Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun
emosi. Bagi ibu yang mengetahui hal ini tentu akan merasakan khawatir akan perubahan
yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja perubahan yang terjadi
agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara dini.
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu.
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana
proses-proses pada kehamilan berjalan terbaik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi,
tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat
yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat ikut
membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas dini.
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan
keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami da memiliki mpengtahuan
tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Perubahan Fisiologis apa saja yang terjadi selama masa Nifas?

C. Tujuan
Untuk mengetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu selama masa Nifas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Nifas
1. Pengertian
Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu
darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan
(Anggraeni, 2010). Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau
42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan
yang normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Jadi masa nifas adalah masa yang
dimulai dari plasenta lahir sampai alatalat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan
memerlukan waktu kira-kira 6 minggu.
2. Tahap Masa Nifas
Tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
Islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Anggraeni, 2010).
3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi post
partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara
lain (Anggraeni, 2010) :
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi
untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
2) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis
atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan
warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4
jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
1. Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-
sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
mekonium.
2. Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung
dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
3. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke-14.
4. Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung
selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada awal periode
post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea
alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis,
terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi
infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea
statis”.
3) Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih
menonjol.
4) Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5,
perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih
kendur daripada keadaan sebelum hamil.
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme
sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen
yang besifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
tersebut disebut “diuresis”.
d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang berada di
antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan
perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada
waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah, sehingga
akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga
volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari
ketiga sampai kelima postpartum.
f. Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain
1) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 – 38◦ C)
akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila
dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga
suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak
turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus
waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
post partum menandakan terjadinya preeklampsi post partum.
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi
lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
B. Yang sering Terjadi selama masa nifas
1. Pembendungan Air Susu
Bendungan Air susu merupakan pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada puting susu.
Keluhan ibu adalah payudara bengkak, keras, panas, dan nyeri. Penanganannya
sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya
kelainan-kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara (bukan ditekan) dengan BH, sebelum menyusukan,
diurut dulu, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stil bestrol atau lynoral tablet 3
kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi air susu.
2.   Mastitis
Mastitis merupakan suatu peradangan pada payudara disebabkan kuman, terutama
Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu, atau melalui peredaran darah.
Berdasarkan lokasinya mastitis terbagi atas yang berada di bawah areola mammae, di
tengah areola mammae, dan mastitis yang lebih dalam antara payudara dan otot-otot.
Biasanya mastitis yang tidak segera diobati akan menyebabkan abses payudara yang bisa
pecah ke permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhannya adalah
payudara membesar, keras, nyeri, kulit memerah, dan membisul, dan akhirnya pecah
dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur air susu. Dapat disertai suhu naik
dan menggigil.
Penanganan
a. Bila terjadi mastitis pada payudara, hentikan penyususan bayi
b. Karena penyebab utama adalah Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin
dengan dosis tinggi dapat membantu, sambil menunggu hasil pembiakkan dan uji
kepekaan air susu
c.    Lakukan kompres dan pengurutan ringan dan penyokong payudara, bila panas dan
nyeri berikan obat anti panas dan analgetika.
d.   Bila terjadi abses lakukanlah insisi radial sejajar dengan jalannya duktus laktiferus.
Pasang pipa (drain) atau tamponade untuk mengeringkan nanah.
3.  Galaktokel (galactocele)
Air susu membeku dan terkumpul pada suatu bagian payudara menyerupai tumor
kistik. Terjadi karena sumbatan air susu. Hanya dengan pengurutan dan tekakan ketat pada
payudara, galaktokel dapat hilang dengan sendirinya.
4.    Kelainan Puting Susu
a.    Puting susu bundar dan menonjol
b.    Puting susu terbenam dan cekung sehingga menyulitkan bayi untuk menyusu. Bila
tidak dapat diperbaiki, air susu dipijat atau dipompa.
c.    Ada luka pada puting susu, segera diobati dengan salep dan sementara menunggu
sembuh, air susu dipompa.
5.    Jumlah Air Susu
a.    Tidak ada air susu (agalaksia)
b.    Air susu sedikit keluar (oligogalaksia)
c.    Air susu keluar melimpah ruah (poligalaksia)
d.   Air susu tetap keluar terus menerus dalam waktu lama walaupun sudah menyapih
(galaktorea)
Pada sindroma Chiari-Fromme dijumpai trias yang terdiri dari galaktorea, amenorea, dan
atrofi rahim.
6. Afterpains
Ibu dapat mengalami kontraksi rahim setelah melahirkan karena rahim mulai
mengecil untuk kembali ke ukuran semula. Kondisi ini dapat menyebabka kram di area
perut yang disebut afterpains. Rahim umumnya membutuhkan waktu hingga 6 minggu
untuk benar-benar kembali. kebanyakan wanita merasakan sakit yang paling berat pada
minggu pertama setelah melahirkan.
7. Puting susu lecet
Pada keadaan ini, sering kali sesorang ibu menghentikan menyusui karena
putingnya sakit, juga bisa disebabkan karena perlekatan kurang tepat. Dalam hal ini,
yang perlu dilakukan oleh ibu adalah mengecek bagaimana perlekatan ibu dan bayi,
serta mengecek apakah terdapat infeksi candida (mulut bayi perlu dilihat). Biasanya
kulit merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik
(flaky). Pada keadaan putting susu lecet, yang kadang kala retakretak atau luka, maka
dapat dilakukan cara- cara seperti berikut:
a) bu dapat terus memberikan ASI-nya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
b) Olesi puting susu dengan ASI akhir, jangan sekali-sekali memberikan obat lain,
seperti krim, salep, dan lain-lain
c) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1 x
24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam
d) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan
dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena akan nyeri.
e) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenerkan untuk menggunakan sabun
8. Payudara bengkak
Sebelumnya, perlu dibedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI
(bendungan ASI) dan payudara bengkak. Pada payudara penuh, gejala yang dirasakan
pasien adalah rasa berat pada payudara, panas dan keras, sedangkan pada payudara
bengkak, akan terlihat payudara odem, pasien merasakan sakit, puting susu kencang,
kulit mengkilat walau tidak merah, ASI tidak keluar bila diperiksa atau diisap, dan
badan demam setelah 24 jam. Hal tersebut terjadi disebabkan karena beberapa hal,
antarannya yaitu produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan
kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, mungkin juga ada pembatasan
waktu menyusui. Untuk mencegah maka diperlukan seperti menyusui dini, perlekatan
yang baik, dan menyusui “ On Demand”, dimana bayi harus lebih sering disusui. Hal-
hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi payudara bengkak ini antara lain:
a) Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusui sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun
b) Untuk merangsang reflex oxytocin maka dilakukan :
(1) Kompres panas untuk menyurangi rasa sakit
(2) Ibu harus rileks
(3) Pijat leher dan punggung belakang ( sejajar dengan payudara)
(4) Pijat ringan pada payudara yang bengkak ( pijat pelan-pelan kearah
tengah)
(5) Stimulasi payudara dan puting. Caranya, pegang puting dengan dua jari
pada arah yang berlawanan, kemudian putar puting dengan lembut searah
jarum jam.
c) Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk menyurangi odem
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Masa nifas merupakan sesuatu yang fisiologis terjadi terhadap ibu setelah melahirkan.
Masa dimana semua organ kandungan akan kembali seperti sebelum terjadinya kehamilan.
Namun, ternyata tidak semua ibu akan mengalami masa nifas yang fisiologis. Ada juga
ibu yang mengalami masa nifas yang berisiko untuk terjadinya sebuah infeksi, penyakit
bahkan kematian.
Untuk menghindari terjadinya infeksi pada masa nifas, kita harus mengetahui tanda
atau gejala awal yang akan menimbulkan terjadinya penyakit-penyakit seperti yang
disebutkan di atas, dan kita pun harus tetap menjaga kebersihan pada saat menolong ibu
melahirkan.

B. SARAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

1. Baby Blus/ Depresi Post Partum

Pokok Bahasan      : PNC (Post Natal Care)


Sub topik : Depresi Post-partum
Sasaran                   : Ibu Nifas
Hari /tanggal          : Selasa
Jam                         : 09.00-09.20
Waktu                    : 20 menit
Tempat                   : Rumah Ibu Nifas

C.   Tujuan Intuksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, peserta yang mengikuti
kegiatan ini diharapkan dapat mengetahui masalah depresipost partum, tanda-tanda akan
terjadinya depresi pada diri mereka agar dapat mencegahnya, mengetahui beberapa
penanganan dasar pada seseorang yang terkena depresi tersebut.
D.   Tujuan Intruksional Kusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan selama 20 menit, mahasiswa yang mengikuti kegiatan
ini dapat menjelaskan :
1.      Pengertian depresi post partu
2.      Tanda-tanda dan gejala depresi post partum
3.      Penanganan depresi post partum
E.   Materi
Terlampir
F.    Metode :
1.      Ceramah (presentasi)
2.      Tanya jawab
G.  Media
1.      Power point
2.      Leaflet
H.  Kegiatan Pembelajaran

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan klien

1. 3 menit a) Pembukaan Menjawab salam


1. Memberikan salam
Mendengarkan dan
2. Menjelaskan
memperhatikan
tujuan dari pembelajaran
b) Menyebutkan materi atau pokok
bahasan yang di sampaikan dalam
acara tersebut

2. 8  meni a) Pelaksanaan materi Menyimak dan


t b) Pelaksanaan materi penyuluhan Memperhatikan penjelasan
secara berurutan dan terartur
c) Materi
1. Pengertian depresi post partu
2. Penyebab dan factor resiko depresi
post partum
3. Tanda-tanda dan gejala depresi
post partum
4. Penanganan depresi post partum

3. 7  meni 1. Evaluasi : Bertanya dan menjawab


t a) Menyimpulkan isi pertanyaan
penyuluhan
b) Menyampaikan secara
singkat materi penyuluhan
c) Memberi kesempatan
kepada klien untuk
bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada
klien untuk menjawab pertanyaan
yang dilontarkan

4. 2 menit a) Penutup Menjawab salam


1. Menyimpulkan materi yang
telah disampaikan
2. Menyampaikan terima
kasih tas waktu yang telah
diberikan oleh peserta
b) Mengucapkan salam

I. Evaluasi
Metode evaluasi    : Diskusi tanya jawab
Jenis pertanyaan    : lisan
1.      Apakah yang dimaksud dengan depresi post partum?
2.      Bagaimana gejala depresi post partum?
3.      bagaimana cara penanganan deprsi post partum?
J.  Lampiran materi
1. Pengertian depresi post partum
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah
depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood
selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada
wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin
diklasifikasikan dalam gangguan mood dan onset gejala adalah dalam 4 minggu
pascapersalinan. Ada 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity
blues, postpartum depression dan postpartum psychosis (Ling dan Duff, 2001).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Paltiel (Koblinsky dkk, 1997), bahwa
ada 3 golongan gangguan psikis pascasalin yaitu postpartum blues atau sering disebut juga
sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara.
Postpartum depression yaitu depresi pasca persalinan yang berlangsung sampai berminggu
– minggu atau bulan dan kadang ada diantara mereka yang tidak menyadari bahwa yang
sedang dialaminya merupakan penyakit. Postpartum psychosis, dalam kondisi seperti ini
terjadi tekanan jiwa yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga
selalu kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt (Regina
dkk, 2001), depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan
menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido
(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Masih menurut Pitt (Regina
dkk, 2001) tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling
ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat
pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan
postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2
keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan
sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.
Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya
akumulasi stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi adalah
pengalaman yang negatif ketika semua persoalan tamapak tidak terpecahkan. Persoalan
juga tidak akan terpecahkan dengan berpikir lebih positif, tetapi sikap itu akan membuat
depresi lebih dapat dikendalikan.
Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem
psikis sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang
dapat berlangsung berbulan – bulan. Sloane dan Bennedict (1997) menyatakan bahwa
depresi postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa setelah melahirkan dan
berlangsung terus 1 – 2 minggu.
Llewellyn–Jones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis
pada masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan.
Wanita yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara sosial dan
emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah
gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa
setelah melahirkan dan berlangsung terus – menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu
tahun.
2.  Penyebab depresi postpartum
Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi postpartum tidak berbeda
secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional. Suasana sekitar
kehamilan dan kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus timbulnya
gangguan emosional.
Nadesul (1992), penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah adanya
ketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan kehamilan dan
persalinan. Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang dianggap sebagai
penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami
penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi
terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki
sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel
sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal
berhubungan dengan munculnya gejala depresi.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Llewellyn–Jones (1994), karakteristik
wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum adalah : wanita yang mempunyai
sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang
harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang–orang
terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi
dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya kurang komunikasi dan informasi,
wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.
Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi postpartum
sebagai berikut :
a. Faktor konstitusional. Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah
riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada
wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah
melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya
memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b. Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan
mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan
dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis
setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan
munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang
progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan
merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
c. Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir
kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan
pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan
baik antara ibu dan anak.
d. Faktor sosial. Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang
tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya
dukungan dalam perkawinan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab depresi
postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena adanya
ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu.
Adapun Faktor resiko yang dapat mendukung terjadinya depresi post partum, antara
lain :keadaan hormonal, dukungan social, emotional relationship, komunikasi dan
kedekatan, struktur keluarga, antropologi, perkawinan, demografi, stressor psikososial,
lingkungan
3.      Tanda-tanda dan gejala depresi post partum
Depresi merupakan gangguan yang betul–betul dipertimbangkan sebagai
psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang berakhir
dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul bersamaan dengan gejala kecemasan.
Manifestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum
seperti : sukar tidur, merasa bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau
bunuh diri.
Menurut Vandenberg (dalam Cunningham dkk, 1995), menyatakan bahwa keluhan
dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi
lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan adalah pikiran – pikiran ingin bunuh diri,
waham–waham paranoid dan ancaman kekerasan terhadap anak–anaknya.
Depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain :
a. Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi – mimpi yang
menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya
seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup
manusia.
b. Phobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak
dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu
irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan
kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar
akan merasakan emosi yang bermacam–macam. Keadaan ini dimulai dengan perasaan
syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah
mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan
berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan
jarum (Duffet-Smith, 1995).
c. Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena
dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian
besar tidak diketahuinya.
d. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali
penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari
persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa
puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya
pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan
tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu (Santrock, 2002).
e.  Perubahan mood. Menurut Sloane dan Bennedict (1997), menyatakan bahwa depresi
postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih –
murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia,
merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia,
menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa
depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan
sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta
mengotori kain yang baru diganti.
Menurut Nevid dkk (1997), depresi postpartum sering disertai gangguan nafsu
makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan untuk mempertahankan
konsentrasi atau perhatian.
Kriteria diagnosis spesifik depresi postpartum tidak dimasukkan di dalam DSM-IV,
dimana tidak terdapat informasi yang adekuat untuk membuat diagnosis spesifik.
Diagnosis dapat dibuat jika depresi terjadi dalam hubungan temporal dengan kelahiran
anak dengan onset episode dalam 4 minggu pasca persalinan.
Menurut DSM IV, simptom–simptom yang biasanya muncul pada episode
postpartum antara lain perubahan mood, labilitas mood dan sikap yang berlebihan
terhadap bayi. Wanita yang menderita depresi postpartum sering mengalami kecemasan
yang sangat hebat dan sering panik.
Meskipun belum ada kriteria diagnosis spesifik dalam DSM-IV, secara karakteristik
penderita depresi postpartum mulai mengeluh kelelahan, perubahan mood, memiliki
episode kesedihan, kecurigaan dan kebingungan serta tidak mau berhubungan dengan
orang lain. Selain itu, penderita depresi postpartum memiliki perasaan tidak ingin merawat
bayinya, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.
Gejala depresi pascasalin ini memang lebih ringan dibandingkan dengan psikosis
pascasalin. Meskipun demikian, kelainan–kelainan tersebut memiliki potensi untuk
menimbulkan kesulitan atau masalah bagi ibu yang mengalaminya (Kruckman dalam
Yanita dan Zamralita, 2001).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejala–gejala depresi
postpartum antara lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan,
perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan
orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau
keduanya.
4.      Penanganan depresi post partum
Jika Anda baru saja melahirkan dan tiba-tiba merasa sedih, blue, anxious, mudah
tersinggung, lelah luar biasa atau gejala-gejala lain dari postpartum depression, ingatlah
bahwa banyak para wanita lain yang juga mengalami hal yang sama. Anda tidak gila atau
berubah menjadi gila! Dan sebaiknya Anda memang jangan pernah mempunyai pikiran
demikian.
Dibawah ini ada beberapa tips yang mungkin bisa membantu Anda melewati
postpartum depression:
a. Cari teman atau saudara yang bisa diajak curhat
b. Cari orang yang bisa membantu Anda untuk merawat bayi atau mengerjakan
pekerjaan rumah tangga. Hal ini akan membantu Anda untuk bisa beristirahat.
c. Luangkan waktu untuk melakukan sesuatu bagi diri Anda sendiri, meskipun itu hanya
berlangsung selama 15-20 menit/hari. Misalnya baca buku, jalan-jalan sekitar
kompleks perumahan, mandi spa atau memanjakan diri di salon.
d. Setiap hari, luapkan emosi dan perasaan Anda. Ini adalah salah satu cara untuk
mengeluarkan semua perasaan dan rasa frustasi Anda
e. Kelahiran seorang bayi membawa banyak perubahan dan menjadi orangtua memang
bukan suatu perkara yang mudah.
f. Jujurlah pada diri Anda sendiri seberapa banyak yang bisa Anda lakukan dan jangan
pernah ragu untuk minta bantuan kepada orang lain saat Anda membutuhkannya.

Lampiran :
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

POKOK BAHASAN : PNC (Post Natal Care)


SUB POKOK BAHASAN : Bendungan ASI dan Putting susu lecet
HARI/TANGGAL : Rabu
WAKTU : 15.30 - selesai
TEMPAT : Rumah Ibu Nifas
SASARAN : Ibu-Ibu Menyusui

1. Tujuan umum

Setelah dilakukan penyuluhan tentang Bendungan Asi dan Putting susu lecet
diharapkan ibu yang menyusui bayinya dapat menyusui bayinya dengan baik dan benar.

2. Tujuan khusus

Setelah di lakukan penyuluhan, ibu-ibu menyusui yang datang dapat mengetahui;

a. Pengertian bendungan asi dan putting susu lecet

b. Tanda gejala bendungan asi

c. Penyebab putting susu lecet

d. Penatalaksanaan bendungan asi and putting susu lecet

3. Sasaran : Ibu-ibu yang menyusui

4. Tempat : Rumah ibu Nifas

5. Metode

a. Ceramah

b. Tanya jawab

6. Media

a. SAP
7. Kegiatan

N Tahapan Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan klien


o
1 Pembukaan 3 1.Pemberian salam 1.Menjawab
Menit 2. Memperkenalkan Diri salam
3. Menjelaskan Tujuan 2. Mendengarkan
4. Meminta kesediaan waktu untuk 3. Mendengarkan
memberikan Penyuluhan 4. Mendengarkan
2 Inti 15 1. Menjelaskan kepada Ibu- ibu 1. Menjelaskan
Pengembangan Menit pengertian bendungan asi dan putting 2. Mendengarkan
susu lecet 3. Bertanya
2. Menjelaskan tentang penyebab penjelasan tadi
putting susu lecet
3. Menjelaskan tentang tanda gejala
bendungan asi
4. Menjelaskan tentang penatalaksanaan
bendungan asi dan putting susu lecet
5. Memberikan kesempatan kepada ibu-
ibu untuk bertanya apa yang perlu di
ketahui, atau bila kurang jelas tentang

3 Penutup/Evalu 3 1. Menyimpulkan 1.Memperhatikan


asi Menit 2. Ibu memahami penyuluhan yang di
berikan

8. Evaluasi

a. Apa yang dimaksud dengan putting susu lecet?

b. Apa yang menyebabkan putting susu lecet?

c. Bagaimana cara penatalaksanaan putting susu lecet?

9. Kisi-kisi jawaban

a. Putting susu lecet adalah iritasi pada putting susu yang bias disebabkan karena
beberapa factor salah satunya posisi menyusui yang salah.
b. Penyebab darai putting susu lecet adalah :

1. Posisi menyusui yang salah

2. Penggunaan pompa asi yang salah

3. Keadaan membrane lidah yang terlalu pendek bisa menyebabkan bayi menggunaak
gigi untuk menghisap asi

Langkah-langkah penangananan putting susu lecet

1. Putting dapat dihangaatkan beberapa saat setiap selesai menyusui


2. Sebaiknya putting dibiarkan terbuka/diangin-anginkan sesering mungkin

3. Mulai menyusui pada puting yang tidak sakit.

4. Susi sebelum bayi sangat lapar.

5. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun atau alkohol.

6. Perbaiki posisi bayi pada saat menyusui.

7. Perhatikan cara melepas mulut bayi dari puting.

8. Keluarkan sedikit ASI untuk dioleskan pada puting selesai menyusui.

9. Biarkan puting kering sebelum memakai BH.

10. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas.

11. Usahakan bayi menghisap sampai aerola.

Materi Penyuluhan

KESEHATAN REPRODUKSI “BENDUNGAN ASI DAN PUTTING SUSU LECET”

1. Bendungan ASI
A Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke
empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening.
Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun
pengeluaran belum lancar. Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan
berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang.
Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit
menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara
terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked
brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul
benjolan local (Wiknjosastro, 2006).
B Faktor Penyebab Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna Dalam masa laktasi, terjadi
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka
masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak
dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan
bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan
menimbulkan bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar Teknik yang salah dalam menyusui
dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada
saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau
menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada
saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI.
C Gejala Bendungan ASI Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI
adalah :

1. Bengkak pada payudara

2. Payudara terasa keras

3. Payudara terasa panas dan nyeri

D Pencegahan
1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah
dilahirkan
2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3. Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawawatan payudara pasca persalinan
5. Menyusui yang sering
6. Memakai kantong yang memadai
7. Hindari tekanan local pada payudara
E Penatalaksanaan
1. Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek.
2. Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih mudah ditangkap dan di
isap oleh bayi.
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.
4. Untuk mengurangi ras sakit pada payudara berikan kompres dingin.
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah benih dilakukan
pengurutan (marase) payudara yang dimulai dari puting kearah korpus.
2. PUTING SUSU LECET
a. Definisi Putting susu lecet adalah iritan pada putting susu yang bisa di sebabkan
karena beberapa factor salah satunya adalah posisi menyusui yang salah
b. Faktor penyebab Putting susu lecet
1) Teknik menyusui yang tidak benar.
2) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat ibu
membersihkan puting susu.
3) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
4) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue).
5) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
c. Penatalaksanaan
1) Cari penyebab puting susu lecet.
2) Bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang normal atau lecetnya sedikit.
3) Tidak menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat
membersihkan payudara.
4) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).
5) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan
susukan secara bergantian diantara kedua payudara.
6) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering.
7) Pergunakan BH yang menyangga.
8) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.
9) Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
Lampiran :
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan            : Poost Natal Care


Sub Pokok Bahasan     : Kecemasan Ibu Tidak Haid
Target dan Sasaran       : Ibu Nifas Menyusui
Hari/Tanggal               : Selasa
Waktu                          : 30 menit
Tempat                          :-

A.      Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, peserta mampu mengetahui
tentang tanda-tanda bahaya kecemasan ibu tida haid selama.

B.       Tujuan Intruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, tentang kecemasan ibu tida haid selama dapat
mengetahui tentang:
1.        Ibu nifas tidak haid selama menyusui
C.      Materi
1.      Tentang Ibu nifas yang tidak haid selama menyusui
D.      Metode
Ceramah dan Tanya jawab
E.       Media
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Waktu Kegiatan Kegiatan Ibu


Pembukaan - Salam Pembuka - Menjawab salam
(4 menit) - Memperkenalkan diri - Mendengarkan
- Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan
penyuluhan
- Menjelaskan jalannya penyuluhan
Isi - Menjelaskan tentang Ibu nifas yang tidak - Melihat
(20 menit) haid selama menyusui - Mendengarkan
- Memperhatikan
Penutup - Tanya jawab - Mengajukan
(6 menit) - Mengakhiri penyuluhan pertanyaan

- Salam penutup. - Menjawab salam


F.  Evaluasi
Bentuk : Lisan
Jenis : Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan  :
1. Jelaskan Tentang Ibu nifas yang tidak haid selama menyusui

Materi Penyuluhan

Tidak Mens Setelah Melahirkan

Selama masa kehamilan ibu tidak mengalami haid atau menstruasi . Ibu setelah
melahirkan akan mendapatkan menstruasi usai masa nifas meski waktuny berbeda-beda.
Ada banyak faktor yangmenentukan kapan ibu Kn menstruasi kembali setelah
melahirkan, misalnya kondisi tubuh ibu sendiri dan bagaimana ibu menyusui bayinya.
Jika ibu menyusui bayinya dengan ASI Eksklusif, haid pertama ibu akan adtang dalam
jangka waktu yang lama yaitu sekitar 3-8 bulan setelah melahirkan.
Terlebih lahi bila bayi rajin menyusu pagi dan malam hari diiringi produksi ASI yang
keluar dengan lancr, biasanya mens pertama akanlebih lama datang.
Lain ceritanya bila ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, mungkin
menstruasi pertama bisa datang dalam waktu cepat hanya beberapa minggu setelah
melahirkan.
Jika anda tidak menyusui Asi Eksklusif menstruasi pertama umumnya akan datang
dalam waktu sekitar 5-12 minggu setelah melahirkan. Jadi, tidak perlu khawatir jika
menstruasi pertama hadir agak lama.
Selama pemberian ASI Eksklusif , tubuh memproduksi hormon prolaktin untuk
mencukupi produksi ASI
Jumalah produksihormon prolaktin yang cukup banyak dapat menekan produksi
hormon yang mendukung proses ovulasi (pelepasan sel telur untuk pembuahan). Akibatnya,
ibu mungkin tidak mengalami ovulasi, sehingga menstruasisetelah melahirkan bisa
tidakterjadi sampai masa menyusui selesai.
Masahaid pertama setelah melahirkan biasanya baru datang kembali saat ibu tidak lagi
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Semakin lama ibu belum mengalami menstruasi
setelah melahirkan, semakinkecil pula kemungkinan untuk bisa hamil kembali. Atas dasar
inilah mengapa menyusui ASI Eksklusif setelah melahirkan dinilai dapat menjjadi upaya
menunda kehamilan untuk sementara waktu. Pencegahan kehamilan dengan cara menyusui
tanpa menstruasi setelah persalinan dikenal dengan metode amenore laktasi.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai