Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih
(KONSEP TEORITIS)
A. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba
tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna (IDAI,
2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme
pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana
terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu
menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2015).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik
laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa
maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih
sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi
saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi
seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan
prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria
jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
D. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah
bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella,
Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh
Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang
dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu
ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2008).
E. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua
Defisiensi reabsorpsi
Gangguan dalam Laju filtrasi > kecepatan
pemekatan kemih reabsorpsi
↓ Transport cairan ke sel ↓ reabsorpso K+ dan ion lainnya
Urine encer Elektrolit dan air
hanya sedikit dapat Dehidrasi sel-sel tubuh ↓ Kontraktilitas otot polos
↑ Volume diserap dan ↓ peristaltik
Dx : Kekurangan
↑ Frekuensi berkemih Cairan banyak dalam lumen
dan banyak
volume cairan Dx : Ketidakseimbangan
nutrisi < kebutuhan
Dx : Gangguan
eliminasi urine
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih
b. Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
I. Penatalaksanaan Medik
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas :
1. Terapi antibiotika dosis tunggal
2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
4. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor
kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah
penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau
amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium,
suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
akibat infeksi.
J. Pencegahan
Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah :
1. Biasakan diri minum air putih yang cukup setiap harinya, yaitu 8 gelas dalam
sehari.
2. Hindari kebiasaan menahan kencing.
3. Bagi kaum wanita, hindari kebiasaan mencuci kemaluan dengan berbagai produk
kosmetik yang tidak jelas atau cebok dengan air toilet yang diragukan
kebersihannya.
4. Biasakan cebok dengan arah dari depan (kemaluan) kebelakang (bokong).
5. Biasakan berhubungan seksual dengan cara yang sehat, sebaiknya kaum wanita
membiasakan diri buang air kecil setelah berhubungan seksual.
6. Jagalah kebersihan daerah kelamin.
7. Gantilah pembalut secara rutin saat sedang menstruasi.
8. Gantilah popok secara rutin pada bayi.
9. Kenakan celana dalam yang tidak ketat dan tidak menyerap panas (hindari warna
hitam).
10. Periksa air seni secara teratur saat sedang hamil.
K. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena
adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan :
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut
dan kronik.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh
adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan
yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang,
nyeri supra pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.
C. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh
adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
INTERVENSI KEPERAWATAN
D
ia
g
n
o
s
a
K
Tujuan dan
e Intervensi
Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
at
a
n
H NOC: 1. Pantau hidrasi (turgot kulit,
ip Termolegulasi; kelembaban membran
e keseimbangan antara mukosa)
rt produksi panas, peningkatan 2. Monitor TTV
e panas dan kehilangan panas 3. Hentikan aktivitas fisik
r TTV dalam batas normal 4. Kaji ketepatan jenis pakaian
m 5. Pantau warna kulit dan suhu
ia Tujuan dan 6. Pindahkan pasien ke
F kriteria lingkukangan lebih dingin
a evaluasi 7. Basahi permukaan tubuh dan
ct Setelah kipasi pasien
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
INTERVENSI KEPERAWATAN
D
ia
g
n
o
s
a
K
Tujuan dan
e Intervensi
Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
at
a
n
P Tujuan dan 1. Ukur dan catat urine setiap kali
e kriteria berkemih
r
K Tujuan dan
Intervensi
e Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
a
t
a
n
R NOC: 1. Pantau tanda dan gejala
e Status imun; resistensi alamai infeksi
s dan dapatan yang bekerja 2. Kaji faktor yang dapat
i tepat terhadap antigen internal meningkatkan kerentenan
k maupun eksternal terhadap infeksi
o Penyembuhan luka; primer; 3. Pantau hasil laboratorium
tingkat regenarasi sel dan 4. Amati penampilan praktek
i jaringan setelah penutupan hygiene personal untuk
n luka secara sengaja perlindungan terhadap infeksi
f Penyembuhan luka; sekunder; 5. Jelaskan pada pasien dan
e tingkat regenerasi sel dan keluarga mengnai infeksi dan
k jaringan pada luka terbuka hal yang dapat meningkatkan
s Tujuan dan resiko infeksi
i criteria evaluasi 6. Pengendalian infeksi (NIC) :
F Setelah ajarkan pasien teknik mencuci
a dilakukan tangan dengan benar
c tidakan 7. Pengendalian infeksi (NIC) ;
t keperawatan berikan terapi antibiotik, bila
o selama x24 diperlukan
r jam : faktor 8. Bersihkan lingkungan dengan
resiko infeksi benar setelah digunakan
y akan hilang yang masing-masing pasien
a dibuktikan 9. Pertahankan teknik isolasi bila
n dengan diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made
Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.
Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-infeksi-
saluran.html
http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-isk/