Anda di halaman 1dari 15

BAB III

TINJAUAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Pelaksanaan

Pelaksanaan suatu proyek merupakan salah satu tahap dari kegiatan


manajemen proyek, yang dalam proses ini merealisasikan penerapan dari segala
ketentuan, instruksi dan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya baik dari
pekerjaan lapangan atau fisik agar dapat menjadi proyek berupa jalan raya dan
lain sebagainya.
Pada saat kegiatan kerja praktek pada proyek “Proyek Jalan dengan
Konstruksi HRS-Base Lokasi Jl. Edward Adu Kelurahan Batu Plat”, kegiatan
pelaksanaan proyek sudah mencapai pekerjaan akhir (finishing). Dengan
demikian kegiatan pelaksanaan dari aspek manajamen maupun pelaksanaan
pekerjaan (aspek teknis maupun non-teknis) yang dapat dilihat selama kegiatan
kerja praktek kurang lebih 3 bulan meliputi Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat
Kelas A, Pekerjaan Aspal HRS – Base dan Pekerjaan Beton Mutu Sedang K-
175.
Mengenai tinjauan umum konstruksi yang akan dibahas oleh penulis dalam
bab ini yaitu mengenai item pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A, Pekerjaan
Aspal HRS – Base dan Pekerjaan Beton Mutu Sedang K-175. Pada pekerjaan
peningkatan jalan, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam kualitas
dan mutu jalan secara optimum adalah mengenai struktur pondasi jalan. Struktur
jalan yang baik dan memenuhi persyaratan maka akan menghasilkan kualitas
dan mutu jalan yang baik pula. Oleh karena itu, dalam bab ini akan dibahas lebih
spesifik mengenai Lapis Pondasi Agregat Kelas A, Pekerjaan Aspal HRS – Base
dan Pekerjaan Beton Mutu Sedang K-175.

3.2 Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Lapisan pondasi Agregat Kelas A, merupakan jenis lapisan campuran


agregat dengan berbagai fraksi dan material yang digunakan untuk pondasi
perkerasan aspal maupun perkerasan beton sebagai lapis pondasi atas, setelah
dihamparnya permukaan lapis pondasi bawah (Agregat B) dan dilaksanakan
menyebar diatas sepanjang jalan yang akan dilebarkan

III-1
3.2.1. Bentuk dan Ukuran Tekstur Agregat A

Butir agregat yang digunakan dalam pekerjaan lapis pondasi agregat A,


merupakan hasil pemecahan batu. Tekstur permukaan agregat yang digunakan
dalam pekerjaan ini yaitu licin, kasar, atau berpori. Permukaan agregat yang
telah dipilih mempunyai stabilitas lapisan yang baik, serta gaya geser yang baik,
ikatan yang kuat antara butir agregat, sehingga lebih mampu menahan
pergeseran akibat beban lalu lintas. Agregat yang digunakan telah memenuhi
spesifikasi dan siap dipergunakan sebagai material perkerasan jalan. Bentuk dari
agregat dapat berpengaruh terhadap kemampuan kerja (workability) dari pada
pemadatan juga campuran lapis perkerasan dan jenis perkerasan. Bentuk
partikel juga mempengaruhi kekuatan dari suatu lapis perkerasan selama masa
layanan. Bentuk dan tekstur agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan
perkerasan yang dibentuk oleh agregat tersebut. Partikel agregat dapat
berbentuk lonjong, pipih, dan kubus serta tak beraturan (atau mempunyai bidang
pecahan).

3.3 Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat A


3.3.1.Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat A

Prosedur Pelaksanaan Pekerjan Lapis Pondasi Agregat adalah sebagai


berikut :
1. Persiapan Pelaksanaan
a. Mobilisasi dan setting peralatan dilapangan yang diperlukan untuk
penghamparan dan pemadatan lapis pondasi dasar (sub-base).
b. Pembersihan lokasi permukaan yang akan dihampar agregat A.
c. Agregat kelas A yang diambil di Base Camp (quarry) yang telah
memenuhi persyaratan spesifikasi siap untuk diangkut ke lokasi
pekerjaan dengan menggunakan Dump Truck.
2. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pengangkutan material dari Base camp atau quarry ke lokasi
pekerjaan menggunakan dump truck berkapasitas 4-5 m 3.
Pengangkutan material dilakukan dengan cara diangkut oleh
excavator dan dimuat pada dump truck.
b. Agregat kelas A akan ditumpuk sesuai dengan titik – titik yang
ditentukan dan diawasi langsung oleh Pengawas Lapangan.

III-2
Pengamatan ini dilakukan di Jl. Perdamaian. Paa pada STA 0+000
sampai STA 0+575. Proses penumpukan agregat lapangaan dapat
dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Penghamparan Agregat Pada Badan Jalan


Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

c. Proses perataan menggunakan peralatan mekanis Motor Grader


dengan lebar blade 4,0 m, Dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2. Perataan Material Agregat


Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

d. Material yang telah dibasahi pada ruas jalan bagian kiri kemudian
dipadatkan ulang dengan menggunakan Vibrator Roller. Dapat dilihat
pada Gambar 3.3

III-3
Gambar 3.3. Pemadatan Material
Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

e. Selama proses pemadatan, untuk mencapai hasil yang maksimum,


maka material agregat A yang telah dan dihampar oleh Motor Grader
kemudian diselingi dengan penyiraman material menggunakan Water
Tank Truck dengan kapasitas tank 5000 Liter. Dapat dilihat pada
Gambar 3.4

Gambar 3.4 Penyiraman Material yang telah dihampar


Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

3.4 Pengendalian Mutu dengan Metode Sand Cone


3.4.1.Pendahuluan

Percobaan Sand Cone merupakan salah satu jenis pengujian yang


dilakukan di lapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli
ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan yang telah dilakukan. Hasil nilai berat
isi tanah kering yang diperoleh dari percobaan ini biasanya digunakan untuk
mengevaluasi hasil perkerjaan pemadatan di lapangan (degree of compaction)
yaitu perbandingan antara γd (kerucut pasir) dengan γdmax hasil percobaan

III-4
pemadatan di laboratorium.
Tanah sebagai dasar untuk suatu konstruksi harus mempunyai kepadatan
yang mencukupi agar mampu untuk menerima beban-beban yang bekerja di
atasnya. Untuk itu perlu diketahui kepadatan dari tanah tersebut sehingga akan
didapat suatu kesimpulan apakah tanah tersebut memenuhi kepadatan yang
diinginkan. Pengujian di lapangan untuk menentukan kerapatan tanah.

3.4.2.Metode Pelaksanaan dengan Metode Sand Cone

Sand cone adalah alat yang digunakan untuk tes pengujian dalam hal ini
untuk menentukan kepadatan lapisan tanah di lapangan dengan menggunakan
pasir baik itu lapisan tanah atau perkerasan lapisan tanah yang dipadatkan.
Percobaan kerucut pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan
dilapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli ataupun
hasil suatu pekerjaan pemadatan yang dilakukan baik pada tanah kohesif
maupun tanah non kohesif.

3.4.3.Persiapan Alat dan Bahan yang digunakan

a. Peralatan
1. Mistar perata.
2. Sekop kecil.
3. Kerucut yang dilengkapi dengan kran pengunci.
4. Botol transparan kapasitas 9 kg.
5. Pahat.
6. Timbangan digital.
7. Wadah (plastik hitam).
8. Palu.
b. Bahan
1. Tanah di lapangan.
2. Pasir Kuarsa ; pasir yang memenuhi ketentuan yaitu bersih, keras, kering,
dan bisa mengalir bebas serta tidak mengandung bahan pengikat. Selain
itu juga bergradasi 0.075 mm – 2 mm.
3. Air.

III-5
3.4.3.1. Prosedur Pelaksanaan
3.4.3.2. Pengolahan Data dan Pengendalian Mutu Metode Sand Cone

A. Pelaksanaan pengambilan tanah/lapis pada dasar pondasi yang diuji pada Jl.
Kelurahan Batu Plat di STA 0+025, STA 0+0100 dan STA 0+200 adalah
sebagai berikut :
1. Ratakan permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang diuji

Gambar 3.5 Plat dudukan Corong Pasir


Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

2. Tempatkan plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm


dengan lubang berdiameter 16,51 cm pada permukaan tanah. Kemudian
kokohkan kedudukan plat dudukan corong dengan pasak atau paku pada
keempat sisinya.
3. Gali lubang dengan kedalaman 10 cm - 15 cm pada lubang plat corong,
pastikan seluruh partikel lepas hasil penggalian tidak ada yang tertinggal
dalam lubang.
4. Masukkan semua tanah atau bahan lapis dasar pondasi yang digali dalam
wadah/plastik yang terlebih dahulu sudah diketahui beratnya, lalu
ditimbang. Ambil contoh tanah atau material lapis dasar pondasi untuk
dihitung kadar airnya. Dapat dilihat pada Gambar 3.6

III-6
Gambar 3.6 Penimbangan Berat Hasil Galian
Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

B. Pengukuran dengan pasir uji


Pelaksanaan pengukuran dengan pasir uji yang sudah diketahui
parameternya pada lubang yang telah disiapkan di titik uji seperti di atas, adalah
sebagai berikut :
1. Penyiapan alat dan bahan seperti botol yang telah terisi dengan pasir (boleh
sampai penuh atau secukupnya melebihi isi lubang dan corong), sendok,
kuas, pahat, palu dan penggaris. Dapat dilihat pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Penyiapan Alat dan Bahan


Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

III-7
2. Timbang botol dengan corong dan pasir. Dapat dilihat pada Gambar 3.8

Gambar 3.8 Penimbangan Berat Corong Pasir Terisi


Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

3. Tempatkan pada plat dudukan corong dengan lubang tepat pada corong
menghadap ke bawah dan botol di atas, Dapat dilihat pada Gambar 3.9

Gambar 3.9 Corong dan Botol Pasir di Taruh di Lubang yang disediakan
Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

4. Buka kran dan biarkan pasir mengalir mengisi lubang dan corong sampai
penuh
5. Setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran dan timbang kembali botol +
corong + sisa pasir
6. Beberapa perhitungan terkait pengujian Sand Cone
1. Penentuan volume/isi botol yang digunakan yang dimanfaatkan adalah air,
yang sudah diketahui massa jenisnya adalah 1 kg/lt atau 1 kg/dm³ atau 1
g/cm³. Untuk keperluan praktis dianggap berat isi air = massa jenis air,
dengan mengabaikan faktor percepatan gravitasi yang berbeda antar
lokasi. Untuk mendapatkan volume/isi botol yang digunakan, timbang berat
1) botol + corong (kosong)

III-8
2) botol + corong + air

Lalu hitung volume/isi botol dengan rumus :

V1 = W2 − W 1
Keterangan :
V1 = isi/volume botol (cm3)

W2 = berat botol + corong (gr)

W1 = berat botol + corong + air (gr)

2. Penentuan berat isi pasir yang digunakan


3. Untuk menentukan berat isi pasir, isilah botol dengan pasir, lalu ditimbang
beratnya dan dihitung dengan rumus di bawah.
4. Cara pengisian botol dengan pasir harus dengan hati-hati :
1) tutup kran, isi corong dengan pasir sampai penuh
2) buka kran dan dijaga supaya pasir pada corong minimal
setengah corong
3) isi sampai botol penuh dan tutup kran kembali
W 3 −W 1
γs =
V1
Keterangan :
γs = berat isi pasir (gr/cm3)

W3 = berat botol + corong + pasir (gr)

W1 = berat botol + corong (gr)

V1 = volume botol /isi botol (cm3)

5. Penentuan berat pasir dalam corong


6. Untuk menentukan berat pasir dalam corong saja :
1) isi pasir secukupnya pada botol
2) tutup kran dan bersihkan sisa pasir di atas kran
3) timbang botol + corong + pasir
4) balikkan botol dan corong pada alas yang rata
5) buka kran sampai pasir berhenti mengalir (memenuhi corong)
6) tutup kran kembali, timbang kembali botol + corong + sisa pasir.
7. Hitung berat pasir dalam corong dengan rumus berikut :

W c =W 4−W 5

III-9
Keterangan :
WC = berat pasir dalam corong (gr)

W1 = berat botol + corong + pasir secukupnya (gr)

W5 = berat botol + corong + sisa pasir (gr)

8. Pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji


1) Perhitungan Volume Lubang
W 10=W 6 −W 7 − W c

Keterangan :
W10= berat pasir dalam lubang (gr)

WC= berat pasir dalam corong(gr)

W6 = berat botol + corong + pasir secukupnya (gr)

W7 = berat botol + corong + sisa pasir (gr)

W 10
Ve =
γS

Keterangan :
γs = berat isi pasir (gr/cm3)

Ve = volume lubang (cm3)

W10 = berat dalam lubang (gr)

2) Perhitungan berat isi kering (kepadatan lapangan) tanah/lapis dasar


pondasi
W 8 −W 9
γ w=
Ve

Keterangan :
γw= berat isi tanah (gr/cm3)

Ve = volume lubang (cm3)

W8 = berat wadah + tanah (gr)

W9 = berat wadah (gr)

γw
γ d= ∗100 %
100+ W c

III-10
Keterangan :
γd = berat isi kering tanah (gr/cm3)

γw = berat isi tanah (gr/cm3)

WC = kadar air tanah (%)

3.5. Lataston – Hot Rolled Sheet (HRS-Base)

Lapis pondasi HRS-Base adalah salah satu jenis campuran aspal panas
yang digunakan untuk lapis pondasi atas yang berfungsi sebagai lapis
perkerasan penahan beban roda kendaraan. Lataston (lapis tipis aspal beton)
lapis pondasi HRS Base merupakan campuran material pasir, abu batu, batu
pecah ½, batu pecah 3/4 dan aspal (sebagai bahan pengikat) sesuai dengan
komposisi campuran pada Job Mix Desain (JMD), dicampur dalam Asphalt
Mixing Plant (AMP) dengan suhu maksimal 155˚C, serta ketebalan padat 2,5 cm
atau 3 cm. Pada pekerjaan ini mencakup beberapa tahap pekerjaan yaitu
pembuatan central line, prime coat (lapis resap pengikat) dan take coat (lapis
pengikat), selanjutnya pelaksanaan pekerjaan aspal yang meliputi pengangkutan
campuran aspal dari quarry di Bipolo, proses pengangkutan, penghamparan
menggunakan finisher, pemadatan menggunakan tandem roller dan proses
finishing mengunakan Tyre Roller (TR). Setelah pelaksanaan pekerjaan aspal,
maka dilakukan quality control (Core Drill) untuk mengetahui ketebalan dan
kepadatan.
a. Bahan/Material
Material agregat kasar (batu pecah 2/3 dan batu pecah 1/2) dan agregat halus
(pasir dan abu batu) dengan proporsi yang telah direncanakan, melalui
driyer/pengering, dipanaskan dan dikeringkan dengan suhu 155–1750C, bersama
aspal dengan jumlah terkontrol dicampur di dalam drum mixer yang selanjutnya
campuran beraspal dimasukkan ke dalam silo penampung dan dimasukkan lagi
ke dalam truck pengangkut dan dibawa ke tempat penghamparan.

III-11
Gambar 3.10. Pengangkutan HRS-Base dari AMP
Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

b. Peralatan
1. Aspahalt Mixing Plant (AMP)
2. Asphalt Sprayer
3. Dump Truck
4. Asphalt Finisher
5. Tandem Roller
6. Tyre Roller
7. Water Tank Truck
8. Peralatan manual, alat bantu : Kereta Dorong, Sekop, Alat bantu.
c. Tenaga Kerja
1. Operator dan pembantu perator tiap-tiap alat berat
2. Pekerja

3.5.1. Lapis Resap Pengikat Aspal Cair

Lapis Resap Pengikat Aspal Cair atau Prime Coat adalah Aspal yang
telah dicampur dengan air dan di siram di atas permukaan agregat kelas A pada
bagian badan jalan yang telah dipadatkan sejauh segmen yang dikerjakan. Lapis
resap pengikat aspal cair di siram menggunakan Asphalt Sprayer. Fungsi dari
lapis resap pengikat aspal cair :
1. Memberikan daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran aspal.
2. Mencegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika dilewati kendaraan
sebelum dilapisi dengan campuran aspal.
3. Menjaga lapis pondasi agregat dari cuaca tidak menentu, khususnya hujan.
Jadi, ketika permukaan agregat telah disiram prime coat, air yang akan

III-12
membuat agregat menjadi berlubang dan dapat menyebabkan kerusakan
struktur jalan tidak dapat lagi masuk kedalam lapis pondasi agregat.
4 Data Lapangan
Waktu pelaksanaan pekerjaan penyiraman lapis resap pengikat ini dilakukan
pada Jl. Dalek Esa, Kelurahan Oesapa Segmen 1 dan 2 dengan total panjang
jalan 165 m selama sehari dengan waktu efektif pekerjaan.
5 Peralatan
a. Pick Up
b. Asphalt Sprayer
c. Water Tank Truck
d. Peralatan manual, alat bantu : Kereta Dorong, Sekop, Alat bantu.
6 Tenaga Kerja
a. Operator Pick Up
b. Pekerja Asphalt Sprayer
7 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan lapis resap pengikat
aspal cair ini adalah 2 drum berisikan aspal cair dan 1 drum air yang telah
lolos uji laboratorium.

3.5.2. Langkah-langkah Pekerjaan Penyiraman Lapis Resap Pengikat Aspal


Cair sampai Pembuatan Lataston HRS Base

Berikut merupakan langkah-langkah pekerjaan penyiraman lapis resap


pengikat aspal cair sampai pembuatan Lataston HRS Base :
1. Bentuk permukaan kearah memanjang dan melintang harus telah
dipersiapakan sesuai dengan gambar rencana. Pembuatan central line
pada badan jalan untuk memudahkan finisher dalam menghampar
material HRS-Base pada badan jalan.
2. Pekerjaan prime coat pada bidang jalan agar material HRS-Base
mempunyai kelekatan yang baik dengan pondasi atas.

III-13
Gambar 3.11 Prime Coat pada Badan Jalan
Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

3. Pengangkutan dan drooping dilakukan dengan menggunakan dump


truck. Campuran HRS-Base ditutup dengan terpal untuk melindungi
dari pengaruh cuaca dan menjaga suhu material, sehingga
mempunyai gradasi (susunan) yang baik. Pekerjaan ini dilakukan 2
hari pada Jl. Edward Adu Kelurahan Batu Plat pada keseluruhan
Segmen 3 575m dengan waktu pekerjaan selama kurang lebih 8
jam/hari sesuai waktu efektif pekerjaan.
4. Penghamparan hotmix pada bidang jalan dengan menggunakan
Asphalt Finisher dan dirapikan oleh pekerja agar hamparan pada
badan tidak melewati batas central line yang telah ditetapkan.

Gambar 3.12 Penghamparan HRS-Base oleh Asphalt Finisher


Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

5. Material HRS-Base yang telah dihampar, kemudian dipadatkan


dengan menggunakan Tandem Roller.

III-14
Gambar 3.13 Pemadatan Badan Jalan oleh Tandem Roller
Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

6. Finishing oleh Tyre Pneumatic Roller yang membuat permukaan


jalan memjadi rata sehingga kemudian jalan siap untuk digunakan.

Gambar 3.14 Finishing Tyre Roller pada Badan Jalan


Sumber : Dokumentasi lapangan, 2021

III-15

Anda mungkin juga menyukai