Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

(KONSEP TEORITIS)
A. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba
tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna (IDAI,
2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme
pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana
terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu
menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2015).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik
laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa
maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih
sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi
saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi
seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan
prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria
jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika
urinaria (kandung kemih), dan uretra.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


1. Ginjal
Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian posterior
abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-12 sampai
vertebra lumbal ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak lebih rendah
dari ginjal kiri karena hubungannya dengan hati. (Watson, 2002,hlm.384).Pada
orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara
120-150 gram.
Fungsi vital ginjal :
a. Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia
b. Sebagai homeostasis
c. Pengeluaran zat-zat toksin/racun
d. Memperlakukan suasana keseimbangan air
e. Mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh
f. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian
internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari
kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal,
terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh
kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan
membrane basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis,
dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk
tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan
tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.
Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya
ke dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.
Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot
kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat
vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran
darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini,
filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat
sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah.
Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki
tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati
glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar
180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah
tanpa molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit)
pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam
tubulus, sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam
darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat
tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus
distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis
ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali
seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi
aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal
disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam
urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin,
serta asam urat.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron. Urine
yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus pengumpul dan
tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap
pelvis akan membentuk ureter. Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding
yang sebagian besar terdiri atas otot polos.Organ ini menghubungkan setiap ginjal
dengan kandung kemih dan berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin.
2. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5
cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria).

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas
dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
3. Kandung kemih (vesika urinaria)
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terletak di sebelah anterior
tepat dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai wadah sementara untuk
menampung urine. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot
polos yang dinamakan muskulus detrusor.Kontraksi otot ini terutama berfungsi
mengososngkan kandung kemih pada saat buang air kecil (urinari). Uretra muncul
dari kandung kemih; pada laki-laki, uretra berjalan lewat penis dan pada wanita
bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar prostate yang
terletak tepat di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra di sebelah
posterior dan leteral. Sfingter urinalisis eksterna merupakan otot volunteer yang
bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi.
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian
internal yang dikenal sebagai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari
kurang lebih 1 juta nefron. Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal,
terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh
kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan
membrane basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis,
dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk
tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan
tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.
Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya
ke dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.
Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot
kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat
vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran
darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini,
filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat
sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki
tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati
glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar
180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah
tanpa molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit)
pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam
tubulus, sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam
darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat
tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus
distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis
ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali
seluruhnya dalam tubulu dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi
aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal
disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam
urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin,
serta asam urat.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemiih keluar.
Pada laki-laki terdiri dari :
a. Uretra prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi sebagai
saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma).
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari
tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-
vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita
terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya
sebagai saluran eksresi.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


C. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan
klinis. Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu :
1. Infeksi saluran kemih bawah
Berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Perempuan
Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan
Sindroma uretra akut.
b. Laki-laki
Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
2. Infeksi saluran kemih atas
Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri (Sukandar, 2006).
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil (Liza, 2006).
Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
a. ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
b. ISK berkomplikasi

D. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah
bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella,
Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh
Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang
dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu
ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2008).

E. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih
melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik
ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis (National Kidney
Foundation, 2012). ISK terjadi karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme
penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host.
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup
secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar
anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih
bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke
ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu
ascending, hematogen seperti penularan M.tuberculosis atau S.aureus , limfogen dan
langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi
(Purnomo,2014). Sebagian besar pasien ISK mengalami penyakit komplikasi. ISK
komplikasi adalah ISK yang diperburuk dengan adanya penyakit lainya seperti lesi,
obstruksi saluran kemih, pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan
gangguan neurologi serta menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran yang
normal dan perlindungan saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK komplikasi
membutuhkan terapi yang lebih lama (Aristanti, 2015).

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


F. Pathway
F. Predisposisi F. Presipotasi
Bakteri E. Colli, Kehamilan Obstruksi kandung kemih Diabetes
↓ Imunitas
Klebsielle, Streptococcus (batu uretra)s
Kadar estrogen ↑ Mengalami penekanan Urine mengandung
pada vesika urinaria Urine yang keluar hanya sedikit glukosa
Tubuh rentan Memasuki saluran
Vasodilatasi pembuluh darah
terinfeksi bakteri Kemih bawah Sebagian tertampung Bakteri yang ada di saluran
Obstruksi saluran kemih
↑ Permeabilitas darah pada uretra kemih dengan mudah
Sering menahan urine dapat berkembangbiak
Bakteri berkembang biak Perpindahan protein Bakteri dapat
Plasma ke interstitial ↑ perkembanganbiakan berkembangbiak Menimbulkan
bakteri
Konsentrasi protein plasma peradangan
Infeksi
Dalam filtrasi glomerulus tinggi

↑ Tekanan onkotik plasma

ISK bawah (uretritis, sistitis)

Bakteri terus naik dan menginfeksi


saluran kemih bagian atas

Glomerulonefritis, pielonefritis Stres tubuh

Terjadi reaksi inflamasi Pengeluaran hormon


stres katekolamin
Reaksi antigen-antibody
↑ Asam lambung
Pelepasan mediator inflamasi
Mual-muntah
Endrogen-pirogen Hastamin Kalekrein

Pengaktifan prostaglandin Vasodilatasi pembuluh darah Merangsang pusat


sensori nyeri
Perangsangan pusat ↑ Aliran darah P. renal
thermostat di hipotalamus

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


↑ Thermostat tubuh ↑ Volume darah aa.afferen Nyeri akibat peradangan
parenkim ginjal
↑ Suhu tubuh ↑ Suplai darah filtrasi
Nyeri menyebar ke pinggang
↑ GFR
Dx : Hipetermi
Dx : Nyeri akut

Defisiensi reabsorpsi
Gangguan dalam Laju filtrasi > kecepatan
pemekatan kemih reabsorpsi
↓ Transport cairan ke sel ↓ reabsorpso K+ dan ion lainnya
Urine encer Elektrolit dan air
hanya sedikit dapat Dehidrasi sel-sel tubuh ↓ Kontraktilitas otot polos
↑ Volume diserap dan ↓ peristaltik
Dx : Kekurangan
↑ Frekuensi berkemih Cairan banyak dalam lumen
dan banyak
volume cairan Dx : Ketidakseimbangan
nutrisi < kebutuhan
Dx : Gangguan
eliminasi urine

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


G. Tanda dan Gejala
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air
kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik (Permenkes, 2011).
Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan pada
penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan kreatinin, kadar gula darah,
urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test. (Stamm dkk, 2001).
Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL.
Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 - 90%. Positif nitrit pada
dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif
tertentu (tidak gram positif), sangat spesifik sekitar 50% untuk infeksi saluran kemih.
Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin (piuria) adalah indikator yang paling
dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC / hpf pada spesimen berputar) adalah 95%
sensitif tapi jauh kurang spesifik untuk ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL pada
kultur urin dianggap diagnostik untuk ISK (M.Grabe dkk, 2015).

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih
b. Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

I. Penatalaksanaan Medik
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas :
1. Terapi antibiotika dosis tunggal
2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
4. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor
kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah
penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau
amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium,
suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
akibat infeksi.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya :
1. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
2. Interansi obat
3. Efek samping obat
4. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
1. Efek nefrotosik obat
2. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan
hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan ?
2. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh
membahnayakan ?
3. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan ?
4. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan ?

J. Pencegahan
Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah :
1. Biasakan diri minum air putih yang cukup setiap harinya, yaitu 8 gelas dalam
sehari.
2. Hindari kebiasaan menahan kencing.
3. Bagi kaum wanita, hindari kebiasaan mencuci kemaluan dengan berbagai produk
kosmetik yang tidak jelas atau cebok dengan air toilet yang diragukan
kebersihannya.
4. Biasakan cebok dengan arah dari depan (kemaluan) kebelakang (bokong).
5. Biasakan berhubungan seksual dengan cara yang sehat, sebaiknya kaum wanita
membiasakan diri buang air kecil setelah berhubungan seksual.
6. Jagalah kebersihan daerah kelamin.
7. Gantilah pembalut secara rutin saat sedang menstruasi.
8. Gantilah popok secara rutin pada bayi.
9. Kenakan celana dalam yang tidak ketat dan tidak menyerap panas (hindari warna
hitam).
10. Periksa air seni secara teratur saat sedang hamil.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


11. Tuntaskan pengobatan jika memiliki penyakit prostat atau batu saluran kemih
(Suciadi, 2010:65).

K. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena
adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan :
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut 
dan kronik.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


(KONSEP ASKEP TEORITIS)
A. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
a. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b. Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
a. Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
b. Imobilisasi dalam waktu yang lama.
c. Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
a. Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
b. Adakah disuria?
c. Adakah urgensi?
d. Adakah hesitancy?
e. Adakah bau urine yang menyengat?
f. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
g. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah?
h. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas?
i. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
a. Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan?
b. Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh
adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan
yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang,
nyeri supra pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, dan anoreksia.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyebab,
pencegahan kekambuhan dan perawatan.

C. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh
adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
INTERVENSI KEPERAWATAN
D
ia
g
n
o
s
a
K
Tujuan dan
e Intervensi
Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
at
a
n
H NOC: 1. Pantau hidrasi (turgot kulit,
ip  Termolegulasi; kelembaban membran
e keseimbangan antara mukosa)
rt produksi panas, peningkatan 2. Monitor TTV
e panas dan kehilangan panas 3. Hentikan aktivitas fisik
r  TTV dalam batas normal 4. Kaji ketepatan jenis pakaian
m 5. Pantau warna kulit dan suhu
ia Tujuan dan 6. Pindahkan pasien ke
F kriteria lingkukangan lebih dingin
a evaluasi 7. Basahi permukaan tubuh dan
ct Setelah kipasi pasien

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


o dilakukan 8. Monitor hasil laboratorium
r tindakan 9. Tingkatkan intake cairan dan
y keperawatan nutrisi
a selama 10. Anjarkan klien dan keluarga
n x 24 jam : cara mengukur suhu untuk
g Pasien akan mencegah dan mengenali
b menunjukan secara dini hipertermi
e termolegulasi 11. Berikan antipiretik
r yang dibuktikan 12. Berikan cairan intravena
u , 13. Lepaskan pakaian yang
b Dengan berlebihan
u indicator 14. Gunakan waslap dingin pada
n sebagai berikut: aksila
g Indik 15. Anjurkan asupan cairan
a ator sedikitnya 2 liter
n Penin
: gkatan
suhu
 Agen
kulit
farmaseutikal
Hipert
 Aktivitas ermia
berlebihan Dehid
 Iskemia arasi
 Peningkatan Sakit
laju kepala
Denyu
metabolisme
t nadi
 Penyakit radiali
 Sepsis s
 Trauma Berke
Batasan karakteristik ringat
 Kulit merah saat
panas
 Suhu tubuh
Melap
meningkat orkan
 Kulit teraba kenya
hangat manan
 Takikardia suhu
 Takipnea Note : 1.
 Kejang Gangguan
 Koma ekstrem; 2.
 Hipotensi Berat; 3.
Sedang; 4.
Ringan 5.
Tidak ada
gangguan

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan
yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang,
nyeri supra pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.
INTERVENSI KEPERAWATAN
D
i
a
g
n
o
s
a
K
Tujuan dan
e Intervensi
Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
a
t
a
n
N NOC: 1. Lakukan pengkajian nyeri
y  Tingkat kenyamanan : tingkat secara komprehensif meliputi
e persepsi positif terhadap lokasi, karakteristik, awitam
r kemudahan fisik psikologis durasi frekuensi, kualitas,
i  Pengendalian nyeri : tindakan intensitas,atau keparahan
F individu untuk mengendalikan nyeri dan factor presipitasinya
a nyeri 2. Observasi isyarat nonverbal
c  Tingkat nyeri : keparahan nyeri ketidaknyamanan
t yang dapat diamati atau 3. Minta pasien untuk menilai
o dilaporkan nyeri dengan skala (1-10)
r Tujuan dan kriteria 4. Pengaturan posisi yang
y evaluasi nyaman
a Setelah dilakukan 5. Terapi oksigen
n tindakan 6. Monitor TTV
g keperawatan 7. Informasikan kepada pasien
b selama tentang prosedur yang dapat
e x 24 jam menungkatkan nyeri dan
r :Menunjukan tawarkan strategi koping yang
u tingkat nyeri ditawarkan
b Indicator sebagai 8. Berikan informasi tentang
u berikut: nyeri, seperti penyebabnyeri,
n In 9. Ajarkan penggunaan teknik
g di nonfarmakologis (relaksasi,
a ka distraksi, terapi)

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


n tor 10. Pemberian analgetik
: Ny 11. Laporkan pada dokter jika
Agen – agen penyebab eri tindakan tidak berhasil
cedera : ya
biologis, ng
dil
kimia, fisik
ap
dan
or
psikologis ka
B n
a Ek
t spr
a esi
s ny
a eri
n pa
da
k
wa
a
jah
r Ke
a teg
k an
t ga
e n
r oto
i t
Du
s
ras
ti
i
k
epi
S so
u de
b ny
j eri
e M
k eri
ti nti
f h
da
M
n
e
me
n na
g ngi
u s
n Ge
g lis
k ah
a Ket : 1. Sangat
p Berat; 2. Berat; 3.
k Sedang 4. Ringan;
a 5. Tidak ada
n

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


s
e
c
a
r
a
v
e
r
b
a
l
a
t
a
u
m
e
l
a
p
o
r
k
a
n
n
y
e
ri
d
e
n
g
a
n
is
y
a
r
a
t
O
b
j
e
k
ti

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


f
Posisi untuk
menghindari
nyeri
Perubahan
selera makan
Perubahan
ekspresi
misal :
gelisah,
merinih,
meringis,
menangis
Bukti nyeri
dapat
diamati
Gangguan
tidur

3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
INTERVENSI KEPERAWATAN
D
ia
g
n
o
s
a
K
Tujuan dan
e Intervensi
Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
at
a
n
P Tujuan dan 1. Ukur dan catat urine setiap kali
e kriteria berkemih
r

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


u evaluasi 2. Anjurkan untuk berkemih setiap
b Setelah 2-3 jam
a
dilakukan 3. Palpasi kandung kemih tiap 4
h
a tindakan jam
n keperawatan 4. Bantu klien ke kamar kecil ,
p
selama memakai pispot / urinal.
ol
a x 24 jam : 5. Bantu klien mendapatkan
el 1. Menunjukan klien dapat poosisi berkemih yang nyaman.
i
mempertahankan pola
m
in eliminasi secara adekuat.
a 2. Klien dapat berkemih setiap 3
si jam
F
a 3. Klien tidak kesulitan pada saat
ct berkemih
o 4. Klien dapat BAK dan
r
berkemih
y
a
n
g
b
e
r
u
b
u
n
g
a
n
:
Patofisiologi
Penurunan
kapasitas
kandung kemih
atau iritasi
kandung kemih
Infeksi
Trauma
Uretritis
Infeksi/trauma/ce
dera medulla
spinalis

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


D
at
a
m
a
y
o
r
M
el
a
p
or
k
a
n
at
a
u
m
e
n
g
al
a
m
i
m
as
al
a
h
el
i
m
in
as
i
ur
in
e,
se
p
er
ti
(
D

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


or
o
n
g
a
n
b
er
k
e
m
ih
,
S
er
in
g
b
er
k
e
m
ih
,
N
o
kt
ur
ia
,
E
n
ur
es
is
,
D
is
te
n
si
k
a
n
d
u
n
g

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


k
e
m
ih
,
In
k
o
nt
in
e
n
s

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah, dan anoreksia.
INTERVENSI KEPERAWATAN
D
ia
g
n
o
s
a
K
Tujuan dan
e Intervensi
Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
at
a
n
N NOC: 1. Tentukan motivasi pasien
u  Status gizi; tingkat untuk mengubah kebiasaan
tr ketersediaan zat gizi untuk makan
is memenuhi kegiatan 2. Pantau nilai laboratotium,
i metabolic khususnya Hb, Ht, albumin,
K  Status gizi: pengukuran dan elektrolit
u biokimia; komponen dan 3. Ketahui makanan kesukaan
r kimia cairan yang pasien
a mengindikasikan status 4. Tentukan kemampuan pasien
n nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
g  Status gizi: asupan makanan nutrisi
D dan cairan; jumlah makanan 5. Pantau kandungan nutrisi dan
a dan cairan yang dikonsumsi kalori pada catatan asupan

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


ri tubuh dalam waktu 24 jam 6. Timbang pasien pada interval
K Tujuan dan yang tepat
e criteria 7. Ajarkan metode untuk
b evaluasi perencanaan makan
u Setelah 8. Ajarkan pasien dan keluarga
t dilakukan tentang makanan yang berizi
u tindakan dan tidak mahal
h keperawatan 9. Manajemen nutrisi: berikan
a selama informasi yang tepat tentang
n x 24 jam : kebutuhan nutrisi dan
T  Memperlihatkan status gizi: bagaimana memenuhinya
u asupan makanan dan cairan, 10.Diskusikan dengan ahli gizi
b yang dibuktikan indicator dalam menentukan kebutuhan
u sebagai berikut: protein pasien yang
h Indik mengalami ketidakadekuatak
: ator asupan protein
F Maka
a nan
ct oral,
o pembe
rian
r
makan
y
an
a lewat
n selang
g , atau
b nutrisi
e parent
r eral
h total
u Asupa
n
b
cairan
u
oral
n atau
g IV
a Ket : 1. Tidak
n adekuat 2.
: Sedikit adekuat;
 Kesulitan 3.Cukup
mengunyah atau adekuat 4.
menelan Adekuat 5.
 Kurang Sangat Adekuat
pengetahuan
dasar tentang
nutrisi
 Hilang nafsu
makan
 Mual dan
muntah

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


B
a
t
a
s
a
n
k
a
r
a
kt
e
ri
st
ik
S
u
b
je
kt
if
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menolak makan
O
b
je
kt
if
Bising usus
hiperaktif
Kurang
informasi/infor
masi yang salah
Kurangnya minat
terhadap
makanan
Rongga mulut
terluka
Kelemahan otot
yang berfungsi
untuk menelan
atau
mnengunyah

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


5. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyebab,
pencegahan kekambuhan dan perawatan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
D
i
a
g
n
o
s
a

K Tujuan dan
Intervensi
e Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
a
t
a
n
R NOC: 1. Pantau tanda dan gejala
e  Status imun; resistensi alamai infeksi
s dan dapatan yang bekerja 2. Kaji faktor yang dapat
i tepat terhadap antigen internal meningkatkan kerentenan
k maupun eksternal terhadap infeksi
o  Penyembuhan luka; primer; 3. Pantau hasil laboratorium
tingkat regenarasi sel dan 4. Amati penampilan praktek
i jaringan setelah penutupan hygiene personal untuk
n luka secara sengaja perlindungan terhadap infeksi
f  Penyembuhan luka; sekunder; 5. Jelaskan pada pasien dan
e tingkat regenerasi sel dan keluarga mengnai infeksi dan
k jaringan pada luka terbuka hal yang dapat meningkatkan
s Tujuan dan resiko infeksi
i criteria evaluasi 6. Pengendalian infeksi (NIC) :
F Setelah ajarkan pasien teknik mencuci
a dilakukan tangan dengan benar
c tidakan 7. Pengendalian infeksi (NIC) ;
t keperawatan berikan terapi antibiotik, bila
o selama x24 diperlukan
r jam : faktor 8. Bersihkan lingkungan dengan
resiko infeksi benar setelah digunakan
y akan hilang yang masing-masing pasien
a dibuktikan 9. Pertahankan teknik isolasi bila
n dengan diperlukan

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


g pengendalian 10. Terapkan kewaspadaan
sistem imun, universal
b keparahan
e inpeksi, dan
r penyembuhan
u luka, yang
b dibuktikan
u dengan indikator
n sebagai berikut:
g Indika
a
n Granul
asi
Pembe
:
ntukan
 Kurang bekas
poengetahua luka
n untuk Ukura
menghindari n luka
pemajanan berkur
patogen ang
 Penyakit Note : 1. Tidak
kronis ada; 2.terbatas; 3.
 Penekanan Sedang ; 4. Besar
sistem imun 5. Sangat besar
 Peningkatan
pemajanan
lingkungan
terhadap
patogen
 Prosedur
invasive
 Kerusakan
jaringan
 Trauma

DAFTAR PUSTAKA
PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made
Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.
Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-infeksi-
saluran.html
http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-isk/

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

Anda mungkin juga menyukai