan baik apabila ia belajar
dalam suasana kelas yang kondusif. Salah satu cara untuk menciptakan suasana kelas yang
kondusif adalah dengan cara mengelola ruang kelas sesuai dengan kebutuhan anak.
Mengelola ruang kelas yang akan digunakan dalam pembelajaran tentunya harus
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik seperti pemilihan manfaat, kegunaan dan
aman dari komponen yang ada didalam ruang kelas itu sendiri.

Maka dari itu pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan
dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas pendidik yang
tidak pernah ditinggalkan, tugas pendidik Sebagian besar adalah membelajarkan siswa
dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal

Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA Muhammadiyah Kab.


Labuhanbatu Utara:

“itulah harus perlunya pengelolaan kelas itu, karena tujuannya dapat mempengaruhi
keadaan didalam kelas, jika kelasnya dikelola dengan bagus maka proses belajar akan
bagus, jika dikelola dengan tidak bagus maka hasil belajar siswa-siswi pun jadi tidak
46

bagus, kalau manfaatnya ya itu hasil belajar siswa-siswi pasti pasti akan mendukung dia
lebih semangat belajar jika kelasnya tertata, nyaman39”

Hal senada juga disampaikan dalam wawancara dengan wali kelas SMA
Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara sebagai berikut:

“tujuannya yang dapat menyediakan peralatan kegiatan proses belajar mengajar


supaya pembelajaran yang dilakukan sesuai tujuan awal. Karena pengelolaan kan
gunanya untuk menata sedemikian rupa agar kegiatan tersusun dengan baik. Kalo manfaat
nya ya, untuk mempermudah kegiatan karena uda kita atur susunan dalam pengelolaan
kelas40”

Sama halnya hasil wawancara dengan guru SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu
Utara mengatakan bahwa:

“tujuan pengelolaan kelas itu pastinya agar supaya proses pembelajaran itu sesuai
dengan harapan dengan pengelolaan yang baik tadi, agar sebelum dimulai proses
pembelajaran, guru dan murid tadilah yang memang sudah menyiapkan apa yang harus
disiapkan. Agar jika pelajaran mau dimulai semua suda lengkap dan siap, jangan disitu
mau dimulai peserta didik ada saja yang permisi mau beli pulpen lah, atau buku. Makanya
harus dipersiapkan, kita sebagai guru pun mengingat kan mereka, seperti ituu41”

Tujuan dari pengelolaan kelas adalah untuk memberikan fasilitas bagi berbagai
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual di kelas. Fasilitas
yang disediakan memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja. Ciptakan suasana sosial
yang memberikan kepuasan, suasana, disiplin, kecerdasan, perkembangan emosi, dan
suasana sikap dan penghargaan kepada siswa. Tujuan pengelolaan kelas minimal agar
proses pembelajaran berjalan efektif sesuai dengan rencana yang dicanangkan oleh guru
selaku pimpinan, dalam upaya mendidik siswa termasuk dalam tujuan.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pengelolaan kelas di SMA


Muhammadiyah kab. Labuhanbatu Utara bahwa guru dan wali kelas sudah lumayan
memahami bagaimana persepsi mengelola ruang kelas yang baik dan mengelola peserta
didik dengan baik sehingga ruangan dikelas sudah terlihat sesuai dengan apa yang mereka
katakan dan lakukan mengenai tujuan pengelolaan kelas dan untuk proses pembelajaran.

2. Kemampuan Guru Mengelola Kelas

39
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah, Tanggal 20 September 2021.
40
Wawancara dengan Wali kelas SMA Muhammadiyah, Tanggal 20 September 2021.
41
Wawncara dengan Guru SMA Muhammadiyah, Tanggal 21 September 2021.
47

Kemampuan seorang guru dalam pengelolaan kelas, memiliki peranan yang sangat
sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran. Hal ini harus
dipahami bahwa pendukung utama tercapainya tujuan pembelajaran sebagai media
pertemuan segala komponen pendidikan.

Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan guru dalam mewujudkan dan


mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal. Kemampuan ini erat kaitannya
dengan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan
peserta didik dan penciptaan disiplin belajar secara sehat. Mengelola kelas meliputi
mengatur ruang kelas, untuk pembelajaran dan menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif. Dalam upaya pengelolaan fisik yaitu dengan mengatur mulai dari warna dinding,
penataan ruang kelas yang meliputi penataan tempat duduk, rak buku, pencahayaan,
kebersihan kelas, memajang hasil karya siswa, dan memajang kata-kata movitasi.

Peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas terkait kemampuan mengelola kelas
di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara, sebagai berikut:

“kalau saya pribadi, saat menata ruang kelas yang pertama itu adalah kebersihannya
ya, lalu keindahan dan kreatifitas. Jadi, setelah kelas bersih kelas juga harus punya
kreatifitas peserta didik. Setelah itu poster poster diletak juga seperti pembangun
semanagat, kata-kata motivasi dari tokoh terkenal karena kan bagus ya, itu sih menurut
saya42”

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru mengenai kemampuan mengelola


dikelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara, sebagai berikut:

“saya lebih membiasakan murid berkerja kelompok dikelas, agar bisa berdiskusi
dengan yang lainnya, dan menambah pengetahuan murid dengan yang lainnya. Tapi tetap
saya awasi agar tidak ribut dan malah membuat suasana tidak tenang. Dan memantau
mereka semua43”

Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan guru yang berbeda di SMA
Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara, sebagai berikut:

“kalau ibu menciptakan kondisi kelas yang aktif itu missal setelah menberikan
materi lalu saya bertanya, dan murid yang menjawab saya akan memberikan nilai tambah
dan hadiah kepada yang menjawab, jadi murid-murid saya tuh berlomba-lomba jawab

42
Wawancara dengan Wali kelas SMA Muhammadiyah, Tanggal 20 September 2021.
43
Wawancara dengan Guru SMA Muhammadiyah, Tanggal 21 September 2021.
48

pertanyaannya, dan kelas jadi aktif. Karena kan murid juga harus dipancing ya, agar aktif
dikelas44”

Keterampilan dasar di SMA Muhammadiyah dalam mengajar siswa sangat


diperlukan guru atau pendidik, agar interaksi antara pendidik dan peserta didik bisa
berjalan dengan baik dan peserta didik tidak merasa tertekan sehingga proses pembelajaran
bisa berjalan dengan maksimal.

Mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan kondisi


pembelajaran yang optimal dan mengembalikan kondisi pembelajaran yang terganggu.
Kondisi pembelajaran yang optimal dapat tercapai apabila guru mampu mengarahkan siswa
dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan.

Seorang guru harus nempunyai keterampilan yang kreatif dalam merancang ataupun
mengelola kelas agar membuat peserta didik merasa nyaman dalam melakukan proses
belajar mengajar. Dengan demikian, kreatifitas seorang guru dibutuhkan selama proses
belajar mengajar dikelas.

Dalam hal ini kepala sekolah SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara
mengatakan sebagai berikut:

“guru dan wali kelas kalau meminta sesuatu yang mungkin kurang atau yang
diperlukan untuk kelas, pasti akan di usahakan ada, tetapi itu dilihat lagi dari kondisi
ekonomi sekolah ini, maka dikembangkan dulu atau di perbaiki dulu yang memang mesti
didahulukan45”

Dalam hal ini guru di sekolah SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara juga
mengatakan:

“sebisa saya, saya akan menyampaikan materi yang mudah dipahami oleh anak
didiknya, seperti kadang memakai media juga yang mendukung materi itu. Karena kan
kalau anak tidak paham berati gurunya kurang memahami dan menjelaskan dengan
baik46”

Keterampilan mendisplinkan peserta didik di SMA Muhammadiyah Kab.


Labuhanbatu Utara juga harus dikuasai guru dan wali kelas yan mengajar di kelas, karena
sekolah yang tertib dan disiplin adalah syarat agar peserta didik belajar yang optimal. Maka
seorang guru harus bisa mendisiplinkan peserta didiknya dengan baik, keterampilan
44
Wawancara dengan Guru SMA Muhammadiyah, Tanggal 21 September 2021.
45
Wawancara dengan Kepala sekolah SMA Muhammadiyah, Tanggal 20 September 2021.
46
Wawancara dengan Guru SMA Muhammadiyah, Tanggal 21 September 2021.
49

mendisiplinkan peserta didik dapat ditumbuhkan jika iklim disekolah menunjukkan


kedisiplinan

Peneliti melakukan wawancara dengan Guru terkait kemampuan mendisiplinkan kelas


di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara, sebagai berikut:

“pasti ada, yang pertama itu saat kehadiran. Kehadiran biasanya masuk jam 7.30
Biasanya saya sebagai pengajar memberikan dispensasi waktu 10 menit atas
keterlambatan. Nah yang kedua, disaat kegiatan belajar saya akan menjelaskan
peraturan-peraturan sperti disaat saya menjelaskan mereka mendengarkan dan
memahami apa yang saya berikan materinya, dan disaat mereka bertanya mengenai
materi yang belum paham jadi disaat kegiatan belajar mengajar tidak ada peserta didik
yang disaat saya mejelaskan mereka malah bermain atau berbicara dibelakang. Selain
materi dan kehadiran, ada juga kerapian dari seragam sekolah yang mereka kenakan dan
juga rambut untuk laki-laki dan perempuan dari hijabnya biasanya saya membuat
peraturan-peraturan itu47”.

Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan guru yang berbeda di SMA
Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara, sebagai berikut:

“adaa, seperti datang atau masuk sebelum saya datang dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan untuk siswa. Udah gitu daftar piket kelas harus di kerjakan sesuai
jadwalnya, meja kursi harus sudah rapi jika ingin memulai pelajaran. Dan baju nya juga
harus rapi yang laki-laki bajunya dimasukan dan memakai tali pinggang. Itu aja sih pagi
meriksa kebersihan kelas, kalau belum disapu harus disuruh sapu, dan meja dirapikan
susunannya tempat duduknya, sekarang duduk nya selang seling gitu karena kan harus
dikosongin karena pandemi48”

Tujuan disiplin kelas ini agar menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang
nyaman terutama dikelas. Didalam kelas, jika guru tidak mampu menerapkan disiplin
dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan
tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk tercapainya pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh guru dan wali kelas di SMA
Muhammadiyah, bahwa guru dan wali kelas membuat peraturan kelas dan disiplin kelas
yang sudah dibuat oleh guru dan wali kelas dan disetujui oleh peserta didik untuk ditaati,
dan memberikan dispensasi jika ada yang melanggar peraturan yang telah dibuat bersama,
jika alasan yang diberikan kepada guru masuk akal maka dispensasi berlaku.

47
Wawancara dengan Guru SMA Muhammadiyah, Tanggal 21 September 2021.
48
Wawancara dengan Guru SMA Muhammadiyah, Tanggal 21 September 2021.
50

3. Strategi Guru dalam Pengelolaan Kelas


Strategi pengelolaan kelas yaitu untuk menciptakan suasana atau kondisi kelas yang
baik, seorang guru harus bisa menciptakan kondisi baru yang menguntungkan proses
belajar mengajar sehingga siswa bersemangat dalam belajarnya. Keterampilan yang harus
dimiliki guru terkait dengan menciptakan dan memelihara kondisi belajar adalah sikap
tanggap, membagi perhatian, dan pemusatan perhatian kelompok.
Guru wajib melakukan strategi pengelolaan kelas karena dalam manajemen kelas
yang efektif dan efesien yang dilakukan oleh seorang guru maka dapat mencipatakan hasil
belajar siswa yang baik juga. Dengan pengelolaan kelas ini, pembelajaran sebagai suatu
proses memiliki strategi dalam upaya untuk menjadikan pembelajaran yang efektif. Upaya-
upaya yang dilakukan oleh guru merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus
memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal, dan menyenangkan agar
proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai dengan maksimal.

Peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas di SMA Muhammadiyah sebagai


berikut:
“biasanya saat melakukan proses pembelajaran saya lebih ke tanya jawab ke anak-
anak didik nya, dan juga memberi nasihat gitu kepada mereka kalau ada waktu senggang,
memotivasi la saya kan sebagai wali kelas jadi lebih sering memantau mereka kalau saya
kekelas49”
Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru SMA Muhammadiyah, sebagai
berikut:
“sebisa saya, saya akan menyampaikan materi yang mudah dipahami oleh anak
didiknya, seperti kadang memakai media juga yang mendukung materi itu. Karena kan
kalau anak tidak paham berati gurunya kurang memahami dan menjelaskan dengan
baik50”

Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana
pengajaran serta mengendalikannya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Akan tetapi apabila terdapat kekurangserasian antara tugas dan sarana
49
Wawancara dengan Wali kelas SMA Muhammadiyah, Tanggal 20 September 2021.
50
Wawancara dengan Guru SMA Muhammadiyah, Tanggal 21 September 2021.
51

atau alat atau terputusnya keinginan yang satu dengan keinginan lain, antara kebutuhan dan
pemenuhannya, maka akan terjadi gangguan terhadap kegiatan belajar mengajar. Maka
guru dan wali kelas melakukan strategi-strategi yang dapat memacu proses pembelajaran
didalam kelas agar menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, itu karena secara
prinsip guru memegang dua masalah pokok yaitu pengejaran dan pengelolaan kelas,
sebagaimana yang dilakukan guru dengan pendekatan-pendekatan kepada peserta didiknya.
Peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas SMA Muhammadiyah kab.
Labuhanbatu utara sebagai berikut:
“kalau pendekatan siswa sih rasa saya, kita anggap juga kalau siswa-siswi ini
adalah anak kita dan teman kita. Karena kita tidak hanya mengajar tapi juga menuntun
mereka kenyamanan agar mereka nyaman didalam kelas jadi sebagai wali kelas harus
humble agar hubunganya menjadi bagus dan timbul rasa saling jujur jadi kalau
kedepannya terjadi suatu masalah tidak ada saling ditutupi antara wali kelas dan siswa
saya gitu51”

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru SMA Muhammadiyah, sebagai


berikut:
“kalau ibu biasanya melakukan pendekatan pada siswa dengan cara membuat
kelas yang nyaman dengan murid, seperti orangtua mereka, tidak terlalu tegang kalau
belajar mengajar, biar murid-murid tidak takut kalau belajar52”.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru lain SMA Muhammadiyah,


sebagai berikut:
“kalau itu campur-campur sebenarnya kak sesuai dengan materi apa yang cocok
gitu, sesuai kebutuhan. Kalau tugasnya cocok berkelompok ibu suruh anak-anak untuk
berkelompok dan kadang ada sih anak-anak milih-milih dalam kelompok kadang gitu kan,
jadinya ada sisa anak atau ada yang tidak mempunyai kelompok. Makanya ibu yang harus
memahami jadi ibu yang milih kelompok atau buat kelompoknya agar tidak ada saling
pilih memilih53”.

Maka jika metode pembelajarannya dibuat berkelompok, guru akan memilih peserta
didik yang kepandaiannya di atas rata-rata kedalam beberapa kelompok yang peserta
didiknya memiliki tingkat kepandaian dibawah rata-rata agar peserta didik yang tergolong
pintar akan bias membantu teman nya yang masih memiliki tingkat kepandaian di bawah
rata-rata sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih optimal.

51
Wawancara dengan Wali kelas SMA Muhammadiyah, Tanggal 20 September 2021.

52
Wawancara dengan Guru SMA Muhammadiyah, Tanggal 21 September 2021
53
Wawancara dengan Guru SMA Muhammadiyah, Tanggal 21 September 2021
52

Strategi komunikasi yang efektif sangat diperlukan oleh guru dalam mencapai
tujuan pendidikan yang akan dicapai. Strategi komunikasi merupakan perencanaan yang
efektif dalam penyampaian pesan sehingga mudah dipahami oleh peserta didik sehingga
bisa mengubah sikap atau perilaku seseorang.54
Peneliti melakukan wawancara dengan Wali kelas SMA Muhammadiyah mengenai
cara mereka berkomunikasi didalam kelas yaitu sebagai berikut:
“biasanya selesai materi belajar ibu datangi meja satu-satu nanya mereka apa
yang belum paham dan dimananya, jadi terjalin komunikasi dengan murid, dan mencoba
untuk tidak bernada marah jika ada yang membuat masalah, ibu akan bertaanya dengan
baik-baik tapi tegas lah, biar muridnya tidak makin bandel kalau dimarahin55”

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Guru yang lain SMA Muhammadiyah
mengenai cara mereka berkomunikasi didalam kelas yaitu sebagai berikut:
“kalau saya sebagai wali kelas tidak mau memperbesar masalah atau menyudutkan
anak tersebut atas kesalahanya tadi, misalnya kesalahanya itu memang salah tetapi tidak
harus memojokkan dia dengan memarahi dia sampai dia kesal sama kita, karena kita tidak
tau kan permasalahan dia itu. Perlu obrolan dan komunikasi yang baik, jadi kita
mendengarkan dulu alasan dia terus kenapa dia seperti itu, apa kesalahan si anak,
manatau ada masalah pribadi dia kan tidak tau, makanya dicari tau dulu masalahnya apa.
Lalu kita kasih jalan keluarnya atau solusi dan tidak memarahinya, karena kalau anak
dimarahi itu takutnya nanti jadi makin tidak masuk kalau ngasih tau dengan cara
marah56”.

Menjaga komunikasi adalah hal yang paling efektif bagi terlaksananya bimbingan
dan pendidikan yang dilakukan guru dan peserta didik. Komunikasi yang baik
memungkinkan guru dan peserta didik saling memahami satu sama lain. Guru memberikan
penjelasan dari sudut pandang dirinya sebagai seoramg guru dan memberikan penjelasan
pula tentang perkembangan yang telah diraih oleh setiap peserta didik.
Dalam rangka memelihara kondisi dan suasana belajar yang efektif maka guru
harus mampu memilih cara yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Karena mengajar
adalah hal kompleks dan melibatkan peserta didik yang bervariasi, maka seorang pendidik
harus mampu dan menguasai beragam strategi dan perspektif serta dapat mengaplikasianya
secara fleksibel, dalam hal ini guru harus mampu menguasai materi pelajaran, strategi

54
Gan Gan Giantika, Strategi Komunikasi Guru Dalam Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran Siswa
SDN Tebet Barat 01 Jakarta Selatan Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Komunikasi. 11 (2). 2020. Hal 145
55
Wawancara dengan Wali Kelas SMA Muhammadiyah, Tanggal 20 September 2021
56
Wawancara dengan Guru SMA Muhammadiyah, Tanggal 21 September 2021
53

pengajaran, mempunyai keahlian mengelola kelas dan berkomunikasi dan dapat bekerja
secara efektif.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pengelolaan kelas di SMA
Muhammadiyah kab. Labuhanbatu Utara bahwa guru dan wali kelas melakukan strategi
dalam mengelola kelas dengan menyampaikan materi yang bisa dipahami peserta didik dan
melakukan pendekatan dengan cara berkomunikasi yang baik dan menganggap bahwa
peserta didik bukan hanya anak didiknya saja tetapi dijadikan seorang teman agar terjalin
hubungan yang baik kepada mereka.
54

C. Pembahasan Penelitian
Pembahasan penelitian di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara ini dilakukan
untuk memberi penjelasan dari hasil penelitian ini.

1. Persepsi Guru Mengelola Kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu


Utara
Persepsi guru mengelola kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara
sudah cukup baik untuk dapat menghasilkan proses kegiatan di kelas menjadi efektif
dan efisien. Setiap guru memiliki persepsi yang baik sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan peserta didik agar dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif sesuai
dengan tujuan pengelolan kelas, serta dapat mendorong kegiatan belajar mengajar
peserta didik menjadi lebih aktif. Hasil wawancara peneliti dengan guru dan kepala
sekolah SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara mengenai persepsi mengelola
kelas yaitu: harus perlunya pengelolaan kelas karena tujuan dari pengelolaan tersebut
dapat mempengaruhi keadaan di dalam kelas, apabila kelas sudah bagus maka proses
belajar akan bagus, dan akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik, pengelolaan
kelas juga berguna untuk menata sedemikian rupa agar kegiatan tersusun dengan baik
dan tertata.
Dibuktikan dengan keadaan ruang kelas di SMA Muhammadiyah Kab.
Labuhanbatu Utara melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti ternilai sudah cukup
baik, sehingga menghasilkan peserta didik yang nyaman dalam kegiatan belajar
mengajar.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Dini Saputri dan Mega Iswari dalam
jurnalnya yang berjudul Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Daring di
SDLB Kota Padang Panjang. Dalam hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa
sebagian besar guru memiliki persepsi bahwa guru menyetujui untuk melaksanakan
pembelajaran daring. Baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada siswa
saat pembelajaran daring57.
Berkaitan dengan persepsi guru di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara
yaitu setiap guru memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu hal termasuk
dalam mengelola ruang kelas yang menjadi bagian dalam menstimulus perkembangan

Dini Saputri dan Mega Iswari, Persepsi Guru Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Daring di SDLB Kota
57

Padang Panjang. Journal of Basic Education Studies. 4 (1). 2021. hal 8.


55

anak. Apabila guru memiliki persepsi yang baik tentang peserta didik, tentunya
perkembangan anak akan terstimulus dengan baik.

2. Kemampuan Guru Mengelola Kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu


Utara
Kemampuan guru mengelola kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu
Utara sudah cukup bagus, namun ada beberapa kekurangan yang dapat mengecewakan
peserta didik seperti penyediaan media dalam proses belajar mengajar sehingga materi
tidak tersampaikan dengan baik karena masih kurangnya media pendukung.
Hal ini didapat dari hasil observasi dan wawancara peneliti dalam kegiatan belajar
mengajar di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu utara, yaitu keterampilan
mengelola kelas yang dilakukan guru di SMA Muhammadiyah adalah: menata ruang
kelas dengan indah dan kreatifitas, membiasakan murid bekerja kelompok, dan
menciptakan kondisi kelas yang aktif, menyampaikan materi dengan baik.
Media Pembelajaan di SMA Muhammadiyah kab. Labuhanbatu Utara yaitu dengan
menganalisis terlebih dahulu apa saja yang diperlukan, diperbarui, dan diganti dengan
cara mendata media-media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan anggaran dana
yang tersedia. Akan tetapi keterampilan dalam menata ruangan kelas, guru sudah cukup
baik dalam melakukannya sehingga dapat dilihat sendiri keadaan didalam kelasnya, dan
dinding kelas sudah maksimal tertata gambar-gambar yang dapat menjadi sumber
informasi pembelajaran, juga sebelum belajar mengajar guru dan peserta didik
membersihkan tangan dengan handsanitizer yang sudah disediakan di dalam kelas.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Mitsny Choiry dalam skripsinya
yang berjudul Kemampuan Guru Dalam Mengelola Kelas Guna Menunjang
Keberhasilan Pembelajaran Di MA Da’il Khairaat Jakarta Barat. Dalam hasil
penelitiannya adalah pengelolaan pada aspek penataan tempat duduk belum naik,
karena dalam mengatur tempat duduk siswa tidak dilakukan oleh guru, melainkan
dipilih sendiri oleh siswa menurut kesenangan berkawan siswa masing-masing. Dan
pengelolaan pada aspek pengaturan alat-alat pengajaran belum baik, karena dalam
pengaturan alat-alat pengajaran ini tidak dilakukan guru, tetapi dilakukan oleh siswa
yang mendapat jadwal tugas membersihkan kelas.58

58
Mitsny Choiry. Skripsi: Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas Guna Menunjang Keberhasilan
Pembelajaran di MA Da’il Khairaat Jakarta Barat. (Jakarta: UIN Syarif hidayatullah, 2014) h. 73
56

Berkaitan dengan kemampuan guru di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu


Utara yaitu kemampuaan guru merupakan gambaran tentang kemampuan guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara langsung dan layak.59 Berkaitan dengan
ketatalaksanaan atau pengaturan kelas yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding.
Pengelolaan kelas bersifat fisik meliputi pengadaan pengaturan ventilasi dan tata
cahaya, tempat duduk siswa, perlengkapan pengajaran, penataan keindahan dan
kebersihan ruang kelas.

3. Strategi Guru Mengelola Kelas di SMA Muhammadiyah kab. Labuhanbatu Utara


Strategi guru mengelola kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara
tidak cukup paham apa saja pendekatan dalam pengelolaan kelas sehingga
mengakibatkan guru sulit untuk memahami dalam mengelola kelas, namun guru lebih
memperhatikan tingkah laku peserta didiknya setelah menyajikan materi pembelajaran,
apakah peserta didik sudah paham atau tidak dengan materi yang telah disampaikan
guru. Strategi guru mengelola kelas yang dilakukan di SMA Muhammadiyah Kab.
Labuhanbatu Utara adalah: melakukan tanya jawab ke peserta didik setelah menyajikan
materi, menyampaikan materi yang mudah dipahami peserta didik, memberi nasihat
dan motivasi, menjalin hubungan baik dengan peserta didik.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Abu Hasan Agus R dalam jurnalnya
yang berjudul Strategi Pengelolaan Kelas dalam Proses Pembelajaran. Dalam hasil
penelitiannya strategi yang diterapkan oleh guru adalah menjalin hubungan baik dengan
siswa, berusaha memahami latar belakang siswa, penguasaan materi dan cara penyajian
yang menarik, penggunaan model mengajar yang bervariasi dan memberi pembinaan
khusus bagi siswa yang bermasalah60
Berkaitan dengan strategi pengelolaan kelas di SMA Muhammadiyah Kab.
Labuhanbatu Utara, Adapun strategi pengelolaan kelas yaitu menciptakan suasana atau
kondisi kelas yang baik, seorang guru harus bisa menciptakan kondisi baru yang
menguntungkan proses belajar mengajar sehingga siswa bersemangat dalam belajarnya.
Keterampilan yang harus dimiliki guru terkait dengan menciptakan dan memelihara
kondisi belajar adalah sikap tanggap, membagi perhatian, dan pemusatan perhatian
kelompok. Berusaha menghentikan perilaku siswa yang menyimpang. Guru melakukan
59
Adhayati, Suid, Tursinawati. Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas Untuk Siswa Yang Berkebutuhan
Khusus di SDN 16 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 1 (2). 2016. h 10
60
Abu Hasan Agus R. Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Pedagogik.
3 (1). 2015. h 7
57

identifikasi masalah dengan jalan berusaha memahami dan menyelidiki penyimpangan


tingkah laku siswa yang mengganggu kelancaran proses belajar mengajar dikelas.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara
adalah sebagai berikut:
1. Persepsi Guru Mengelola Kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara
Persepsi guru mengelola kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara
sudah cukup baik untuk dapat menghasilkan proses kegiatan di kelas menjadi efektif dan
efisien. Setiap guru memiliki persepsi yang baik sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
peserta didik agar dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif sesuai dengan tujuan
pengelolan kelas, serta dapat mendorong kegiatan belajar mengajar peserta didik menjadi
lebih aktif. Dibuktikan dengan keadaan ruang kelas di SMA Muhammadiyah Kab.
Labuhanbatu Utara melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti ternilai sudah cukup
baik, sehingga menghasilkan peserta didik yang nyaman dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Kemampuan Guru Mengelola Kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu
Utara
Kemampuan guru mengelola kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu
Utara sudah cukup bagus, namun ada beberapa kekurangan yang dapat mengecewakan
peserta didik seperti penyediaan media dalam proses belajar mengajar sehingga materi
tidak tersampaikan dengan baik karena masih kurangnya media pendukung. Media
Pembelajaan di SMA Muhammadiyah kab. Labuhanbatu Utara yaitu dengan menganalisis
terlebih dahulu apa saja yang diperlukan, diperbarui, dan diganti dengan cara mendata
media-media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan anggaran dana yang tersedia.
Akan tetapi keterampilan dalam menata ruangan kelas, guru sudah cukup baik dalam
melakukannya sehingga dapat dilihat sendiri keadaan didalam kelasnya, dan dinding kelas
sudah maksimal tertata gambar-gambar yang dapat menjadi sumber informasi
pembelajaran, juga sebelum belajar mengajar guru dan peserta didik membersihkan tangan
dengan handsanitizer yang sudah disediakan di dalam kelas.
3. Strategi Guru Mengelola Kelas di SMA Muhammadiyah kab. Labuhanbatu Utara
Strategi guru mengelola kelas di SMA Muhammadiyah Kab. Labuhanbatu Utara
Tidak cukup paham apa saja pendekatan dalam pengelolaan kelas sehingga mengakibatkan

58
59

guru sulit untuk memahami dalam mengelola kelas, namun guru lebih memperhatikan
tingkah laku peserta didiknya setelah menyajikan materi pembelajaran, apakah peserta
didik sudah paham atau tidak dengan materi yang telah disampaikan guru. Strategi
pengelolaan kelas merupakan siasat yang menggambarkan langkah-langkah yang
digunakan guru menciptakan kondisi kelas agar tetap kondusif, sehingga siswa dapat
belajar optimal, aktif dan menyenangkan.
B. Saran
Pentingnya pengelolaan kelas di sekolah agar peserta didik merasa nyaman dengan
suasana dan pembelajaran yang di berikan oleh guru, maka dari itu peneliti berharap agar guru
dan wali kelas mempertahankan dan mengembangkan kemampuan mengelola kelas dan
strategi mengelola kelas dengan alat pembelajaran yang ada di SMA Muhammadiyah Kab.
Labuhanbatu Utara ini. Karena bisa dikatakan kunci suksesnya peserta didik ada di tangan para
guru, maka guru harus berperan dalam mengelola kelas dengan kemampuannya agar menjadi
sekolah yang lebih baik lagi kedepannya.
60

Anda mungkin juga menyukai