Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Human Immunodeficiency Virus (HIV)

2.1.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Jumlah kasus HIV mengalami

peningkatan yang cukup signifikan beberapa tahun terakhir. Hal ini membuat

peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian terkait dengan tingkat

pengetahuan tentang HIV.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

penyakit yang timbul karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan

oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka

orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai

radang pada kulit, paru, saluran penernaan, otak dan kanker. (KPAD Kab. Jember,

2015).

Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981. Sementara,

kasus AIDS pertama di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen

Kesehatan tahun 1987, yaitu pada seorang wisatawan laki-laki asing warga negara

Belanda di Bali (Sudoyo dkk, 2006).

2.1.2 Pathogenesis Human Immunodeficiency Virus (HIV)

AIDS adalah penyakit pada manusia yang menyebabkan penurunan sistem

kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. HIV akan menyerang sel-sel darah

putih jika masuk ke dalam peredaran darah seseorang, sehingga sel-sel darah putih
akan mengalami kerusakan yang berdampak pada melemahnya kekebalan tubuh

seseorang. HIV-AIDS kemudian akan menimbulkan terjadinya gejala

oportunistik. Lesi fundamental pada HIV-AIDS adalah infeksi limfosit T helper

(CD4+) oleh HIV yang mengakibatkan berkurangnya sel CD4+ dengan

konsekuensi kegagalan fungsi imunitas (Smeltyer, 2001).

RNA inti HIV berselubung dua lapis fosfolipid. Diketahui mengkode

glikoprotein virus (gp 120 dan gp 41). Sel target spesifik HIV adalah limfosit T

helper (CD4+), meskipun dapat pula menginfeksi sel lain seperti limfosit B,

makrofag, sel glia dan sel epitel intestinal. Mekanise HIV merusak limfosit T

terkait dengan penggabungan glikoprotein selubung gp120 dan molekul CD4+

pada permukaan sel. Suatu penggabungan mandiri, bila terjadi merata akan

merusak plasma membran dan akhirnya mengakibatkan kematian sel.

Pengrusakanlimfosit T helper (CD4+) oleh HIV merupakan penghancuran inti

sistem imunitas, seluruh elemen sistem imun tidak berfungsi, termasuk sel T, sel

B, sel NK dan monosit atau makrofag (Ngudi dkk, 2010).

Gambar 2.1 Langkah cara virus dapat menginfeksi sel inang (Robbins Basic

Pathology 9th Edition)

9
2.1.3 Transmisi dan Cara Penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

HIV hanya dapat ditemukan di darah, cairan mani, cairan vagina dan Air

Susu Ibu (ASI). Penularan hanya terjadi jika ada salah satu cairan tersebut yang

telah tercemar HIV masuk ke dalam aliran darah seseorang. HIV dapat ditularkan

melalui beberapa cara, antara lain(Komisi Penanggulangan AIDS, 2011):

a. Mendapatkan transfusi darah yang tercemar HIV

b. Menggunakan alat yang dapat menimbulkan luka yang telah tercemar HIV

misalnya jarum suntik, alat tindik.

c. Transplantasi organ atau jaringan yang terinfeksi HIV

d. Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV,

dapat terjadi pada homoseksual maupun heteroseksual. Penularan dapat

terjadi dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang

yang terinfeksi HIV.

e. Penularan dari ibu ke anaknya sewaktu kehamilan, persalinan maupun

menyusui. Penularan seawaktu kehamilan terjadi melalui darah diplasenta.

Resiko tama penularan dari ibu ke anak terjadi saat proses melahirkan.

Pada proses melahirkan terjadi kontak darah ibu dan ke mukosa anak

sehingga HIV dapat masuk ke tubuh anak. Data dari USAID menunjukkan

bahwa ibu dengan HIV positif tanpa pengobatan akan melahirkan 5-10%

anak dengan HIV positif dan penularan 10-20% terjadi ketika hamil dan

melahirkan (Mukandavire & Garira, 2007). Ibu yang terinfeksi HIV juga

menghasilkan ASI yang mengandung HIV yang dapat menginfeksi anak.

Pemberian ASI ini meningkatkan resiko penularan sekitar 10-15%.

10
HIV tidak ditularkan melalui cairan tubuh lain seperti air mata, liur,

keringat, air seni, tinja, kontak pribadi seperti ciuman di bibir, pelukan, berjabat

tangan, kontak sosial sehari-hari misalnya sewaktu kerja, di sekolah, bioskop,

restoran dan sauna. Air atau udara juga tidak dapat menularkan HIV misalnya

bersin, batuk, berenang dikolam yang sama, barang-barang seperti pakaian,

telepon, dudukan toilet, handuk, selimut, sabun dan serangga misalnya gigitan

nyamuk atau serangga lainnya (Santrock, 2003).

2.1.4 Tanda dan Gejala Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidk menunjukkan gejala

apapun, dapat terlihat sehat dari luar dan biasanya tidak mengetahui bahwa

dirinya sudah terinfeksi HIV. Orang tersebut akan menjadi pembawa dan penular

HIV kepada orang lain. Wartono dkk tahun 1999, membagi kelompok orang-

orang tanpa gejala ini menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Kelompok yang sudah terinfeksi HIV tetapi tanpa gejala dan tes darahnya

negatif. Pada tahap dini ini, antibodi terhadap HIV belum terbentuk. Waktu

antara masuknya HIV ke dalam peredaran darah dan terbentuknya antibody

terhadap HIV windowed period. Periode ini memerlukan waktu antara 15 hari

sampai 3 bulan setelah terinfeksi HIV.

b. Kelompok yang sudah terinfeksi HIV tanpa gejala tetapi tes darah positif.

Keadaan tanpa gejala seperti ini dapat berjalan lama sampai 5 tahun atau lebih.

Gejala awal infeksi HIV sama dengan gejala serangan penyakit yang

disebabkan oleh virus, seperti: demam tinggi, malaise, flu, radang tenggorokan,

sakit kepala, nyeri perut, pegal-pegal, sangat lelah dan terasa meriang. Setelah

beberapa hari sampai dengan sekitar 2 minggu kemudian gejalanya hilang dan

11
masuk ke fase laten (fase tenang disebut juga fase inkubasi). Beberapa tahun

sampai dengan sekitar 10 tahun kemudian baru muncul tanda dan gejala sebagai

penderita AIDS.

Tanda dan gejala AIDS yang utama diantaranya, diare kronis yang tidak

jelas penyebabnya yang berlangsung sampai berbulan-bulan berat badan menurun

drastis dan demam tinggi lebih dari 1 bulan. AIDS juga memiliki gejala tambahan

berupa infeksi yang tidak kunjung sembuh pada mulut dan kerongkongan,

kelainan kulit dan iritasi (gatal), pembesaran kelenjar getah bening di seluruh

tubuh seperti dibawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha, batuk

berkepanjangan lebih dari 1 bulan, pucat dan lemah, gusi sering berdarah dan

berkeringat waktu malam hari.

2.1.5 Pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Komisi Penanggulangan AIDS tahun 2011 mengatakan pencegahan HIV-

AIDS dapat dilakukan melalui upaya sebagai berikut :

a. Pencegahan dalam hubungan seksual dapat dilakukan dengan

mengadakan hubungan seksual dengan jumlah pasangan yang terbatas,

memilih pasangan seksual yang mempunyai resiko rendah terhadap

infeksi HIV dan mempraktikkan seks yang aman yakni menggunakan

kondom secara tepat dan konsisten selama melakukan hubungan

seksual.

b. Pencegahan penularan melalui darah dapat dilakukan dengan

menghindari transfusi darah yang tidak jelas asalnya, sebaiknya

dilakukan skrining setiap donor darah yang akan menyumbangkan

darahnya dengan memeriksa darah tersebut terhadap antibody HIV.

12
Selain itu, hindari pemakaian jarum Bersama seperti jarum suntik,

tindik, tato atau alat lain yang dapat melukai kulit. Penggunaan alat

suntik dalam sistem pelayanan Kesehatan juga perlu mendapatkan

pengawasan ketat agar setiap alat suntik dan alat lainnya yang

dipergunakan selalu dalam keadaan steril. Petugas Kesehatan yang

merawat penderita AIDS hendaknya mengikuti universal precaution.

Semua petugas Kesehatan diharapkan berhati-hati dan waspada untuk

mencegah terjadinya luka yang disebabkan oleh jarum, pisau bedah

dan peralatan yang tajam.

c. Pencegahan penularan dari ibu ke anak dapat dilakukan melalui tig

acara antara lain sewaktu hamil dengan mengkonsumsi obat

antiretroviral (ARV), saat persalinan dengan menggunakan prosedur

operasi Caesar dan saat menyesui menghindari.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Seseorang mendapatkan fakta dan

informasi batu dengan menggunakan pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia atau hasil “tahu” seseorang terhadap objek melalui indera

yang dimilikinya. Menurut Talbot tahun 1995, mengatakan bahwa pengetahuan

adalah informasi dan penemuan yang merupakan proses kreatif untuk

mempertahankan pengetahuan baru. Manusia mendapatkan ilmu pengetahuan

13
dengan cara tradisional, bertanya pada orang yang ahli, dari pengalaman, setelah

menyelesaikan masalah dan berfikir kritis (Potter dan Perry, 2005).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2005) pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu:

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali terhadap sesuatu materi

yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek

yang diketahui dan dapat mengnterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan atau menggunakan

materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Suatu pengetahuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau suatu

obyek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang ada.

14
2.2.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuisioner yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden.

Tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 3 (Notoatmojo, 2005), yaitu :

1. Tinggi : 90% - 80%

2. Sedang : 70% - 60%

3. Rendah : 50% - 40%

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Soekanto (2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

antara lain:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi Perubuhan perilaku positif yang meningkat.

2. Informasi

3. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan lebih luas.

4. Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

5. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan

tentang sesuatu yang bersifat informal.

6. Sosial Ekonomi

15
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup baik

dalam hal materi ataupun dalam hal pengetahuan .

2.3 Remaja

2.3.1 Definisi Remaja

Remaja dalam istilah adalah adolescence atau remaja yang berasal dari

kata latin adolescence (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang

berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh menjadi dewasa”. Masa remaja adalah usia saat

individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak lagi merasa

dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan

yang sama. Dalam masa remaja terjadi perubahan intelektual yang mencolok yaitu

transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja memungkinkan untuk

mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataan

merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Istilah

adolescence juga mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental,

emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2009).

2.3.2 Tahapan Remaja

Hurlock tahun 2009 membagi usia remaja menjadi 2 kelompok :

1. Remaja Awal (13 – 17 tahun)

Masa remaja biasanya disebut sebagai usia belasan, kadang-kadang

bahkan disebut usia belasan yang kurang/tidak menyanangkan. Meskipun

remaja yang lebih tua sebenarnya masih tergolong anak belasan tahun

sampai ia mencapai usia dua puluh satu tahun, namun istilah belasan tahun

yang secara populer dihubungkan dengan pola perilaku khas remaja muda,

16
jarang dikenakan pada remaja yang lebih tua. Biasanya istilah remaja awal

disebut pemuda, pemudi atau kawula muda. Dalam masa remaja awal ini

perkembangan kematangan seksual juga berbeda, perkembangan seksual

pada remaja perempuan lebih cepat dibandingan dengan remaja laki-laki.

Remaja laki-laki mengalami perode awal remaja yang lebih singkat,

meskipun pada usia delapan belas tahun ia sudah diangggap dewasa,

karena adanya kesenjangan status yang mengakibatkan laki-laki pada usia

ini sudah dianggap dewasa

2. Remaja Akhir (17 – 18 tahun)

Periode ini sangat singkat sehingga sering kali tidak begitu

dirasakan. Remaja akhir adalah masa dimana remaja masih merasa berada

dalam remaja awal karena rentang waktunya cukup singkat. Dalam masa

remaja akhir biasanya remaja mulai berfikir untuk membina hubungan

yang lebih serius, identitas seksual semakin jelas, mampu

mengembangkan cinta dan kasih sayang.

2.3.3 Perkembangan Remaja

Menurut Amri tahun 2002 mengatakan perkembangan masa remaja antara

lain meliputi 3 aspek yakni :

1. Perkembangan Fisik

Pada akhir masa anak, jelas terlihat pertumbuhan fisik yang sangat

cepat, dangan bertanbah panjangnya ekstermitas, sehingga terlihat

perubahan perbandingan lengan, tungkai dan tubuh. Pertumbuhan fisik ini

merupakan tanda permulaan dari dimulainya proses kamatangan seksual.

Tidak lama kemudian, akan timbul ciri–ciri sekunder antara lain

17
penumbuhan kumis, jakun, bulu–bulu di ketiak dan sekitar genetalia, dan

payudara pada remaja putri. Dengan mulai bekerjanya kelenjar hormon

dan tercapainya kematangan alat genetalia bagian dalam, maka berakhirlah

masa pubertas. Kematangan seks dengan kemampuan beroproduksi sudah

tercapai, remaja-remaja ini sudah bisa menjadi hamil dan melahirkan bayi,

tetapi mereka belum dapat bertanggung jawab dan merawat, memelihara

bayi sebagaimana diharapkan dari seorang ibu.

2. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada masa ini memperlihatkan perubahan

yang tidak selalu mudah dijalani. Pada masa ini, remaja yang sebelumnya

bergaul dengan jenisnya yang sama, mulai menaruh perhatian pada lawan

jenisnya, ingin bergaul dengan kawan pria atau kawan wanita, tetapi

karena terhalang oleh penampilan fisik yang kurang menguntungkan

misalnya jerawat, bentuk tubuh yang mulai berkembang, kulit yang tidak

terawat, perfomen yang kurang menarik. Tugas perkembangan dalam hal

perkembangan sosial, yakni bergaul dengan teman sebaya baik yang

sejenis maupun lawan jenis, sedapat mungkin mendapat perhatian dan

bimbingan, supaya tidak terjadi hambatan maupun akibat-akibat negatif

bagi masa depan remaja.

3. Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian sesungguhnya perlu di perhatikan sejak

masa bayi. Pendidikan aspek-aspek kepribadian sudah dimulai sebelum

aspek intelektual berkembangan. Pengendalian keinginan dengan cara

mengajar anak belajar bersabar dan tidak selalu memenuhi kinginan anak

18
dengan segera, harus dilanjutkan dengan latihan pengendalian emosi dan

pengendalian diri ataupun mengekang keinginan untuk mengejar

kesenangan dan tercapainya dan tujuan yang lebih berarti dalam jangka

panjang.

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan kesimpulan dari tinjauan pustaka yang berisi

tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan

penelitian yang akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010).

Faktor-Faktor yang mempengaruhi


Kategori Tingkat Pengetahuan : pengetahuan :
- Baik - Umur
- Cukup Baik - Pendidikan orang tua
- Kurang Baik - Pekerjaan orang tua
- Sumber informasi

Pengetahuan HIV/AIDS

: Variabel yang Tidak Diteliti

: Variabel yang Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka TEORI

19

Anda mungkin juga menyukai