Anda di halaman 1dari 39

PERCOBAAN II

GRANULASI KERING

I. Tujuan
Menentukan pengaruh konsentrasi pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik
granulasi kering dengan zat aktif asetosal.

II. Teori Dasar


Pada Farmakope Indonesiia edisi 3 Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat
secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata
atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
(DepKes RI. 1979). Lalu pada Farmakope Indonesia edisi 4 direvisi menjadi sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (DepKes RI. 1995)
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia edisi V disebutkan seperti pada
Farmakope Indonesia edisi 4 bahwa tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa (DepKes RI. 2014)
Untuk pemakaian obat secara oral, maka bentuk tablet merupakan sediaan yang
paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan tablet efektif dan memberikan akseptibilitas
yang baik dari pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan padat pada
umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok
untuk obat-obat yang kurang stabil.
Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di
atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk
tablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 1


atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan
penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 1994)
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan
pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain
formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai berikut
(Goeswin, 2012) :
1. Pengisi/pengencer (diluents)
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara
signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari
tablet jadi (akhir)
2. Pengikat (binder)
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk
meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam
pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau
pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat
mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.
3. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat
setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan
granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua
tahap proses.
4. Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang
meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan
dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan
sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidant)
5. Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi
mudah tersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidantt)
Glidant dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam
lobang lumpang. Glidant dapat meminimalkan ketidak merataan yang sering
ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung. Glidant meminimalkan
kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 2


Hipotesis mekanisme kerja glidant menurut beberapa penelitian :
1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.
2) Distribusi glidant dalam granul.
3) Adsorpsi preferensial gas pada glidant versus granul.
4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.
5) Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena
glidant teradhesi pada permukaan granul.
Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan kualitas sebagai berikut :
a. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai
identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan,
kintaminasi, dan lain lain.
b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan
pengepakan.
c. Stabil secara fisika, kimia.
d. Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan.
e. Bioavailibilitas (Lachman, 1994).
f. memenuhi keseragaman ukuran
g. memenuhi keseragaman bobot
h. memenuhi waktu hancur
i. memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
j. memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, M., 2005).
k. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan
dalam batas yang dizinkan (spesifikasi).
l. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur,
transportasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan
menggunakan.
m. Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang
dipersyaratkan.
n. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. (Goeswin,
hlm 304)
Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara yaitu : granulasi basah, granulasi kering
dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan
aliran campuran dan atau kemampuan kempa. (DepKes RI. 1995)

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 3


Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses granulasi basah zat
berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan
pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara
granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan
gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum
(Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran
yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief,
1994).
Sedangkan granulasi kering adalah proses pembentukan granul dengan cara
menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar, bongkahan
kompak, atau lempengan yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga
diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Prinsip dari metode ini adalah
membuat granul yang dihasilkan secara mekanis, tanpa penambahan pelarut pengikat ke
dalam massa serbuk, di mana ikatan partikel terbentuk melalui gaya adhesi dan kohesi
partikel padat. Metode granulasi kering diterapkan pada pembuatan tablet dengan zat aktif
yang memiliki dosis efektif terlalu tinggi untuk dikempa langsung, serta memiliki sifat
aliran yang sukar mengalir, kompresibilitas kurang, tidak tahan lembab dan panas(Anief,
1994)
Proses pembentukan granul dapat diperoleh dengan metode slugging maupun
penggunaan mesin roller compactor/chilsonator. Pada metode slugging, komponen-
komponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan
dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug. Setelah itu, slug
diayak menggunakan ayakan dengan mesh tertentu untuk mendapatkan granul yang daya
mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat sifat alirannya belum
memuaskan, maka proses diatas dapat diulang. Roller compactor/chilsonator merupakan
mesin pembentuk granul yang prinsipnya menggunakan dua penggiling/roda yang
putarannya saling berlawanan antara yang satu dengan yang lainnya, dengan bantuan
teknik hidrolik pada salah satu penggiling mesin sehingga dihasilkan tekanan tertentu
pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling (Anief, 1994).

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 4


Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir
yang baik (free flowing), menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak
terlampau kering, dan hancur baik di dalam air (Voigt, 1984).
Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk
antara lain:
1. Waktu alir serbuk
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju
alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu alir dan
diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan berat massa
tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui
corong perdetik (Lachman et al, 1994).
2. Sudut diam serbuk
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat
pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban
serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk
dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya
mengalirnya kurang baik (Lachman et al, 1994).
3. Pengetapan serbuk
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap sejumlah serbuk
dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping device. Pengetapan dilakukan
dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah
konstan (Vt) (Sulaiman,2007).
Asetosal (asam asetil salisilat) dikenal dengan nama dagang aspirin, merupakan
obat pereda nyeri golongan 'anti radang non steroid' (ains), sering digunakan sebagai
pereda nyeri (analgesik), dan penurun demam (antipiretik). asetosal juga mempunyai
efek mengurangi daya beku darah, sehingga dalam dosis rendah sering digunakan untuk
penderita penyakit jantung koroner dan stroke (sweetman. 2009)
Asetosal memiliki laju alir dan kompresibilitas yang buruk sehingga apabila akan
dijadikan tablet perlu dilakukan granulasi terlebih dahulu agar laju alir dan
kompresibilitasnya lebih baik. Namun karena asetosal memiliki kestabilan yang terbatas
terhadap air maka granulasi yang dilakukan adalah granulasi kering.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 5


III. Resep

 Formula 1
BAHAN KADAR
Fase dalam Asetosal 250 mg
Lactosa Anhidrat q.s
Amprotab 10%
Fase luar Amilum 5%
Talk 2%
Mg-stearat 1%

 Formula 2
BAHAN KADAR
Fase dalam Asetosal 250 mg
Lactosa Anhidrat q.s
Amylum 10%
PVP 2%
Fase luar Amylum 5%
Talk 2%
Mg-stearat 1%

 Formula 3
BAHAN KADAR
Fase dalam Asetosal 250 mg
Lactosa Anhidrat q.s
Amylum 10%
PVP 4%
Fase luar Amylum 5%
Talk 2%
Mg-stearat 1%

 Formula 4
BAHAN KADAR
Fase dalam Asetosal 250 mg
Lactosa Anhidrat q.s
Amylum 10%

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 6


PVP 6%

Fase luar Amylum 5%


Talk 2%
Mg-stearat 1%

IV. Preformulasi Zat Aktif


 Asetosal
Struktur Kimia

Rumus molekul C9H804


Nama Asetosal
Nama lain Asam asetil salisilat
Nama kimia 2 – (Asetiloksi) benzoic acid
Berat molekul 180,2
Pemerian Putih atau hamper putih, bubuk Kristal atau Kristal

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 7


tidak berwarna.
Suhu Lebur 143o
pH pH stabilitas 2-3
Kelarutan Sedikit larut dalam air, mudah larut dalam etanol 96 %.
Stabilitas Stabil di dalam udara kering, namun dapat terhidrolisis
dengan adanya lembab, dekomposisi dipercepat
dengan adanya panas.
Inkompatibilitas Incompatible dengan asam bebas, garam besi, Na
fenobarbital, garam kuinin, sodium iodide, basa alkali,
karbonat dan stearat.
Penyimpanan Disimpan dalam wadah kedap udara
Daftar Pustaka BP 2009, Hal 442
TPC ed 12 hal 741

V. Preformulasi Eksipien
 Amilum

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 8


Struktur molekul

Rumus molekul (C6H10O5)n dengan n= 300-1000


Nama kimia Starch atau amylum
Berat molekul 50 – 500 Juta Da
Pemerian Serbuk tidak berbau dan tidak berasa, berwarna putih hingga
putih pucat.
Suhu Lebur Tidak ditemukan di FI IV, FI V, HOPE Edisi 6th
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan alkohol 96%.
Stabilitas Amilum kering stabil apabila terlindung dari kelembaban
tinggi, amilum harus disimpan di wadah kedap udara dan di
tempat dingin dan kering.
Inkompatibilitas Amilum inkompatibel dengan zat pengoksida kuat

Penyimpanan Dalam wadah kedap udara, di tempat dingin dan kering


Kegunaan Dilluent tablet dan kapsul, penghancur tablet dan kapsul,
pengikat tablet, agen penebalan
Pustaka HOPE Edisi 6th halaman 685-689

 Talkum

Rumus molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4

Nama kimia Magnesium silicat

Pemerian Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Beriklat,
mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 9


Kelarutan Tidak larut dalam hampir semua pelarut

Stabilitas Talkum merupakan bahan stabil dan dapat di sterilkan dengan


suhu 160ᵒC tidak lebih dari 1 jam. Talkum juga dapat di
sterilkan dengan gas etilen oksida dan iradiasi gamma.

Inkompabilitas Inkompatibel dengan senyawa amonium kuartener.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik , ditempat sejuk dan kering.

Kegunaan Untuk glidantt, tablet dan kapsul diluent, tablet dan kapsul
lubrikan.

Daftar pustaka Farmakope Indonesia IV halaman 771


HOPE edisi 6 tahun 2009 halaman 728-730

 Laktosa anhidrat
Struktur molekul

Rumus molekul C12H22O11


Nama kimia O-β-D-galactopyranosyl-(1  4)-β-D-glucopyranose
Berat molekul 342,30
Pemerian Laktosa anhidrat adalah serbuk atau partikel kristal berwarna putih,
rasa manis, tidak berbau.
Suhu Lebur 2320C
Kelarutan Larut dalam air, sedikit larut dalam ethanol 95% dan eter.
Density 1,589 g/cm3
Stabilitas Laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan dalam
penyimpanan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh panas, kondisi
lembab yang kelembabannya hingga 80%.
Inkompatibilitas Laktosa anhidrat inkompatibel dengan oksidator kuat. Dapat
mengalami reaksi maillard dengan amin primer dan sekunder bila

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 10


disimpan dalam kondisi kelembaban tinggi pada waktu tertentu.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering.


Kegunaan Tablet filler atau diluent atau pengisi.
Pustaka Handbook of Pharmaceutical Exipient Halaman 359 – 361

 PVP
Struktur molekul

Rumus molekul (C6H9NO)n


Berat molekul 2500 – 3000000
Pemerian Serbuk halus, berwarna putih atau putih krim, tidak berasa atau
hampir tidak berasa, serbuk higroskopis
Suhu lebur 150oC
Kelarutan Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol 95 %, keton, methanol,
dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak
mineral
Stabilitas Pada pemanasan 150oC povidon secara bertahap berubah warna
menjadi gelap, dengan disertai penurunan kelarutan dalam air. PVP
stabil pada siklus pendek dari paparan panas pada suhu 110-130oC
Inkompatibilitas Povidone kompatibel dengan beberapa macam garam anorganik,
resin alami dan sintetik dan beberapa bahan kimia lainya,
Penyimpanan Disimpan dalam wadah kedap udara ditempat sejuk dan kering.
Kegunaan Pengikat
Pustaka Handbook of Pharmaceutical Exipient Halaman 581

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 11


VI. Rasionalisasi Formula
Pada pembuatan tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa asetosal 250
mg dan bobot tablet total 400 mg, sehingga presentase zat aktif dalam sediaan adalah 62,5
%. Asetosal merupakan zat yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang buruk
sehingga apabila akan dibuat sediaan tablet harus dilakukan granulasi terlebih dahulu,
selain itu kadar asetosal dalam tabletpun lebih dari 5% sehingga pembuatan tablet
asetosal menggunakan metode granulasi, namun karena asetosal tidak stabil terhadap air
dan dapat terhidrolisis maka metode granulasi yang dipilih adalah granulasi kering.
Bobot tablet yang diinginkan adalah 400 mg sedangkan bobot asetosal yang dipakai
adalah 250 mg sehingga dibutuhkan pengisi berupa laktosa anhidrat untuk menggenapkan
bobot tablet hingga 400 mg. Pemilihan laktosa anhidrat ini karena laktosa anhidrat lebih
stabil dibandingkan bentuk.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 12


Tablet asetosal dibuat menggunakan metode granulasi kering sehingga diperlukan
pengikat yang dapat menyatukan zat aktif dengan berbagai zat tambahan lainya agar
menjadi granul yang baik yang dapat meningkatkan sifat alir dan kompresiblitas dari
asetosal. Maka ditambahkan pengikat berupa PVP kedalam sediaan untuk mengikat
serbuk menjadi granul. Pemilihan PVP sebagai pengikat karena PVP kompatibel terhadap
asetosal, selain itu PVP memiliki daya rekat yang baik sehingga dapat meningkatkan
kompresibilitas dari serbuk yang akan dibuat granul.
Tablet yang baik harus dapat terdisintegrasi sebelum 30 menit di saluran cerna agar
dapat cepat terabsorbsi dan menimbulkan efek pada tubuh. Oleh karena itu tablet asetosal
ditambahkan amilum untuk mempercepat disintegrasi dari tablet baik pada fase dalam
maupun pada fase luar.
Granul dikhawatirkan tersendat di hopper pada saat pengisian die, apabila hal ini
terjadi dapat mengakibatkan bobot tablet yang dihasilkan tidak seragam. Maka
ditambahkan glidantt kedalam sediaan agar tablet dapat mengalir dengan baik di hopper,
glidant yang dipilih pada sediaan ini adalah Talkum, pemilihan talkum sebagai glidantt
adalah karena talkum dapat mengurangi gaya elektrosatis yang muncul pada di hopper
pada saat pengisian die sehingga serbuk tidak akan tersendat pada saat pengisian die pada
hopper.
Pada proses pencetakan tablet menggunakan mesin pencetak tablet dapat terjadi
friksi antara die dengan serbuk yang dapat menimbulkan panas dan dapat merusak mesin,
sehingga friksi tersebut harus dikurangi bahkan dihilangkan menggunakan lubrikan. Oleh
karena itu, ditambahkan Mg-stearat kedalam sediaan sebagai lubrikan agar meminimalisir
friksi yang terjadi pada saat proses pencetakan tablet. Namun dikarenakan asetosal dan
Mg-stearat inkompatibel maka Mg-stearat dihilangkan dari formula dan sebagai gantinya
talkum dinaikkan kadarnya agar dapat berfungsi sebagai lubrikan selain sebagai glidan

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 13


VII. Perhitungan
 Formula 2
Kadar asetosal = 250 mg
Bobot tablet = 400 mg (dibuat untuk 500 tablet)
Kondisi
Formula Perhitungan 1 Tablet Perhitungan Tablet Sebenarny
a
92
x 400 mg=368 mg
Fase dalam (92% )  100

250 mg x 500 tablet 125,004


Asetosal 250 mg
= 125 gram gram
2 8 mg x 500 tablet = 4
x 400 mg=8 mg
PVP (2%) 100 4 gram
gram

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 14


Amprotab 10 40 mg x 500 tablet =
x 400 mg=40 mg
100 20 gram
(10%) 20 gram
Laktosa 368 mg – (250 mg + 8 mg +40 mg) 70 mg x 500 tablet = 35
35 gram
(q.s) = 368 mg – 298 mg = 70 mg gram
Fase luar (8%)
Amilum 5 20 mg x 500 tablet =
x 400 mg=20 mg
100
(5%) 10gram
3 8 mg x 500 tablet = 6
x 400 mg=8 mg
Talk (3%) 100
gram

1
 Slug (93,5%)  fase dalam + 2 (lubrikan + glidan)

 Fase dalam (massa serbuk) = 184 gram


1
 Lubrikan + glidan = x 6 gram=3 gram
2

= 187 gram
Jadi, total massa yang akan di slug untuk 500 tablet adalah 187 gram
 Jumlah tablet yang diperoleh
bobot granul
x 500 tablet
= massa serbuk( sebelum dislug )

167,402 gram
x 500 tablet
= 187 gram

= 447,5989 tablet
 Sisa fase luar yang harus ditambahkan
5
 Amilum = x 167,402 gram=8, 9520 g  8,950 gram
93,5

1,5
 Talk = 93,5 x 167,402 gram=2,6856 g  2,684 gram

Jadi bobot fase luar = 8,950 gram + 2,684 gram = 11, 634 gram
 Bobot tablet yang diperoleh
bobot granul+ bobot fase luar 167,402 gram+11,634 gram
= =0,400 gram per tablet
= jumlah tablet 447,599 tablet

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 15


VIII. Prosedur
A. Milling
1. Asetosal diayak menggunakan ayakan mesh 40.
2. PVP diayak menggunakan ayakan mesh 40.
3. Amptotab diayak menggunakan ayakan mesh 40.
4. Laktosa diayak menggunakan ayakan mesh 40.
5. Talkum diayak menggunakan ayakan mesh 40 untuk pencampuran di fase
dalam dan diayak menggunakan ayakan mesh 60 untuk fase luar
6. Amilum diayak menggunakan ayakan mesh 60.

B. Penimbangan Bahan

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 16


 Penimbangan Fase Dalam
1. Asetosal yang telah diayak ditimbang sebanyak 125 g di kertas perkamen.
2. PVP yang telah diayak ditimbang sebanyak 4 g di kertas perkamen.
3. Amprotab yang telah diayak ditimbang sebanyak 20 g di kertas perkamen.
4. Laktosa yang telah diayak ditimbang sebanyak 35 g di kertas perkamen.

 Penimbangan Fase Luar


1. Amylum yang telah diayak ditimbang sebanyak g di kertas perkamen.
2. Talkum yang telah diayak ditimbang sebanyak g di kertas perkamen.

C. Pembuatan Tablet
1. Asetosal, PVP, amprotab, dan laktosa dicampurkan dengan setengah bagian
fase luar (glidan dan lubrikan) menggunakan turbula mixer hingga homogen.
2. Campuran tersebut dibuat menjadi slug menggunakan punch yang berdiameter
besar pada tekanan mesin tablet yang tinggi atau dapat juga menggunakan
roller compactor dengan mengatur tekanan yang diberikan.
3. Slug yang sudah jadi digiling kassar dan diayak menggunakan ayakan mesh
12, sehingga dihasilkan granul-granul kasar.
4. Evaluasi dilakukan terhadap granul yang dihasilkan, apabila belum memenuhi
syarat maka slugging dapat diulangi hingga diperoleh granul yang memenuhi
syarat.
5. Slugging maksimum dilakukan hingga 3 kali (menghindari perubahan fisika
atau kimia bahan karena pengaruh mekanik).
6. Granul yang diperoleh ditimbang lalu dilakukan perhitungan jumlah fase luar
yang harus ditambahkan.
7. Sisa fase luar dicampur dengan granul yang telah memenuhi syarat dnegan
jumlah yang sesuai dengan hasil perhitungan.
8. Massa cetak kempa dengan menggunakan punch sesuai bobot tablet yang telah
dihitung.
9. Dilakukan evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan.

IX. Evaluasi Granul dan Tablet


1. Evaluasi Granul
a. Kerapatan dan Kompresibilitas (USP 30 – NF 25, hal 242)
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot
granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk
1250x). Pengukuran kompresibilitas berdasarkan Carr’s index.

bobot granul
BJ nyata 
volume granul

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 17


bobot granul
BJ mampat 
volume mampat

BJ mampat−BJ nyata
Car r ' s index= ×100
Bj mampat

Penafsiran hasil : Jika % K:


5 – 10 % artinya aliran sangat baik
11 – 20 % artinya aliran cukup baik
21 - 25 % artinya aliran cukup
>26 % artinya aliran buruk

BJ nyata
No.
W V Kerapatan
Replikas
(g) (ml) (g/ml)
i
1 50,001 71 0,7042
2 50,002 73 0.6830
3 50,000 70 0,7143
Rata-rata 0,7012

BJ mampat
Interval Volume (ml)
Pengetukan 1 2 3
10 70 72 69
200 - - -
300 - - -
400 - - -
500 68 71 68
600 - - -
700 - - -
800 - - -
900 - - -
1250 68 70 68
50,001 g 50,002 g 50,000 g
=0,7373 g/ml =0,7143 g/ml =0,7353 g/ml
⌠(g/ml) 68 ml 70 ml 62 ml

⌠ rata-rata = 0,7283 g/ml

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 18


Kerapatan Mampat −Kerapatan Nyata
x 100
Kompresibilitas = Kerapatan Mampat

0,7012−0,7238
x 100 =3,7218
= 0,7283 (Excellent)

Formula BJ nyata BJ mampat Kompresibilitas


(g/mL) (g/mL) (%)
1 0,7212 0,8066 10,58
2 0,7012 0,7283 3,7218
3 0,7336 0,7673 4,392
4 0,7146 0,7383 3,2100

b. Kecepatan alir dan sudut istirahat (USP 30, hal : 1174)


Tujuan : Menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan
Prinsip : Sejumlah granul diposisikan diatas dasar diameter yang berada
dalam hopper lalu dialirkan. Pembentukkan kerucut granul
pada dasar diameter memungkinkan penentuan sudut istirahat.
Alat : Flow Tester Manual
Penafsiran Hasi: Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan > 4 g granul adalah 1 detik dan memiliki sudut
istirahat ≤ 350
tinggi
tan a=
Rumus : jari− jari

Sifat alir Sudut istirahat (o)


Sangat baik 25-30
Baik 31-35
Cukup baik 36-40
Dapat lewat 41-45
Buruk 46-55
Sangat buruk 56-65
Sangat sangat buruk >66

Kecepatan alir
No. Sebelum Penambahan Lubrikan
W T Kecepatan Alir

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 19


(gram) (detik) (gram/detik)
1. 100 1,32 75,7576
2. 100 1,74 57,4713
3. 100 1,85 54,0541
Rata-rata 62,4277

Sudut istirahat
H R α
No.
(cm) (cm) (°)
1. 1,5 12 7,1250
2. 1,7 11,8 8,1981
3. 1,3 11,2 9,1302
Rata-rata 8,1511

Formul Kecepatan alir (g/det) Sudut istiraha (  )


a
1 256,52 8,46
2 62,4277 8,1511
3 125,6824 8,0363
4 124.628 9.525

c. Distribusi ukuran granul(Farmakope Indonesia ed. 5, hal : 1515)


Tujuan : Memastikan distrbusi ukuran granul mengikuti distribusi normal
Prinsip : Menyusun pengayak berdasarkan derajat kekasaran yang
meningkat. Zat uji ditempatkan pada pengayak paling atas. Bobot
zat yang tertahan pada setiap pengayak ditimbang seksama.
Penafsiran hasil: Hasil uji menunjukkan persentase bobot serbuk dalam setiap
rentang ukuran pengayak

Formula 1
Ukuran Granul Bobot granul
g % % kumulatif < % kumulatif
(µm)
>
< 250 µm 12,6237 50,4948 50,4716 100
251 µm – 425 µm 6,7903 27,1612 77,6328 49,5052
426 µm – 1400 µm 3,9501 15,8004 93,4332 22,344
1400 µm – 1700 µm 1,5077 6,0308 99,464 6,5436
>1700 0,1340 0,5360 100 0,5128
Jumlah 25 100

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 20


Formula 2
Ukuran Granul Bobot granul
G % % kumulatif < % kumulatif >
(µm)
< 250 µm 2,018 8,070 8,070 100
251 µm – 425 µm 2,967 11,866 19,936 91,930
426 µm – 1400 µm 10,632 42,519 62,455 80,064
1400 µm – 1700 µm 9,292 37,161 99,616 37,545
>1700 0,096 0,384 100 0,384
Jumlah 25,005 100

Formula 3

Ukuran Granul Bobot granul


G % % kumulatif < % kumulatif >
(µm)
< 250 µm 7,943 31,766 31,766 % 100 %
251 µm – 425 µm 3,523 14,090 99,161 % 68,234 %
426 µm – 1400 µm 6,679 26,713 58,479 % 54,44 %
1400 µm – 1700 µm 6,649 26,592 85,071 % 27,431 %
>1700 0,210 0,839 100 % 0,839 %
Jumlah 25,005 100 %

Formula 4
Bobot Granul
Ukuran Granul
% kumulatif < % kumulatif <
(µm) g %
undersize oversize
> 1700 0,4965 1,986 1,986 100
1400 – 1700 9,927 39,708 41,694 98,104
425 – 1400 9,605 38,420 80,114 58,306
250 – 425 3,086 12,344 92,458 19,886
< 250 1,8855 7,542 100 7,542
Jumlah 25 100

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 21


Grafik Frekuensi Ukuran
60

50
Formula 1
40 Formula 2
Formula 3
30
Formula 4
20

10

0
0-250 251-425 426-1400 1401-1700 >1700

Kurva Frekuensi Kumulatif Undersize


120

100

Formula 1
80
Formula 2
Formula 3
60
Formula 4
40

20

0
0-250 251-425 426-1400 1401-1700 >1700

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 22


Kurva Frekuensi Kumulatif Oversize
120

100

Formula 1
80
Formulasi 2
Formulasi 3
60
Formulasi 4
40

20

0
0-250 251-425 426-1400 1401-1700 >1700

2. Evaluasi Tablet
a. Organoleptis
Tujuan :Penerimaan oleh konsumen
Prinsip :Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa
Penafsiran hasil:Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau sesuai
spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai),
rasa sesuai spesifikasi
Penilaian tablet asetosal menurut:
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Warna
Warna
homogen, bau
homogen, Berwarna putih Warna putih
sesuai
homogen, bau homogeny, bau
berwarna putih spesifikasi,
khas asetosal, khas asetosal,
tidak berbintik, mulus tanpa
rasa asam permukaan halus,
tidak berbau, bintik-bintik,
diikuti rasa tidak berbintik,
rasa asam
rasa sedikit pahit rasa pahit.
kepahit-
pahit.
pahitan.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 23


b. Keseragaman ukuran (Farmakope Indonesia edisi III, hal 6)
Tujuan :Menjamin penampilan tablet yang baik
Prinsip :Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan
indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada
pengisian granul ke dalam die. Pengukuran dilakukan terhadap
diameter dan tebal tablet.
Alat : jangka sorong
Penafsiran hasil:Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓
kali tebal tablet.
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya
menggunakan jangka sorong.

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4


No d d(mm t d(m t d(mm t
t (mm)
(mm) ) (mm) m) (mm) ) (mm)
1. 12,15 4,30 12,1 4,3 12,1 4,25 12,0 4,4
5
2. 12,20 4,30 12,1 4,3 12,0 4,40 12,0 4,35
5 5
3. 12,15 4,40 12,1 4,3 12,1 4,30 12,0 4,35
5
4. 12,1 4,35 12,1 4,3 12,1 4,20 12,0 4,35
5
5. 12,15 4,3 12,1 4,3 12,1 4,35 12,0 4,35
5
6. 12,10 4,3 12,1 4,3 12,1 4,40 12,1 4,4
5
7. 12,15 4,35 12,1 4,3 12,0 4,40 12,0 4,45
5 5
8. 12,1 4,3 12,1 4,3 12,0 4,30 12,0 4,4
5 5
9. 12,1 4,3 12,1 4,3 12,1 4,40 12,0 4,45
5
10. 12,15 4,3 12,1 4,3 12,0 4,30 12,0 4,4
5 5
Rata 12,135 4,32 12,1 4,3 12,08 4,33 12,0 4,39
6
Syar 5,76 – 12,96 5,733 - 12,90 5,773 - 12,99 5,853 - 13,17
at

c. Friabilitas
Tujuan :Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses,
pengemasan dan penghantaran.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 24


Prinsip :Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase
bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari
ketinggian tertentu dalam waktu tertentu.
Alat :Friabilator

Penafsiran hasil :
- Kehilangan bobot tidak boleh > 1%
- Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam
penimbangan tablet akhir.
- Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang ditargetkan
maka pengujian diulang 2-3 kali.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat friabilitator terhadap 20 tablet
yang diambil acak. Tablet yang diambil secara acak dibersihkan satu-satu dengan
kuas lalu ditimbang. Tablet lalu dimasukkan pada alat dan diputar sebanyak 100
putaran. Tablet dibersihkan lagi dan ditimbang.
Wo−W 1
Friabilitas= ×100
Wo

Untuk formula 2:

No. Replikasi Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) Kerapuhan (%)

1 6,552 6,492 0,91


2 6,566 6,514 0,79
3 6,529 6,463 0,53
Rata-rata 0,8767

Formula Bobot awal ( Bobot akhir Friabilitas


g) (g)
si (%)
d. Keragaman
1 6,558 6,505 0,81% bobot
Tujuan
2 6,549 6,490 0,8767%
:
3 6,567 6,544 0,85 %
Menjamin
4 6,518 6,548 0,920%
keseragaman
kandungan zat aktif.
Prinsip :(untuk tablet tidak bersalut) Sebanyak 20 tablet diambil secara
acak lalu ditimbang masing-masing tablet. Rata-rata bobot
kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap bobot rata-
rata. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 25


dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari hasil
penetapan kadar masing-masing tablet. Hitung nilai
penerimaannya
Penafsiran hasil : Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari 7,5%, dan tidak boleh ada
satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari
15%. nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama kurang atau
sama dengan nilai penerimaan maksimum yang diperbolehkan
yaitu 15,0

Untuk formula 1 :
No. Bobot tablet (g) Penyimpangan (%)
1. 0,507 g 1,38
2. 0,512 g 2,4
3. 0,515 g 3
4. 0,505 g 1
5. 0,516 g 3,2
6. 0,507 g 1,38
7. 0,510 g 2
8. 0,507 g 1,38
9. 0,509 g 1,8
10. 0,516 g 3,2
Rata-
0,5104 g 2,074 %
rata
Rentang 0,505 g – 0,516 g 1 - 3,2

Untuk formula 2 :
No. Bobot tablet (mg) %Penyimpangan
1. 504 0,199
2. 508 0,994
3. 501 0,398
4. 500 0,596
5. 500 0,596
6. 503 0
7. 504 0,199
8. 506 0,596
9. 507 0,795
10. 506 0,596
Rata- 503 0,497
rata

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 26


Rentang 500 - 508 0 – 0,994

Untuk formula 3
No. Bobot %Penyimpang
tablet an
(mg)
1. 0,504 0,8 %
2. 0.505 1%
3. 0.502 0,4 %
4. 0.501 0,2%
5. 0.503 0,6 %
6. 0.506 1,2 %
7. 0.502 0,4 %
8. 0.502 0,4 %
9. 0.501 0,2 %
10. 0.506 1,2 %
Rata-rata 0.5027 0,64 %
Rentang 0,501- 0,2 – 1,2
0,506

Untuk formula 4
No. Bobot %Penyimpang
tablet an
(mg)
1. 0,505 1%
2. 0,498 -0,4%
3. 0,505 1%
4. 0,495 -1%
5. 0,502 0,4%
6. 0,504 0,8%
7. 0,505 1%
8. 0,495 -1%
9. 0,506 1,2%
10. 0,505 1%
Rata-rata 0,502 0,6%
Rentang 0,495- -0,4%-1,2%
0,506

FORMULA NILAI AV
1 1,9462 %
2 1,3706%
3 0,0972%
4 0,6554%

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 27


e. Kekerasan tablet
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses,
pengemasan dan penghantaran
Prinsip : Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk
menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan
pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan
pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah.
Alat : Hardness tester
Penafsiran hasil : Kekerasan tablet yang baik adalah 4-7 kg/cm2
Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil acak. Kekerasan diukur
berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan
dalam kg.

No. Formula Formula 2 Formula 3 Formula 4


Tablet 1 (kg/cm2)
1. 4,3 6,2 8,2 5,914
2. 3,4 6,4 7,5 6,628
3. 3,6 5,1 8,5 7,342
4. 4,1 6,2 7,9 5,507
5. 3,9 5,4 8,8 7,138
6. 3,5 6,0 8,2 6,934
7. 3,8 7,0 8,5 6,118
8. 3,9 7,5 7,5 5,609
9. 3,5 6,3 8,8 5,914
10. 3,9 6,2 8,5 5,914
Rata-rata 3,79 6,23 8,24 6,3018
Standar 0,0912 0,712 0,569 0,225
deviasi

f. Waktu hancur
Tujuan :Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained
release).
Prinsip :Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur
sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam
media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37° ± 2° kecuali
dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1
N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat
pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah. Mulut

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 28


tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan satu-
satu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan
secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak
pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang
tertinggal di atas kasa.
Penafsiran hasil:Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi,
semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada
bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan
pembantu. Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain, waktu
yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih
dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.
No Formula Formula 2 Formula 3 Formula 4
Tablet 1
1 8 detik 37 detik 74 detik 75 detik

X. Pembahasan
Asetosal (asam asetil salisilat) dikenal dengan nama dagang aspirin, merupakan
obat pereda nyeri golongan 'anti radang non steroid' (ains), sering digunakan sebagai
pereda nyeri (analgesik), dan penurun demam (antipiretik). asetosal juga mempunyai
efek mengurangi daya beku darah, sehingga dalam dosis rendah sering digunakan untuk
penderita penyakit jantung koroner dan stroke (sweetman. 2009)
Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif asetosal maka
ditambahkan juga bahan eksipien yaitu dari amylum sebanyak 10% sebagai penghancur
(disintegrant) PVP sebanyak 2% sebagai pengikat (binder), laktosa sebagai pengisi
(diluent), dan Talk sebanyak 3% sebagai glidant dan pelicin (lubrikan),. Pada metode
granulasi kering, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase dalam dan fase
luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan 10% penghancur. Fase luar
terdiri dari 5% penghancur, pelicin, dan glidant. Fase dalam adalah campuran yang
kemudian akan dibuat menjadi massa granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang
membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 29


Pada pembuatan tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa asetosal
250 mg dan bobot tablet total 400 mg, sehingga presentase zat aktif dalam sediaan adalah
62,5 %. asetosal merupakan zat yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang buruk
sehingga apabila akan dibuat sediaan tablet harus dilakukan granulasi terlebih dahulu,
selain itu kadar asetosal dalam tablet pun lebih dari 5% dan asetosal memilii kstabilan
yang terbatas terhadap air sehingga pembuatan tablet asetosal menggunakan metode
granulasi kering.
Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan tablet asetosal dengan
menggunakan metode granulasi basah yaitu :
1. Milling
Milling adalah proses penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien sehingga
dihasilkan ukuran yang lebih kecil. Proses milling penting karena pada pembuatan
tablet ini asetosal (zat aktif), laktosa, PVP, dan amilum masing-masing memiliki
ukuran partikel yang berbeda-beda. Tujuan dari proses milling ini untuk menghindari
kemungkinan terjadi segregasi dan demixing pada proses pencampuran berikutnya
yang akan menyebabkan menurunnya homogenitas dari campuran bahan. Milling
dilakukan dengan cara bahan bahan yang akan digunakan di ayak terlebih dahulu pada
mesh 40, hal ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran dari partikel partikel
pembentuk tablet dan menghindaari segregasi dari serbuk penyusun tablet. Jadi,
sebelum dilakukan penimbangan bahan-bahan, terlebih dahulu dilakukan milling
sehingga bahan yang telah ditimbang sudah memiliki ukuran yang sama satu sama
lainnya
2. Mixing
Mixing dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menggabungkan dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak
dicampur atau sebagian campuran, sehingga masing-masing unit (partikel, molekul
dll) dari komponen terletak sedekat mungkin atau bercampur dengan unit atau partikel
masing-masing komponen lainnya. Tujuan dari proses mixing adalah untuk
mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga tablet yang
dihasilkan merupakan campuran homogen. Pada tahap ini dilakukan mixing terhadap
fase dalam bahan aktif yaitu asetosal sebanyak 125 gram , PVP sebanyak 4 gram,
laktosa sebanyak 35 gram dan amylum sebanyak 20 gram. Mixing dilakukan dengan
menggunakan toples sebagai turbula mixer . Dalam proses mixing ini zat yang akan
dicampur ditambahkan sedikit demi sedikit dengan perbandingan 1 : 1 agar

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 30


menghasilkan campuran yang mendekati random mix. Proses mixing fase dalam ini
dilakukan dengan cara toples secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang
lebih selama 10 menit. Sedangkan untuk fase luar hanya di campur selama 5 menit,
hal ini bertujuan agar fase luar tidak terlalu homogen didalam tablet yang akan
menyebabkan waktu hancur tablet menjadi semakin lama karena fase luar tablet
biasanya bersifat hidrofob sehingga sulit terbasahi dan memperlama waktu hancur
tablet.
3. Granulasi
Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara
melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih
besar . Pada tahap ini dilakukan pencetakan slug/ bongkahan besar dari serbuk yang
telah di mixing menggunakan roller compactor atau mesin pencetak tablet dengan die
dan punch yang lebih besar. Hal ini dilakukan agar serbuk tadi dapat bersatu
membentuk slug ketika diberi tekanan yang besar. Setelah pencetakan, slug tersebut
digiling kembali agar menjadi granul dengan ukuran yang di inginkan.
4. Pencetakan tablet
Tahap – tahap pencetakan tablet yaitu die filling, compression, ejection.
Pembuatan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan alat pencetak
tablet single punch.
Pada saat kompresi tablet perlu diperhatikan mengenai kekerasan tablet dan
bobot tablet. Kekerasan tablet harus berada pada rentang 70 – 120 N sedangkan bobot
tablet pada formula 2, berdasarkan perhitungan yang dilakukan yaitu sebesar 400,0
mg. Sehingga pada proses kompresi ini dilakukan optimasi sampai menghasilkan
tablet yang memiliki kekerasan yang sesuai persyaratan dan bobot yang sesuai dengan
perhitungan.
Pada pembuatan tablet terdapat dua evaluasi yang dilakukan, yaitu evaluasi granul
dan evaluasi tablet. Evaluasi granul terdiri dari uji kerapatan granul dan
kompresibilitasnya, uji kecepatan alir granul dan sudut istirahatnya, uji distribusi ukuran
granul. Sedangkan untuk tablet yang telah jadi dilakukan uji keseragaman sediaan,
organoleptis, keseragaman ukuran, keregasan tablet (friability), keragaman bobot,
kekerasan tablet, waktu hancur tablet, dan disolusi tablet.
Untuk evaluasi granul pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi kerapatan granul
dan kompresibilitasnya, uji kecepatan alir granul dan sudut istirahatnya, dan uji distribusi

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 31


ukuran granul. Evaluasi dilakukan oleh bagian IPC menggunakan prinsip yang berasal
dari kompendial baik itu farmakope indonesia, maupun USP.
Uji kerapatan dan kompresibilitas granul dilakukan berdasarkan prinsip dari USP
yaitu, pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot granul
terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk 1250x). Pengukuran
kompresibilitas berdasarkan Carr’s index. Setelah dilakukan evaluasi hasil yang didapat
adalah sebagai berikut :
Formula BJ nyata BJ mampat Kompresibilitas (%)
(g/mL) (g/mL)
1 0,7212 0,8066 10,58
2 0,7012 0,7283 3,7218

3 0,7336 0,7673 4,392


4 0,7146 0,7383 3,2100

Dari hasil pengujian kerapatan dan kompresibilitas diatas diketahui bahwa semua
formula memilik kompresibilitas yang baik, adapun kompresibilitas terkecil dimiliki oleh
formula 4 dan yang terbesar oleh formula 1.
Selanjutnya dilakukan evaluasi kecepatan alir dan sudut istirahat granul. evaluasi ini
dilakukan berdasarkan prinsip evaluasi yang tertera dalam USP yaitu Sejumlah granul
diposisikan diatas dasar diameter yang berada dalam hopper lalu dialirkan, pembentukkan
kerucut granul pada dasar diameter memungkinkan penentuan sudut istirahat. Dari hasil
evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut:
Formul Kecepatan alir (g/det) Sudut istiraha (  )
a
1 256,52 8,46
2 62,4277 8,1511
3 125,6824 8,0363
4 124.628 9.525

Pada USP-30 tertera bahwa sudut istirahat yang baik dibawah 35 o, dari hasil
percobaan didapatkan bahwa semua formula memiliki sifat alir dan sudut istirahat yang
baik, hal ini menunjukan bahwa granulasi yang dilakukan telah benar dan sesuai
persyaratan kompendial.
Selanjutnya dilakukan evaluasi distribusi ukuran granul, evaluasi ini dilakukan
berdasarkan prinsip dari farmakope indonesia yaitu, Menyusun pengayak berdasarkan
derajat kekasaran yang meningkat. Zat uji ditempatkan pada pengayak paling atas. Bobot

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 32


zat yang tertahan pada setiap pengayak ditimbang seksama. Namun karena keterbatasan
alat maka metode yang dipakai dalam pengujian ini dirubah menjadi satu pengayak satu
pengayak. Hasil dari pengujian apabila ditampilkan dalam grafik adalah sebagai berikut :

Grafik Frekuensi Ukuran


60

50
Formula 1
40 Formula 2
Formula 3
30
Formula 4
20

10

0
0-250 251-425 426-1400 1401-1700 >1700

Dari grafik diatas, diketahui bahwa hanya formula 2 dan 4 yang distribusi
ukurannya mendekati distribusi normal, sedangkan formula 1 mengikuti distribusi positif
dan formula 3 mengikuti distribusi bimodal.
Setelah pencetakan tablet selesai, tablet yang dihasilkan diuji karakteristik dan
kandungannya. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tablet yang dihasilkan
memiliki karakteristik yang sesuai dengan persyaratan dan memiliki mutu yang baik.
Adapun pengujian yang dilakukan adalah uji keseragaman sediaan, organoleptis,
keseragaman ukuran, keregasan tablet (friability), keragaman bobot, kekerasan tablet,
waktu hancur tablet, dan disolusi tablet. Uji disolusi tablet tidak dilakukan karena
keterbatas alat.
Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji keseragaman sediaan, tujuan dari
pengujian ini adalah untuk menjamin keseragaman kandungan dari tablet yang telah
dibuat. Uji keseragaman sediaan terdiri dari uji keseragaman kandungan dan uji
keragaman bobot, pada tablet asetosal dilakukan uji keragaman bobot karena tablet
asetosal mengandung bahan aktif lebih dari 25 mg dan lebih dari 25%. Prinsip dari
pengujian ini adalah Sebanyak 20 tablet diambil secara acak lalu ditimbang masing-
masing tablet. Rata-rata bobot kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap bobot
rata-rata. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen dari

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 33


jumlah yang tertera pada etiket dari hasil penetapan kadar masing-masing tablet. Hitung
nilai penerimaannya. Dari hasil pengujian didapat nilai AV sebagai berikut:
FORMUL NILAI AV
A
1 1,9462 %
2 1,3706%
3 0,0972%
4 0,6554%
Persyaratan dari Farmakope indonesia dikatakan bahwa memenuhi syarat apabila
nilai penerimaan yang didapat dari tablet yang diuji tidak kurang dari 15,0%. Maka dapat
disimpulkan bahwa semua formula memiliki keseragaman sediaan yang memenuhi
syarat.
Pengujian selanjutnya adalah friabilitas atau kerapuhan tablet. Pengujian dilakukan
terhadap tablet yang beratnya mendekati 6,5 gram. Prinsip dari percobaan ini adalah
Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase bobot tablet yang hilang
selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu. Hasil dari
pengujian ini adalah sebagai berikut

Formulasi Bobot awal Bobot Friabilitas


(g) akhir ( g ) (%)
1 6,558 6,505 0,81%
2 6,549 6,490 0,8767%
3 6,567 6,544 0,85 %
4 6,518 6,548 0,920%

Hasil dari pengujian friabilitas kehilangan bobotnya tidak boleh lebih dari 1%.
Dari hasil diatas diketahui bahwa kerapuhan semua tablet memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh farmakope indonesia.
Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah uji kekerasan tablet, secara prinsip uji
Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat
produksi, pengemasan, dan pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan
tekanan pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah. Dari hasil percobaan diketahui
hasilnya sebagai berikut:
No. Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 34


Tablet (kg/cm2)
1. 4,3 6,2 8,2 5,914
2. 3,4 6,4 7,5 6,628
3. 3,6 5,1 8,5 7,342
4. 4,1 6,2 7,9 5,507
5. 3,9 5,4 8,8 7,138
6. 3,5 6,0 8,2 6,934
7. 3,8 7,0 8,5 6,118
8. 3,9 7,5 7,5 5,609
9. 3,5 6,3 8,8 5,914
10. 3,9 6,2 8,5 5,914
Rata-rata 3,79 6,23 8,24 6,3018
Standar 0,0912 0,712 0,569 0,225
deviasi
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan kekerasan tablet dari formula 1 memiliki
kekerasan yang kurang, hal ini mungkin disebabkan karena formula 1 tidak memakai
pengikat dalam formulasinya.
Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian waktu hancur. Prinsip dari
pengujian ini adalah Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna
dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet tidak bersalut)
bersuhu 37° ± 2° kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1
N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan
dan pada kedudukan terendah. Mulut tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung
dimasukkan satu-satu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan secara
teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur
hingga tidak ada bagian yang tertinggal di atas kasa. Hasil dari pengujian ini adalah :
No Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Tablet
1 8 detik 37 detik 74 detik 75 detik
Dari hasil diatas diketahui bahwa waktu hancur tablet meningkat dari formula 1
hingga formula 4. Hal ini mungkin disebabkan oleh kadar pengikat yang dipakai dalam
formula ehingga waktu hancur dari tiap formula terus meningkat.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 35


XI. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui bahwa semakin besar
konsentrasi tpengikat dalam tablet dapat memperlama waktu hancur dan membuat
tablet semakin keras.

Evaluasi Formula Formula Formulasi Formulasi


1 2 3 4
Uji Homogenitas - - - -
Granul

Kandungan Lembab - - - -
Kecepatan Aliran    
Bobot Jenis    
Uji Organoleptik    
Keseragaman    
Bentuk dan Ukuran
Keragaman Bobot    
Tablet

Kekerasan X X X X
Friabilitas    
Friksibilitas - - - -
Waktu Hancur    
Uji Disolusi - - - -

Keterangan:
 = memenuhi syarat
X = tidak memenuhi syarat

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 36


XII. Daftar Pustaka

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung: ITB


Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edis IV. Jakarta: Universitas
Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,. edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia,. edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia,. edisi V.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Lachman L, Lieberman. 1994. Teori dan praktek farmasi industri edisi ketiga.
Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI press
Rowe, Raymond et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients 6th ed. London:
Pharmaceutical Press
Sweetman, S.C., 2009.Martindale The Complete Drug Reference 36. Pharmaceutical
Press : London Chicago
USP 30 – NF 25. 2009. United States Pharmacopeia and The National Formulary.
Rockville (MD): The United States Pharmacopeial Convention.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendari
Noerono. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 37


LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA
“Pembuatan Tablet Asetosal 250 mg Dengan Metode Granulasi
Kering Menggunakan Pengikat PVP 2%”

Disusun oleh:

Mochamad Arif

P17335113048

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 38


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2015

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah 39

Anda mungkin juga menyukai