Anda di halaman 1dari 19

Prosedur Pelaksanaan Asuhan Keperawatan untuk Memenuhi

Kebutuhan Cairan, Elektrolit dan Keseimbangan Cairan-


Elektrolit

Dosen Pengampu:

Marwanti, S.Kep.Ns.M.Kep

Disusun oleh:

Haiyen Asean Putri (2101057)


Maulida Zumna (2101060)
Siti Salasa (2101071)
Sukmawati Saputra (2101072)
Tegar Muhammad Fahrezi (2101073)
Tsabitah Dzikra Tamimi (2101074)

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


Stikes Muhammadiyah Klaten
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Prosedur Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan untuk Memenuhi Kebutuhan Cairan, Elektrolit dan Keseimbangan
Cairan-Elektrolit ”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Dasar. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan Prosedur
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan untuk Memenuhi Kebutuhan Cairan, Elektrolit
dan Keseimbangan Cairan-Elektrolit. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada Ibu Marwanti,
S.Kep.Ns.M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Dasar, yang telah
membimbing dan mengajar kami. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca.

Klaten, 2 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan...........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

A. Pengertian Cairan, Elektrolit, dan Keseimbangan Cairan-Elektrolit............6

B. Komposisi Cairan dan Elektrolit Tubuh.......................................................7

C. Tujuan Prosedur Pemenuhan Cairan Elektrolit.............................................7

D. Presentase Total Cairan dan Elektrolit..........................................................8

E. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit...............8

F. Pemasangan Infus (Intravenous Fluid Drip).................................................9

G. Jenis - Jenis Cairan Infus............................................................................10

H. Asuhan keperawatan...................................................................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................18

A. Kesimpulan.................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan yang tidak


tepisahkan dalam kehidupan manusia. Kekurangan cairan dan elektrolit yang
sering terjadi banyak disebabkan oleh intake yang tidak adekuat, output
berlebih atau diare. Klien dengan Kekurangan cairan dan elektrolit akan
berdampak pada keadaan fisik yang lemah, turgor kulit kering, membran
mukosa yang pucat, serta konjungtiva yang enemis (tidak berwarna merah
muda). Karena cairan dan elektroit merupakan kebutuhan yang sangat penting,
sehingga apabila terjadi Kekurangan cairan danelcktrolit, akan mengalami
penurunan status kesehatan.
Klien dengan Kekurangan cairan dan clektrolit akan mempengaruhi
faktor psikologisnya seperti gangguan dalam psikososial (gambaran diri,
konsep diri, ideal diri, harga diri dan peran). Klien cenderung terkena harga diri
rendah karena merasa menjadi manusia yang lemah dan tidak berdaya (lemas)
dan merepotkan orang sckitarnya. Perubahan pada status kesehatan menjadi
salah satu alasan penyebab dari gangguan dalam gambaran diri klien. Peran
perawat dalam mengatasi masalah klien dengan Kckurangan cairan dan
clektrolit bertujuan untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit klien, agar
tidak mengalami kekurangan. Sehingga klien dapat meningkatkam status
kesehatan dan dapat menjalankan kembali perannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian cairan, elektrolit, dan keseimbangan cairan


-elektrolit?
2. Bagaimanakah komposisi cairan dan eletrolit tubuh?
3. Bagaimanakah tujuan prosedur pemenuhan cairan elektrolit?
4. Bagaimanakah faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit?
5. Bagaimanakah pemasangan infus (intravenous fluid drip)?
6. Bagaimanakah jenis-jenis cairan infus?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian cairan, elektrolit, dan keseimbangan cairan


-elektrolit.
2. Untuk mengetahui komposisi cairan dan eletrolit tubuh.
3. Untuk mengetahui tujuan prosedur pemenuhan cairan elektrolit.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit.
5. Untuk mengetahui pemasangan infus (intravenous fluid drip).
6. Untuk mengetahui jenis-jenis cairan infus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cairan, Elektrolit, dan Keseimbangan Cairan-Elektrolit

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan
dan elektrolit masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
(IV) dan di distribusikan ke seluruh tubuh (Haswita, Reni Sulistyowati, 2017).
Cairan dan elekteolit merupakan komponen tubuh yang berperan
dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita terdiri atas
sekitar 60% air yang tersebar dalam sel maupun luar sel. Namun demikian,
besarnya kandungan air tergantung usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak.
(Tarwoto dan Wartonah,2010).
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan salah satu faktor yang
diatur dalam homeostatis. Keseimbangan cairan sangat penting karena
diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme. Keseimbangan diperlukan
oleh tubuh adalah dimana input=output. (jurnal f.k unad, 2017).
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan bagian dari kebutuhan
dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian
tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. (A. Aziz Alimul H.,2006).
Berdasarkan perhitungan energy expenditure rata-rata pada pasien yang
dirawat di rumah sakit didapatkan kebutuhan cairan perhari sebagai berikut:
 Bayi 1 hari = 50 ml H2O/kgBB/hari
 Bayi 2 hari = 75 ml H2O/kgBB/hari
 Bayi ≥ 3 hari = 100 ml H2O/kgBB/hari
 Berat badan 10 kg pertama = 100 ml H2O/kgBB/hari
 Berat badan 10 kg kedua =1000 ml H2O/kgBB/hari
 Berat badan ≥ 20 kg = 1500 ml H2O/kgBB/hari
B. Komposisi Cairan dan Elektrolit Tubuh

Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara fisiologis


karena memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir 90% dari total berat
badan berbentuk cairan. Air di dalam tubuh tersimpan dalam dua
kompertemen utama, yaitu CIS dan CES.
1. Cairan Intraseluler (CIS)
CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan berfungsi
sebagai media tempat aktivitas kima sel berlangsung. Cairan ini menyusun
sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water TBW) dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 TBW.
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan menyusun 30% dari
TWB atau sekitar 20% dari berat tubuh. CES terdiri atas cairan
intravasikuler, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan
intravasikuler atau plasma menyusun 5% dari total berat badan, sedangkan
cairan interstisial menyusun 10%-15% total berat badan. Didalam cairan
tubuh terdapat elektrolit. Elektrolit tersebut tersusun atas ion elektrolit
yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan positif disebut
kation, contohnya natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca2+), dan
magnesium (Mg2+). Ion yang bermuatan negativ disebut anion, contohnya
klorida (Cl-), sulfat (SO42-), fosfat (PO43-), dan bikarbonat (HCO-3).
Untuk mempertahankan keseimbanagan kimia, keseimbangan elektrolit,
dan Ph yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah
antara CIS dan CES.Kation dan anion berperan dalam pertukaran ini.
(Lyndon Saputra, 2013).

C. Tujuan Prosedur Pemenuhan Cairan Elektrolit

1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit


2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi.
D. Presentase Total Cairan dan Elektrolit

Presentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung pada beberapa hal antara lain:
1. Umur
2. Kondisi lemak tubuh
3. Sex
Perhatikan uraian berikut ini:
1. Bayi (baru lahir) 75%
2. Dewasa
 Pria (20-40 tahun) 60 %
 Wanita (20-40 tahun) 50 %
3. Usia Lanjut 40-45%
Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya atau2/3 dari TBW-nya
berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau
20% dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yang terbagi dalam
15 % cairan interstitial 5% cairan intavaskuler dan 1-2% transeluler.

E. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-3- gram/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstial ke intraseluler.
4. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikosis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
F. Pemasangan Infus (Intravenous Fluid Drip)

Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering
dilakukan sebagai tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan untuk
memasukkan bahan-bahan larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat
untuk mendapatkan efek pengobatan secara cepat. Bahan yang dimasukkan
dapat berupa darah, cairan atau obat-obatan. Istilah khusus untuk infus darah
adalah transfusi darah. Indikasi infus adalah menggantikan cairan yang hilang
akibat perdarahan, dehidrasi karena panas atau akibat suatu penyakit,
kehilangan plasma akibat luka bakar yang luas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan pemasangan infus adalah:
1. Sterilitas
Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan infeksi
lokal pada daerah tusukan. Serta supaya mikroba tidak masuk ke dalam
pembuluh darah mengakibatkan bakteremia dan sepsis. Beberapa hal perlu
diperhatikan untuk mempertahankan standard sterilitas tindakan, yaitu :
1) Tempat tusukan harus disucihamakan dengan pemakaian desinfektan
(golongan iodium, alkohol 70%).
2) Cairan, jarum dan infus set harus steril.
3) Pelaku tindakan harus mencuci tangan sesuai teknik aseptik dan
antiseptik yang benar dan memakai sarung tangan steril yang pas di
tangan.
4) Tempat penusukan dan arah tusukan harus benar. Pemilihan tempat juga
mempertimbangkan besarnya vena. Pada orang dewasa biasanya vena
yang dipilih adalah vena superficial di lengan dan tungkai, sedangkan
anak-anak dapat juga dilakukan di daerah frontal kepala.
2. Fiksasi
Fiksasi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau tercabut.
Apabila kanula mudah bergerak maka ujungnya akan menusuk dinding
vena bagian dalam sehingga terjadi hematom atau trombosis.
3. Pemilihan cairan infus
Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pemberian cairan.
4. Kecepatan tetesan cairan
Untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh maka tekanan dari luar
ditinggikan atau menempatkan posisi cairan lebih tinggi dari tubuh.
Kantung infus dipasang ± 90 cm di atas permukaan tubuh, agar gaya
gravitasi aliran cukup dan tekanan cairan cukup kuat sehingga cairan masuk
ke dalam pembuluh darah. Kecepatan tetesan cairan dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa volume tetesan
tiap set infus satu dengan yang lain tidak selalu sama dan perlu dibaca
petunjuknya.
5. Selang infus dipasang dengan benar, lurus, tidak melengkung, tidak terlipat
atau terlepas sambungannya.
6. Hindari sumbatan pada bevel jarum/kateter intravena. Hati-hati pada
penggunaan kateter intravena berukuran kecil karena lebih mudah
tersumbat.
7. Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang berkelok atau
mengalami spasme.
8. Lakukan evaluasi secara periodik terhadap jalur intravena yang sudah
terpasang.
G. Jenis - Jenis Cairan Infus
1. Cairan hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+
lebih rendah dibandingkan serum) sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan "ditarik" dari dalam pembuluh
darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel "mengalami" dehidrasi, misalnya
pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair
dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan
normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga "menarik" cairan
dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi
edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.
Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

H. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
meliputi riwayat perawatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1) Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit
difokuskan pada:
a. Faktor risiko terjadinya ketidak seimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa:
 Usia: sangat muda, sangat tua
 Penyakit kronis: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung
kongestif), penyakit endokrin (cushing, DM), kesadaran.
 Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
 Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
 Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis,
pengisapan nasogastrik, fistula.
b. Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, dan kesemutan.
c. Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat
anoreksia, kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
d. Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam
jumlah maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine,
apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan? Bila ya ! melalui apa?
Muntah, diare, berkeringat.
2) Pemeriksaan fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan kescimbangan cairan dan
elektrolit. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b. Berat badan
Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko terkena
gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan dapat
dideteksi lebih dini karena 2,5-5 kg cairan tertahan di dalam tubuh
sebelum muncul edema. Perubahan dapat turun, naik,atau stabil.
c. Intake dan output cairan
Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan parenteral. Output
cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster, drainage
selang paska bedah, maupun IWL. Apakah balance cairan seimbang,
positif atau negatif. Kaji volume, warna, dan kosentrasi urine.
d. Bayi: fontancla cekung jika kekurangan volume cairan, dan menonjol
jika kelebihan cairan.
e. Mata:
 Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
 Edema periorbital, papiledema
f. Tenggorokan dan mulut
Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan kering,
saliva menurun, lidah dibagian longitudinal mengerut.
g. Sistem kardiovaskular
a) Inspeksi:
 Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi
 Central venus pressure (CVP) abnormal
 Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat
b) Palpasi:
 Edema: lihat adanya pitting cdema pada punggung, sakrum, dan
tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki)
 Denyut nadi: frekuensi, kckuatan
 Pengisian kapiler
c) Auskultasi
 Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat
perbedaannya, stabil, meningkat, atau menurun
 Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan
h. Sistempernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
i. Sistem gastro intestinal:
a) Inspeksi: abdomen cekung atau distensi, muntah, diare
b) Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
j. Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine
meningkat
k. Sistem neuromuskular :
a) Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
b) Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
c) Perkusi: refleks tendon dalam (menurun atau tidak ada, hiperaktif
atau meningkat)
l. Kulit:
a) Suhu tubuh: meningkat/menurun
b) Inspeksi: kering, kemerahan
c) Palpasi: turgor kulit tidak elastik, it dingin lan lembab.
3) Pemeriksaan diagnostik
a. Kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi,
konsentrasi elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang
sering diukur mencakup natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan
daya gabungan karbon dioksida.
b. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit
dan leukosit per milimeter kubik darah. Perubahan hematokrit terjadi
sebagai respons terhadap dehidrasi atau overhidrasi. Anemia juga
dapat memengaruhi status oksigenasi.
c. Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal.
Kreatinin adalah produk normal metabolisme otot dan diekskresikan
dalam kadar yang cukup konstan, terlepas dari faktor asupan cairan,
diet, dan olah raga.
d. Berat jenis urine
Pemeriksan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine.
Rentang berat jenis urine normal antara 1,003 - 1,030.
e. Analisis gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status
keseimbangan asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi
dalam mengakomodasi oksigen-karbon dioksida secara normal.
Pemeriksan pH darah arteri mengukur konsentrasi hidrogen.
Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan peningkatan pH
dihubungkan dengan alkalosis. PaC02 mengukur tekanan parsial
karbon dioksida dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan
parsial oksigen dalam darah arteri. Sa02 mengukur derajat
hemoglobin yang disaturasi oleh oksigen. Bikarbonat mencerminkan
porsi pengaturan asam basa ginjal.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan utama pada klien dengan gangguan kebutuhan
cairan, elektrolit, dan asam basa adalah:
a. Defisit volume cairan : Defisit Volume ECF (Ekstra Cell Fluid)
b. Kelebihan volume cairan : Kelebihan Volume ECF
c. Kelebihan cairan
d. Kekurangan cairan
2) Beberapa diagnosa keperawatan lain yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa adalah:
a. Defisit self care atau intolerans aktivitas
b. Risiko injuri
c. Kerusakan integritas kulit
d. Konstipasi atau diare
e. Kurang pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan
1) Tujuan
a. Klien akan membentuk kembali volume ECF normal, air dan elektrolit
seimbang.
b. Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang bagaimana
meningkatkan volume ECF di kemudian hari, air dan elektrolit
seimbang.
c. Klien akan bebas dari komplikasi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
d. Mempertahankan intake cairan dan elektrolit yang adekuat.
2) Rencana tindakan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan bertujuan untuk mencegah, menangani
penyebab, dan mengoreksi ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa.
a. Mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
a) Penggantian cairan secara enteral
Cairan digantikan secara enteral melalui oral dan selang pemberi
makan.
b) Pembatasan cairan
c) Penggantian cairan dan elektrolit secara parenteral
Penggantian cairan dan elektrolit secara parenteral meliputi
pemberian nutrisi parenteral total (NTP), terapi cairan dan elektrolit
intravena, serta penggantian darah.
b. Mengoreksi ketidakseimbangan asam basa
Perawat melakukan tindakan keperawatan yang sesuai untuk
meningkatkan ventilasi dan oksigenasi.
a) Pada asidosis respiratorik, sekresi paru yang statis dan penurunan
ekspansi paru memperburuk kondisi asidosis.
b) Pada alkalosis respiratorik akibat ansietas, tindakan keperawatan
yang dilakukan:
 Mula-mula memperbaiki alkalosis respiratorik.
 Melakukan tindakan keperawatan untuk menurunkan ansietas.
c) Memeriksa analisis gas darah arteri
Klien yang menderita gangguan asam basa membutuhkan
pemeriksaan analisis gas darah arteri yang berulang, untuk
menentukan status asam basa dan keadekuatan ventilasi serta
oksigenasi.
4. Evaluasi Keperawatan
Tujuan perawatan klien dikembangkan dengan menggunakan kriteria
objektif untuk dapat mengukur kemajuan klien yang telah dicapai.
1) Tujuan: klien akan memiliki kembali keseimbangan cairan dan elekrolit
normal, kriteria hasil:
a. Turgor kulit yang elastik akan kembali
b. Membran mukosa klien akan lembab
c. Tidak ada keluhan haus
d. Berat badan akan stabil pada nilai normal
e. Haluaran urine akan 70 ml/jam, berat jenis urine berkisar 1,010-1,020
f. Tanda-tanda vital akan kembali ke nilai dasar
g. Tidak ada muntah
h. Klien mempertahankan intake dan output seimbang
i. Klien membentuk kembali nilai elektrolit dalam batas normal
j. Klien tidak mengalami penurunan denyut postural dan perubahan
tekanan darah;
k. Saat pulang klien menunjukkan tidak ada tanda dan gejala edenma.
2) Tujuan: klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang bagaimana
meningkatkan keseimbangan cairan dan elektrolit di masa mendatang.
Kriteria hasil:
a. Di akhir pembelajaran, klien mengatakan pentingnya minum 8 gelas
air per hari.
b. Di akhir pembelajaran, klien membuat daftar makanan tinggi sodium
dan mengatakan membutuhkan modifikasi diet.
c. Klien membuat catatan berat badan sehari-hari untuk bulan depan;
d. Klien memberitahukan dokter tentang kenaikan berat badan yang
signifikan.
e. Di akhir pembelajaran, klien mengatakan rencana koping dengan
masalah diare atau muntah.
f. Di akhir pembelajaran, klien membuat daftar makanan tinggi
potasium.
3) Tujuan: Klien akan menetapkan bebas dari komplikasi ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit, kriteria hasil:
a. Klien berdiri dan berjalan tanpa pusing atau jatuh.
b. Kulit tetap utuh meskipun edema sampai edema berkurang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi


tubuk tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan
dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bemuatan listrik yang disebut ion jika berada dalar larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dam cairan
intravena (1V) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalan seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ariningrum,D & Jarot S. 2018. Buku Pedoman Keterampilan Klinis Pemasangan


Infus untuk semester 7. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Aziz Alimul.H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Haswita., dan Reni Sulistyowati. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
Timur : CV.Trans Info Media.
Tarwoto dan Wartonah, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
https://id.scribd.com/document/510361629/MAKALAH-KELOMPOK-6-RB-
PEMENUHAN-KEBUTUHAN-CAIRAN-ELEKTROLIT

Anda mungkin juga menyukai